BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat The Cipaku Garden Hotel dalam bentuk CV atas nama Hendro Wibowo beserta putrinya,

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perbandingan Penentuan Harga Pokok pissn : X Kamar Hotel Antara Full Costing Dengan pissn :

PERBANDINGAN PENENTUAN TARIF KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA HOTEL TIRTONADI PERMAI SURAKARTA

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

Bagaimana Perhitungan Unit Cost Kamar Hotel Melalui Pendekatan Metode Tradisional dan Activity Based Costing?

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada penulisan ini, yang menjadi objek penelitian adalah tarif sewa

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PONDOK ASRI

PENENTUAN HARGA POKOK PENJUALAN KAMAR MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING PADA WHIZ HOTEL SEMARANG VONNY SETYOWATI B

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM AKURASI PERHITUNGAN TARIF KAMAR PADA HOTEL AZIZA BY HORISON PEKANBARU

PENENTUAN TARIF JASA KAMAR HOTEL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA HOTEL GRAND VICTORIA DI SAMARINDA. Abstract

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK SEWA KAMAR DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

Analisis Penggunaan Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Pada Hotel Cendrawasih Lahat

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis perhotelan ini dapat diawali dengan mengkaji dan memperbaiki sistem

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak badan usaha yang mengalami krisis dalam menjalankan usahanya karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

% ,938,800 21,341,838 11,024, , % 77,474,150 5,423,191

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sendiri digunakan di semua organisasi: manufacturing, merchandising and service (Hansen, Mowen, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi menyebabkan benturan antara konsep lama dengan pandanganpandangan. mempertahankan dan meningkatkan posisi pasarnya.

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E.) pada Program Studi Akuntansi.

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED ANALYSIS METHOD COSTING SYSTEM IN PRICING COST OF ROOMS IN HOTEL DYNASTY MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

IMPLEMENTASI METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI PERHOTELAN (Studi Kasus pada Unit Bisnis Hotel DEF di PT.

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR MENENTUKAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012)

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

METODOLOGI PENELITIAN

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Surakarta, pada saat ini perkembangan perusahaan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR PADA HOTEL LOTUS GARDEN AND RESTAURANT KEDIRI TAHUN 2015

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADAA LOTUS GARDEN HOTEL AND RESTAURANT KEDIRI PERIODE 2014

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan secara otomatis (terkomputerisasi). Sekarang tidak hanya diimplementasikan pada

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wisata maka usaha perhotelan dan guest house merupakan usaha yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

Diajukan oleh : Yunanto D

PENGGUNAAN ABC SYSTEM UNTUK MENGENDALIKAN BIAYA DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK TARIF SEWA KAMAR HOTEL SILIWANGI SEMARANG TIARA PERNANDA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola biaya (cost), maka akan semakin baik. diklasifikasikan dan dialokasikan dengan tepat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABTSRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat The Cipaku Garden Hotel Hotel Cipaku Indah Bandung didirikan pada tanggal 27 September 1983 dalam bentuk CV atas nama Hendro Wibowo beserta putrinya, Luciana Wibowo. Namun sebelum berdirinya CV Cipaku Indah Bandung. Bapak Hendro mendirikan kolam renang terlebih dahulu. Melihat banyaknya pemakai jasa kolam renang maka didirikanlah sebuah hotel yang dekat dengan lokasi kolam renang. Hotel Cipaku Indah Bandung didirikan diatas tanah seluas 3,5 hektar, dengan modal yang terbatas pihak hotel hanya membangun 32 kamar yang terdiri dari 15 buah family room dan 17 standard room. Untuk bangunan Hotel Cipaku Indah Bandung ini dirancang sendiri oleh pemiliknya karena beliau seorang arsitek. Bentuk bangunan Hotel Cipaku Indah Bandung di design dengan menonjolkan tradisi Indonesia terutama tradisi Yogyakarta, yang dapat dilihat dari bentuk bangunan kamarnya. Hotel Cipaku Indah Bandung beberapa kali mengadakan perbaikan dan penambahan kamar tahun 1987 penambahan sejumlah 27 kamar, yaitu 4 buah suit room, 5 buah economy room, dan 18 kamar, pada tahun yang sama CV Cipaku Indah Bandung berubah menjadi Perseroan Terbatas 75

76 dengan nama PT Cipaku Indah. Penambahan kamar dilakukan lagi pada tahun 1989 dari beberapa kali renovasi dan perluasan yang dilakukan, luas bangunan Hotel Cipaki Indah Bandung menjadi sekitar 7900m 2. Usaha perbaikan yang dilakukan pemilik maka pada tanggal 3 Juni 1991 Hotel Cipaku Indah dinyatakan memenuhi syarat Hotel Bintang 2 (**). Dengan berjalannya waktu, Hotel Cipaki Indah berkembang dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas-fasilitas yang menunjang operational hotel dan tanggal 19 Maret 1998 Hotel Cipaku Indah Bandung predikat hotelnya meningkat dari bintang 2 (**) menjadi bintang 3(***) dan pada tahun 2008 Hotel Cipaku Indah mendapatkan piala penghargaan sebagai hotel terbaik 1 bintang (***) dari Pemkot Bandung Dinas Pariwisata. Pada tanggal 1 Maret 2008 Hotel Cipaku Indah Bandung berganti nama menjadi The Cipaku Garden Hotel. 4.1.2 Perhitungan Harga Pokok Kamar Menggunakan Metode Traditional Perhitungan harga pokok kamar pada Hotel Cipaku dilakukan untuk setiap bagian atau unit yang menghasilkan Jasa. Biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok kamar merupakan biaya-biaya yang terjadi pada bagian atau unit penghasil jasa maupun biaya hasil alokasi daribagian atau unit yang bersifat umum. Biaya-biaya dari bagian atau unit yang sifatnya umum ini proses pembebanannya dilakukan dengan cara alokasi. Biasanya alokasi biaya-biaya tersebut didasarkan kontribusi

77 pendapaan masing-masing bagian atau unit penghasilan jasa kamar terhadap total pendapatan jasa kamar. Jenis kamar di Hotel Cipaku Garden, antara lain: 1. Economy room, yang berjumlah 5 kamar dengan luas sebesar 28m 2 2. Standard room, yang berjumlah 31 kamar dengan luas sebesar 28m 2 3. Superior room, yang berjumlah 32 kamar dengan luas sebesar 29m 2 4. Deluxe room, yang berjumlah 15 kamar dengan luas sebesar 51m 2 5. Jr.Executive room, yang berjumlah 1 kamar dengan luas sebesar 75m 2 6. Executive room, yang berjumlah 3 kamar dengan luas sebesar 75m 2 Tabel 4.1 Room Rate The Cipaku Garden Hotel Tahun 2011 Room Type Room Rate (Rp) Economy Room 345,000 Standard Room 460,000 Superior Room 575,000 Deluxe Room 675,000 Jr. Executive Room 775,000 Executive Room 955,000 Sumber: The Cipaku Garden Hotel Untuk jumlah kamar tersedia untuk dijual dan jumlah hari untuk menginap disetiap jenis kamar selama tahun 2011 pada Hotel Cipaku dapat dilihat pada tabel berikut:

78 Jenis Kamar Tabel 4.2 Jumlah kamar tersedia untuk djual Jumlah Kamar Jumlah Kamar Setahun (1) (1) x 365 Hari Persentase Kamar Setahun Economy 5 1825 6% Standard 31 11315 36% Superior 32 11680 37% Deluxe 15 5475 17% Jr. Executive 1 365 1% Executive 3 1095 3% Jumlah 87 31755 100% Sumber: The Cipaku Garden Hotel Untuk jumlah hari hunian kamar Hotel Cipaku selama tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Jumlah Hari Hunian Kamar The Cipaku Garden Hotel tahun 2011 Bulan Room Type Economy Standard Superior Deluxe Jr. Executive Executive Total Januari 71 337 526 242 14 35 1224 Februari 62 385 545 246 12 23 1273 Maret 44 397 463 234 13 21 1171 April 80 364 555 241 17 18 1276 Mei 161 717 582 214 11 20 1704 Juni 86 424 664 306 18 44 1541 Juli 102 641 685 391 19 39 1877 Agustus 41 425 488 235 19 21 1230 september 116 508 616 443 45 43 1771 Oktober 58 681 735 173 8 17 1672 November 108 416 439 234 12 18 1227 Desember 104 725 656 288 20 25 1818 Jumlah 1032 6019 6954 3246 208 324 17783 Sumber: The Cipaku Garden Hotel Berdasarkan pada kedua tabel diatas, perhitungan dari proses pembebanan biaya dan penentuan harga jual untuk masing-masing jenis

79 kamar di The Cipaku Garden Hotel dapat dijelaskan melalui perhitungan sebagai berikut: a) Tingkat hunian kamar (occupancy) masing-masing jenis kamar selama tahun 2011 Tabel 4.4 Occupancy rate The Cipaku Garden Hotel Tahun 2011 Room Type Jumlah Kamar Terjual (1) Jumlah Kamar Tersedia (2) Occupancy Rate Economy Room 1032 1825 56.55% Standard Room 6019 11315 53.19% Superior Room 6954 11680 59.54% Deluxe Room 3246 5475 59.29% Jr. Executive Room 208 365 56.99% Executive Room 324 1095 29.59% Total 17783 31755 56.00% b) Penjualan jasa kamar Hotel untuk masing-masing jenis kamar selama tahun 2011 Room Type Tabel 4.5 Gambaran Pendapatan Penjualan Jasa Kamar The Cipaku Garden Hotel Tahun 2011 Jumlah Kamar Terjual (1) Room Rate (Rp) (2) Room Revenue (1)x(2) Economy Room 1032 345,000 356,040,000 Standard Room 6019 460,000 2,768,740,000 Superior Room 6954 575,000 3,998,550,000 Deluxe Room 3246 675,000 2,191,050,000 Jr. Executive Room 208 775,000 161,200,000 Executive Room 324 955,000 309,420,000 Total 17783 3,785,000 9,785,000,000

80 c) Persentase pendapatan dari masing-masing jenis kamar terhadap pendapatan dari penjualan jenis kamar secara keseluruhan selama tahun 2011 Tabel 4.6 Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Kamar The Cipaku Garden Hotel 2011 Room Type Room Revenue (1) Total Room Revenue Persentase Revenue (1):(2) x 100% Economy Room 356,040,000 4% Standard Room 2,768,740,000 28% Superior Room 3,998,550,000 9,785,000,000 41% Deluxe Room 2,191,050,000 22% Jr. Executive Room 161,200,000 2% Executive Room 309,420,000 3% Total 9,785,000,000 9,785,000,000 100% Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh persentase alokasi pendapatan pada setiap jenis kamar terhadap pendapatan penjualan jasa kamar secara keseluruhan. Hasil perhitungan tersebut dalam analisa selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan pengeluaran biaya-biaya dengan dasar alokasi pendapatan. Alokasi berdasarkan pendapatan adalah biaya yang didasarkan pada besarnya persentase terhadap jenis kamar terdapat total pendapatan suatu jenis kamar. Jadi, setiap jenis kamar akan menanggung beban biaya aktivitas jasa (harga pokok kamar) sebesar nilai persentase pendapatan yang diperoleh kamar itu sendiri terhadap perolehan pendapatan jasa kamar secara keseluruhan.

81 Tabel 4.7 Harga Pokok Produk/Jasa The Cipaku Garden Hotel Tahun 2011 Elemen Biaya Economy Standard Superior Deluxe Jr. Executive Executive Biaya Langsung 103,605,679 805,688,089 1,163,556,024 637,583,481 46,908,312 90,039,516 Biaya Operational 4% x 2,808,208,680 102,180,339 28% x 2,808,208,680 794,603,955 41% x 2,808,208,680 1,147,548,576 22% x 2,808,208,680 628,812,021 2% x 2,808,208,680 46,262,978 3% x 2,808,208,680 88,800,810 HPP 205,786,018 1,600,292,044 2,311,104,600 1,266,395,502 93,171,290 178,840,326 Jumlah Kamar Terjual 1032 6019 6954 3246 208 324 Harga Pokok Kamar 199,405 265,873 332,342 390,140 447,939 551,976 Sumber: Data diolah dan terlampir 4.1.3 Perhitungan Harga Pokok Kamar dengan Metode Activity Based Costing System Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menghitung harga pokok Kamar dengan menggunakan metode Activity Based Costing, antara lain: 1. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas yang terjadi. Mengidentifikasi biaya termasuk dalam biaya langsung atau direct cost dan biaya tidak langsung atau indirect cost. Kemudian biaya tersebut dialokasikan ketiap jenis kamar dari economy, standard, superior, deluxe, Jr.Executive, executive. Biaya langsung terjadi pada departemen kamar sedangkan biaya tidak langsung terjadi pada departemen lain selain departemen kamar.

82 Biaya Langsyng Room Departemen Aktivitas yang terjadi departemen kamar ialah aktivitas pelayanan kamar. Pengalokasian biaya langsung berdasarkan persentase jumlah kamar yang ada tiap jenis kamar. Berikut perincian biaya langsung yang dialokasikan ke tiap jenis kamar the cipaku garden hotel. Table 4.8 Alokasi Biaya Langsung ke Tiap Jenis Kamar Tahun 2011 Persentase Alokasi Economy Standard Superior Deluxe Jr. Executive Executive 6% 36% 37% 17% 1% 3% Total Gaji Karyawan 64,127,471 397,590,322 410,415,816 192,382,414 12,825,494 38,476,483 1,115,818,000 Makanan Karyawan 9,099,368 56,416,080 58,235,954 27,298,103 1,819,874 5,459,621 158,329,000 Seragam Karyawan 501,149 3,107,126 3,207,356 1,503,448 100,230 300,690 8,720,000 Total Biaya Langsung 73,727,989 457,113,529 471,859,126 221,183,966 14,745,598 44,236,793 1,282,867,000 2. Mengidentifikasi aktivitas biaya tidak langsung dan level aktivitasnya. Tabel 4.9 Identifikasi Aktivitas dan Level Aktivitas No Aktivitas Level Aktivitas 1 Aktivitas penginapan Unit Level 2 Aktivitas laundry Unit Level 3 Aktivitas pemberian makan pagi Unit Level 4 Aktivitas listrik Facility Level 5 Aktivitas air Facility Level 6 Aktivitas penyusutan Facility Level 7 Aktivitas pemasaran Facility Level

83 8 Aktivitas penggajian Facility Level 9 Aktivitas Pemeliharaan Facility Level 3. Mengidentifikasi Cost Driver. a. Aktivitas penginapan untuk dapat mengalokasikan dapat berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar yang terjual. Tetapi dengan mengingat bahwa biaya-biaya meningkat jika jumlah kamar terjual, maka yang dapat dijadikan sebagai cost driver adalah jumlah kamar terjual. b. Aktivitas laundry meliputi pencucian handuk, seprai, dan selimut. Untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar yang ada dan jumlah kamar terjual. Tetapi pencucian tersebut hanya dilakukan setelah kamar terjual, maka yang dapat dijadikan cost driver adalah jumlah kamar terjual. c. Aktivitas pemberian makan pagi ditelusuri secara langsung dengan tarif full breakfast buffet sebesar Rp50,500,-/orang. Untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar yang terjual. Tapi peningkatan biaya pada pemberian makan pagi tergantung pada jumlah tamu yang menginap, maka yang dijadikan cost driver adalah jumlah tamu yang menginap. d. Aktivitas listrik untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.

84 e. Aktivitas air untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual. f. Aktivitas penyusutan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi aktiva tetap dan peralatan hotel yang disusutkan digunakan untuk semua kamar yang ada, maka, cost driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia. g. Aktivitas pemasaran dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi karena pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk menjual semua kamar yang tersedia, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia. h. Aktivitas penggajian untuk dasar pengalokasian berdasarkan jumlah jam kerja, maka cost driver yang tepat adalah jumlah jam kerja. i. Aktivitas pemeliharaan meliputi pemeliharaan gedung dan peralatan hotel dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi pemeliharaan gedung dan peralatan hotel tidak hanya dilakukan pada kamar yang terjual, maka cost driver yan tepat adalah jumlah kamar tersedia.

85 Cost Pool Unit Level Activity Pool I Aktivitas penginapan Aktivitas laundry Aktivitas listrik Aktivitas air Pool II Aktivitas pemberian makan pagi Facility Level Activity Pool III Aktivitas pemasaran Pool IV Aktivitas pemeliharaan Aktivitas penyusutan Pool V Aktivitas penggajian Tabel 4.10 Cost Pool dan Cost Driver Cost Driver Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah kamar terjual Jumlah tamu menginap Jumlah kamar tersedia Jumlah luas lantai Jumlah luas lantai Jumlah jam kerja 4. Membebankan biaya overhead. Biaya overhead dibebankan ke berbagai aktivitas dan dikelompokkan ke beberapa cost pool yang sama. Untuk biaya yang berasal dari departemen kamar langsung dibebankan 100% ke kamar, tetapi untuk biaya berasal dari departemen penunjang departemen kamar hanya dibebankan 45% dilihat dari room revenue dan sisanya 55% dibebankan ke aktivitas diluar aktivitas yang berhubungan dengan harga pokok kamar seperti sewa ruangan (meeting package).

86 Aktivitas Tabel 4.11 Cost Pool I Biaya (Rp) Aktivitas penginapan: guest supplies 198,531,300 Room amenities 212,191,000 cleaning supplies 129,163,900 Aktivitas loundry: Loundry Linen 99,034,500 Aktivitas listrik: Listrik(660,665,405x 45%) 305,709,997 bahan bakar generator listrik (28,610,000x 45%) 12,874,500 Aktivitas air: Air (72,092,225 x 45%) 32,441,501 Total 989,946,699 Aktivitas Tabel 4.12 Cost Pool II Biaya (Rp) Aktivitas pemberian makan pagi: Full Breakfast buffet 1,158,470,000 (50500 x 22490 orang) Total 1,158,470,000 Aktivitas Aktivitas pemasaran: Advertising & promotion Tabel 4.13 Cost Pool III Biaya (Rp) (45,199,817x 45%) 20,339,918

87 Total 20,339,918 Aktivitas Tabel 4.14 Cost Pool IV Biaya (Rp) Aktivitas penyusutan: Penyusutan gedung (409,112,000 x 45%) 134,015,400 Penyusutan peralatan hotel - (194,001,000 x 45%) 60,615,450 Aktivitas pemeliharaan: - Bulbs and Lamp - (10,527,000 x 45%) 4,737,150 Pemeliharaan kendaraan - (26,512,000 x 45%) 11,930,400 Pemeliharaan AC - (4,038,000 x 45%) 1,817,100 Perbaikan dan pemeliharaan - (32.965.046 x 45%) 14,834,271 Total 227,949,771 Aktivitas Tabel 4.15 Cost Pool V Biaya (Rp) Aktivitas penggajian: Gaji Karyawan (45%x744,798,000)+(45%x375,335,000) +(45%x270,736,000)+(45%x561,067,000) +(45%x462,055,000)+(45%x198,022,800) 1,175,406,210 Makan karyawan - (45%x105,684,000)+(45%x53,258,000) - +(45%x3,841,000)+(45%x79,613,000) 151,226,145 +(45%65,563,000)+(45%28,099,000) -

88 Seragam karyawan - (45%x5,822,000)+(45%x2,940,000) - +(45%x2,100,000)+(45%x4,390,000) 9,180,900 +(45%x3,603,000)+(45%x1,547,000) - Total 1,335,813,255 Tabel 4.16 Pengalokasian Data Cost Drive NO Cost Drive Jumlah 1 Alokasi jumlah kamar terjual: Economy 1032 Standard Room 6019 Superior Room 6954 Deluxe Room 3246 Jr.Executive Room 208 Executive Room 324 Total 17783 2 Alokasi jumlah tamu menginap: Economy 1331 Standard Room 7765 Superior Room 8971 Deluxe Room 4187 Jr.Executive Room 268 Executive Room 418 Total 22940 3 Alokasi jumlah kamar tersedia: Economy 1825 Standard Room 11315 Superior Room 11680 Deluxe Room 5475 Jr.Executive Room 365 Executive Room 1095 Total 31755 4 Alokasi jumlah luas lantai: Economy 140 Standard Room 868 Superior Room 928 Deluxe Room 765 Jr.Executive Room 75 Executive Room 225

89 Total 3001 5 Alokasi jumlah jam kerja karyawan: Economy 13556 Standard Room 84046 Superior Room 86758 Deluxe Room 40668 Jr.Executive Room 2711 Executive Room 8134 (108 orang x 7jam x 6hari x 52minggu) Total 235872 Sumber: The Cipaku Garden Hotel Cost Pool Tabel 4.17 Tarif Cost Pool Total Cost Pool (Rp) Cost Driver Tarif Cost Pool Cost Pool I 989,946,699 17,783 55,668 Cost Pool II 1,158,470,000 22,940 50,500 Cost Pool III 20,339,918 31,755 641 Cost Pool IV 227,949,771 3,001 75,958 Cost Pool V 1,335,813,255 235,872 5,663 Tabel 4.18 Harga Pokok Kamar Economy Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 1,032 57,449,530 Cost Pool II 50,500 1,331 67,229,435 Cost Pool III 641 1,825 1,168,961 Cost Pool IV 75,958 140 10,634,111 Cost Pool V 5,663 13,556 76,770,877 Total biaya tidak langsung 213,252,914 Total biaya langsung 73,727,989 Total biaya untuk kamar Economy 286,980,902 Jumlah kamar terjual 1032 Harga pokok kamar Economy 278,082

90 Tabel 4.19 Harga Pokok Kamar Standard Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 6,019 335,066,591 Cost Pool II 50,500 7,765 392,106,559 Cost Pool III 641 11,315 7,247,557 Cost Pool IV 75,958 868 65,931,490 Cost Pool V 5,663 84,046 475,979,436 Total biaya tidak langsung 1,276,331,632 Total biaya langsung 457,113,529 Total biaya untuk kamar Standard 1,733,445,160 Jumlah kamar terjual 6019 Harga pokok kamar Economy 287,996 Tabel 4.20 Harga Pokok Kamar Superior Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 6,954 387,116,310 Cost Pool II 50,500 8,971 453,016,948 Cost Pool III 641 11,680 7,481,349 Cost Pool IV 75,958 928 70,488,966 Cost Pool V 5,663 86,758 491,333,611 Total biaya tidak langsung 1,409,437,184 Total biaya langsung 471,859,126 Total biaya untuk kamar Superior 1,881,296,311 Jumlah kamar terjual 6954 Harga pokok kamar Economy 270,534

91 Tabel 4.21 Harga Pokok Kamar Deluxe Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 3,246 180,698,813 Cost Pool II 50,500 4,187 211,460,025 Cost Pool III 641 5,475 3,506,882 Cost Pool IV 75,958 765 58,107,822 Cost Pool V 5,663 40,668 230,312,630 Total biaya tidak langsung 684,086,172 Total biaya langsung 221,183,966 Total biaya untuk kamar Deluxe 905,270,138 Jumlah kamar terjual 3246 Harga pokok kamar Economy 278,888 Tabel 4.22 Harga Pokok Kamar Jr.Executive

92 Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 208 11,578,975 Cost Pool II 50,500 268 13,550,119 Cost Pool III 641 365 233,792 Cost Pool IV 75,958 75 5,696,845 Cost Pool V 5,663 2,711 15,354,175 Total biaya tidak langsung 46,413,907 Total biaya langsung 14,745,598 Total biaya untuk kamar Jr.Executive 61,159,504 Jumlah kamar terjual 208 Harga pokok kamar Economy 294,036 Tabel 4.23 Harga Pokok Kamar Executive Cost Pool Tarif Cost Pool Cost Driver Total (Rp) Cost Pool I 55,668 324 18,036,480 Cost Pool II 50,500 418 21,106,916 Cost Pool III 641 1,095 701,376 Cost Pool IV 75,958 225 17,090,536 Cost Pool V 5,663 8,134 46,062,526 Total biaya tidak langsung 102,997,834 Total biaya langsung 44,236,793 Total biaya untuk kamar Executive 147,234,628 Jumlah kamar terjual 324 Harga pokok kamar Economy 454,428 Tabel 4.24

93 Perbandingan Harga Pokok Kamar Metode Traditional Costing dan Metode Activity Based Costing Room Type Tarif Traditional (X1) Tarif Activity Based Costing (X2) Selisih Economy 199,405 278,082 (78,667) Standard 265,873 287,996 (22,122) Superior 332,342 270,534 61,807 Deluxe 390,140 278,888 111,252 Jr. Executive 447,939 294,036 153,903 Executive 551,976 454,428 97,548 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk jenis kamar Economy sebesar Rp278,082,-. Untuk kamar standard sebesar Rp287,996,-. Untuk kamar Superior Rp270,534,-. Untuk kamar Deluxe sebesar Rp294,036,-. Untuk kamar jenis Jr. Executive sebesar Rp294,036,-.dan kamar jenis Executive sebesar Rp454,428,-. Dari hasil yang diperoleh dapat di bandingkan selisih antara harga pokok kamar yang di tentuan manajemen The Cipaku Garden Hotel degan hasil peritungan menggunakan pendekatan Activity based Costing. Untuk hasil perhitugan metode Activity Based Costing pada kamar standard, superior, deluxe, Jr. Executive, dan executive room menunjukkan hasil lebih kecil dari pada harga pokok yang telah ditenukan oleh pihak manajemen hotel. Dengan selisi untuk kamar Superior Rp61,807,- untuk kamar Deluxe Rp111,252,

94 untuk kamar Executive room dan Jr. Executuve sebesar Rp153,903,- dan Rp97,548. Namun pada kamar tipe Economy, dan Standard, terdapat selisih yang menunjukkan hasil antara lain Rp78,677,- Rp22,122,- yang mana hasil perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based Costing Lebih besar hal ini terjadi dapat dilihat dari fasilitas antara Economy dan Standard Room tidak jauh berbeda namun harga yang ditetapkan untuk Economy Room lebih rendah sedangkan tingkat huniannya cukup tinggi 56% dari jumlah kamar tersedia dalam satu tahun. Sedangkan untuk Jr.Executive tidak jauh berbeda dengan Executive Room yang membedakan hanya fasilitas yang terdapat diantara kedua kamar tersebut tidak jauh berbeda. Selisih ini terjadi dikarenakan pada metode Activity Based Costing, Biaya Overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver. Sehingga dalam metode Activity Based Costing mampu mengalikasikan biaya aktivitas ke setiap tipe kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. 4.1.4 Analisis Statistik Adapun data variable yang digunakan untuk menganalisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.25 Data Variabel Room Type Tarif Traditional Tarif Activity Based Costing Pendapatan Pendapatan

95 (X1) (X2) Y1 Y2 Economy 199,405 278,082 205,786,018 286,980,902 Standard 265,873 287,996 1,600,292,044 1,733,445,160 Superior 332,342 270,534 2,311,104,600 1,881,296,311 Deluxe 390,140 278,888 1,266,395,502 905,270,138 Jr. Executive 447,939 294,036 93,171,290 61,159,504 Executive 551,976 454,428 178,840,326 147,234,628 Total 2,187,676 1,863,964 5,655,589,780 5,015,386,643 4.1.4.1 Uji Beda Dua Sampel Uji hipotsis ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaanyang signifikan antar peritungan tarif dengan metode traditional dan tarif dengan metode ABC. ada tidaknya perbedaan harga dua populasi yang diuji melalui dua rata-rata sampel bila datanya berbentuk interval atau rasio dengan menggunakan t-test dua sampel. Dengan kriteria jika n 1 +n 2 >30, maka menggunakan nilai Z tabel, namun jika nilai n 1 +n 2 30, maka menggunakan nilai t hitung Tabel 4.26 Data Variable Uji Beda dua Sampel Room Type Tarif Traditional (X1) Tarif Activity Based Costing (X2) Economy 199,405 278,082 Standard 265,873 287,996 Superior 332,342 270,534 Deluxe 390,140 278,888 Jr. 447,939

96 Executive 294,036 Executive 551,976 454,964 Maka: Jumlah 2,187,676 1,863,964 X 1 = 2,187,676 = 364,613, n 1 = 6 6 X 2 = 1,863,964 = 310,661, n 2 = 6 6 X 1 X 1 2 X 2 X 2 2 199,405 364,613 2 = 27,293,541,399 278,082 310,661 2 = 1,061,352,706 265,873 364,613 2 = 9,749,433,291 (287,996 310,661) 2 = 513,708,450 332,342 364,613 2 = 1,041,408,829 (270,534 310,661) 2 = 1,610,117,128 390,140 364,613 2 = 651,663,489 278,888 310,661 2 = 1,009,509,153 447,939 364,613 2 = 6,943,266,841 294,036 310,661 2 = 276,377,329 551,976 364,613 2 =35,105,151,579 454,428 310,661 2 = 20,669,003,375 80,784,465,428 33,397,888,916 S 1 = (X 1 X 1 ) 2 n 1 1 S 2 = (X 2 X 2 ) 2 n 2 1 S 1 = 80,784,465,428 6 1 S 2 = 25,140,068,140 6 1 S 1 = 80,784,465,428 5 S 2 = 25,140,068,140 5 S 1 = 16,156,893,070 S 2 = 5,028,013,627 S 1 = 127,109.7678 S 2 = 70,908.4877 Langkah pengujian: Menentukan H 0 dan H a

97 H 0 :U 1 -U 2 =0 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perhitungan tarif sewa kamar dengan metode traditional dan metode Activity Based Costing H a :U 1- U 2 0 terdapat perbedaan yang signifikan antara perhitungan tarif sewa kamar dengan metode traditional dan metode Activity Based Costing Taraf keyakinan Taraf keyakinan = 95% dan α=5% Kriteria pengujian Karena n 1+ n 2-2= 6+6-2=10 30 maka menggunakan nilai t tabel pengujian untuk 2 sisi ±2,228 tα/2;df(n 1+ n 2-2) = t 5%/2;df(6+6-2) = t 0.0025; df (10)= ±2,228 (dicari ditabel t) Gambar 4.1 Uji Dua Fihak two tail test H 0 diterima H 0 ditolak

98-2,228 +2,228 H 0 diterima jika: -2,228 t hitung +2,228 H 0 tolak jika: t hitung <-2,228 atau t hitung > +2,228 Rumus pengujian t hitung = X 1 X 2 S 1 2 n 1 1 +S 2 2 (n 2 1) n 1 +n 2 2 1 + 1 n 1 n 2 t hitung = 364,613 310,661 127,109.7678 2 6 1 +70,908.4877 2 (6 1) 6+6 2 1 6 + 1 6 t hitung = 53,952 80,784,465,351+25,140,068,140 10 2 6 t hitung = 53,952 105,924,533,490 10 2 6 t hitung = 53,952 3,530,817,783 t hitu ng = 53,952 59,420.68 t hitung = 0.9079 Kesimpulan Karena t hitung = 0.9079 maka dengan demikian hipotesis yang penulis kemukakan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara penetapan tarif rawat inap dengan metode traditional dan metode activity based costing ditolak, karena t hitung <-2,228 atau t hitung > +2,228

99 4.1.4.2 Uji Korelasi Tujuan uji korelasi adalah untuk menguji apakah dua variabel yang variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang kuat ataukah tidak kuat, apakah hubungan tersebut positif atau negatif. Terdapat pada tabel 4.28 dan 4.29. Rumus koefisien korelasi sebagai berikut: r xy = n X i Y i n X i 2 X i 2 n Y i 2 Y i 2 4.1.4.3 Uji Korelasi Determinasi Uji koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variable terhadap variabel lainnya. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi. Lihat tabel 4.28 dan 4.29. Room Type Tarif Traditional Tabel 4.27 Data Varibel Uji Korelasi Tarif Activity Based Costing Pendapatan Pendapatan (X1) (X2) Y1 Y2 Economy 199,405 278,082 205,786,018 286,980,902 Standard 265,873 287,996 1,600,292,044 1,733,445,160 Superior 332,342 270,534 2,311,104,600 1,881,296,311 Deluxe 390,140 278,888 1,266,395,502 905,270,138

100 Jr. Executive 447,939 294,036 93,171,290 61,159,504 Executive 551,976 454,428 178,840,326 147,234,628 Total 2,187,676 1,863,964 5,655,589,780 5,015,386,643

Room Type Tabel 4.28 Data Perhitungan Korelasi Tarif Traditional Y 1 X X Y Y x 2 y 2 x. y (X 1 ) (x) (y) Economy 199,405 205,786,018 (165,208) (736,812,279) 27,293,541,399 542,892,334,123,302,000 121,726,966,596,084 Standard 265,873 1,600,292,044 (98,739) 657,693,747 9,749,433,291 432,561,064,869,633,000 (64,940,116,664,427) Superior 332,342 2,311,104,600 (32,271) 1,368,506,304 1,041,408,829 1,872,809,503,31,300,000 (44,162,884,327,093) Deluxe 390,140 1,266,385,502 25,529 323,797,205 651,663,489 104,844,630,208,083,000 8,265,798,055,854 Jr. Executive 447,939 93,171,290 83,326 (849,427,007) 6,943,266,841 721,526,239,674,486,000 (70,779,581,904,606) Executive 551,976 178,840,326 187,364 (763,757,971) 35,105,151,579 583,326,237,785,339,000 (143,100,510,122,052) Total 2,187,676 5,655,589,780 80,784,465,428 4,257,960,009,992,140,000 (192,990,378,366,239) Sumber:Data Diolah r xy = xy ( x 2 )( y 2 ) Kd = r 2. 100% = (192,990,378,366,239) 586,495,544,100,000 Kd = 0.329 2. 100% = 0,329 Kd = 10.82% 101

Room Type Tabel 4.29 Data Perhitungan Korelasi Tarif Activity Based Y2 Costing x1-x1bar Y1-Y1bar (X2) x y x kuadrat ykudrat x.y Economy 278,082 286,980,902.23 (32,578) (548,916,872) 1,061,352,706 301,309,731,881,154,000 17,882,838,120,993 Standard 287,996 1,733,445,160.37 (22,665) 897,547,387 513,708,450 805,591,311,170,713,000 (20,343,034,781,440) Superior 270,534 1,881,296,310.57 (40,126) 1,045,398,537 1,610,117,128 1,092,858,100,720,830,000 (41,947,938,523,665) Deluxe 278,888 905,270,137.75 (31,773) 69,372,364 1,009,509,153 4,812,524,881,802,660 (2,204,152,425,678) Jr. Executive 294,036 61,159,504.24 (16,625) (774,738,270) 276,377,329 600,219,386,302,540,000 12,879,713,934,628 Executive 454,428 147,234,627.55 143,767 (688,663,146) 20,669,003,375 474,256,928,980,327,000 (99,007,161,689,593) Total 1,863,964 5,015,386,643 25,140,068,142 3,279,047,983,937,360,000 (132,739,735,364,755) Sumber:Data Diolah r xy = xy ( x 2 )( y 2 ) Kd = r 2. 100% 102

103 = (132,739,735,364,755) 287,115,812,400,000 Kd = 0.46 2. 100% = 0.46 Kd = 21.26%

Berdasarkan perhitungan statistik diatas, dengan menggunakan korelasi pearson didapatkan r hitung sebesar -0.329 dan -0.46 menurut pedoman interpretasi keofisien korelasi, menunjukkan adanya korelasi rendah dan sedang. Dan perhitungan koefisien determinasi, menunjukkan bahwa tarif sewa kamar dengan metode activity based costing berpengaruh terhadap pendapatan rumah sakit sebesar 10,82% dan 21,26%, sehingga disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yakni terdapat pengaruh antara Variabel X terhadap Variabel Y. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Penetapan Tarif Sewa Kamar Hotel 4.2.1.1 Penetapan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode Traditional Tarif sewa kamar merupakan jumlah dana yang dibayarkan oleh konsumen kepada penyedia layanan untuk pemanfaatan dari fasilitas atau jasa yang ditawakan. Tarif yang sewa kamar ditentukan dengan cara menghitung unit cost dari layanan yang akan di hitung dengan menghitung biaya langsung dari unit kamar yang tersedia untuk dijual. Setelah itu, mengalokasikan biaya tidak langsung kepada unit kamar yang tersedia. Dan bagian terakhir menghitung unt cost dengan mengalokasikan total biaya langsung dan tidak langsung kesetiap type kamar berdasarkan tingkat occupancy sebagai dasar unit perhitungan tarif. Biaya langsung merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan departemen kamar. 104

105 Contoh dari biaya langsung tersebut antara lain gaji pegawai, seragam, dan makan karyawan. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya yang yang terjadi tidak berkaitan langsung dengan sesuatu yang di biayai. Biaya tidak langsung antara lain laundry linen, cleaning supplies, guest supplies, room amenities, dan lain-lain. Dilihat dari cara perhitungannya, The cipaku garden hotel masih digolongkan memakai metode traditional dalam menentukan tarif sewa kamarnya. Hal ini dilihat dari pembebanan biaya baik biaya langsung dan biaya tidak langsung hanya dibebankan berdasarkan tingkat hunian kamar (occupancy). Perbedaaan antara metode traditional dan metode activity based costing yang paling mendasar adalah, dalam hal pembebanan biaya tidak langsung. sistem biaya traditional memeiliki karakteristik khusus yaitu penggunaan ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit secara ekslusif sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Oleh karena itu sistem biaya traditional disebut juga sistem berdasarkan unit (unit cost system). Hal ini dapat mengakibat kan distorsi (ketidaksempurnaan) biaya yang bisa mengakibatkan undercosting atau overcosting terhadap produk atau layanan jasa sewa kamar yang ditetapkan oleh pihak manajemen hotel namun tidak mencerminkan biaya yang sebenarnya dikeluarkan untuk fasilitas yang ditawarkan, karena pembebanan biayanya hanya didasarkan pada tingkat hunian kamar sebagai pemicu biaya.

106 Tarif sewa kamar di The Cipaku Garden Hotel Bandung mencerminkan type kamar yang ditawarkan. Semakin tinggi type kamarnya, maka akan semakin tinggi pula tarif yang dikenakan. Type kamar tersebut juga mencerminkan setiap fasilitas yang tersedia. Selain itu tarif sewa perkamar juga sangat terganting pada fasilitas, perlengkapan, luas kamar, dan lokasi. 4.2.1.2 Penetapan Tarif Sewa Kamar dengan Metode Activity Based Costing Metode pembebanan biaya tidak langsung yang kedua adalah metode activity based costing. Activity based costing dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan banyaknya cost driver atau pemicu biaya yang di gunakan dalam pembebanan biaya tida langsung sehingga dalam metode activity based costing dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan pembebanan biaya lebih akurat. Apabila The Cipaku Garden Hotel Bandung menggunakan metode activity based costing, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas, selanjutnya mengidentifikasi aktivitas biaya tidak langsung dan menentukan level aktivitasnya, kemudian menentukan dasar biaya (cost driver) yang akan digunakan, setelah itu aktivitas-ativitas tersebut dikelompokkan pada satu cost pool, dan terakhir membebankan biaya kepada masing-masing type kamar dan penentuan tarif sewa kamar dari setiap type kamar.

107 Berdasarkan perhitungan tarif rawat inap dengan metode activity based costing, terdapat selisih tarif dengan tarif berdasarkan mdetode traditional. Hal tersebut dikarenakan, pembebanan biaya dengan metode activity based costing memakai pemicu biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan metode traditional. 4.2.2 Pendapatan Sewa Kamar Hotel Meningkatnya pendapatan sewa kamar hotel merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak hotel, untuk itu pihak manajemen hotel harus dapat menghitung unit cost dari setiap layanannya harus dihitung secar akurat. Pendapatan merupakan aliran masuk kas suatu badan usaha atau pelunasan utang selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sewa kamar diantaranyanya kualitas jasa yang ditawarkan, kepuasan konsumen, tarif jasa sewa kamar, serta tingkat persaingan usaha. Tarif sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk menginap, kerena pendapatan utama dalam industri perhotelan salah satunya dari pendapatan kamar,yang dipengaruhi oleh tarif sewa yang ditawarkan. Dapat disimpukan bahwa harga kamar ada pengaruh terhadap keputusan konsumen untuk menginap. Dimana harga bersifat fleksibel sesuai dengan persaingan harga dipasaran dan fasilitas yang diberikan oleh pihak hotel

108 4.2.3 Analisi Perbandingan Penetapan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode Traditional dan Metode Activity Based Costing Perbandingan perhitungan tarif sewa kamar dengan menggunakan metode traditional dan metode activity based costing sebagai berikut: Tabel 4.30 Perbandingan Tarif Sewa Kamar dengan Metode Traditional dan Room Type Metode Activity Based Costing Tarif Traditional (X1) Tarif Activity Based Costing (X2) Selisih Economy 193,200 278,082 (84,882) Standard 257,600 287,996 (30,396) Superior 322,000 270,534 51,466 Deluxe 378,000 278,888 90,112 Jr. Executive 434,000 294,036 139,964 Executive 534,800 454,428 80,372 Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel diatas, Selisih ini terjadi dikarenakan pada metode Activity Based Costing, Biaya Overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver. Sehingga dalam metode Activity Based Costing mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap tipe kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Apabila dilihat dari tabel perbandingan tarif rawat inap dari metode traditional dan metode activity based costing terlihat adanya selisih diantara keduanya. Namun, apabila digunakan pendekatan statistik

109 perbedaan antar kedua tarif yang dihasilkan kedua metode tersebut tidak berbeda secara signifikan karena selisih yang dihasilkan antara kedua metode tersebut tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan pemakaian dasar biaya diantara keduanya metode tersebut sama, yang berbeda hanyalah pembebanan biayanya saja. Selain itu beberapa biaya masih menggunakan pemicu biaya yang sama dengan traditional yaitu berdasarkan tingkat hunian kamar. Hal ini dikarenakan dalam perusahaan jasa mengidentifikasi sutu pemicu biaya masih sulit dilakukan, berbeda dengan perusahaan manufaktur yang pemicu biayanya lebih mudah ditelusuri. Maka hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara tariff sewa kamar yang dihitung dengan metode traditional dan metode activity based costing, namun apabila menggunakan pendekatan statistik perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. 4.2.4 Pengaruh Perbedaan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Menggunakan Metode Traditional terhadap Pendapatan Sewa Kamar Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara tarif sewa kamar hotel dengan metode traditional terhadap pendapatan sewa kamar menunjukkan adanya korelasi rendah. Hal ini menunjukkan apabila tarif sewa kamar meningkat maka pendapatan sewa kamar juga akan menurun. Mahalnya tarif sewa kamar sangat mempengaruhi minat konsumen untuk memilih suatu hotel. Dalam prakteknya, perubahan atau penyesuaian harga

110 dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor eksternal dan internal perusahaan. Fakor eksternal dilihat dari lingkungan, adanya persaingan yang antar penyedia jasa yang sama, faktor pemerintah, dan faktor perekonomian. Sedangkan faktor intern, seperti biaya, dan kebijakan manajemen. Tarif sewa kamar dengan meode traditional memiliki pengaruh terhadap pendapatan sewa kamar hotel. Pendapatan ini diperoleh dengan mengalikan antara tarif sewa kamar dengan tingkat hunian kamar yang disewa oleh konsumen/pelanggan. Oleh karena itu tarif berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan sewa kamar hotel mencerminkan banyanya konsumen yang menggunakan jasa layanan kamar yang ditawarkan. Penetapan tarif dengan metode traditional masih didasarkan pada tingkat hunian kamar saja sehingga tarif memiliki pengaruh yang kecil terhadap pendapatan sewa kamar, karena terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan penetapan tarif sewa kamar tersebut seperti type kamar dantidak didasarkan pada perhitungan unit cost saja. Kecilnya pengaruh dari tarif berdasarkan metode traditional dikarenakan banyakya faktor lain yang tidak diperhitungkan yang memberikan kontibusi terhadap pendapatan kamar. Seperti salah satunya jumlah pelanggan yang menginap, dan juga tarif berdasarkan metode traditional kurang menggambarkan perhitungan biaya secara akurat.

111 4.2.5 Pengaruh Perbedaan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing terhadap Pendapatan Sewa Kamar Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara tarif sewa kamar hotel dengan metode activity based costing terhadap pendapatan sewa kamar hotel menunjukan adanya korelasi yang sedang. Hal ini menunjukkan apabila tarif sewa kamar hotel meningkat maka pendapatan sewa kamar akan menurun. Mahalnya tarif sewa kamar akan mempengaruhi minat para konsumen untuk datang ke hotel. Sedangkan korelasi rendah, hal ini dapat dilihat dari pendapatan departemen lain yang juga menghasilkan pendapatan. Dalam prakteknya, The Cipaku Garden Hotel tidak hanya menyedikan layanan penyewaan kamar saja, melainkan memiliki fasilitas pendukung yang memberikan pendapatan yang juga mempengaruhi tingkat occupancy hotel. Penetapan tarif dengan metode activity based costing menggambarkan biaya yang terserap oleh layanan yang diberikan sehingga memiliki pengaruh terhadap pendapatan. Activity based costing dinilai mampu mengukur secara cermat biaya-biaya yang dikeluarkan dari setiap aktivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat untuk setiap type kamar yang ditawarkan. Sehinga konsumen membayar tarif sewa kamar sesuai dengan fasilitas dan pelayanan yang diterimanya.