IV. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

METODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Unnes Physics Journal

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

PEMETAAN SESAR NUSA LAUT BERDASARKAN HIPOSENTER GEMPA BUMI NUSA LAUT AGUSTUS SEPTEMBER 2015 DAN DATA GRAVITASI

BAB III METODE PENELITIAN

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains MAULANA SOFYAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

STUDI PENERAPAN METODE ANALISIS DERIVATIF PADA DATA POTENSIAL GRAVITASI

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

III. TEORI DASAR. menyatakan gaya tarik menarik F antara dua massa m 1 dan m 2 dengan dimensi

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Quantitative Interpretation of Gravity Anomaly Data in Geothermal Field Seulawah Agam, Aceh Besar

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

III. TEORI DASAR. al, 1990). Dasar teori penggunaan metode gayaberat (gravity) adalah Hukum. Newton, dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

Transkripsi:

IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung, Jalan Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung. Adapun susunan kegiatan diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian JADWAL PENELITIAN Bulan Kegiatan Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Studi Literatur Input Data Pengolahan Data Pemodelan 2,5D Presentasi Usul Pemodelan 3D Analisis Struktur dan Model Presentasi Hasil

B. Alat dan Bahan 55 Data penelitian ini merupakan data sekunder, yang diperoleh dari Badan Geologi Kementrian ESDM, Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung yang tersedia pada Sub Bidang Panas Bumi. Data yang diperoleh adalah data gravitasi hasil survei di daerah Lilli-Sepporaki pada tahun 2010. Data yang digunakan terdiri dari 299 titik pengamatan yang dibatasi oleh 03 0 16 28 03 0 06 17 Lintang Selatan dan 119 0 07 119 0 14 Bujur Timur atau pada koordinat UTM 716934 747335 me dan 9637787 9656679 ms (Gambar 30). Gambar 30. Titik-titik pengukuran pada daerah penelitian. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. Data gayaberat daerah Lilli-Sepporaki. 2. Data penunjang (peta anomlai magnet total, pemodelan inversi 2D magnetotellurik, dan report data geokimia) daerah Lilli-Sepporaki.

3. Peta geologi regional dan manifestasi daerah Lilli-Sepporaki. 56 4. Peta topografi daerah Lilli-Sepporaki. 5. Software yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Microsoft Office Excel, Surfer 10, Numeri, Grav2DC dan Grav3D. C. Pengolahan Data 1. Anomali Bouguer (Bouguer anomaly) Data yang diolah untuk dianalisa lebih lanjut dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran gayaberat di lapangan (g read ). Pengolahan data hasil pengukuran di lapangan bertujuan untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh untuk mendapatkan nilai anomali gayaberat (Bouguer Anomaly) dilakukan dengan menggunakan program Ms. Excel. Pengolahan data dilakukan dengan cara melakukan koreksi-koreksi terhadap data hasil pengukuran gayaberat di lapangan. Sebelum melakukan koreksi-koreksi tersebut, data hasil pengukuran gayaberat di lapangan (g read ) terlebih dahulu dikonversikan ke dalam satuan mgal. Setelah nilai konversi mgal didapatkan selanjutnya dilakukan koreksi tide dan koreksi drift sehingga didapatkan nilai g observe (g obs ). (70) Setelah mendapatkan nilai pada setiap stasiun, kemudian dilakukan koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi Bouguer, dan koreksi medan. Pada koreksi Bouguer, nilai densitas permukaan rata-rata menggunakan nilai 2,67 gr/cm 3. Hasil akhir yang didapatkan setelah

57 melakukan pengolahan data adalah nilai gayaberat yang hanya disebabkan oleh pengaruh ketidakseragaman densitas di bawah permukaan atau yang sering disebut sebagai anomali gayaberat (Bouguer Anomaly). Dari rumus pada persamaan (71) tersebut diperoleh hasil anomali gayaberat (Bouguer Anomaly). Kemudian dibuat menjadi suatu kontur yang bertujuan untuk memudahkan dalam proses interpretasi. Proses pembuatan kontur dilakukan dengan menggunakan program Surfer 10. Input untuk pembuatan kontur menggunakan Surfer 10 adalah koordinat (x dan y) titik pengukuran dan nilai anomali Bouguer pada titik tersebut. (71) 2. Analisis spektrum Analisis spektrum bertujuan untuk memperkirakan kedalaman suatu benda anomali gayaberat di bawah permukaan. Metode analisis spektrum menggunakan Transformasi Fourier yang berguna untuk mengubah suatu fungsi dalam jarak atau waktu menjadi suatu fungsi dalam bilangan gelombang atau frekuensi (Blakely, 1995). Dengan analisis spektrum dapat diketahui kandungan frekuensi dari data, sehingga kedalaman dari anomali gayaberat dapat diestimasi. Frekuensi rendah yang berasosiasi dengan panjang gelombang panjang mengindikasikan daerah regional yang mewakili struktur dalam dan luas. Sedangkan sebaliknya, frekuensi tinggi yang berasosiasi dengan panjang gelombang pendek mengindikasikan daerah residual (lokal) yang mewakili

58 struktur dangkal dan umumnya frekuensi sangat tinggi menunjukkan noise yang diakibatkan kesalahan pengukuran, kesalahan digitasi, dan lain-lain. Input untuk proses analisis spektrum adalah jarak antar titik pengukuran dan nilai anomali gayaberat hasil slice tiga buah lintasan yang memotong kontur anomali gayaberat (Bouguer anomaly) secara vertikal dan horizontal. Dalam penelitian ini menggunakan software Numeri dengan memasukkan nilai jarak spasi dan nilai anomali Bouguer pada lintasan tersebut, didapatkan nilai frekuensi, real, dan imajiner yang kemudian didapatkan nilai amplitudo dengan persamaan: (72) (73) dimana r merupakan bilangan real dan i merupakan bilangan imajiner. Didapatkan pula nilai bilangan gelombang (k) dari persamaan (74) berikut: (74) Setelah didapatkan nilai amplitudo dan panjang gelombang sesuai persamaan (72), (73), dan (74), kemudian dibuat plot grafik ln A terhadap k. Setelah itu estimasi kedalaman dapat dilakukan dengan membuat regresi linier pada zona regional dan residual. 3. Pemisahan anomali regional dan residual Anomali Bouguer merupakan suatu nilai anomali gayaberat yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan pada daerah dangkal dan daerah yang lebih dalam di bawah permukaan. Efek yang berasal dari

59 batuan pada daerah dangkal disebut anomali residual, sementara efek yang berasal dari batuan pada daerah yang lebih dalam disebut anomali regional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan anomali regional dan anomali residua pada anomali Bouguer. Proses pemisahan anomali regional dan residual pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode moving average dengan lebar jendela 19x19 yang didapatkan dari proses analisis spektrum. 4. Pemodelan struktur bawah permukaan Pemodelan struktur bawah permukaan dilakukan dengan cara pemodelan ke depan (forward modelling). Pemodelan ke depan adalah suatu proses perhitungan data yang secara teoritis akan teramati di permukaan bumi jika diketahui harga parameter model bawah permukaan tertentu (Grandis, 2009). Dalam pemodelan dicari suatu model yang cocok atau fit dengan data lapangan, sehingga model tersebut dianggap mewakili kondisi bawah permukaan di daerah pengukuran. Pemodelan struktur bawah permukaan dilakukan dengan program Grav2DC untuk pemodelan 2,5D dan program Grav3D untuk model inversi 3D. Input dari Grav2DC adalah data jarak antar stasiun dan data anomali residual pada setiap stasiun yang telah di slice (Lintasan A-A, Lintasan B-B, dan Lintasan C-C ). Dengan pemilihan lintasan: Lintasan A-A berarah Barat Daya-Timur Laut dan melewati mata air panas Sepporaki, Lintasan B-B sejajar dengan lintasan A-A berarah Barat Daya-Timur Laut, tetapi tidak melintasi mata air panas, sedangkan

60 Lintasan C-C memotong lintasan A-A dan lintasan B-B berarah Barat Laut-Tenggara dan melintasi dua mata air panas, Sepporaki dan Riso. Setelah memasukkan input data ke program Grav2DC, dilakukan pembuatan model dengan memasukkan suatu body dengan densitas tertentu, yang mana harus dicocokkan juga pada geologi regiona daerah penelitian. Peta geologi memberikan gambaran geologi secara umum berdasarkan formasi batuan, jenis batuan tersingkap, dan keberadaan patahan pada daerah penelitian. Dengan gambaran-gambaran tersebut, pemodelan struktur bawah permukaan pada metode gayaberat akan menghasilkan respon yang cocok atau fit dengan data lapangan. Input dari Grav3D adalah data anomali residual (*.grv), dan mesh (*.txt), sehingga didapatkan output berupa model 3D daerah penelitian yang mendekati keadaan yang sebenarnya. 5. Analisis derivative Analisis derivative yang digunakan untuk mengetahui jenis patahan adalah turunan kedua anomali Bouguer atau Second Vertical Derivative (SVD). SVD dalam menentukan jenis patahan dilakukan dengan bantuan peta geologi regional daerah penelitian, yaitu slicing keberadaan patahan yang nampak pada peta geologi. Patahan tersebut merupakan patahan mayor yang dapat menjadi acuan pada pemodelan 2,5D. Pada kontur SVD dibuat berdasarkan prinsip dasar dan teknik perhitungan yang telah dijelaskan oleh Henderson & Zietz (1949), Elkins (1951), dan Rosenbach (1953). Namun dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan filter

61 Elkins yang dianggap filter terbaik dari filter lainnya. Berikut adalah filter Elkins (1951) yang dipakai : Gambar 31. Filter Elkins (1951). Kemudian penampang SVD didapatkan dari lintasan pada peta kontur SVD, dimana lintasan yang diambil merupakan lintasan yang sama dengan lintasan pada peta anomali Bouguer. D. Analisis Struktur dan Model Bawah Permukaan Analisis yang dilakukan yaitu membandingkan hasil pemodelan 2,5D dan model 3D gayaberat dengan data pendukung peta anomali magnet total, informasi nilai tahanan jenis pada pemodelan inversi 2D magnetotellurik, serta informasi geokimia yang semuanya telah terpublikasi oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG). Informasi peta anomali magnet total digunakan sebagai informasi tambahan terkait keberadaan patahan, dengan adanya pola anomali positif-negatif. Mengetahui keberadaan batuan penudung (cap rock) sistem panas bumi Lilli-Sepporaki dengan informasi nilai tahanan jenis pada pemodelan inversi 2D magnetotellurik. Sementara informasi geokimia sebagai konseptual letak reservoir dan juga patahan yang

62 mengontrol Lilli-Sepporaki. Selanjutnya berdasarkan informasi-informasi tersebut, sistem panas bumi Lilli-Sepporaki dapat diinterpretasikan. E. Diagram Alir Adapun diagram alir dalam pengolahan data sebagai berikut: Gambar 32. Diagram alir penelitian.