GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RS STELLA MARI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJI MUHAMMAD PARIKESIT TENGGARONG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL. Patient Safety Culture at Islam Faisal Hospital

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

PENILAIAN PENGELOLAAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI MAKASSAR. Management Of Patient Safety Culture Assessment At RSUD Haji Makassar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

Description of Patient Safety Culture in Inpatient Installation Ajjapange Hospital

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

Patient Safety Implementation In Ward Of Dr. Zainoel Abidin General Hospital

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

KUESIONER PENELITIAN

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Queen Latifa Yogyakarta, Kemudian dilakukan analisis antara Profesi, Intensitas

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

GAMBARAN DETERMINAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN PADA PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

Transkripsi:

Prosiding SNaPP26 Kesehatan pissn 2-26 eissn 2-26 GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RS STELLA MARI MAKASSAR Annisa Faradina Astini Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Email: aradina.annisa@gmail.com Abstrak. Masih tingginya angka cidera medis yang terjadi maka dalam upaya meminimalisir terjadinya kesalahan medis yang terkait dengan aspek keselamtan pasien, maka manajemen rumah sakit perlu menciptakan adanya budaya keselamatan pasien. Penilitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripti dengan menggunakan alat pengumpulan data kuesioner budaya keselamatan pasien yang diadaptasi dari kuesioner Hospital Survey on Patient Saety Culture yang dipublikasikan oleh The Agency or Healthcare Research (AHRQ) pada tahun 2.. Teknik penarikan sampel secara random sampling dengan besar sampel sebanyak 6 responden. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis deskripti. Berdasarkan hasil penelitian budaya keselamatan pasien di RS Stella Maris adalah respon positi dengan presentase sebesar.9%,respon positi tertinggi adalah Farmasi sebesar 6.9% sedangkan yang terendah berada pada LINEN II atau bagian menjahit sebesar 6.%. Adapun dimensi tertinggi pada diemnsi kerjasama dalam unit 96.2% dan dimensi terendah adalah kerjasama antar unit 6.6%. Kesimpulan penelitian adalah budaya keselamatan pasien di RS Stella Maris Makassar adalah respon positi dan tergolong dalam tingkat maturitas kalkulati. Diharapkan bagi pihak rumah sakit untuk terus melakukan perbaikan dan meningkatkan budaya keselamatan pasien terutama dimensi berkategori terendah di tiap instalasi. Kata Kunci: Insiden, budaya keselamatan pasien, Keselamatan pasien. Pendahuluan Rumah sakit merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional yang berperan strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit dalam upaya tersebut memiliki karakeristik yang unik dan kompleks, padat modal, padat teknologi, dan padat karya dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang bersiat multi dimensi dengan berbagai kompleksitas masalah yang menyertai, termasuk masalah keselamatan pasien. Keselamatan pasien (patient saety) merujuk pada kedisiplinan dalam pelaporan, analisis, dan pencegahan kesalahan medis yang dapat menyebabkan eek samping pada pasien. Banyak pasien mendapat kerugian akibat pelayanan kesehatan, mengalami jejas permanen, menjalani perawatan di rumah sakit dengan durasi yang lebih lama dari seharusnya, hingga kematian. Institute o Medicine (IOM) pada tahun 2 mengeluarkan laporan yang berjudul To Err is Human Building a Saer Health System dimana laporan ini mengangkat okus perhatian tentang banyaknya adverse events /Kejadian tidak diharapkan (KTD) di beberapa rumah sakit di AS diantaranya di Colorado & Utah 2,9% pasien, yang meninggal 6,6% di New York :,% yang meninggal,6%, bila pasien yang masuk di RS di AS pada tahun yang sama sebanyak,6 juta maka berdasarkan Extrapolasi, pasien mati karena Medical Error di AS mencapai.- 2

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 9. per tahun. Suatu angka yg sangat antastik dan dunia dikagetkan dengan kenyataan bahwa demikian banyaknya kasus-kasus kejadian tidak diharapkan yang terjadi di rumah sakit. 2 Institute o Medicine (IOM) menyatakan hampir. pasien di Amerika meninggal akibat cidera medis. Angka ini melebihi angka kematian akibat kanker atau kecelakaan lalu lintas. Insiden atau kecelakaan dalam industri pesawat terbangpun hanya terjadi satu kali di antara juta penerbangan. Bandingkan dengan insiden medis yang terjadi di rumah sakit yang 2-6 di antara pasien. Hal ini berarti berada di pesawat lebih aman. kali dibandingkan di rumah sakit. WHO pada tahun 2 yang mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagi negara, antara lain Amerika, Inggris, Denmark dan Australia ditemukan KTD dengan rentang 2-6,6%. Ballard tahun 2 melaporkan bahwa bentuk KTD meliputi: 2% merupakan reaksi dari pengobatan atau obat-obat yang diberikan, 2% pelayanan di poliknik, -% kesalahan di laboratorium. Pada tanggal Agustus 2 Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Setyaningsh menandatangani peraturan Menteri Kesehatan tentang keselamatan pasien rumah sakit, dimana didalamnya pada bab III tentang standar keselamatan pasien pada pasal menyatakan bahwa Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien. Terkait dengan isu keselamatan pasien, Kementrian Kesehatan RI telah menetapkan peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 69/Menkes/PER/VIII/2 tentang keselamatan pasien rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mangacu pada kebijakan komite nasional Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) dalam pasalnya yang lain juga disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib membentuk KPRS yang ditetapkan oleh kepala Rumah Sakit wajib sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien. Oleh karena itu setiap rumah sakit wajib menerapkan standar pasien. Pelaksanaan keselamatan pasien di Rumah Sakit Stella Maris diterapkan sejak tahun 22. Berdasarkan data dari tim KPRS Rumah Sakit Stella Maris terkait kejadian yang tidak diharapkan sampai Desember 2 jumlah insiden keselamatan pasien terjadi 9 kasus. Dari jumlah tersebut kasus terjadi di instalasi armasi dan 6 kasus terjadi di instalasi bedah. Di dalam pelayanan di rumah sakit seperti yang tertuang dalam Undang- Undang No. tahun 29 bahwa rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan eekti dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, oleh karena itu rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien. 6 Namun yang terjadi di Rumah Sakit Stella Maris Makassar belum mengutamakan aspek keselamatan pasien secara optimal. Data yang diambil dari RS Stella Maris menjelaskan bahwa kejadian ineksi nosokomial tercatat instalasi rawat inap mencapai dari standar yang telah ditetapkan menurut Kepmenkes No.29 Tahun 2 yaitu,% kejadian yang memenuhi standar hanya pada bulan Agustus di kelas perawatan Bernadeth II dan kejadian yang paling tinggi di atas sandar sebesar 29,2% pada kelas perawatan Bernadeth III. Tingkat kejadian ineksi Nosokomial yang terjadi di rawat inap pada bulan Juli-September 2 persentasi kejadiannya melebihi standar yang telah ditetapkan. Masih banyak insiden yang terjadi di beberapa instalasi di RS Stella Maris. Adanya insiden tersebut mengindikasikan bahwa terdapat banyak kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian bahkan mengancam keselamatan pasien. Tujuan dari pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26

Annisa Faradina Astini, et al. penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Stella Maris 2. 2. Bahan Dan Metode Jenis penelitian adalah penelitian deskripti dengan pendekatan secara kuantitati. Penelitian ini dilaksanakan di RS Stella Maris Makassar yaitu bulan Juni-Juli 2. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas di bidang pelayanan medis dan keperawatan, pelayanan penunjang medik, dan sarana medik. Jumlah keseluruhan populasi adalah 6 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling. Jumlah sampel yang peneliti ambil adalah. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner budaya keselamatan pasien diadaptasi dari kuesioner Hospital Survey on Patient Saety Culture dipublikasikan oleh The Agency or Healthcare Research and Quality (AHRQ) tahun 2. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tabel.. Hasil Mayoritas responden berada pada kelompok umur 2-2 tahun, yaitu sebesar 2,% dan paling sedikit adalah kelompok umur -9 tahun sebesar,%. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan sebesar,% dan yang sedikit adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 9,%. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah D sebesar,% dan yang paling sedikit adalah SMA sebesar,9% (Tabel ). Tabel Karakteristik Responden di RS Stella Maris Karakteristik Responden n % Kelompok Umur (tahun) 2-2 2-29 - -9 - -9 - -9 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan SMA D S Etnis Makassar Mandar Bugis Toraja 6 2 26 6 2 2 2, 26, 9,,6,2 9,,, 9,,,9, 22, 2,,6, 62,9 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Unit Kerja Intensive Care Unit Gawat Darurat Rawat Inap Rawat Jalan Kamar Operasi Gizi Farmasi Rekam Medis Laboratorium Radiologi Fisioterapi Hemodialisa Linen I Linen II Medical Check Up Sanitasi Lingkungan 2 9 6 2 Total Sumber : Data Primer, 2,, 2, 2,9,,9,, 2,9 2,,2, 2,,,2,2 Distribusi responden menurut etnis yang paling banyak adalah etnis Toraja sebesar 62,9% dan yang paling sedikit adalah etnis Bugis sebesar,%. Distribusi responeden menurut unit kerja yang paling banyak terdapat di instalasi Rawat Inap sebesar 2,% dan yang paling sedikit terdapat di Medical Check Up dan Sanitasi lingkungan sebesar,2%. Distribusi responden menurut masa kerja yang paling banyak di - tahun sebesar,% dan yang paling sedikit di kelompok masa kerja tahun sebesar,% (Tabel ). Distribusi responden menurut status kerja yang paling banyak telah menjadi pegawai tetap yaitu sebesar 62,9% dan yang masih kontrak sebesar,%. Distribusi responden mengenai pelatihan terkait keselamatan pasien yang pernah mengikuti pelatihan sebesar,% dan yang tidak pernah mengikuti pelatihan terkait keselamatan pasien sebesar,% (Tabel ). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi harapan supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati.%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi Fisioterapi.% sedangkan yang memiliki respon negati tertinggi adalah Farmasi.%. Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan menunjukkan rata-rata respon positi sebesar 92,% dan rata-rata respon negati,%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, instalasi armasi, LINEN II, medical check up, dan sanitasi lingkungan sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi adalah instalasi isioterapi sebesar % (Tabel 2). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi pembelajaran kerjasama dalam unit menunjukkan rata-rata respon positi sebesar 96,2% dan rata-rata respon negati,9%. instalasi yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi rawat jalan, kamar opersi, instalasi radiologi, instalasi isioterapi, LINEN II sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi hanya,% di instalasi care unit. Hasil penelitian maka diperoleh tabel distribusi rekuensi dimensi keterbukaan komunikasi menunjukkan pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26

6 Annisa Faradina Astini, et al. rata-rata respon positi sebesar 2,2% dan rata-rata respon negati,%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi isioterapi dan sanitasi lingkungan sebesar % sedangkan yang memiliki respon negati tertinggi instalasi laboratorium dan Medical Check up sebesar 66,% (Tabel 2). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dimensi Budaya Keselamatan Pasien berdasarkan unit level di RS Stella Maris Makassar tahun 2 Harapan Supervisor/Ma najer Dan Tindakan Promosi Keselamatan positi nega ti ICU. 62. 2 IGD. 6. Rawat Inap Rawat Jalan.. OK.6 6 9 2 Gizi Farmasi Rekam Medis Laborato rium Radiolog i Fisiotera pi.. 6.9.. LINEN I. LINEN II. Medical Check Up Sanitasi Lingkung an.6 6. 9.. 6.. 62.. Pembelajara n Organisasi dan Perbaikan Berkelanjuta n posit nega i ti. 9. 9.. 9. 9.9. 9. 9..9...... 62. 2...... Sumber : Data Primer, 2...6.. 9.9......6... Kerjasama Dalam Unit posit i.2 96. 9... 9. 96. 96.9 9... 9.... nega ti...69.. 2.2.6. 6.2.... 2.. Unit Level Keterbukaan Komunikasi posit i. 9. 2... 2. 2 66..2..6. 66.... nega ti 6..6. 6.6.... 66..... 66.. Umpan balik dan Komunikasi Tentang Error posit i 66.6 9.. 9.6. 2. 9.2...9 66. 66. 66... nega ti. 2. 6.9. 6.6 2.2.6 2........ Respon Tidak Menyalahka n Terhadap Error posi ti. 9.. 6... 2.. 2. 66.. 22.2.. 66. nega ti 6.. 2..6...6..... 66. 66.. posit i..2 66. 6... 6.. 6.2.. 9... 2. Staing nega ti 6.2..9.2 6.2.. 6.. 2. 2..... Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Tabel Distribusi Frekuensi Dimensi Budaya Keselamatan Pasien berdasarkan Hospital dan Output di RS Stella Maris Makassar tahun 2 Hospital Output N o Dukungan Manajemen Terhadap Keselamatan Pasien Positi Negati Kerjasama Antar Unit Positi Negati Pergantian Shit dan Perpindahan Pasien Positi Negati Keseluruhan Persepsi tentang Keselamatan pasien Positi Negati Frekuensi Pelaporan Kejadian Positi Negati ICU. 66.6 2....2... 66.6 2 IGD.. 2...6 9.. 6... Rawat Inap Rawat Jalan.2.. 9. 22.6...9.62 29.. 9.6..2 2.. 6.2.. 6.6 OK. 62..6..6..6 9...6 6 9 Gizi Farmasi Rekam Medis Laboratoriu m Radiologi Fisioterapi....2.6 6.6 2.2.. 69. 2.9.. 6..6.6.6 6.. 29.2. 2.. 2..9. 6...2. 66...2.2 6.. 62. 66... 66.... 9.....9. 66.. 2....... 2 LINEN I. 66..... 66... 66. LINEN II. 66..... 62... 66. Medical Check Up Sanitasi Lingkungan Sumber : Data Primer, 2 66.. 2.... 2..... 66..... Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi umpan balik dan komunikasi tentang error menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,2% dan rata-rata respon negati,%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi laboratorium, Medical Check Up, dan sanitasi lingkungan sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi adalah instalasi care unit, instalasi isioterapi, LINEN I dan LINEN II sebesar.%. Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi respon tidak menyalahkan terhadap error menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati,29%. instalasi yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi radiologi dan sanitasi lingkungan sebesar 66,% sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi instalasi isioterapi sebesar % (Tabel 2). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi staing menunjukkan rata-rata respon positi sebesar 6,% dan rata-rata respon negati,%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah Medical Check Up sebesar % sedangkan..... pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26

Annisa Faradina Astini, et al. yang memiliki respon negati tertinggi adalah sanitasi lingkungan sebesar % (Tabel 2). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati 9,6%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah Medical Check Up 66,% sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi di rawat jalan sebear 9,6% (Tabel ). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi kerjasama antar unit menunjukkan rata-rata respon positi sebesar 6,6% dan rata-rata respon negati,%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi isioterapi sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi di isioterapi dan LINEN II sebesar %. Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi pergantian shit dan perpindahan pasien menunjukkan rata-rata respon positi sebesar 2,6% dan rata-rata respon negati,2%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah Farmasi sebesar,6% sedangkan yang memiliki respon negati tertinggi adalah LINEN II, Medical Check Up, Sanitasi Lingkungan sebesar % (Tabel ). Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati 6,9%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah sanitasi lingkungan sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negative tertinggi di Medical Check Up sebesar %. Hasil penelitian distribusi rekuensi dimensi rekuensi pelaporan kejadian menunjukkan rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati,6%. yang memiliki respon positi tertinggi adalah instalasi armasi dan sanitasi lingkungan sebesar % sedangkan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi adalah instalasi isioterapi dan Medical Check Up sebesar % (Tabel ). Distribusi kategori budaya keselamatan pasien berdasarkan dimensi menunjukkan bahwa kategori jawaban responden berdasarkan dimensi, rata-rata tergolong positi. Dimensi yang memiliki rata-rata respon positi tertinggi adalah dimensi kerjasama dalam unit sebesar 96,% sedangkan dimensi yang memiliki ratarata respon negati tertinggi adalah dimensi kerjasama antar unit sebesar,%. Distribusi kategori budaya keselamatan pasien berdasarkan instalasi menunjukkan bahwa rata-rata setiap instalasi di RS Stella Maris Makassar memiliki budaya keselamatan pasien yang positi. yang memiliki respon positi diatas % yaitu IGD, Rawat inap, Rawat Jalan, kamar operasi, Gizi, Rekam Medis, Laboratorium, Radiologi, Fisioterapi, LINEN I, Medical check Up, dan Sanitasi lingkungan. Dan ada dua instalasi yang memiliki respon negati diatas % adalah ICU dan LINEN II. Adapun instalasi yang memiliki respon positi tertinggi adalah armasi sebesar 6,9% dan instalasi yang memiliki respon negati tertinggi adalah ICU dan LINEN II sebesar,% dan,%.. Pembahasan Dimensi ekspektasi supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan pasien mendeskripsikan tindakan supervisor/manajer dalam mempromosikan keselamatan pasien meliputi memberikan penghargaan kepada sta, mendengarkan saran dari sta dan tindakan manajer dalam menghadapi masalah keselamatan pasien. Hasil penelitian di RS Stella Maris menunjukkan pada dimensi ekspektasi supervisor/manajer dan tindakan Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 9 promosi keselamatan pasien memiiki respon negati yang lebih tinggi. Kondisi yang tidak terencana dengan baik, kurang tepatnya keputusan, atau tidak mengmbil suatu tindakan, berkaitan dengan manajer dan siapapun yang berada pada jajaran pengambilan keputusan. Tidak adanya komitmen yang serius untuk meningkatkan kualitas dan kemanan pelayanan pada level manajer. Penelitian di berbagai rumah sakit di Australia melaporkan bahwa kepemimpinan yang mendukung memberikan dampak positi terhadap motivasi keselamatan yang kemudian meningkatkan tingkat keselamatan. Kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi dapat mengarahkan anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi, termasuk dalam hal keselamatan pasien. Pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan mendeskripsikan petugas rumah sakit bersedia melakukan pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap peningkatan upaya keselamatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar 92,% dan rata-rata respon negati,%. Dalam budaya keselamatan juga terdapat budaya untuk melaporkan kesalahan ataupun kejadian nyaris cidera (near miss). Pelaporan kejadian tersebut digunakan sebagai pembelajaran bagi organisasi dalam memperbaiki sistem pelayanan. Perbaikan berkelanjutan merupakan salah satu bentuk nyata yang dilakukan sebagai dukungan dalam menerapkan budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Program pengembangan sta melalui pelatihan dan pendidikan merupakan program yang eekti untuk meningkatkan produktiitas bagi perawat. Kerjasama dalam unit mendeskripsikan kekompakkan dalam unit saling mendukung, bekerja sama, saling menghormati, dan saling tolong-menolong. Berdasarkan hasil penelitian di RS Stella Maris memiliki rata-rata respon positi sebesar 96,2% dan rata-rata respon negati,9%. Kerjasama tim merupakan suatu kelompok kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi yang berkomitmen pada tujuan bersama, sasaran-sasaran kinerja dan pendekatan yang mereka jadikan tanggung jawab bersama. Upaya peningkatan budaya keselamatan pasien bisa sangat terkudung dengan adanya kerjasama dalam tim yang baik, perlakuan baik antarsesama sta, serta bantuan antarsta ketika memiliki beban kerja yang terlalu berat. Tim dan kerja tim merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, dan sukses organisasi rumah sakit meningkatkan ketergantungan pada kerja tim dalam keseluruhan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. 9 Keterbukaan komunikasi mendeskripsikan keterbukaan komunikasi meliputi keberanian anggota dalam mengemukakan pendapat dan tidak merasa tertekan. Hasil penelitian di RS Stella Maris memiliki rata-rata respon positi sebesar 2,2% dan ratarata respon negati,%. Membangun budaya kerja yang mementingkan keselamatan dan keamanan pasien seperti kewaspadaan secara terus-menerus penyelidikan yang seimbang dan terutama mempertanyakan mengapa, bukan siapa; keterbukaan dengan pasien untuk menciptakan suasana kerjasama dan saling percaya antara petugas rumah sakit dan pasien (hasil perawatan yang tidak diantisipasi sebelumnya didiskusikan dengan pasien dan keluarganya). Umpan balik dan komunikasi tentang error mendeskripsikan petugas mendapatkan inormasi terkait kesalahan dan melakukan evaluasi untuk mencegah terjadinya kesalahan untuk waktu yang akan datang. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar,2% dan rata-rata respon negati,%. Ketika kesalahan ditemukan, kita mencoba untuk mencari tahu permasalahan yang dalam proses kerja yang menyebabkan kesalahan. Pengawas membahas bagaimana karyawan untuk pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26

6 Annisa Faradina Astini, et al. menangani insiden melibatkan kesalahan. Karyawan merasa seperti peristiwa laporan diadakan terhadap mereka. Respon tidak menyalahkan terhadap kesalahan mendeskripsikan petugas menganggap bahwa pengakuan terhadap kesalahan yang terjadi tidak ditanggapi dengan hukuman. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati,29%. Penelitian yang dilakukan oleh Sorra and Dyer tahun 2 menunjukkan yang paling lemah adalah hubungan tidak menyalahkan, menanggapi kesalahan dan rekuensi pelaporan. Budaya tidak menyalahkan tampaknya cukup hanya terkait dengan persepsi masyarakat yang melaporkn peristiwa. Hubungan dengan laporan peristiwa yang paling kuat adalah dengan saran dan komunikasi tentang error yang menyoroti pentingnya komunikasi terbuka tentang kesalahan dan memberikan umpan balik tentang perubahan dimasukkan ke dalam tempat berdasarkan peristiwa laporan sebagai potensi sarana untuk meningkatkan pelaporan peristiwa. 2 Staing mendeskripsikan rumah sakit menyediakan sta yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar 6,% dan rata-rata respon negati,%. Dalam jurnal AHRQ survey patient saety menyebutkan mereka yang bekerja di organisasi tersebut yang diokuskan pada perbaikan keamanan dan mutu, keselamatan dan kualitas layanan, pengobatan, atau jasa yang sangat tergantung pada orang-orang yang bekerja di organisasi tersebut. Misi, ruang lingkup, tingkat pelayanan dan mendeinisikan desain keterampilan dan prosesproses kerja dan jumlah individu yang diperlukan dalam sebuah organisasi yang sukses, proses-proses kerja dan lingkungan hidup membuat keamanan dan menjadi standar mutu yang penting berlaku untuk semua orang yang bekerja di organisasi atau untuk organisasi termasuk sta, dan yang telah memiliki izin praktek/ tenaga medis. 2 Dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien mendeskripsikan dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien dalam hal pelaporan terhadap kejadian kesalahan. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati 9,6%. Faktor manajemen dan organisasi sendiri telah diketahui sebagai penyebab laten suatu kejadin dan integrasi dalam konsep budaya keselamatan. 9 Kerjasama antar unit mendeskripsikan kekompakan antarunit dalam hal berkordinasi dan bekerja sama dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hasil penlitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar 6,6% dan rata-rata respon negati,%. Kerjasama antarunit kerja yang ada di RS dalam setiap kesempatan diperlukan untuk berlangsungnya orientasi pembelajaran dari setiap pegawai. Selain itu kepaduan/cohesiveness dari tim dibangun dari ketertarikan/kedekatan/kesamaan antaranggota dalam sikap, perilaku dan kinerja serta motivasinya untuk tetap tinggal di kelompok tersebut. Sehingga dalam suatu kelompok yang kohesi akan ditemukan rasa memiliki dan kepedulian moral anggota terhadap kelompoknya, serta terdapat kecenderungan anggotanya untuk menghasilkan kinerja kelompok yang eekti. 9 Pergantian shit dan perpindahan pasien mendeskripsikan pergantian shit dan perpindahan pasien berjalan lancar. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar 2,6% dan rata-rata respon negati,2%. Penelitian yang telah dilakukan di RS Stella Maris untuk item pertanyaan perpindahan pasien dari unit satu ke unit lain tidak menyebabkan hal buruk memiliki respon negati yang tinggi signiikan dengan tingginya respon negati pada dimensi kerjasama antar unit. Hal demikian membuktikan bahwa tidak terjalinnya kerjasama antar unit dalam perpindahan pasien Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 6 maupun pergantian shit bisa menyebabkan hal buruk yang terjadi terhadap keselamatan pasien. Hal buruk yang dimaksud adalah pasien yang jatuh dan kealahan pertukaran inormasi. Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien mendeskripsikan pengetahuan dan pemahaman petugas tentang keselamatan pasien yang berlaku di rumah sakit. Hasil penelitian di RS Stella Maris rata-rata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati 6,9%. Bea,2 dalam penelitiannya menemukan bahwa kurangnya persepsi tentang keselamatan pasien menyebabkan pula kurangnya kesadaran sta untuk melaporkan setiap insiden yang terjadi di rumah sakit. Anggapan sta bahwa kesalahan yang terjadi bukan sebuah kebetulan sebesar,%, sta mengutamakan keselamatan pasien yang ditangani 9,%, anggapan sta mengenai keberadaan masalah keselamatan pasien %, sedangkan prosedur dan sistem keselamatan pasien yang dijalankan hanya 9,%. Hal ini membuktikan bahwa persepsi seperti adanya kesalahan bukanlah sebuah kebetulan melainkan kesalahan yang dapat terjadi, sudah banyaknya yang mengutamakan keselamatan pasien, dan anggapan sta mengenai adanya masalah keselamatan pasien tetapi dalam menjalankan rumah sakit ini tidak mengetahui betul prosedur dan sistem keselamatan pasien yang baik dan benar sehingga menculnya kesalahan yang diharapkan masih biasa terjadi. Dengan adanya dukungan yang baik dan motivasi yang penuh dari para pimpinan prosedur dan sistem keselamatan pasien bisa dijalankan dengan baik. Frekuensi pelaporan kejadian mendeskripsikan tingkat keseringan petugas dalam melaporkan kejadian kesalahan, potensi membahayakan bagi pasien, dan kejadian kesalahan yang dapat membahayakan pasien. Hasil penelitian di RS Stella Maris ratarata respon positi sebesar,% dan rata-rata respon negati,6%. Mahajan dalam Beginta, 22 menyebutkan beberapa aktor yang dapat menghambat pelaporan kesalahan medis, antara lain adanya hukuman bagi individu yang mengalami kesalahan, budaya keselamatan yang buruk, kurangnya pengertian di antara klinisi tentang apa yang perlu dilaporkan dan bagaimana laporan kejadian dapat memberikan manaat bagi perbaikan system pelayaan. Secara khusus, kurangnya analisis yang sistematik dan kurangnya umpan balik menyebabkan keterlibatan yang rendah dari para klinisi dalam pelaporan kejadian. Hasil Penelitian mengenai gambaran budaya keselamatan pasien RS Stella Maris Makassar berdasarkan dimensi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tingkat respon positi sebesar,9%. Hal ini menunjukkan bahwa RS Stella Maris Makassar memiliki respon positi terhadap budaya keselamatan pasien. Hasil ini sesuai dengan hasil survei di Amerika yang menunjukkan nilai tertinggi adalah teamwork (unit), peningkatan saety, dan management support terhadap patient saety. Sementara hasil survei kecil di salah satu rumah sakit di Indonesia menunjukkan nilai tertinggi adalah kebersamaan dalam unit dan komunikasi sedangkan nilai terendah adalah serah terima, kerja sama antar bidang/unit dan staing. Budaya keselamatan pasien yang terdiri dari beberapa dimensi tidak dapat berdiri sendiri melainkan dimensi yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi). Penerapan budaya keselamatan pasien dikatakan berhasil apabila semua elemen yang ada di dalam rumah sakit menerapkan budaya keselamatan pasien dalam pekerjaannya sehari-hari. 6 Hasil penelitian di RS Stella Maris menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien tergolong positi dengan persentase sebesar,9% sehingga budaya keselamatan pasien pada setiap instalasi di RS Stella Maris tergolong memiliki respon positi. Budaya keselamatan mempengaruhi perilaku normal pegawai dalam mengambil pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26

62 Annisa Faradina Astini, et al. risiko, mematuhi peraturan, yang berkaitan dengan kesalamatan. Sebelum membuat desain intervensi perubahan budaya organisasi, sangat penting untuk menilai budaya keselamatan yang ada. Hal ini didapatakan dari hasil kuesioner mengenai sikap pegawai dan manajer terhadap keselamatan dan perspsi mereka bagaimana keselamatan dapat diprioritaskan dan diatur dalam unit kerja dalam organisasi.. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah RS Stella Maris Makassar memiliki respon positi sebesar.9% untuk budaya keselamatan pasien dengan tingkat maturitas adalah kalkulati. Adapun dimensi harapan supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan, dimensi respon tidak menyalahkan terhadap error, dimensi dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien, dimensi kerjasama antar unit pada instalasi, dimensi pergantian shit dan perpindahan pasien memiliki respon negati, sedangkan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, dimensi kerjasama dalam unit, dimensi keterbukaan komunikasi, dimensi umpan balik dan komunikasi, dimensi staing, dimensi kesuluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, dimensi rekuensi pelaporan kejadian memiliki respon positi. Sebaiknya pihak rumah sakit melakukan penilaian budaya keselamatan pasien secara rutin terhadap sta, memperhatikan kembali prosedur saat pergantian shit, dan mengembangkan sistem pelaporan tanpa memberi hukuman kepada sta yang melaporkan insiden tertentu. Datar Pustaka Beginta, R. Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim Kerja, terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 22. Institute o Medicine. To err is Human: Building a Saer Health System. USA;999. Cahyono, J.B & Suhardjo B. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktek Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius; 22. Mulyana, D.S. Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Depok: Universitas Indonesia; 2. [Tesis] Permenkes RI No 69/MENKES/PER/VIII/2. Keselamatan Pasien Rumah Sakit. UU No Tahun 29. Tentang Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan. Fleming, M. & N. Wentzell. Patient Saety Culture Improvement Tool: Development and Guidelines or Use. Healthcare Quarterly (Special Issue): ; 2. Yulia, S. Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien Di RS Tugu Ibu Depok. Depok: Universitas Indonesia; 2. [Tesis] Rachmawati, E. Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyah Jakarta 2. Universitas Muhammadiyah Pro. DR. Hamka; 2. [Tesis] Ariyani. Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan Program patient saety di instalasi perawatan Intensi rsud dr moewardi Surakarta Tahun 2 [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 29. Sorra J, Nieva V, Famolaro T, Dyer N. Hospital Survey on Patient Saety Culture: 2 Comparative Database Report.. AHRQ Publication No. -2. Rockville, MD: Agency For Healthcare Research And Quality; 2. Sorra & Dyer. Multilevel Psychometric Properties o The AHRQ Hospital Survey on Patient Saety Culture. BMC Health Service Research; 2. Azalea, D. Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di RSUD AM Parikesit Tenggarong Kalimantan Timur. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2. [Skripsi] Bea, ika Fadhillah, 2. Gambaran Budaya Keselamatan Paien di RS UNHAS tahun 2(Skripsi). Makassar. FKM, Universitas Hasanuddin. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Gambaran Budaya Keselamatan Pasien 6 Budihardjo, A. Pentingnya Saety Culture Di Rumah Sakit. Integritas-Jurnal Manajemen, Volume. Nomor Tahun 2, Hal -. (Http://Isjd.Pdii.Lipi.Go.Id/Admin/Jurnal/.Pd. Diakses Tanggal 2 Desember 2) Nurmalia, dkk. Pengaruh Program Monitoring terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien. Jakarta: Universitas Indonesia; 2. [Skripsi] Ayudyawardani, S. D. Pengembangan Model Budaya Keselamatan Pasien yang Sesuai di Rumah Sakit Ibu Anak Tumbuh Kembang Cimanggis Tahun 22 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 22. pissn 2-26, eissn 2-26 Vol 2, No., Th, 26