BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu miliar orang di dunia menderita disabilitas. Disabilitas atau kecacatan dapat terjadi akibat kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan faktor lain seperti kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan akibat kerja, jatuh, kekerasan, dan bencana alam. Kecacatan yang diderita seseorang dapat mengganggu aktivitas dan menurunkan produktivitas penderitanya.1-2 International Labour Organization (ILO) tahun 2013 mencatat, satu orang meninggal dunia setiap 15 detik akibat kecelakaan kerja dan 160 orang menderita sakit akibat kerja. Berdasarkan data ILO tahun sebelumnya (2012), 2 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahunnya. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mendata angka kecelakaan kerja pada akhir tahun 2015 adalah kasus. Salah satu penyebab kecelakaan kerja ini adalah pelaksanaan dan pengawasan keselamatan kerja serta perilaku masyarakat industri, khususnya dan umumnya, belum optimal.1 Hampir setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kecelakaan lalu-lintas di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kecelakaan sepeda motor merupakan penyebab 40,6% cedera.1 Pada tahun 2015,Indonesiatermasuk sepuluh negara dengan angka kecelakaan lalu-lintas tertinggi di dunia.3 Dalam Korlantas (2016) dinyatakan korban kecelakaan lalu-lintas terbanyak adalah pria usia lima belas sampai dua puluh lima tahun atau bisa dikatakan pria usia produktif. Kecacatan akibat kecelakaan lalu-lintas dan akibat kecelakaan kerja dapat dicegah agar tidak terjadi.pengemudi kendaraan bermotor dapat menghindari kecelakaan dengan berbagai cara. Selain dengan cara menaati peraturan lalu-lintas 1

2 dan mengupayakan kelayakan kendaraan yang digunakan, kewaspadaan, kecepatan refleks, dan kecepatan bereaksi pengendara juga meminimalkan kecelakaan. Jika pengemudi memiliki waktu reaksi yang baik terhadap suara dan cahaya maka terjadinya kecelakaan dapat diminimalkan. Waktu reaksi yang baik memungkinkan pengemudi kendaraan bermotor untuk bereaksi cepat sehingga dapat menghindari kecelakaan yang akan terjadi, demikian pula halnya dengan para pekerja. Mereka dapat menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja jika memiliki kewaspadaan tinggi dan waktu reaksi yang baik. Waktu reaksi setiap orang berbeda. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi waktu reaksi seseorang seperti usia, jenis kelamin, kelelahan, siklus pernapasan, intelegensi, karakter dan kepribadian, serta obat-obatan.4 Terdapat beberapa zat lain yang dapat memengaruhi waktu reaksi. Obat atau zat yang dimaksud adalah vitamin B, coklat, teh, dan lain-lain. Penelitian tentang konsumsi vitamin B yang dapat mempersingkat waktu reaksi seseorang sudah dilakukan oleh Ruben pada tahun Penelitian tentang konsumsi coklat yang dapat mempersingkat waktu reaksi seseorang sudah dilakukan oleh Szzanurindah pada tahun Sedangkan penelitian tentang teh dan pengaruhnya terhadap waktu reaksi sudah dilakukan oleh Grisela pada tahun 2005 dan Agnes pada tahun Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti bahan-bahan lain yang dapat memengaruhi waktu reaksi. Indonesia memiliki banyak tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah kunyit kuning (Curcuma longa L.). Kunyit kuning (Curcuma longa L.) banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia sebagai minuman, jamu, atau bumbu masak. Jamu kunyit asam merupakan salah satu contoh minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat dan dipercaya berkhasiat menjaga kebugaran tubuh, mengatasi keluhan menstruasi, menyembuhkan luka lambung, dan memperlangsing tubuh. Jamu kunyit asam mengandung kurkumin dari kunyit kuning, vitamin C, minyat atsiri, protein, karbohidrat dan beberapa mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi.5 2

3 Kunyit kuning mengandung bahan-bahan aktif yang berefek antidepresan, antiinflamasi, antimikroba, antihepatotoksik, antikanker, dan antitrombotik.6 Kandungan bahan aktif dalam kunyit kuning yang sudah banyak dimanfaatkan adalah kurkumin. Karena hal-hal tersebut, peneliti memilih kunyit kuning untuk diteliti pengaruhnya terhadap waktu reaksi. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah apakah mengonsumsi seduhan rimpang kunyit kuning (Curcuma longa L.) mempercepat waktu reaksi sederhana. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi seduhan rimpang kunyit kuning (Curcuma longa L.) terhadap waktu reaksi sederhana. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademik penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsumsi kunyit kuning (Curcuma longa L.) terhadap waktu reaksi sederhana. Manfaat praktis dari penelitian ini agar masyarakat mengetahui pengaruh dari kunyit kuning sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan saat bekerja, berkendara, dan melakukan kegiatan sehari-hari. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Kerangka Pemikiran Waktu reaksi adalah interval antara saat suatu stimulus diberikan sampai terjadinya suatu respon motorik yang disadari. Suatu rangsang atau impuls 3

4 yang diterima oleh tubuh manusia akan dihantarkan oleh serabut saraf aferen ke korteks serebri kemudian dihantarkan melalui serabut saraf eferen sehingga terjadilah suatu respon yang disadari. Impuls disampaikan dari satu neuron ke neuron lainnya melalui sinaps. Sinaps merupakan suatu titik penghubunng antarneuron. Neuron pertama menyekresikan zat kimia neurotransmiter yang akan bekerja pada reseptor protein pada membran neuron berikutnya sehingga neuron berikutnya dapat terangsang.7,8 Berkurangnya neurotransmiter pada sinaps akan menghambat hantaran impuls, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon terhadap rangsang akan memanjang. Kunyit kuning, yang terdapat di Indonesia, mengandung bahan aktif kurkumin sebanyak 2-4%. Kurkumin dapat digunakan sebagai terapi depresi karena kurkumin dapat meningkatkan konsentrasi beberapa neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin dan epinefrin. Kurkumin menginhibisi enzim monoamin oksidase (MAO). MAO adalah enzim yang mengoksidasi monoamine termasuk di dalamnya dopamin, norepinefrin, dan epinefrin. Enzim MAO memiliki dua isoform yaitu MAO-A dan MAO-B. Isoform MAO-B mengoksidasi dopamine sedangkan isoform enzim MOA-A mengoksidasi norepinefrine dan serotonin.6 Kurkumin mampu meregulasi epinefrin dan norepinefrin yang berhubungan dengan atensi, konsentrasi, dan emosi. Kurkumin meningkatkan kadar kortisol yang mengaktifkan sistem saraf simpatis, meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga kewaspadaan akan meningkat, dan waktu reaksi semakin singkat. Dalam kunyit kuning juga terkandung thiamine atau vitamin B1 (0,89%). (IJSER, 2014) Thiamine difosfat berpengaruh dalam hantaran saraf karena senyawa ini memfosforilasi dan mengaktifkan kanal klorida di membran saraf. Kanal klorida berperan dalam eksitasi membran sel-sel saraf. Thiamine juga memiliki peran penting dalam metabolisme penghasil energi khususnya metabolisme karbohidrat.7 Kandungan terbesar kunyit kuning adalah pati (60%). Pati dihidrolisis menjadi karbohidrat yang paling sederhana yaitu glukosa. Glukosa menghasilkan ATP. ATP merupakan sumber energi utama yang berfungsi 4

5 untuk seluruh aktivitas tubuh termasuk penghantaran impuls dan kontraksi otot.9, Hipotesis Penetilian Mengonsumsi seduhan serbuk rimpang kunyit kuning (Curcuma longa L.) mempercepat waktu reaksi sederhana. 5