PERBANDINGAN EFEK GROOMING PADA MENCIT YANG DIBERIKAN EPINEFRIN DAN ATROPIN DAN EFEK DIURESIS PADA MENCIT YANG DIBERIKAN PILOKARPIN DAN PROPRANOLOL

dokumen-dokumen yang mirip
OBAT YANG BEKERJA PADA SUSUNAN SARAF OTONOM DR. APRILITA RINA YANTI EFF., M.BIOMED PRODI RMIK-FIKES

Obat2 Sistem Saraf Otonom. I Dewa Gede Supartama, S. Farm., Apt

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

OBAT-OBAT PARASIMPATIS (PARASIMPATOMIMETIK) Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

OBAT OTONOM OBAT OBAT OTONOMIK

FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM. Rina Wijayanti, M. Sc., Apt Disampaikan dalam Kuliah Modul Farmakologi Prodi Farmasi FK UNISSULA

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2015

6. Obat cacing (pirantel pamoat) juga lebih baik diminum dengan susu atau sesudah makan, karena akan terjadi peningkatan absorpsi dengan makanan/susu

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

BAB V OBAT-OBAT SYARAF OTONOM

Anesty Claresta

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setempat menyebutnya dengan nama lain, di Aceh masyarakat mengenalnya

B. OBAT PARA SIMPATIK

FARMAKOLOGI KELOMPOK 4 SIMPATOLITIK. Intan Novia Patramita Lita Rahmalia Sayed Fadillah Dewi Hartati RiskaMerdianti M. Reja

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping, reaksi yang merugikan dan efek toksik. Interaksi reseptor Mekanisme non-reseptor

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman

B. OBAT PARA SIMPATIK

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS OTONOM. Imai Indra. Kata kunci : Sistem otonom, somatik, fungsi, simpatis, parasimpatis, transmitter

OBAT ANTIADRENERGIK. Dra.suhatri. MS. Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang

dr. Nurnaningsih, Sp.A(K)

Reseptor Adrenergik. Adrenalin / epinefrin

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone

OBAT ADRENERGIK. Dra.suhatri. MS. Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Kamis, 12 Februari 2009

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

TUGAS FARMAKOLOGI OBAT OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji pelarut DMSO terhadap kontraksi otot polos uterus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII SISTEM SYARAF MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dimana petani

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

MAKALAH RESEPTOR KOLINERGIK (MUSKARINIK & OBAT-OBATNYA) TUGAS MATAKULIAH FARMAKINETIK & FARMAKODINAMIK Dosen Pengampu : Zakky Cholisoh

OBAT-OBAT EMERGENCY PADA ANESTESI

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup seseorang (Navazesh dan Kumar, 2008; Amerongen, 1991).

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posterior dari dinding trakea dan bronkus utama. Dari ganglia ini serabut saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menyeleksi perhatian (Maramis, 2009). Tidak banyak orang yang dapat

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simulasi penggunaan obat antihipertensi propranolol pada kelinci hiperglikemik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM GASTROINTESTINAL KERUTAN USUS DI LUAR BADAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

Kuntarti, SKp, MBiomed. motorik. Sistem saraf. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

KATA PENGANTAR. Medan, November Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

ABSTRAK EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN 3 METODE

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto

NEUFARMAKOLOGI ASETILKOLIN DAN NORE EFINEFRIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

memodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan

BAB II TINJAUAN TEORI. mmhg dan tekanan diastolic di atas 90 mmhg.pada populasi manula, hipertensi

SISTEM SARAF MANUSIA

OBAT ANTI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

Inhibitor Asetilkolinesterase untuk Menghilangkan Efek Relaksan Otot Non-depolarisasi

N N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI HIPERTROFI PROSTAT, UMUR DAN HIPERTENSI

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB IV Biokimia Neurosciens

Transkripsi:

PERBANDINGAN EFEK GROOMING PADA MENCIT YANG DIBERIKAN EPINEFRIN DAN ATROPIN DAN EFEK DIURESIS PADA MENCIT YANG DIBERIKAN PILOKARPIN DAN PROPRANOLOL ABSTRAK PENDAHULUAN Sistem saraf otonom berkerja menghantarkan rangsang dari sistem saraf pusat ke oto polos, otot jantung dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf efern (motoric), dan merupakan bagian dari saraf perifer. Sistem saraf otonom ini dibagi dalam dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Pada umumnya, jika fungsi salah satu sistem dirangsang, maka sistem yang lain akan dihambat. Sistem saraf otonom tersusun atas saraf praganglion, ganglion dan saraf post ganglion. Impuls saraf diteruskan dengan bantuan neurotransmitter, yang dikeluarkan oleh saraf praganglion maupun saraf post ganglion. Saraf simpatis merupakan saraf yang bekerja saat beraktivitas. Saraf ini memiliki reseptor alfa dan beta serta neurotransmitter berupa epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan safraf parasimpatismerupakan METODE KERJA Penelitian ini dilakukan terhadap 20 hewan mencit (Mus musculus) yang dibagi menjadi 4 kemlompok. Tiap kelompok diberikan masing-masing injeksi efedrin, propranolol, pilokarpin dan atropin. Pengaruh yang diamati dari pemberian injeksi dari 4 jenis obat tersebut adalah grooming dan diuresis saraf yang bekerja saat tubuh dalam keadaaan istirahat. Saraf ini memiliki reseptor nikotinik dan muskarinik dan neurotransmitter berupa asetilkolin. Saat ini, terdapat obat-obat yang dapat mendukung efek saraf simpatis (simpatomimetik/agonis adrenergic) dan menghambat efek saraf simpatis (simpatolitik/antagonis adrenergic) serta terdapat obat-obat yang mendukung efek parasimpatis (parasimpatomimetik/ agonis kolinergik) dan obat-obat yang menghambat efek parasimpatis (parasimpatolitik/ antagonis kolinergik. Obat yang termasuk golongan simpatomimetik memiliki efek yang sama dengan parasimpatolitik serta obat yang masuk golongan simpatolitik memiliki efek yang sama dengan obat yang masuk pada golongan parasimpatomimetik. HASIL DAN PEMBAHASAN pada mencit. Grooming merupakan efek yang ditimbulkan pada saraf simpatis sedangkan diuresis merupakan efek yang ditimbulkan oleh saraf parasimpatis. Efedrin digunakan sebagai salah satu obat karena efedrin merupakan salah satu obat golongan agonis adrenergik

(simpatomimetik) yaitu obat yang mendukung efek saraf simpatis. Efedrim merupakan obat agonis adrenergik yang bekerja secara tidak langsung yaitu mempunyai efek yang banyak yaitu menghambat COMT, menghambat MAO, membantu pelepasan neurotransmitter simpatis, dan menghambat pendegradasian neurotransmitter yang telah dilepaskan. Oleh karena itu, efedrin dapat memberi efek grooming dan menghambat efek diuresis pada mencit. Propranolol digunakan sebagai salah satu obat karena propranolol merupakan salah satu obat golongan antagonis adrenergic (simpatolitik) yaitu obat yang menghambat saraf simpatis. Propranolol merupakan obat antagonis adrenergic yang bekerja secara langsung pada reseptor simpatis yaitu sebagai beta bloker (beta-1 dan beta-2). Propranolol menghalangi neurotransmitter simpatis untuk berikatan dengan reseptor beta. Propranolol merupakan obat beta bloker selektif yaitu hanya menghambat pada reseptor beta tidak pada reseptor alfa. Obat golongan antagonis adrenergik mempunyai efek yang sama dengan agonis kolinergik Oleh karena itu, propranolol dapat memberikan efek diuresis yaitu efek yang didukung oleh saraf parasimpatis (parasimpatomimetik). Pilokarpin digunakan sebagai salah satu onat pada penelitian karena pilokarpin merupakan salah satu obat golongan agonis kolinergik (parasimpatomimetik) yaitu obat yang mendukung efek parasimpatis. Pilokarpin merupakan agonis kolinergik yang bekerja secara langsung pada reseptor muskarinik. Pilokarpin akan berikatan dengan reseptor muskarinik sehingga saraf parasimpatis akan bekerja. Obat golongan agonis kolinergik memiliki efek yang sama dengan anatgonis adrenergic. Oleh karena itu, pilokarpin dapat memberikan efek diuresis dan menghambat efek grooming pada mencit. Atropine digunakan sebagai salah satu obat pada penelitian karena atropine merupakan salah satu obat golongan antagonis kolinergik (parasimpatolitik) yaitu obat yang menghambat efek parasimpatis. Atropine merupakan antagonis kolinergik yang bekerja langsung pada reseptor muskarinik (antimuskarinik). Atropine akan menhalangi neurotransmitter berikatan dengan reseptor muskarinik, sehingga efek parasimpatis dihambat (efek simpatis didukung). Oleh karen itu, atropine dapat memberikan efek grooming (efek yang didukung oleh saraf simpatis) dan menghambat efek diuresis (yang didukung oleh saraf parasimpatis). Masing-masing obat diberikan kepada masing-masing 5 mencit dengan cara intraperitoneal dan peroral. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap grooming dan diuresis sebanyak 4 interval waktu. Data hasil pengamtan terhadap masing-masing obat tercantum dalam table sebagai berikut : a. Epinefrin

1). Grooming 1). Grooming 1 0 1 2 0 0.75 2 0 1 0 0 0.25 3 0 1 2 1 1 Rata-rata 0.67 1 1 1 3 4 2.25 2 1 1 4 3 2.25 3 3 1 2 0 1.5 Rata-rata 2 1 1 5 2 15 5.75 2 3 4 11 8 6.5 3 0 9 11 12 8 Rata-rata 6.75 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0.5 3 0 0 0 2 0.5 Rata-rata 0.33 b. Propranolol c. Pilokarpin

1). Grooming d. Atropin 1). Grooming 1 1 2 3 0 1.5 2 0 0 1 2 0.75 3 0 0 0 0 0 Rata-rata 0.75 1 1 5 3 0 2.25 2 3 5 0 0 2 3 2 1 1 2 1.5 Rata-rata 1.92 1 0 4 7 6 4.25 2 0 1 0 3 1 3 1 4 5 5 3.75 Rata-rata 3 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 Rata-rata 0 Grafik :

a. Grooming b. Diuresis Berdasarkan grafik1, didapatkan bahwa efek grooming yang paling banyak terjadi dari paling banyak sampai paling sedikit adalah pada mencit yang diberikan epinefrin, atropine propranolol dan terakhir pilokarpin. Hal ini menunjukkan bahwa obat epinefrin memberikan efek grooming yang plaing kuat. Ini sesuai dengan literatur, sebab epinefrin merupakan obat agonis adrenergik yang mendukung efek simpatis seperti grooming dan efek grooming paling sedikit terjadi pada mencit yang diberikan

pilokarpin. Hal ini juga sesuai dengan literature, sebab pilokarpin merupakan obat golongan antagonis kolinergik yang bekerja mendukung efek parasimpatis (menghambat kerja simpatis). Berdasarkan grafik 2, didapatkan bahwa efek diuresis dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit adalah mencit yang diberikan pilokarpin, propranolol, epinefrin dan atropine yang tidak mengalami diuresis. Hal ini menunjukkan bahwa obat pilokarpin memberikan efek diuresis yang paling kuat. Ini sesuai dengan literature, sebab pilokarpin merupakan obat agonis kolinergik yang mendukung efek parasimpatis seperti diuresis dan efek diuresis yang paling sedikit terjadi pada mencit yang diberikan atropine. Ini juga sesuai dengan literature, sebab atropine merupakan obat antagonis kolinergik yang bekerja menhambat kerja saraf parasimpatis (mendukung kerja simpatis). KESIMPULAN Dari penelitian dan pengolahan data yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa epinefrin merupakan obat yang mendukung efek dari saraf simpatis yang ditunjukkan dengan efek grooming dari mencit yang diberikan epinefrin. Dan pilokarpin merupakan obat yang mendukung efek dari parasimpatis yang ditunjukkan dengan efek diuresis pada mencit yang diberikan pilokarpin. Selain itu, pilokarpin juga dapat bekerja mendukung efek simpatis namun efeknya tidak sebaik obat golongan agonis adrenergic (epinefrin). Dan propranolol n juga dapat bekerja mendukung efek dari parasimpatis namun tidak sekuat efek dari agonis kolinergik (pilokarpin).