ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA.

dokumen-dokumen yang mirip
UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

VALIDASI METODE F-AAS UNTUK MEMPEROLEH JAMINAN MUTU PADA ANALISIS UNSUR Cd, Cu, Cr, Pb, DAN Ni DALAM CONTOH UJI LIMBAH CAIR

EVALUAS][ HASIL ANAL ISIS LOGAM BERAT Cd, Co, Cr DAN Ph DALAM CUPLIKAN AIR SUNGAI CODE

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

PENGENDALIAN MUTU METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DENGAN UJI

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cu, DAN Cd PADA IKAN AIR TAWAR DENGAN METODE SPEKTROMETRI NYALA SERAPAN ATOM (SSA).

PENGENDALIAN MUTU HASIL ANALISIS UNSUR Pb, Cd, DAN Cr DALAM CONTOH UJI AIR LIMBAH.

VALIDASI PENGUJIAN Cr, Cu DAN Pb DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

VALIDASI METODE SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM PADA ANALISIS LOGAM BERAT Cr, Cu, Cd, Fe, Pb, Zn DAN Ni DALAM CONTOH UJI AIR LAUT

UNSUR Pb, Fe, Cd, DAN Cu DALAM IKAN TUNA DENGAN METODE SPEKTROMETRI SERAP AN ATOM (SSA) UNTUK UJI PROFISIENSI.

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC --- ABSORPTION SPECTROMETR Y (F-AAS) PASCA AKREDIT ASI

VALIDASI METODE F-AAS UNTUK MEMPEROLEH JAMINAN MUTU PADA ANALISIS UNSUR Cd, Cn, Cr, Pb, DAN Ni DALAM CONTOH UJI LIMBAH CAIR

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Vogyakarta, 28 Agustus 2008

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROSES DESORPSI LOGAM BERAT PADA SEDIMEN SUNGAI DAERAH MURIA DENGAN PELARUT ASAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

PENGENDALIAN MUTU HASIL ANALISIS UNSUR-UNSUR Cr DAN Cu DALAM CONTOH SRM SOIL-7 DAN SEDIMEN

KARAKTERISASI PELARUT ASAM ( HNO 3, HF, DAN HCl ) PADA PROSES DIGESTI SEDIMEN SUNGAI DAERAH MURIA

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS UNSUR PENGOTOR Fe, Cr, DAN Ni DALAM LARUTAN URANIL NITRAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

ABSTRAK ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia

NOTE COMPARISON TEST OF FNAA AND AAS METHOD FOR Cu, Cd, Cr, AND Pb ANALYSIS OF CODE RIVER SEDIMENT (INDONESIA)

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KOMPOSISI NATRIUM ZIRKONAT HASIL OLAH PASIR ZIRKON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA).

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

PENENTUAN KADAR Pb (Timbal) DALAM CAT RAMBUT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KEBERADAAN LOGAM-LOGAM BERAT Ph, Cd, Fe, DAN Co DALAM CUPLIKAN RAMBUT KEP ALA PEGA W AI POM BENSIN DI DAERAH ISTIMEW A YOGY AKART A

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN

VALIDASI METODE DAN ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN PADA ANALISIS UNSUR DALAM ZrO 2 HASIL OLAH PASIR ZIRKON

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

EVALUASI KANDUNGAN Al DALAM AIR SUNGAI CODE DIY DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT Cd, Pb, DAN Mn PADA SEDIMEN KOLAM TPA MUARA FAJAR PEKANBARU H.Panjaitan 1, S.Bali 2, T.A.Hanifah 2

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

ANALISIS KESALAHAN DALAM SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

ANALISA KROM TOTAL DI DAERAH INDUSTRI TENUN SONGKET SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG. Ita Emilia

UJI HOMOGINITAS DAN STABILITAS KANDIDAT BAHAN STANDAR ZIRKONIL KLORIDA (ZrOCL2) HASIL OLAH PASIR ZIRKON KALIMANTAN DENGAN METODE F-AAS

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

PENENTUAN KONDUKTIVITAS AIR SUNGAI BATANG LUBUH MENGGUNAKAN MULTITESTER

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAB TEKNIK AANC(Analisis Aktivasi Neutron Cepat) Darsono Bachrun Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Transkripsi:

ANALISIS SEBARAN LOGAM BERAT DALAM CUPLIKAN SEDIMEN SUNGAI GAJAHWONG SECARA SSA. Supriyanto C.&Sunardi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN. Jl. Babarsari Po Box 1008 Yogyakarta. ABSTRACT The analysis of heavy metals such as Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, and Mnin Gajahwong river sediment samples has been done by flame atomic absorption spectrometry method (AAS). The analysis was based on 9 (nine) location of sampling were Tanen Hargobinangun bridge, North Ringroad Bridge, IAIN bridge, Kusuma Negara bridge, Pramuka street bridge, Rejowinangun bridge, Winong bridge, South Ringroad bridge, and Kanggotan bridge. The average of heavy metals concentration of Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, and Mnin Gajahwong river sediment samples at nine locationstends to increase as Gajahwong river passing through the urban areas. The validity of AAS instrument was proven by the precision and sensitivity value obtained of 0.019 ppm and 0.65 % respectively that less than ASTM references, requirement. The validity of method was proven by using standard references materials soil 7 from IAEA showed that with obtained of the content of Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, and Mn element in the certificated legend. Key words : heavy metal, flame AAS method, Gajahwong river sediment. PENDAHULUAN Salah satu sungai yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sungai Gajahwong. Sungai ini membelah kota Yogyakarta dan menjadi tanda pemisahan dua wilayah yaitu daerah yang ada di sebelah barat sungai dan daerah yang ada di sebelah timur sungai. Sungai Gajahwong merupakan sub daerah aliran sungai Opak yang meliputi wilayah Kabupaten Sleman, Kodya Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Sebelum memasuki daerah perkotaan, sungai Gajahwong melewati areal pertanian subur yang sangat luas dan kemungkinan besar limbah kimia pertanian akan masuk dan mencemari air sungai Gajahwong. Setelah memasuki daerah perkotaan, sungai Gajahwong melewati banyak perkampungan penduduk dimana setiap perkampungan mempunyai perlakuan yang berbeda-beda terhadap sungai Gajahwong. Diperkirakan sungai Gajahwong yang ada di daerah perkotaan tercemar oleh logam-logam 289

ISBN : 979-498-467-1 berat. Hal ini bukanlah tidak beralasan, sebab ada dua hal yang berkaitan dengan pencemaran yaitu tingkat kepadatan penduduk dan pertumbuhan berbagai industri di daerah perkotaan Kodya Yogyakarta. Tingkat kepadatan penduduk memberikan andil pencemaran berupa limbah rumah tangga, sedangkan pertumbuhan industri memberikan andil pencemaran berupa limbah industri baik padat maupun cair. Disamping itu pencemaran sungai Gajahwong dapat juga terjadi berdasar proses alamiah seperti pengikisan batuan yang berada di sekitar perairan, dan partikulatpartikulat debu yang mengandung logam berat yang dibawa oleh air hujan. Dalam perjalanan dari hulu hingga hilir, air sungai Gajahwong membawa polutan logam dari berbagai sumber, karena sungai merupakan perairan terbuka yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan disekitarnya. Sumber-sumber pencemar tersebut antara lain aktivitas gunung Merapi didaerah hulu (daerah Tanen Hargobinangun), kemudian dilanjutkan dengan masuknya limbah lainnya seperti pertanian, industri, rumah sakit dan rumah tangga [1,2]. Dengan adanya peningkatan buangan air limbah yang mengandung senyawa logam berat beracun, cepat atau lambat hal tersebut akan meningkatkan kerusakan ekosistem perairan. Hal ini karena unsur logam sukarmengalami proses pelapukan baik kimia, fisika maupun biologis. Perpindahan logam sebagai unsur unsur toksis dari sungai ke tubuh manusia dapat terjadi melalui mata rantai biota sungai. Sedangkan penyebaran logam berat dalam bentuk partikel melalui proses sedimentasi di dasar sungai. Sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari partikel partikel padatan yang mempunyai ukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Begitu juga dengan unsur logam dalam sistem perairan dapat mengendap di dasar sungai. Sedimen dalam jumlah tinggi di dalam air akan sangat merugikan karena dapat mengganggu ekosistem air sungai karena telur ikan dan sumber makanan kemungkinan terendam di dalam sedimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang keberadaan logam berat Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam sedimen sungai Gajahwong Yogyakarta. Pengambilan cuplikan 290

(sampling) sedimen dilakukan pada bulan Agustus 2006 yaitu pada musim kemarau. Kadar logam berat Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe yang diperoleh dalam cuplikan sedimen dapat digunakan sebagai data pendukung bagi program pemerintah (program kali bersih). Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah metode nyala spektrometri serapan atom dengan beberapa keuntungan antara lain mudah, cepat, cuplikan yang dibutuhkan relatif sedikit, mempunyai sensitifitas tinggi (3) BAHAN DAN TATA KERJA. Bahan.Bahan-bahan yang digunakan adalah cuplikan sedimen sungai Gajahwong, larutan spektrosol (Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe) sebagai larutan standar buatan BDH, sebagai pelarut digunakan HNO 3 pekat buatan Merck, bahan bakar gas asetilen buatan Aneka Gas Industri Yogyakarta, dan akuatrides buatan PTAPB-BATAN Yogyakarta. Tata kerja. Pada penelitian ini digunakan satu perangkat alat atomic absorption spectrometry (AAS) tipe AA-300-P buatan Varian Techtron Australia, teflon bom digester, gelas teflon 50 ml, labu ukur 10 ml, vial polietilen ukuran 5 ml, mikro pipet effendorf 10-100 µl, dan neraca analitik. Pencucian wadah dan peralatan preparasi. Peralatan dan wadah yang akan digunakan untuk analisis, dicuci dengan sabun kemudian dibilas dan dibersihkan dengan akuades. Peralatan dan wadah yang sudah bersih direndam dalam asam nitrat 1 : 3 selama 24 jam, kemudian dibilas dengan akuatrides 3-4 kali sampai diperoleh ph air bilasan normal (ph 7). Hasil pencucian dikeringkan dalam oven dan dipanaskan pada suhu 50-60 0 C. Setelah kering kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan dalam ruang bebas debu. Preparasi cuplikan dan SRM Soil 7. Cuplikan sedimen dibersihkan dari kotoran seperti batu, rumput dan tumbuhan, kemudian dikeringkan pada sinar matahari, hasil pengeringan digerus menggunakan agat, diayak hingga lolos 100 mesh, dihomoginkan dan ditempatkan wadah polietilen 291

ISBN : 979-498-467-1 dan diberi label. Cuplikan sedimen dan SRM Soil 7 ditimbang berat 0,2 g, dimasukkan kedalam tabung teflon, dibasahi dengan akuatrides, ditambah 200 µl asam fluorida pekat dan 1 ml asam nitrat pekat, ditutup rapat. Dimasukkan ke dalam tungku pemanas, dipanaskan pada suhu 150 0 C selama 4 jam. Setelah dingin dituang ke dalam gelas beker teflon, dan dipanaskan di atas penangas pasir. Hasil pemanasan setelah dingin dituang ke dalam labu takar 10 ml dan ditepatkan dengan penambahan akuatrides sampai batas tanda, larutan siap untuk dilakukan analisis. Uji kepekaan dan presisi alat uji. Uji kepekaan dan presisi alat uji (AAS) dilakukan dengan membuat 1 buah larutan campuran yang terdiri dari larutan standar Cu 1000 ppm, HNO 3 1 N, dan akuatrides sedemikian rupa sehingga konsentrasi Cu dalam larutan 2 ppm, dan konsentrasi HNO 3 dalam larutan 0,1 N. Kepekaan alat uji ditentukan dengan mengukur serapan larutan tersebut dengan 3 kali pengukuran, sedangkan presisi alat uji ditentukan dengan menghitung simpangan baku dari pengukuran 6 kali serapan larutan tersebut di atas. Kondisi optimum analisis. Kondisi optimum analisis masing-masing unsur diperoleh dengan mengukur serapan maksimum masing-masing unsur pada setiap perubahan parameter panjang gelombang, arus lampu, lebar celah, laju alir cuplikan, laju alir asetilen, dan tinggi pembakar. Larutan yang digunakan adalah 25 ml larutan Pb, Cr, dan Fe masingmasing konsentrasi 5 ppm, 25 ml larutan Cd 1 ppm, 25 ml larutan Cu dan Mn masing-masing konsentrasi 2 ppm. Kurva kalibrasi Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe. Kurva kalibrasi Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar masing-masing unsur pada kondisi optimum. Kisaran larutan standar masing-masing unsur adalah Cd 0,05 0,25 ppm, Cu dan Mn 0,1 0,50 ppm, Cr 1,0 5,0 ppm, Pbdan Fe0,5 2,5 ppm. Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat kurva antara konsentrasi terhadap serapan masingmasing unsur. Validasi metode analisis. Validasi metode analisis dilakukan dengan menentukan kadar unsur Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam standard 292

reference material (SRM) soil 7 buatan IAEA. Kadar unsur yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kadar yang ada dalam sertifikat SRM soil 7, kemudian dihitung presisi dan akurasi. Metode uji yang valid apabila kadar unsur hasil analisis berada dalam rentang konsentrasi dalam sertifikat SRM soil 7 Teknik pengukuran cuplikan sedimen. Kadar unsur-unsur Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong ditentukan dengan menggunakan teknik pengukuran kurva kalibrasi standar yaitu dengan mengukur serapan unsur-unsur Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan, kemudian serapan yang diperoleh diintrapolasikan ke dalam kurva standar masing-masing unsur sehingga akan diperoleh kadar unsur dalam cuplikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa parameter yang perlu mendapatkan perhatian pada analisis logam-logam berat Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong antara lain adalah kondisi optimum analisis unsur, linieritas kurva kalibrasi masing-masing unsur dan kelayakan alat uji yang digunakan berupa kepekaan dan presisi alat uji. Pada Tabel 1 disajikan data kondisi optimum masing-masing unsur, Tabel 2 menunjukan linieritas kurva kalibrasi masing-masing unsur dan batas deteksi unsur, sedangkan pada Tabel 3 disajikan data kepekaan dan presisi alat uji AAS dengan metode nyala. Tabel 1. Kondisi optimum analisis unsur Cd, Cr, dan Pb Parameter Panjang gelombang, nm Lebar celah, nm Arus lampu, ma Laju alir cuplikan, ml/mnt. Laju alir udara l/menit Laju alir asetilen l/menit Tinggi pembakar, mm U n s u r Cd Cr Pb Fe Mn Cu 228,6 0,5 4 1,56 1 357,0 0,5 10 2,70 15 217,0 1,0 5 1,70 14 248,3 0,2 5 2,47 14 202,6 1,0 10 2,20 14 324,8 0,5 5 2,50 13 293

ISBN : 979-498-467-1 Pada Tabel 1 disajikan kondisi optimum analisis unsur-unsur Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.fe. Kondisi optimum analisis unsur diperoleh dengan mengukur serapan yang optimum pada panjang gelombang maksimum masing-masing unsur pada setiap perubahan parameter lebar celah, arus lampu, laju alir cuplikan laju alir udara dan asetilen, dan tinggi pembakar. Pada Tabel 2 disajikan data linieritas konsentrasi dan batas deteksi masing-masing unsur. Linieritas konsentrasi menunjukan daerah kerja yang optimum dari masing-masing unsur. Batas deteksi unsur ditentukan berdasarkan perhitungan secara statistik dari kurva kalibrasi masingmasing unsur yang diperoleh. Berdasarkan kurva kalibrasi standar unsur diperoleh persamaan garis linier y = ax + b. Dari persamaan garis linier, dihitung besar serapan yang diperoleh dari persamaan garis linier (y^), harga standar deviasi penyimpangan (S y/x ), besar serapan pada limit deteksi (Y l.d ), dan kadar pada limit deteksi (X l.d ). Berikut adalah contoh perhitungan batas deteksi unsur Cr : X (ppm) Y (serapan) Y^ (Y-Y^) 1,0 0,08 0,082 4,0 x 10-6 2,0 0,138 0,1362 3,24.x 10-6 3,0 0,192 0,1904 2,56 x 10-6 4,0 0,244 0,2446 3,60.x 10-7 5,0 0,298 0,2988 6,40 x 10-7 1,08 x 10-5 Persamaan garis linier yang diperoleh adalah Y = 0,0542 X + 0,0278 dengan harga regresi (r) = 0,99982. Harga standar deviasi penyimpangan (S y/x ), dihitung dengan formula : S y/x = ( y y^ ) = ( n 2) (1,08.10 3 Y l.d = a + 3 S y/x = 0,00335 X l.d = Yl. d b a = 6 ) = 1,897 x 10-3 0,0335 0,0278 = 0,105 0,0542 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga X l.d yang menunjukanbatas deteksi unsur Cr 0,105 ppm, batas deteksi unsur Pb,Cd, Cu, Mn, dan.fe ditentukan dengan perhitungan yang sama seperti disajikan pada Tabel 2. 294

Tabel 2. Linieritas konsentrasi unsur dan batas deteksi Unsur Pb Cd Cu Cr Mn Fe Linieritas konsentrasi (ppm) 0,5 2,5 0,05 0,25 0,1 0,5 1,0 5,0 0,1 0,5 0,5 2,5 Batas deteksi (ppm) 0,052 0,020 0,020 0,105 0,020 0,040 Pada Tabel 3 disajikan data kepekaan dan presisi yang menunjukan validasi alat uji (AAS). Harga kepekaan alat uji diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar Cu konsentrasi 2 ppm dengan 3 kali pengukuran. Berdasarkan data serapan yang diperoleh dihitung kepekaan alat uji (S) dengan formula S = 0,0044 (C 1 /A 1 ), C 1 dan A 1 masing-masing adalah konsentrasi dan serapan standar Cu yang dipilih. Nilai presisi alat uji (s) diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar Cu konsentrasi 2 ppm dengan 6 kali pengukuran. Berdasar data serapan yang diperoleh, dihitung presisi alat uji (s) dengan formula s = (A-B) x 0,40, dengan A = nilai serapan tertinggi dan B = nilai serapan terendah dari 6 nilai serapan yang diperoleh. Berdasarkan perhitungan diperoleh data kepekaan dan presisi alat uji SSA masing-masing 9 ppm dan 0,65 % (Tabel 3). Berdasarkan data tersebut, alat uji SSA masih layak digunakan dengan kepekaan dan presisi yang masih berada di bawah batas persyaratan perolehan kepekaan < 0,040 ppm dan presisi alat uji < 1 % (4). Tabel 3. Data kepekaan dan presisi alat uji AAS No Parameter Cu 2 ppm 1. 2. Kepekaan, ppm Syarat acuan, ppm. Presisi, % Syarat acuan, % 9 0,040 0,65 1,0 Pada Tabel 4, disajikan validasi metode analisis berupa data analisis unsur Fe, Cr, Mn, dan Pb dalam Standard Reference Materials (SRM) Soil 7 buatan IAEA. Kadar unsur Fe, Cr, Mn dan Pb dalam SRM Soil 7 hasil analisis berada pada kisaran kadar unsur yang ada dalam 295

ISBN : 979-498-467-1 sertifikat. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode analisis yang digunakan adalah valid, sedangkan validasi metode analisis unsur Cd dan Cu tidak dapat dilakukan menggunakan SRM Soil 7. Hal ini disebabkan kadar Cu dan Cd yang terdapat dalam SRM Soil 7 sangat rendah dan berada di bawah batas deteksi unsur Cd dan Cu. No 1. 2. 3. 4. Tabel 4. Data hasil analisis unsur, dan data sertifikat SRM Soil7. Unsur Fe Cr Mn Pb Kadar sertifikat (µg/g) (5) 25,7 (25,2-26,3) 60 (49-71) 631 (604-650) 60 (55-71) Kadar hasil analisis ± SD (µg/g) 25,91 ± 1,01 58,72 ± 1,70 616,33 ± 7,19 58,75 ± 1,20 Parameter lain yang menentukan keakuratan hasil yang diperoleh adalah pengambilan cuplikan (sampling). Kandungan logam-logam berat dalam berbagai badan air berbeda-beda, sehingga dalam pengambilan cuplikan diperlukan variabel pengambilan cuplikan. Dalam penelitian ini pengambilan cuplikan hanya berdasarkan variabel tempat/daerah pengambilan cuplikan. Tempat atau daerah pengambilan cuplikan mengacu pada pedoman sampling dari Bapedalda Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dari daerah hulu yaitu daerah Tanen, Hargobinangun, daerah perkotaan yaitu daerah jembatan lingkar utara, jembatan IAIN, jembatan Kusuma Negara, pertigaan Jalan Pramuka, jembatan Rejowinangun, jembatan Winong, jembatan lingkar selatan, dan daerah hilir yaitu daerah jembatan Kanggotan, Kab. Bantul. Pada Tabel 5 disajikan rerata kadar logam-logam berat Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong berdasarkan perbedaan tempat pengambilan cuplikan. Berdasarkan Tabel 5 dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong terdeteksi logam berat Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.fe. Rerata kadar Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.femenunjukan perbedaan yang nyata bila ditinjau dari daerah pengambilan cuplikan, dan cenderung mengalami peningkatan apabila dibandingkan dari daerah hulu sungai, daerah perkotaan dan daerah hilir. Rerata kadar Fe, Pb, dan Cd yang tertinggi terdapat di daerah Rejowinangun dan kadar terendah di daerah hilir (Kanggotan, Bantul) kecuali Cd tersebar secara merata di tiap 296

pengambilan cuplikan. Rerata kadar Cr dan Cu tertinggi di daerah Jalan Pramuka dan terendah Cu di daerah jembatan Kusuma Negara, Cr terendah di daerah jembatan IAIN. Rerata kadar Mn yang tertinggi di daerah Kusuma Negara dan terendah di daerah hilir (Kanggotan Bantul). Peningkatan rerata kadar Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong setelah melalui daerah perkotaan dapat disebabkan karena adanya aktivitas penduduk di daerah perkotaan, keberadaan rumah sakit, dan berbagai industri. Berdasarkan hal tersebut membuktikan bahwa sungai Gajahwong yang masuk melewati daerah perkotaan tercemar logam-logam berat, sedangkan keberadaan logam berat Pb,Cd, Cu, Cr, Mn, dan.fe di daerah pengambilan cuplikan dekat dengan mata air (daerah Tanen Hargobinangun), menunjukan bahwa pencemaran logam-logam berat terjadi secara alamiah seperti pengikisan batuan-batuan mineral dan partikel-partikel logam yang ada di udara akibat adanya hujan. Tabel 5. Rerata kadar Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong berdasarkan letak pengambilan. Lokasi Kadar Fe (mg/g) Kadar Pb (µg/g) Kadar Cd (µg/g) Kadar Cu (µg/g) Kadar Cr (µg/g) Kadar Mn (mg/g) J.Tanen Hargobinangun J.lingkar utara J. IAIN J. Kusuma Negara J.Jalan Pramuka J.Rejowinangun J. Winong J.lingkar selatan J.Kanggotan, Bantul 24,23 ± 0,81 31,61 ± 0,12 44,88 ± 1,27 44,91 ± 1,01 39,26 ± 1,10 59,24 ± 1,07 44,91 ± 0,77 41,46 ± 1,11 24,24 ± 0,82 29,30 ± 1,91 45,41 ± 0,72 44,98 ± 1,01 41,74 ± 0,78 43,59 ± 1,12 53,50 ± 0,87 37,82 ± 1,01 48 ± 0,11 6,56 ± 0,52 2,34 ± 2,89 ± 0,12 3,09 ± 1,30 ± 0,07 2,93 ± 0,04 3,50 ± 0,03 2,64 ± 0,08 3,46 ± 0,02 1,59 ± 0,09 13,30 ± 0,11 15,05 ± 0,31 17,07 ± 0,81 11,22 ± 0,19 19,93 ± 0,65 14,09 ± 19,06 ± 0,98 16,43 ± 0,12 12,12 ± 0,11 42,55 ± 0,72 204,78 ± 1,43 3,84 ± 0,03 65,95 ± 1,01 259,59 ± 1,05 46,05 ± 0,55 137,62 ± 1,57 82,19 ± 1,13 131,30 ± 1,77 1,02 ± 1,02 ± 0,02 1,12 ± 2,13 ± 1,29 ± 0,02 1,35 ± 1,06 ± 1,12 ± 0,52 ± 297

ISBN : 979-498-467-1 Keberadaan logam logam berat Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan sedimen berawal dari masuknya sumber pencemar baik secara alamiah seperti pengikisan batuan-batuan mineral yang mengandung logam berat, masuknya limbah yang berasal dari kegiatan pertanian, industri penyamakan kulit, percetakan, rumah sakit, jasa restorasi, sentral industri tahu dan tempe, dan limbah rumah tangga. Limbah atau polutan tersebut masuk ke dalam badan air sungai, kemudian terjadi proses penyerapan (adsorpsi) logam-logam berat dari badan air sungai ke sedimen. Proses adsorpsi logam berat dari air ke dalam sedimen melingkupi sistem antar dan inter partikel sedimen. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perpindahan logam berat di dalam sistem perairan sungai adalah banyaknya konsentrasi padatan tersuspensi (TSS) yang ada dalam badan air, dan selalu didahului dengan proses adsorpsi (6). Kadar logam-logam berat Pb, Mn, Cu, Cr, Cd, dan Fe dalam cuplikan sedimen berdasarkan daerah pengambilan cuplikan berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan perbedaan asupan limbah atau polutan masingmasing daerah. Meskipun sampai saat ini belum ada baku mutu kadar logam berat dalam sedimen, tetapi apabila sedimen sudah dalam jumlah yang tinggi di dalam air dampak negatif yang terjadi adalah kerusakan ekosistem dalam perairan, seperti.populasi ikan dan hewan air akan berkurang karena telur-telur dan sumber makanan akan terendam dalam sedimen. Disamping itu apabila kadar logam-logam berat dalam sedimen tinggi, melalui mata rantai akhirnya akan berakibat negatif pada kehidupan manusia. KESIMPULAN Berdasarkan data-data hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rerata kadar Pb, Cu, Cr, Mn, dan Fe dalam cuplikan sedimen sungai Gajahwong dengan daerah pengambilan cuplikan dan cenderung mengalami peningkatan apabila dibandingkan dari daerah hulu sungai, daerah perkotaan, dan daerah hilir, sedangkan rerata kadar Cd tersebar secara merata di tiap pengambilan cuplikan. 298

DAFTAR PUSTAKA PALAR H., Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta, (1994). DARMONO, Logam Dalam Sistim Biologi, UI Pers, Jakarta, (1995) VAN LOON, J.C., Analytical Atomic Absorption Spectroscopy Selected Methods, Academic Press, New York (1980). Anonim, American Society for Testing and Materials, ASTM E 663-78 (1979). Anonim, Standard Reference Materials Soil 7, IAEA. Rini J.W., Model adsorpsi Langmuir Pada Perpindahan Logam Ti, V, Mn Sistem Air- Sedimen di Sepanjang Sungai Code Yogyakarta, Prosiding PPI-PDIPTN BATAN, Yogyakarta, 10 Juli 2007. 299