Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

HALAMAN PENGESAHAN...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

HALAMAN PENGESAHAN...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

PENGARUH JUMLAH BEBAN TANGGUNGAN KELUARGA, PENDAPATAN NON KERJA, DAN KEGIATAN ADAT TERHADAP ALOKASI WAKTU PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

E-Jurnal EP Unud, 6 [7] : ISSN :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

HALAMAN PENGESAHAN...

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

ANALISIS PENDAPATAN ISTRI NELAYAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA DI DESA SERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Luas Lahan Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuat Kembang Rampai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

ABSTRAK. Kata kunci : Sisa Hasil Usaha, jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, modal kerja

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.


KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

Oleh : RISMA FEBIYANTI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

Judul : Analisis Pilihan Pekerjaan Setengah Penganggur bagi Angkatan Kerja di Kota Denpasar Nama : Putu Diah Arya Purnama Dewi NIM :

Abstrak. Kata kunci: Tenaga Kerja, Modal, Bahan Baku, Produksi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

Abstrak. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal.

Oleh: NI LUH PUTU HERIS MAYUNI NIM :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

I G A AGUNG ASTIA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

PENGARUH VARIABEL SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP KEPUTUSAN PENDUDUK LANJUT USIA MEMILIH UNTUK BEKERJA DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN SKRIPSI.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

Transkripsi:

Judul :Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli (Studi Kasus di Pasar Kidul Kecamatan Bangli) Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : 1306105039 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosial ekonomi terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli dengan studi kasus di Pasar Kidul Kecamatan Bangli. Pengaruh sosial ekonomi yaitu pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga. Penelitian ini dilakukan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli, dengan sampel sebanyak 92 responden dari total populasi 1075. Penentuan sampel dengan metode Stratified Random Sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda atau OLS (Ordinary Least Square) dengan tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan sebagai dependen variabel dan lima variabel independen yaitu pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan metode wawancara dengan kuesioner dan observasi. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan, pendapatan suami berpengaruh negatif dan signifikan, umur berpengaruh positif dan signifikan, tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan, jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan, dan pengeluaran rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan. Kata Kunci : Tingkat Partisipasi Kerja, Pedagang Perempuan, Pendapatan, Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, dan Pengeluaran Rumah Tangga. i

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv vi vii x xi xiii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Kegunaan Penelitian... 13 1.5 Sistematika Penulisan... 14 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 16 2.1.1 Ketenagakerjaan... 16 2.1.2 Pengertian Angkatan Kerja... 18 2.1.3 Pengertian Kesempatan Kerja... 19 2.1.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan dalam Perekonomian... 20 2.1.5 Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan... 23 2.1.6 Pengaruh Pendapatan Suami terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan... 26 2.1.7 Pengaruh Umur terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan... 28 2.1.8 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan... 29 2.1.9 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan 32 2.1.10 Pengaruh Pengeluaran Rumah Tangga terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Perempuan... 33 2.2 Hipotesis Penelitian... 34 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 36 3.2 Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah ii

BAB IV Penelitian... 36 3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 37 3.4 Identifikasi Variabel... 37 3.5 Definisi Operasional Variabel... 37 3.6 Jenis Data... 39 3.6.1 Jenis Data menurut Sifatnya... 39 3.6.2 Jenis Data menurut Sumbernya... 40 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 40 3.8 Metode Pengumpulan Data... 43 3.9 Teknik Analisis Data... 44 3.9.1 Regresi Linier Berganda... 44 3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 45 3.9.3 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara Serempak (Uji F)... 47 3.9.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)... 49 3.9.5 Koefisien Determinasi (R 2 )... 60 DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 61 4.2 Karakteristik Responden... 63 4.2.1 Responden menurut Jam Kerja... 63 4.2.2 Responden menurut Pendapatan... 64 4.2.3 Responden menurut Pendapatan Suami... 65 4.2.4 Responden menurut Umur... 66 4.2.5 Responden menurut Tingkat Pendidikan... 67 4.2.6 Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga... 68 4.2.7 Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga... 69 4.3 Analisis Data... 70 4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 70 4.3.2 Uji Asumsi Klasik... 71 4.3.3 Uji Simultan (Uji F)... 74 4.3.4 Uji Parsial (Uji t)... 76 4.3.5 Koefisien Determinasi (R 2 )... 85 4.3.6 Interpretasi Koefisien... 85 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 87 4.4.1 Pengaruh Pendapatan terhadaptingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 87 4.4.2 Pengaruh Pendapatan Suami terhadaptingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 88 iii

BAB V 4.4.3 Pengaruh Umur terhadaptingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 89 4.4.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadaptingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 89 4.4.5 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 90 4.4.6 Pengaruh Pengeluaran Rumah Tangga terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Pasar Kidul Kecamatan Bangli... 91 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 92 5.2 Saran... 93 DAFTAR RUJUKAN... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 101 iv

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011-2015 (dalam satuan %)... 2 1.2 Jumlah Pekerja Perempuan berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015... 4 1.3 Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bangli pada Tahun 2015... 5 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Pedagang Perempuan berdasarkan Fasilitas Berjualan di Pasar Tradisional Kidul Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli... 42 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 71 4.2 Hasil Uji Normalitas Data... 71 4.3 Hasil Uji Multikolineritas (Tolerance dan VIF)... 73 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 74 4.5 Uji F (Uji Simultan)... 76 4.6 Hasil Uji t (Uji Parsial)... 85 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 )... 85 v

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 3.1 Model Analisis Regresi Pengaruh Pendapatan, Pendapatan Suami, Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, dan Pengeluaran Rumah Tangga terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. 45 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji F. 48 3.3 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Pendapatan... 51 3.4 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Pendapatan Suami... 52 3.5 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Umur... 54 3.6 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Tingkat Pendidikan... 56 3.7 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Jumlah Tanggungan Keluarga... 57 3.8 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk variabel Pengeluaran Rumah Tangga... 59 4.1 Distribusi Responden menurut Jam Kerja... 64 4.2 Distribusi Responden menurut Pendapatan Per Bulan yang Diperoleh 65 vi

4.3 Distribusi Responden menurut Pendapatan Suami Per Bulan yang Diperoleh... 66 4.4 Distribusi Responden menurut Umur... 67 4.5 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan... 68 4.6 Distribusi Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga... 69 4.7 Distribusi Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga... 70 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji F... 75 4.9 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Pendapatan... 77 4.10 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Pendapatan Suami... 78 4.11 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Umur... 80 4.12 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Tingkat Pendidikan... 81 4.13 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga... 82 4.14 Daerah Penerimaan dan Penolakan H 0 dengan Uji t untuk Variabel Pengeluaran Rumah Tangga... 84 vii

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian... 101 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian... 104 3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 109 4 Hasil Uji Normalitas... 110 5 Hasil Uji Multikolinearitas... 111 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 112 7 Tabel Distribusi F : α = 0,05... 113 8 Tabel Distribusi t... 118 9 Kumpulan Gambar di Lapangan... 121 viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa persediaan tenaga kerja di Indonesia juga telah mengalami peningkatan, baik tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Tenaga kerja perempuan dalam jumlah yang besar merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial bagi pembangunan. Pada saat ini, perempuan ingin mengaktualisasikan dirinya dalam pembangunan. Perempuan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di segala bidang, baik ekonomi, sosial, dan budaya (Fitria dan Herniwati, 2012). Salah satu perkembangan sektor ketenagakerjaan yang perlu mendapat perhatian besar dalam pelaksanaan pembangunan adalah semakin pentingnya peranan angkatan kerja perempuan. Secara keseluruhan, tenaga kerja perempuan di Indonesia menurut hasil Sensus Penduduk tahun 1980 mencapai sekitar 33 persen dari seluruh angkatan kerja yang bekerja secara aktif. Sedangkan pada tahun 1990 tenaga kerja perempuan yang aktif menjadi 34,5 persen dan terus meningkat pada tahun 2000 sebesar 45,2 persen sampai pada tahun 2010 menjadi sebesar 64,67 persen. Dengan demikian, ada sedikit kenaikan pertumbuhan tenaga kerja perempuan selama perode tahun 1980-2010 (Lukmanul, 2011). Ananta (1990:160) mengemukakan bahwa tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dalam kegiatan ekonomi disebabkan oleh beberapa hal: 1

(1) Adanya perubahan pandangan dan sikap dalam masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi laki-laki dan perempuan serta semakin disadari perlunya perempuan ikut berpartisipasi dalam pembangunan, (2) Adanya kemauan perempuan untuk mandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan hidup orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilannya sendiri, (3) Adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga, (4) Makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap tenaga kerja perempuan, misalnya tumbuhnya industri kerajinan tangan dan industri ringan lainnya. Tabel 1.1 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011-2015 (dalam satuan %) No. Kabupaten/ Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%) Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Ratarata 1. Jembrana 69,66 70,54 60,16 63,05 60,58 64,80 2. Tabanan 66,99 72,31 71,36 70,71 70,85 70,44 3. Badung 66,10 70,91 65,59 62,85 61,50 65,39 4. Gianyar 63,44 65,70 63,50 64,00 69,32 65,19 5. Klungkung 67,71 69,75 71,62 72,18 73,54 70,96 6. Bangli 84,56 85,92 79,75 83,60 79,73 82,71 7. Karangasem 77,61 79,94 81,64 79,05 80,67 79,78 8. Buleleng 66,24 71,20 68,83 65,13 66,00 67,48 9. Denpasar 58,88 58,69 54,84 62,54 60,46 59,08 Bali 65,83 69,89 66,83 67,26 67,24 67,41 Sumber: BPS Kab. Bangli 2015 (data diolah) 2

Penawaran tenaga kerja berlebih harus diimbangi dengan permintaan yang memadai. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja yang berlebih. Tabel 1.1 menunjukkan persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2011-2015. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan terendah, secara berturut-turut dari tahun 2011-2015 diduduki oleh Kota Denpasar. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan tertinggi dari tahun 2011-2015 diduduki oleh Kabupaten Bangli dan Karangasem. Kabupaten Bangli merupakan kabupaten dengan TPAK perempuan tertinggi pada tahun 2011, 2012, dan 2014 selama 3 tahun yaitu sebesar 84,56%, 85,92% dan 83,60%. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2015 selama 2 tahun TPAK perempuan tertinggi diduduki oleh Kabupaten Karangasem yaitu sebesar 81,64% dan 80,67%. Apabila dirata-ratakan, Kabupaten Bangli memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 82,71% dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, bahkan tertinggi melebihi Provinsi Bali. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan pada umumnya banyak dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur ekonomi yang terjadi dalam proses pembangunan. Berdasarkan pada Tabel 1.2 persentase jumlah pekerja perempuan di Kabupaten Bangli berdasarkan lapangan usaha, dapat diketahui bahwa sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, sektor industri, dan sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi merupakan sektor dengan jumlah pekerja perempuan terbanyak di Kabupaten Bangli. Namun, data pada kegiatan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan 3

perikanan, dan sektor industri cenderung mengalami penurunan yang signifikan pada persentase jumlah pekerja perempuan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Sedangkan pada sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi cenderung mengalami peningkatan dan hanya mengalami penurunan sebesar 0,19%, dari 20,82% pada tahun 2013 menjadi 20,63% pada tahun 2014, namun mengalami peningkatan kembali di tahun 2015. Tabel 1.2 Persentase Jumlah Pekerja Perempuan berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2015 No Lapangan Usaha Jumlah Pekerja Perempuan (%) 2011 2012 2013 2014 2015 1. Pertanian, Perkebunan, 51,05 50,80 46,34 49,59 40,50 Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 2,29 1,18 0,56 0,30 0,18 3. Industri 24,02 23,76 26,80 21,88 22,24 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0 0 0 0 0,50 5. Konstruksi 1,19 2,10 0,91 0,91 2,36 6. Perdagangan, Rumah Makan dan 17,55 18,36 20,82 20,63 22,78 Jasa Akomodasi 7. Transportasi, Pergudangan dan 0,35 0 0 0,14 0 Komunikasi 8. Lembaga Keuangan, Real Estate, 0,79 0,43 0,90 1,05 0,88 Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan 2,75 3,36 3,65 5,50 10,56 Perorangan Total 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Kab. Bangli, 2015 (data diolah) Kabupaten Bangli dengan sektor perdagangan yang berkembang pesat setiap tahunnya tidak terlepas dari aktivitas di pasar tradisional. Masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangli, yaitu Kecamatan Bangli, Tembuku, Kintamani, dan Susut memiliki satu pasar tradisional yang dikelola langsung oleh Pemerintah 4

Kabupaten Bangli. Kecamatan Bangli sebagai pusat ibukota, yang langsung berbatasan dengan daerah perkotaan dan pedesaan memiliki aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang hanya langsung berbatasan dengan pedesaan. Aktivitas perekonomian tersebut mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor perdagangan di Kabupaten Bangli. Sektor perdagangan tidak terlepas dari keberadaan pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan urat nadi perkembangan perekonomian masyarakat secara luas karena masyarakat secara terkonsentrasi melakukan transaksi jual beli barang dan jasa (Sheng Tai, 2006). Di Kecamatan Bangli terdapat pasar tradisional sebagai fasilitas penggerak ekonomi, yaitu Pasar Kidul. Pasar Kidul merupakan pasar tradisional terbesar di Kabupaten Bangli yang merupakan urat nadi perekonomian di masyarakat (banglikab.go.id). Tabel 1.3 Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bangli pada Tahun 2015 No. Kecamatan Nama Pasar Jumlah Pedagang (Orang) 1. Bangli Pasar Kidul 1281 2. Tembuku Pasar Yangapi 91 3. Kintamani Pasar Singamandawa 533 4. Susut Pasar Kayuambua 840 Total 2745 Sumber: Disperindag Kab. Bangli, 2015 (data diolah) Tabel 1.3 menunjukkan jumlah pedagang yang tersebar di pasar tradisional menurut kecamatan di Kabupaten Bangli, terlihat bahwa Pasar Kidul di Kecamatan Bangli memiliki jumlah pedagang paling banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang di pasar tradisional lainnya di masing-masing kecamatan. Total 5

keseluruhan pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Bangli sebanyak 2745 orang. Jumlah pedagang di Pasar Kidul Kecamatan Bangli sebanyak 1281 orang atau sebesar 46,67% dari total keseluruhan pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Bangli. Di Pasar Kidul terdapat banyak pedagang dengan berbagai jenis komoditi yang dijual, yaitu diantaranya pedagang daging, ikan, telor, tahu tempe, sayur, buah, sembako, asesoris, alat upakara, jajanan, perkakas, serta makanan dan minuman. Pasar Kidul merupakan pasar yang langsung dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bangli. Di pasar ini, terdapat berbagai macam pedagang berdasarkan jenis komoditi yang dijual. Pedagang tersebut ada yang telah mendapatkan fasilitas untuk berjualan di pasar yang disediakan oleh pemerintah, dan ada pula pedagang yang belum mendapat fasilitas berjualan. Pedagang yang telah disediakan fasilitas, setiap harinya secara menetap berjualan di pasar. Sedangkan pedagang yang belum mendapatkan fasilitas, berjualan secara berpindah-pindah ataupun secara bergantian dengan pedagang lain di siang atau sore hari. Selain itu, pedagang yang belum mendapat fasilitas tersebut kebanyakan tidak berjualan di dalam los pasar, melainkan di luar los pasar di sekitar jalan masuk ataupun keluar pasar, yang langsung berbatasan dengan parkir kendaraan dan jalan raya. Pedagang yang belum mendapat fasilitas berjualan yaitu diantaranya pedagang makanan dan minuman, canang, serta hasil bumi. Sedangkan sisanya telah mendapatkan fasilitas di pasar. Pemerintah Kabupaten Bangli telah menyediakan sekitar 990 fasilitas berdagang di pasar tersebut, namun demikian masih saja ada lapak kosong tersisa yang tidak ditempati, yaitu sekitar 50 lapak. Padahal, jumlah pedagang di pasar 6

tersebut sangat banyak dan masih ada yang belum mendapatkan tempat. Kebanyakan tempat yang kosong tersebut berada di los pasar lantai dua, sehingga terlihat sepi dan tidak penuh. Hal ini disebabkan karena terdapat pedagang tertentu yang tidak bersedia untuk ditempatkan di lantai atas yang bisa dibilang jauh dan jarang dijangkau langsung oleh pembeli. Sehingga pedagang tersebut lebih memilih berjualan di luar los pasar agar langsung bertemu dengan banyak pembeli yang keluar masuk pasar. Padahal pihak Pemerintah Kabupaten Bangli sendiri telah mengutamakan pemerataan dalam pengalokasian tempat berdagang di setiap los pasar, disesuaikan dengan daya tampung pedagang di pasar tersebut. Menurut Kepala Seksi Perizinan Usaha Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Bangli, Bapak Dewa Ketut Kantor, dari sekitar 1200 pedagang yang berjualan di Pasar Kidul, 75 persen terdiri atas pedagang perempuan, sedangkan sisanya pedagang laki-laki (wawancara penulis pada 24 November 2016). Hal ini menandakan bahwa tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang laki-laki di Pasar Kidul. Pedagang perempuan yang berjualan di Pasar Kidul tidak hanya berasal dari Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli, melainkan terdapat pula pedagang perempuan yang berasal dari Kabupaten Gianyar dan Klungkung. Namun demikian, kebanyakan pedagang perempuan yang berjualan berasal dari daerah setempat. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat pedagang dari luar daerah Kecamatan Bangli yang ikut berkontribusi di sektor perdagangan Kabupaten Bangli, khususnya di Pasar Kidul Kecamatan Bangli. 7

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan merupakan suatu indikasi utama dari sejauh mana perempuan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi masyarakat di pasar tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan demografi seperti umur, status perkawinan, dan pendidikan (Yakubu A. Yakubu, 2010). Sedangkan yang termasuk faktor ekonomi seperti upah/pendapatan, pendapatan suami, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran pemerintah. Pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang diperoleh baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan lainnya selama satu bulan, menurut Fadhilah Rahmawati, dkk. (dalam Satrio, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Jacob Mincer (1962), diketahui bahwa faktor pendapatan berpengaruh positif terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sihol Situngkir, dkk. (1997), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kerja pekerja perempuan sebagai pedagang sayur di berbagai pusat pasar di Kotamadya Jambi, diketahui bahwa faktor pendapatan responden berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas kerja perempuan di pasar. Asumsinya, semakin besar pendapatan responden maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan akan semakin meningkat. Pendapatan suami sangat memegang peranan penting dalam keputusan perempuan untuk masuk dalam pasar tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan Wiwit A F Riyani, dkk. (dalam Fitria, 2012) menjelaskan bahwa ibu rumah tangga di Kabupaten Purworejo yang memutuskan untuk tidak bekerja disebabkan oleh 8

pendapatan suami yang sudah dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Partisipasi angkatan kerja perempuan yang telah menikah tergantung pada kemampuan suami untuk menghasilkan pendapatan. Jika pendapatan suami masih belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka istri akan bekerja lebih banyak untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2012), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan jam kerja pedagang sayur wanita, studi kasus di Pasar Umum Purwodadi, diketahui bahwa faktor pendapatan suami berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap curahan jam kerja pedagang perempuan di pasar. Asumsinya, semakin besar pendapatan suami maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan akan semakin menurun. Umur responden mempunyai hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan penawaran tenaga kerjanya. Semakin meningkat umur seseorang semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Selama masih dalam usia produktif, karena semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung. Meskipun pada titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang semakin bertambah. Contohnya pedagang sayur yang berusia 50 tahun akan memiliki curahan jam kerja yang relatif lebih sedikit dibanding pedagang sayur yang berusia 30 tahun dengan kondisi dan kesehatan badan yang relatif stabil. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sihol Situngkir, dkk. (1997), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kerja pekerja perempuan sebagai pedagang sayur di berbagai pusat pasar di Kotamadya Jambi, diketahui bahwa faktor umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas 9

kerja perempuan di pasar. Asumsinya, semakin bertambah umur perempuan maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan akan semakin meningkat. Perbedaan dalam tingkat pendidikan akan membawa perbedaan dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan dalam angkatan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ade Riana (2013) yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan jam kerja pedagang bumbon wanita di Pasar Johar Kota Semarang, serta untuk mengetahui kontribusi pendapatan pedagang bumbon wanita terhadap pendapatan keluarga, diketahui bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan seseorang untuk bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sihol Situngkir, dkk. (1997), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kerja pekerja perempuan sebagai pedagang sayur di berbagai pusat pasar di Kotamadya Jambi, diketahui bahwa faktor tingkat pendidikan responden berpengaruh negatif dan signifikan terhadap intensitas kerja perempuan di pasar. Perempuan yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih memilih untuk bekerja di sektor formal yang menuntut pendidikan dan ketrampilan tinggi dalam bekerja, sedangkan perempuan dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung lebih memilih bekerja di sektor informal yang tidak memerlukan pendidikan tinggi ataupun keahlian khusus dalam bekerja. Asumsinya, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan semakin menurun. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat partisipasi kerja perempuan adalah positif. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah tanggungan 10

keluarga maka semakin tinggi tingkat partisipasi kerja perempuan. Suatu keluarga dengan tanggungan keluarga yang banyak cenderung mengerahkan anggota keluarga yang mampu bekerja untuk memasuki pasar kerja. Hal tersebut terkait dengan tingginya biaya hidup yang ditanggung sehingga menuntut perempuan untuk bekerja agar biaya hidup lebih dapat dicukupi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2012), yang bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi curahan jam kerja pedagang sayur wanita, studi kasus di Pasar Umum Purwodadi, diketahui bahwa faktor jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap curahan jam kerja pedagang perempuan di pasar. Asumsinya, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan akan semakin meningkat. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi tingkat partisipasi kerja perempuan yaitu pengeluaran rumah tangga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nadia (2012), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita menikah di Kabupaten Brebes, diketahui bahwa faktor pengeluaran rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran tenaga kerja wanita menikah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sihol Situngkir, dkk. (1997), yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kerja pekerja perempuan sebagai pedagang sayur di berbagai pusat pasar di Kotamadya Jambi, diketahui bahwa faktor pengeluaran rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas kerja perempuan di pasar. Asumsinya, semakin besar pengeluaran rumah tangga, maka tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan akan semakin meningkat. 11

Tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di pasar tradisional di Kabupaten Bangli sangat penting untuk diteliti. Peranan perempuan di pasar tradisional tidak hanya penting dijaga keberlanjutannya demi peningkatan pendapatan rumah tangga, namun juga mampu menyerap tenaga kerja perempuan di luar Kabupaten Bangli. Tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan perlu ditingkatkan dengan memperhatikan variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli, studi kasus di Pasar Kidul, Kecamatan Bangli. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Apakah pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga berpengaruh secara simultan terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli? 1.2.2 Apakah pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga berpengaruh secara parsial terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Untuk menganalisis pengaruh pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga 12

secara simultan terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. 1.3.2 Untuk menganalisis pengaruh pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga secara parsial terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga terhadap tingkat partisipasi kerja pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli kepada masyarakat dan pihak-pihak lain, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai pengaplikasian teori yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi terutama mengenai tingkat partisipasi kerja perempuan serta pengaruh dan hubungan pendapatan, pendapatan suami, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran rumah tangga pedagang perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. 13

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah kemudian dirumuskan ke dalam beberapa rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II : Kajian Pustaka Pada bab ini akan menguraikan konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep ketenagakerjaan, konsep angkatan kerja, konsep kesempatan kerja, konsep tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan, konsep pendapatan, konsep umur, konsep tingkat pendidikan, konsep jumlah tanggungan keluarga, konsep pengeluaran rumah tangga, dan hasil penelitian sebelumnya. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini menguraikan desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden dan deskripsi data hasil 14

penelitian dari analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji F, dan uji t. Bab V : Simpulan dan Saran Pada bab ini membahas simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan bagi pihak terkait. 15