BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Orangtua/Wali. Di Tempat

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

PENGARUH KADAR KALSIUM SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN KALKULUS PADA PASIEN DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM USU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

SKEMA ALUR FIKIR. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta yang berusia tahun. Penelitian ini. n= Z 2 p.q d 2 n= 1,96 2.0,5.0,25 0,25 2 n= 7,68

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE

LEMBAR INFORMASI DAN SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BUAH MENTIMUN DAN TOMAT MENINGKATKAN DERAJAT KEASAMAN (ph) SALIVA DALAM RONGGA MULUT

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

PENGARUH MENGKONSUMSI MINUMAN JUS BUAH STROBERI TERHADAP VISKOSITAS SALIVA DAN PEMBENTUKAN PLAK GIGI ANAK USIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang anak usia 10-12 tahun dan subyek penelitian dipilih secara random sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini digunakan metode cross-over. Pada metode ini setiap perlakuan dilakukan pada kelompok subyek penelitian yang sama. Subyek penelitian ini mendapatkan tiga perlakuan. Perlakuan pertama adalah pengunyahan parafin yang dilakukan pada hari pertama dan merupakan kelompok kontrol, perlakuan kedua adalah pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol pada hari kedua, dan perlakuan ketiga adalah pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol pada hari ketiga. Pemeriksaan ph saliva dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu sebelum pengunyahan parafin, sesudah pengunyahan parafin, sesudah pengunyahan xylitol 2 buah, dan sesudah pengunyahan xylitol sebanyak 4 buah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terlihat adanya kenaikan nilai ph saliva pada sebagian besar subyek penelitian seiring dengan kenaikan jumlah permen karet yang mengandung xylitol dikunyah. Pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol sebanyak 4 buah menghasilkan ph saliva yang semakin besar dibandingkan dengan ph saliva setelah pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol sebanyak 2 buah. Tabel 5.1 Nilai Rata-rata ph Saliva Subyek Penelitian Variabel n Rata-rata ± SD 95 % Confidence Interval Awal 30 6.9 ± 0.6449 6.658-7.141 Parafin 30 7.427 ± 0.3183 7.308-7.546 2 Xylitol 30 7.413 ± 0.2675 7.313-7.513 4 Xylitol 30 7.64 ± 0.2541 7.545-7.735 Berdasarkan tabel 5.1 dan gambar 5.1, terlihat adanya perbedaan nilai awal ph saliva (6.9 ± 0.6449) dengan nilai ph saliva pada kelompok parafin, xylitol 2 buah, dan xylitol 4 buah. Nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan parafin adalah 7.427 ± 0.3183. Nilai tersebut mengalami peningkatan dibandingkan 31 Universitas Indonesia

32 dengan nilai awal. Peningkatan nilai rata-rata ph saliva juga terlihat setelah pengunyahan 2 buah xylitol (7.413 ± 0.2675) dibandingkan dengan kelompok awal. Pada pengunyahan 4 buah xylitol (7.64 ± 0.2541) juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai awal. Gambar 5.1. Hasil Rata-rata Pengukuran ph Saliva. Pada gambar ini terlihat nilai rata-rata ph saliva pada keadaan awal adalah 6.9 ± 0.6449. Setelah pengunyahan parafin, nilai rata-rata ph saliva meningkat menjadi 7.427 ± 0.3183 dan setelah pengunyahan 2 buah xylitol nilainya 7.413 ± 0.2675. Pada pengunyahan 4 buah xylitol nilainya meningkat menjadi 7.64 ± 0.2541. Nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan 2 buah xylitol (7.413 ± 0.2675) tidak terlihat peningkatan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan parafin. Namun, peningkatan terlihat pada nilai ratarata ph saliva setelah pengunyahan 4 buah xylitol (7.64 ± 0.2541) jika dibandingkan dengan nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan parafin (7.427 ± 0.3183) dan 2 buah xylitol (7.413 ± 0.2675). Tabel 5.3 merupakan tabel hasil uji statistik hubungan antar kelompok yaitu kelompok awal, kelompok parafin, kelompok xylitol 2 buah, dan kelompok xylitol 4 buah. Uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data penelitian mempunyai distribusi yang tidak normal. Analisis statistik dengan menggunakan Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok dengan nilai p=0,000 (p<0.05). Pada tabel 5.2, analisis statistik dengan Universitas Indonesia

33 menggunakan Wilcoxon terlihat adanya perbedaan bermakna nilai ph saliva antara kelompok sebelum dan sesudah mengunyah parafin, kelompok sebelum dan sesudah mengunyah xylitol 2 buah, dan kelompok sebelum dan sesudah mengunyah xylitol 4 buah dengan nilai p=0,000 (p<0.05). Sedangkan pada tabel 5.3, analisis statistik dengan menggunakan Mann-Whitney terlihat adanya perbedaan bermakna nilai ph saliva antara kelompok pengunyahan parafin dengan kelompok pengunyahan xylitol 4 buah dan kelompok pengunyahan xylitol 2 buah dengan pengunyahan xylitol 4 buah (p<0.05). Namun, pada kelompok pengunyahan parafin dan pengunyahan 2 buah xylitol tidak ada perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,472 (p>0,05). Tabel 5.2 Nilai Kemaknaan ph Saliva Sebelum dan Sesudah Pengunyahan Parafin, 2 Buah Xylitol, dan 4 Buah Xylitol. Variabel Nilai p Parafin : 0,000* Sebelum Sesudah Xylitol 2 : 0,000* Sebelum Sesudah Xylitol 4 : 0,000* Sebelum Sesudah *Uji kemaknaan dengan nilai p 0,05 Uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan nilai ph saliva sebelum dan sesudah mengunyah parafin, xylitol 2 buah dan xylitol 4 buah. Tabel 5.3. Nilai Kemaknaan ph Saliva Antar Kelompok Pengunyahan Parafin, 2 Buah Xylitol, dan 4 Buah Xylitol Variabel Nilai p Parafin - Xylitol 2 Xylitol 4 a 0,000 Parafin-Xylitol 2 b 0,472 Parafin-Xylitol 4 b 0,000* Xylitol 2-Xylitol 4 b 0,000* *Uji kemaknaan dengan nilai p 0,05 a Uji Kruskall-Wallis untuk melihat perbedaan nilai ph saliva antar tiga kelompok b Uji U Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nilai ph saliva antar dua kelompok Universitas Indonesia

BAB 6 PEMBAHASAN Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang kerap terjadi pada masyarakat di Indonesia. Tingkat karies di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 mencapai angka 90.05%. 1 Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, delapan dari sepuluh orang anak usia 12 tahun mengalami masalah karies. 3 Prevalensi terjadinya karies dari tahun ke tahun di Indonesia juga semakin meningkat. 2 Penyebab karies gigi adalah multifaktorial. Salah satu yang mempengaruhi karies adalah tingkat keasaman saliva. 13 ph saliva dipengaruhi oleh laju alir saliva. Semakin tinggi laju alir saliva maka nilai ph saliva akan semakin tinggi. 4 Laju alir saliva dapat meningkat dengan mengunyah permen karet. Salah satunya adalah permen karet yang mengandung xylitol. Selain meningkatkan laju alir saliva, xylitol berfungsi untuk mencegah perkembangan S.Mutans pada plak sehingga proses pembentukkan karies dapat dicegah. 7 Penelitian ini dilakukan pada subyek penelitian yang berusia 10-12 tahun dan dilakukan di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah sebanyak 30 orang yang dipilih secara random sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat. Salah satunya adalah memiliki karies dan tambalan 3 gigi. Penentuan kriteria inklusi ini bertujuan untuk menghindari adanya bias yang dapat terjadi jika kualitas ph saliva yang dimiliki subyek sudah baik. Subyek dipilih dari 120 anak yang diperiksa. Diagnosis karies sesuai dengan ketentuan ICDAS dan pemeriksaan dilakukan secara visual. 31 Anak yang memiliki jumlah karies dan tambalan 3 kemudian dipilih 30 orang secara random. Subyek dipilih di pesantren karena subyek dianggap memiliki pola makan dan jenis makanan yang sama. Selain itu, subyek juga memiliki latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif sama. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental klinis dengan metode cross-over untuk mengetahui pengaruh xylitol terhadap perubahan nilai ph saliva dengan jumlah permen karet yang mengandung xylitol berbeda, yaitu 2 buah dan 4 buah. 34 Universitas Indonesia

Masing-masing subyek penelitian mendapatkan tiga macam perlakuan, yaitu pengunyahan parafin, pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol, dan pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol. Pengukuran ph saliva dilakukan sebanyak empat kali yaitu awal penelitian, sesudah pengunyahan parafin, sesudah pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol, dan sesudah pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol. Pengunyahan parafin dilakukan pada subyek penelitian karena ingin membandingkan perubahan ph saliva jika hanya dilakukan stimulasi kelenjar saliva. Saat penelitian subyek diinstruksikan untuk tidak makan atau minum selama 1 jam sebelum penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari ph yang terlalu asam ataupun basa yang diakibatkan karena makanan atau minuman. Selain itu, sesuai dengan kurva Stephan yang menyatakan bahwa ph saliva memerlukan waktu 15-60 menit untuk kembali ke normal dari konsumsi terakhir, bergantung pada kapasitas buffer saliva. 18 Pemeriksaan dilakukan pada sore hari karena disesuaikan dengan jadwal pulang sekolah subyek penelitian. Pada hari pertama, penelitian dilakukan dengan memeriksa ph saliva awal dari setiap subyek penelitian. Kemudian subyek diminta untuk mengunyah parafin selama 5 menit lalu setelah itu dilakukan pemeriksaan ph saliva kembali. Pada hari kedua, subyek diminta untuk mengunyah 2 buah permen karet yang mengandung xylitol selama 5 menit lalu setelah itu ph saliva diperiksa kembali. Pada hari ketiga, subyek diminta untuk mengunyah 4 buah permen karet yang mengandung xylitol selama 5 menit lalu setelah itu ph saliva diperiksa. Pemilihan waktu pengunyahan selama 5 menit sesuai dengan instruksi pabrik salivary test kit GC yang menyatakan lama waktu pengunyahan adalah selama 5 menit Pengukuran ph saliva dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus. Permen karet yang mengandung xylitol sebanyak 1 buah memiliki kadar xylitol sebesar 678 mg sehingga dalam dua buah permen karet yang mengandung xylitol memiliki kadar xylitol sebesar 1356 mg, sedangkan dalam empat buah permen karet yang mengandung xylitol memiliki kadar xylitol 2712 mg. Setiap harinya kadar xylitol yang diperlukan seseorang adalah sebesar 4-10 g, konsentrasi tersebut didapatkan dengan pengunyahan permen karet sebanyak 3-7

kali sehari. 32 Setiap pengunyahan dilakukan selama 5 menit, namun, jika frekuensi konsumsi xylitol kurang dari 3 kali dalam sehari maka tidak mengakibatkan penurunan ph saliva. 8,32 Oleh karena itu, pada penelitian ini subyek penelitian mengunyah permen karet yang mengandung xylitol sebanyak 2 buah dan 4 buah serta pengukuran langsung dilakukan setelah pengunyahan untuk mengetahui apakah ada dampak konsentrasi xylitol terhadap perubahan nilai ph saliva. Pengunyahan dengan jumlah permen karet dua kali lipat yaitu 4 buah, dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya perbedaan dibandingkan dengan mengunyah 2 buah permen. Pada gambar 5.1 terlihat adanya peningkatan nilai ph saliva awal dengan sesudah mengunyah parafin. Peningkatan ini menandakan adanya perubahan dari ph saliva sebelum dan sesudah stimulasi kelenjar saliva. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan laju alir saliva akibat stimulasi dari permen karet. Pada pengunyahan parafin, laju alir saliva akan meningkat selama menit pertama dan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu pengunyahan. Peningkatan laju alir saliva ini yang membuat ph saliva meningkat. 13 Terlihat juga adanya peningkatan nilai ph saliva awal dengan nilai ph saliva sesudah mengunyah 2 buah dan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol (gambar 5.1). Peningkatan ph saliva sebelum dan sesudah pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol terjadi akibat stimulasi kelenjar saliva yang membuat peningkatan laju alir saliva sehingga terjadi peningkatan pada nilai ph saliva. Selain itu, adanya rasa manis juga dapat merangsang kelenjar saliva untuk memproduksi saliva sehingga laju alir meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa rasa manis dari gula dapat menstimulasi kelenjar saliva. 33 Pada hasil penelitian ini didapat perbedaan yang bermakna nilai ph saliva antara kelompok awal dengan kelompok parafin, kelompok xylitol 2 buah, dan kelompok xylitol 4 buah. Dari peningkatan yang terjadi, peningkatan terbesar terjadi setelah pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol. Nilai rata-rata ph saliva sesudah pengunyahan parafin dibandingkan dengan sesudah pengunyahan 2 buah xylitol tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Setelah diuji dengan statistik, nilai p dari kedua kelompok ini adalah

0,472. Hal ini menandakan bahwa nilai rata-rata ph saliva sesudah pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol tidak berbeda dengan sesudah pengunyahan parafin. Keadaan ini dapat terjadi karena konsentrasi xylitol yang berada dalam 2 buah permen karet tidak terlalu besar yaitu 2712 mg. Kemungkinan besar konsentrasi ini belum dapat mengakibatkan peningkatan nilai ph saliva yang signifikan. 7 Perbedaan yang bermakna terlihat antara kelompok sesudah pengunyahan parafin dengan sesudah pengunyahan 4 buah xylitol. Hal ini menunjukkan bahwa pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol lebih memberikan pengaruh kenaikan nilai ph saliva dibandingkan dengan sesudah mengunyah parafin. Pada kelompok pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol memiliki perbedaan nilai ph saliva yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol. Dari tabel 5.3, hasil uji dengan menggunakan U Mann-Whitney, didapatkan p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ph saliva yang lebih baik adalah dengan mengunyah 4 buah permen karet yang mengandung xylitol dibandingkan dengan mengunyah 2 buah permen karet yang mengandung xylitol. Hasil nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata ph saliva setelah pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi xylitol pada 4 buah permen karet yang mengandung xylitol lebih tinggi daripada 2 buah permen karet yang mengandung xylitol. Di dalam rongga mulut, xylitol akan berikatan dengan kalsium yang terdapat dalam saliva sehingga kestabilan kalsium fosfat di dalam saliva dapat terjaga. Oleh karena itu, xylitol berfungsi untuk menstabilkan mineral-mineral yang ada pada saliva sehingga nilai ph saliva akan cenderung lebih stabil. 7 Peningkatan konsentrasi xylitol mengakibatkan semakin banyaknya mineral saliva yang distabilkan. Oleh karena itu, ph saliva yang dihasilkan juga cenderung lebih stabil. 7 Namun, dari hasil nilai rata-rata ph saliva yang didapatkan setelah pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol dengan setelah

manis. 25 Dari penelitian ini dapat disimpulkan permen karet yang mengandung pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol, keduanya masih berada pada kisaran ph saliva normal. Di dalam permen karet yang mengandung xylitol terdapat pemanis sehingga terjadi peningkatan laju alir saliva. Peningkatan laju alir ini yang mengakibatkan kenaikan dari ph saliva. Selain adanya pemanis, laju alir saliva juga meningkat karena adanya aktivitas pengunyahan. Oleh karena itu, kenaikan ph saliva dalam penelitian ini dipengaruhi oleh aktivitas pengunyahan dan rasa xylitol dapat berperan untuk mencegah karies dengan meningkatkan ph saliva. Namun, pencegahan karies tidak hanya dengan mengunyah permen karet yang mengandung xylitol. Peningkatan kebersihan mulut dengan menyikat gigi secara teratur, penggunaan dental floss; kontrol diet; dan penggunaan fluoride perlu dilakukan juga untuk mencegah terjadinya karies. Hasil peningkatan nilai ph saliva ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi kebersihan mulut subyek yang sudah baik. Kelemahan dari penelitian ini adalah pengukuran ph saliva yang menggunakan kertas lakmus. Penentuan warna merupakan hal yang bersifat subyektif. Penilaian warna bergantung pada perasaan dan kemampuan mata setiap peneliti. Selain itu, pada penentuan warna ini dapat terjadi kelelahan mata sehingga terjadi kesalahan dalam penilaian warna. Pengukuran dengan menggunakan kertas lakmus juga membuat hasil dari ph saliva yang didapat bukan menunjukkan angka yang akurat melainkan dalam nilai yang sudah ditetapkan. Kelemahan lain adalah subyek yang tidak sepenuhnya dalam keadaan diam dan jumlah pengunyahan yang dilakukan oleh setiap subyek berbeda-beda. Bila dilihat secara keseluruhan, pengunyahan 4 buah permen karet yang mengandung xylitol memiliki perbedaan nilai ph saliva yang bermakna terhadap pengunyahan parafin dibandingkan dengan pengunyahan 2 buah permen karet yang mengandung xylitol karena konsentrasi xylitol yang lebih besar terdapat pada 4 buah permen karet yang mengandung xylitol. Namun, ada beberapa kelemahan pada pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol sebanyak 4

buah, yaitu subyek cenderung enggan untuk mengunyah karena mulut yang terasa penuh.