BAB II KAJIAN TEORITIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dikarenakan kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

BAB II KAJIAN TEORITIK

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Astuti Alawiyah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendidikan Karakter

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Awal

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

DENGAN METODE BERMAIN ULARTANGGA DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Wonosari

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran di dalam kelas. Dengan

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Aunurrahman (2011:108) kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus diajarkan kepada siswa. Menurut Adjie dan Maulana (2007:14) kemampuan dalam suatu masalah termasuk suatu keterampilan, karena dalam pemecahan masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) dan sikap mau menerima tantangan. Menurut Nasution (2011:170), memecahan masalah dapat dipandang sebagai proses pelajar menemukan kombinasi aturan aturan yang telah dipelajari lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru. Menurut Wardhani (2008), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Dalam mata pelajaran matematika siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah apabila dapat menyelesaikan masalah melalui langkah-langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana dan menafsirkan solusi. 7

8 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu kompetensi yang dimiliki oleh siswa dalam memahami suatu masalah kemudian siswa menemukan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah matematis dan menafsirkan solusi. Menurut Polya (1957) ada 4 langkah di dalam memecahkan masalah yaitu : 1. Understanding the problem (memahami masalah) Memahani masalah (understanding the problem) kegiatan ini merujuk pada apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). 2. Devising a plan (merencanakan penyelesaian) Merencanakan penyelesaian (devising a plan) di sini menghubungkan antara data yang diketahui dengan permasalahan yang ada. Lalu rumus/teorema apa yang bisa digunakan, dan coba untuk berfikir masalah yang hampir sama dengan permasalahan yang akan dicari. 3. Carrying out the plan (melaksankan perhitungan) Menyelesaikan rencana (carrying out the plan) merujuk pada penyelesaian permasalahan matematika menggunakan model matematika yang telah disusun. 4. Looking back (memeriksa kembali proses dan hasil) Memeriksa kembali (looking back) merujuk pada menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur

9 yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya. Menurut Adjie dan Maulana (2007) ada 4 keterampilan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah antara lain: 1. Memahami soal Dalam memahami soal, kita harus memahami dan mengidentifikasi yang diketahui, apa yang ditanyakan, serta mencari apa yang perlu dibuktikan. 2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan Setelah memahami soal, memilih pendekatan atau strategi pemecah dengan apa yang diketahui saat memahami soal dan konsep untuk membentuk model atau proses matematika. 3. Menyelesaikan soal Dalam menyelesaikan soal, kita melakukan proses atau operasi hitung secara sistematis dan benar dalam menerapkan strateginya untuk memperoleh solusi dari suatu masalah. 4. Menafsirkan solusi Dalam menafsirkan solusi, kita harus memeriksa kebenaran jawaban apakah jawaban tersebut merupakan penyelesaian dari masalah yang semula. Berdasarkan pendapat di atas peneliti mengambil indikator indikator sebagai berikut: 1. Memahami masalah

10 Memahami dan mengidentifikasi yang diketahui, apa yang ditanyakan, serta mencari apa yang perlu dibuktikan. 2. Merencanakan pemecahan masalah Memilih pendekatan atau strategi pemecah dengan apa yang diketahui saat memahami soal dan konsep untuk membentuk model atau proses matematika. 3. Menyelesaikan rencana suatu masalah Melakukan proses atau operasi hitung secara sistematis dan benar dalam menerapkan strateginya untuk memperoleh solusi dari suatu masalah. 4. Menafsirkan solusi Memeriksa kebenaran jawaban apakah jawaban merupakan penyelesaian dari masalah yang semula. E. Percaya Diri Santrock (2003) menyatakan bahwa percaya diri adalah evaluasi yang menyeluruh dalam diri individu dalam melihat siapa dirinya (baik atau buruk) dan potensi yang mereka miliki, serta sejauh mana siswa menghargai atau menyalahkan diri sendiri dan hal tersebut merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana rasa percaya diri yang mereka miliki. Sejalan dengan pendapat itu, Dariyo (2011) mengungkapkan bahwa percaya diri adalah kemampuan individu memahami seluruh potensiyang dimiliki dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Individu yang memiliki percaya diri yang baik,

11 biasanya memiliki sikap yang mendukung kelangsungan hidupnya seperti adanya sikap yang optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, dan menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Menurut pendapat Aunurrahman (2011:184) rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah kemampuan individu dalam melakukan berbagai hal dengan baik, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri, menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, dan keyakinan individu pada potensi yang mereka miliki dalam menyelesaikan masalah. Menurut Kemendikbud (2014) berikut didiskripsikan beberapa indikator sikap percaya diri : a. Berpendapat atau melakukan tindakan tanpa ragu-ragu. b. Mampu membuat keputusan dengan cepat. c. Berani berpresentasi di depan kelas. d. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan di hadapan guru dan teman-temannya. Beberapa indikator perilaku dari rasa percaya diri menurut Savin Williams dan Demo dalam Santrock (2003) sebagai berikut: a. Mengekspresikan pendapat. b. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial.

12 c. Bekerja secara kooperatif dalam kelompok. d. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara. e. Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung. f. Memulai kontak yang ramah dengan orang lain. g. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi. h. Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan. Berdasarkan beberapa teori tentang percaya diri di atas, dapat disimpulkan beberapa indikator percaya diri adalah sebagai berikut: a. Mengekspresikan pendapat. Contoh: Siswa mengemukakan pendapat ketika sedang membahas suatu topik pelajaran matematika. b. Bekerja secara kooperatif dalam kelompok. Contoh : Siswa melakukan diskusi secara kerjasama dalam suatu kelompok saat pelajaran matematika. c. Berani berpresentasi di depan kelas. Contoh : Siswa berani mengemukakan hasil diskusi dengan kelompok di depan kelas. d. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan di hadapan guru dan teman-temannya. Contoh : Siswa berani menyampaikan pendapat kemudian bertanya dari hal yang masih belum dimengeti, atau menjawab di depan kelas dihadapan guru dan teman-temannya.

13 F. Strategi Pembelajaran aktif tipe Learning Tournament a. Pengertian Strategi Belajar Aktif Strategi belajar aktif merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar dengan membuat pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Hamdani (2011 : 48) Strategi pembelajaran aktif merupakan pola untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ujian Sukanda (2011 : 48) menjelaskan bahwa strategi active learning adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukakan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak bergantungan kepada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal baru. Berdasarkan pengertian strategi belajar aktif menurut beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar melalui diskusi ataupun tanya jawab sehingga siswa mempunyai inisiatif dan selalu berkeinginan untuk belajar serta memahami penjelasan materi yang diberikan oleh guru agar mencapai tujuan pembelajaran.

14 b. Strategi Learning Tournament Strategi learning tournament merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang akan membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa. Menurut Silberman dan Melvin (2006 : 171) strategi learning tournament merupakan versi sederhana dari Tournament permainan tim yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya. Teknik ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim, dan bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan. Langkah langkah strategi learning tournament menurut Silberman dan Melvin (2006 : 171) adalah : a. Guru membagi siswa sejumlah kelompok beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa setiap kelompok memiliki jumlah yang sama. (jika ini tidak bisa dilakukan, guru harus merata-ratakan skor tiap tim) b. Berikan materi kepada setiap kelompok untuk dipelajari bersama anggota kelompok c. Buatlah beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau pengingatan akan materi pelajaran. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri, misalnya pilihan ganda, mengisi titik-titik, benar/ salah, atau definisi istilah. d. Berikan sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai ronde satu dari turnament belajar. Tiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perseorangan.

15 e. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawaban dan perintah siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab benar. Selanjutnya perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan tiap kelompok mereka untuk mendapatkan skor kelompok. Umumkan skor dari tiap kelompok. f. Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnament. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua. Perintahkan kelompok untuk sekali lagi menggabungkan skor mereka dan menambahkan ke skor mereka di ronde pertama. g. Guru bisa membuat ronde sebanyak yang guru mau, namun pastikan untuk memberi kesempatan kelompok untuk menjalani sesi belajar antar masing-masing ronde. Lama waktu dalam turnamen belajar juga bervariasi. (Bisa singkat selama dua puluh menit atau bahkan beberapa jam) h. Untuk variasi dalam turnamen belajar, guru dapat memberikan penalti kepada siswa yang memberi jawaban salah dengan memberi siswa skor minus 2 atau minus 3. Jika siswa tidak yakin dengan jawabannya, lembar jawaban kosong maka bisa dianggap nol (0). G. Materi Pelajaran Materi pelajaran pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) yang terkait dengan kemampuan pemecahan masalah matematis : SK 2 : Memahami Sistem Persamaan Linier Dua Vaeriabel (SPLDV) dan menggunakan dalam pemecahan masalah

16 KD 2.1 : Menyelesaikan Sistem Persamaan Dua Variabel (SPLDV) 2.2 : Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Indikator : 2.1.1 Membuat model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel 2.1.2 Membuat model matematika dari masalah sehari hari yang berkaitan dengan SPLDV 2.1.3 Menyelesaikan SPLDV dengan metode grafik 2.1.4 Menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi 2.1.5 Menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi 2.1.6 Menyelesaikan SPLDV dengan metode gabungan 2.1.7 Menyelesaikan pecahan sistem persamaan dua variabel H. Penelitian Relevan Mei (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa menggunakan model PBL dapat meningkatkan sikap percaya diri dan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Somagede, denganrataratakemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus I ke siklus II sebesar 54,92 menjadi 67,73 sedangkan peningkatan pada siklus II yaitu 67,73 menjadi 73,59. Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Dini (2013) tentang Penerapan Strategi Belajar Aktif Learning Tournament berpengaruh terhadap meningkatnya hasil nilai belajar matematika siswa dengan nilai ketuntasan belajar pada kelas yang menerapkan strategi learning tounament lebih tinggi yaitu dengan nilai rata rata 74,66 sedangkan pada

17 kelas yang tidak menerapkan strategi learning tournament memiliki rata rata nilai yang lebih rendah yaitu 67,52 Dari beberapa penelitian di atas, peneliti ingin melalui pembelajaran aktif tipe learning tournament dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan rasa percaya diri. I. Kerangka Pikir Kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar di bawah ini : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Rasa Percaya Siswa Kelas VIII H SMP N 3 Purwokerto Rendah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Tournament Indikator Indikator Pemecahan Fase Langkah Kegiatan Guru Percaya Diri Masalah Siswa Matematis 1 Guru membagi kelompok (2-8 siswa) 2 Memberi materi kepada setiap kelompok untuk dipelajari bersama 3 Buat pertanyaan Guru membagi siswa kebeberapa kelompok (2 sampai 8 siswa). Guru memberikan materi kelompok untuk dipelajari secara berkelompok. Guru memberikan pertanyaan untuk Memahami masalah Merencanakan pemecahan masalah Menyelesaikan rencana suatu Berpendapat atau melakukan tindakan tanpa ragu-ragu Mampu membuat keputusan dengan cepat Berani mempresentasi

18 untuk perlombaan akademis 4 Menggabung kan skor mereka (perseorang untuk menjadi skor perkelompok ) menguji pemahaman siswa (perlombaan akademis). Guru meminta siswa menghitung skor yang mereka peroleh (perseorang untuk menjadi skor perkelompok). masalah Menafsirkan solusi kan rencana suatu masalah di depan kelas Berani berpendapat dalam menafsirkan solusi, bertanya, atau menjawab pertanyaan di hadapan guru dan temantemannya. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan rasa percaya diri siswa meningkat Gambar Skema Kerangka Pikir 1.1 Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara dengan guru siswa kelas VIII H SMP Negeri 3 Purwokerto menunjukan bahwa masih rendah kemampuan pemecahan masalah matematis dan rasa percaya diri siswa. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan rasa percaya diri siswa terhadap pelajaran matematika, peneliti melakukan siklus I, siklus II, dan siklus III yang diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menerapkan strategi learning tounament dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran learning tournament merupakan salah satu tipe strategi pembelajaran aktif yang berpusat kepada siswa, dengan teknik yang ada dalam

19 strategi learning tournament dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi melalui kompetisi akademik yang dilakukan. Penerapan strategi learning tournament pada proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan rasa percaya diri siswa. J. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yang diajukan adalah strategi pembelajaran aktif tipe learning tournament dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan percaya diri siswa kelas VIII H SMP N 3 Purwokerto.