BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3)

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III Landasan Teori

BAB III ANALISIS KONDISI AKTUAL

Sistem Informasi Pendidikan

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENENTUKAN POTENSI DI MASA DEPAN. Titien S. Sukamto

ANALISIS DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR INFORMASI RANTAI PASOK BAHAN BAKAR MINYAK

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. instansi pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam hal ini pelayanan kesehatan yang

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila mengharapkan penerapan TI yang optimal, dibutuhkan strategi

Bab II Tinjauan Pustaka

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

[Analisis dan Portofolio ]

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA PROSES BISNIS

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Informasi. dikerjakan di masa yang akan datang (Sukarno, 2002, p129).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III LANDASAN TEORI. mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan. Sampai saat ini PT. XYZ masih belum memiliki pendefinisian

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembahasan Materi #5

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today

Arsitektur Teknologi Informasi Berbasis Enterprise Architecture Planning (EAP) di Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG)

Pembahasan Materi #11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis dalam era informasi ini sangat kompetitif.

Membangun Strategi SI/TI

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

Analisis ValueShop Sebagai Pemodelan Bisnis Awal Dalam Perencanaan Arsitektur Enterprise (EAP)

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB I SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

PEDOMAN ANALISIS PROSES BISNIS DI INSTANSI PEMERINTAH KOTA BANDUNG. Tien Fabrianti Kusumasari STMIK IM

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


PERENCANAAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN TI/SI MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.0 (STUDI KASUS DI STIKOM)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perencanaan Kebutuhan Pengembangan Sistem Informasi

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Informasi

TINJAUAN MENYELURUH SIA. Oleh : Diana Rahmawati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Information Systems. Sistem Informasi untuk Keuntungan Kompetitif 16/10/2012 8:56

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN I.1

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Supply Chain Management Supply chain (rantai pasok) merupakan penyelarasan kegiatan perusahaan yang membawa produk atau layanan menuju ke pasar (3). Lingkup rantai pasok meliputi organisasi dan proses yang membuat dan mengirim produk, informasi dan pelayanan hingga konsumen akhir. Rantai pasok mengerjakan tugas pembelian, aliran pembayaran, penanganan material, perencanaan produksi dan kendali, logistik dan kendali inventaris penggudangan, serta penyebaran dan pengiriman produk. Rantai pasok dilakukan dalam semua tahap yang terlibat, langsung atau tidak langsung, dalam memenuhi permintaan konsumen. Dalam rantai pasok, aliran material produk dan layanan, aliran pembayaran uang, dan aliran informasi dari pemasok bahan mentah melalui penyebar dan penyalur, menuju ke konsumen dijelaskan pada Gambar II.1. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3) Efektivitas suatu rantai pasok dapat ditingkatkan dengan cara: 1. Mengatur biaya kegiatan seperti manufaktur, aset, inventaris, transportasi. 2. Mengatur tingkat layanan seperti waktu respon yang terjadi dalam unit waktu yang ditentukan dengan pola permintaan. 3. Menyeimbangkan biaya dari inventaris dengan kebutuhan layanan pelanggan 6

7 4. Menciptakan jaringan hubungan bisnis atau rantai pasok yang tepat, efisien dan rendah biaya, untuk membawa produk dari konsep ke pasar. 5. Untuk optimasi produksi tingkat inventaris, mencapai efisiensi untuk personil, peralatan dan fasilitas perusahaan. 6. Menyediakan rencana yang fleksibel dan mekanisme kendali. Upaya meningkatkan efektivitas rantai pasok tesebut merupakan bagian dari kegiatan supply chain management (SCM, manajemen rantai pasok). Dinamika SCM ditentukan oleh lima penggerak rantai pasok (3). Keterkaitan antara kelima penggerak ini diperlihatkan pada Gambar II.2. Penggerak SCM tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Produksi yang merupakan kegiatan pembuatan jadwal produksi utama, penyeimbang beban kerja, pengendali mutu dan perawatan perlengkapan. Hal ini menunjukkan apa, bagaimana dan kapan untuk produksi. 2. Inventaris yang menunjukkan hal yang bertindak sebagai penghitung kapasitas pabrik dan buffer (penimbunan) dalam rantai pasok dan membuat level optimal dari inventaris. Hal ini menunjukkan berapa banyak produksi yang dibuat dan disimpan. 3. Lokasi yang menunjukkan tempat yang tepat untuk produksi dan penyimpanan inventaris yang dapat membuat jalur pengiriman ke konsumen menjadi efektif. Hal ini menunjukkan di mana tempat yang terbaik untuk kegiatan tertentu. 4. Transportasi, merupakan hal yang menentukan pemindahan produksi dari pemasok menuju ke konsumen secara optimal. Hal ini menunjukkan bagaimana dan kapan memindahkan produk. 5. Informasi, merupakan hal yang dapat menghasilkan keputusan efektif tentang apa yang diproduksi, berapa banyak dan di mana menyimpan inventaris, serta bagaimana cara terbaik mentransportasikannya. Hal ini menunjukkan dasar membuat keputusan.

8 Gambar II.2. Penggerak rantai pasok (3) Dampak yang diharapkan bila menggunakan SCM (3), antara lain: 1. Integrasi informasi 2. Sinkronisasi perencanaan 3. Koordinasi alir kerja 4. Model bisnis baru Salah satu metode koordinasi SCM adalah vertical integration (integrasi vertikal). Integrasi ini merupakan perluasan kepemilikan ke arah rangkaian kegiatan di bagian hulu dan hilir, sehingga semua fungsi dikuasai oleh satu organisasi (3). Pada integrasi vertikal, pasar yang dilayani adalah slow-moving mass markets (pasar masal bergerak-lambat), yaitu pergerakan pasar yang lambat karena tergantung pada persediaan barang yang ada di gudang. Jika persediaan barang di gudang banyak, maka barang itulah yang dipasarkan. Hal ini bertentangan dengan tuntutan konsumen yang terus berkembang dan mempunyai karakter fast-moving markets (pasar bergerak-cepat). Pergerakan pasar tergantung pada tuntutan konsumen yang menginginkan berbagai pilihan mutu, harga, dan lain-lain. Integrasi vertikal sudah mulai ditinggalkan, karena dewasa ini perusahaan cenderung untuk memilih mengembangkan kegiatan bisnis utamanya. Fastmoving markets dapat dipenuhi oleh koordinasi pada SCM. Maka bentuk SCM inilah yang akan dijadikan masa depan rantai pasok. Gambar II.3. memperlihatkan vertical integration dan SCM.

9 Gambar II.3. Perbedaan pasar bergerak lambat dan cepat (3) II.2. Bahan Bakar Minyak Bahan bakar minyak (BBM) merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri maupun sebagai penghasil devisa negara. Pengelolaan BBM ini perlu dilakukan seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kegiatan usaha minyak yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing dan efisien. Hal ini juga menciptakan kegiatan usaha minyak yang berwawasan pelestarian fungsi lingkungan, serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional sehingga mampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seperti yang telah ditetapkan Undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (1).

10 Pertamina merupakan perusahaan yang ditunjuk negara untuk bertanggung jawab memenuhi ketersediaan bahan bakar minyak di Indonesia. Sebelum menjadi Pertamina, perusahaan ini disebut Permina, Permindo dan Permigran. Pertamina dibangun di reruntuhan kilang Pangkalan Barandan tanggal 10 Desember 1957. Sejak saat itu pula industri perminyakan nasional dikelola oleh Pertamina. Pertamina merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang minyak dan gas yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pemurnian, pengolahan, penyediaan, sebagian proses pengangkutan dan sebagian proses penjualan. Kegiatan ini dibagi atas dua bagian yaitu kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pemurnian, pengolahan dan penyediaan BBM, disebut kegiatan usaha hulu. Kegiatan penyediaan, pengangkutan dan penjualan disebut usaha hilir (7). Kegiatan usaha BBM (1) merupakan kegiatan yang bertumpu pada beberapa kegiatan berikut: 1. Pengolahan Pengolahan merupakan kegiatan memurnikan, memilah-milah bagian, mempertinggi mutu dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi dan Gas Bumi. 2. Pengangkutan Pengangkutan merupakan kegiatan pemindahan minyak bumi, gas bumi dan hasil olahannya dari wilayah kerja atau dari tempat penampungan. Hal ini termasuk pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi. Pengakutan disebut sebagai transport pada penelitian ini. 3. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, serta pengeluaran minyak bumi dan gas bumi. Penyimpanan disebut penimbunan pada penelitian ini. 4. Niaga Niaga merupakan kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor minyak bumi dan hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa. Niaga disebut sebagai penjualan pada penelitian ini.

11 Pola distribusi BBM di kegiatan usaha hilir diawali dari kilang BBM dalam negeri. BBM disalurkan melalui jalur pipa menuju instalasi besar seperti terminal. Kemudian BBM disalurkan melalui jalur pipa dan pengangkut ke instalasi yang lebih kecil seperti depot. Terakhir BBM disalurkan dengan transport menuju SPBU, SPBU apung, SPB Industri, SPB airport, agen penyalur dan penyalur ke pihak militer. Kegiatan ini melibatkan aliran material yang membutuhkan SCM yang baik (2). Pola distribusi untuk BBM itu ditampilkan pada Gambar II.4. Gambar II.4. Pola distribusi BBM (2) II.3. Kerekayasaan Informasi Koordinasi pada SCM membutuhkan pengelolaan informasi. Kerekayasaan informasi merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi informasi yang dipakai untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama dari kerekayasaan ini adalah mempersiapkan rencana bagi analisis, perancangan dan pengembangan sistem berbasis informasi (6). Kerekayasaan informasi melihat sistem informasi sebagai suatu piramida. Piramida ini mempunyai dua sisi, yaitu sisi data dan sisi kegiatan. Sisi data dari piramida sistem informasi pada tingkat strategis memperlihatkan informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan enterprise. Sisi kegiatan dari piramida sistem informasi pada tingkat strategis memperlihatkan teknologi yang dipakai untuk menjalankan enterprise. Gambar II.6. menjelaskan piramida sistem informasi (6).

12 Gambar II.5. Piramida sistem informasi (6) Piramida sistem informasi merupakan dasar dari perancangan sistem informasi. Tujuan perancangan sistem informasi adalah untuk memenuhi keadaan eliminate (mengurangi), simplify (menyederhanakan), integrate (mengintegrasi), automate (mengotomasi), yang disingkat ESIA (9), seperti ditunjukkan pada Tabel II.1. Tabel II.1. Tujuan perancangan sistem informasi (9) ELIMINATE SIMPLIFY INTEGRATE AUTOMATE Produksi berlebih Bentuk Pekerjaan Kegiatan rutin Waktu tunggu Prosedur Tim Kegiatan sulit Transport Komunikasi Pelanggan Kegiatan berbahaya Proses Teknologi Pemasok Kegiatan membosankan Inventaris Daerah masalah Pengambilan data Kegagalan Alir Pemindahan data Duplikasi Analisis data Perubahan bentuk Inspeksi Persetujuan ulang Perencanaan ini menjembatani strategi bisnis dan pengembangan sistem informasi dengan mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi enterprise. Hal ini juga diperlukan dalam mencapai tujuan bisnis. Identifikasi strategi dilakukan berdasarkan elemen sistem informasi yaitu data, aplikasi dan teknologi. Hal ini dapat dicapai dengan implementasi enterprise architecture.

13 II.3.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture (EA) terdiri dari kata enterprise dan archirtecture. Enterprise adalah suatu bentuk organisasi yang menyediakan fasilitas produk dan layanan dengan orientasi teknologi. Architecture merupakan desain dan struktur dalam bentuk fisik (bentuk nyata) atau konseptual (bentuk maya) (10). EA merupakan blueprint (cetak biru) yang menggambarkan rancangan enterprise. Salah satu hasil dari EA menggambarkan alignment (penyelarasan) kebutuhan bisnis dengan teknologi informasi. Tujuan dari bisnis tersebut dapat dicapai dengan mengimplementasi sistem informasi. Arsitektur ini dapat menghasilkan persyaratan kualitas dan cara pemeliharaan selama periode masa hidupnya. Salah satu cara menggambarkan arsitektur ini adalah Zachman Framework (10). Zachman Framework (10) menggambarkan suatu model menyeluruh bagi infrastruktur informasi yang terjadi dalam suatu enterprise. Tabel II.2. menjelaskan Zachman Framework dengan kompleksitas enterprise dan membantu koordinasi enterprise secara holistic (menyeluruh). Tabel II.2. Zachman Framework (10) ASPEK / PRESPEKTIF PERENCANA lingkup (kontekstual) PEMILIK model bisnis (konseptual) PERANCANG model sistem (logikal) PEMBANGUN model teknologi (fisikal) KONTRAKTOR spesifik (diluar konteks) PRODUK fungsional APA BAGAIMANA DIMANA SIAPA KAPAN MENGAPA kepentingan dlm bisnis model semantik model data logik model data fisik definisi data pelaksanaan proses model proses bisnis arsitektur aplikasi desain sistem program aplikasi lokasi bisnis sistem aktual bisnis arsitektur sistem distribusi arsitektur teknologi arsitektur jaringan fungsi organisasi model alir kerja arsitektur interaksi manusia arsitektur prosentasi arsitektur keamanan Waktu bisnis jadwal utama struktur proses struktur kendali definisi waktu strategi bisnis perencanaan bisnis model aturan bisnis desain aturan desain aturan data proses jaringan organisasi jadwal strategi dan kebijakan

14 Zachman Framework menggunakan analogi proses perencanaan, penggambaran dan pembangunan suatu rumah. Zachman menggunakan istilah perencana, pemilik, perancang dan pembangun, untuk meningkatkan tingkat kedalaman yang sesuai dengan tujuan kerangka kerjanya. Baris pada kerangka kerja Zachman menggambarkan berbagai perspektif dari arsitektur enterprise, antara lain kontekstual, konseptual, logikal, fisikal, spesifik, dan fungsional. Kolom pada kerangka kerja Zachman menggambarkan aspek abstraksi dari arsitektur enterprise, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain apa, bagaimana, di mana, siapa, kapan dan mengapa. Arsitektur informasi ditunjukkan dengan model data logik dan arsitektur interaksi dari perspektif perancang. II.3.2. Business Systems Planning Business systems planning (BSP, perencanaan sistem bisnis) merupakan pendekatan yang berstruktur dalam kerekayasaaan informasi. BSP menggambarkan sistem informasi dengan arsitektur informasi. BSP dipakai untuk membangun perencanaan sistem informasi jangka waktu tertentu. BSP menggunakan analisis dari level top-down (atas-ke-bawah) hierarki manajemen perusahaan dan implementasi sistem dari level bottom-up (bawah-ke-atas) pada hierarki perusahaan (4). Level top-down merupakan tahap analisis dan perencanaan, yang terdiri dari analisis objektif bisnis, analisis proses bisnis, analisis organisasi bisnis, analisis aplikasi proses data dan analisis file data. Level bottom-up merupakan tahap perancangan dan implementasi, yang terdiri dari perancangan kelas data, perancangan basis data, perancangan sistem informasi, perancangan proses bisnis baru dan perancangan objektif bisnis baru. Tahap BSP dijelaskan pada Gambar II.6.

15 Gambar II.6. Tahap BSP (4) Tahap BSP hingga mencapai tahap arsitektur informasi dibagi atas definisi objektif bisnis, definisi proses bisnis, definisi kelas data dan definisi arsitektur informasi (4). Pada tahap definisi proses bisnis dianalisis proses bisnis, organisasi bisnis dan sistem pendukung proses. Tahap BSP hingga mencapai tahap arsitektur informasi ini dijelaskan pada Gambar II.7. Gambar II.7. Langkah menuju arsitektur informasi BSP (4)

16 Tahap BSP hingga menghasilkan arsitektur informasi, dirinci sebagai berikut: 1. Pendefinisian objektif bisnis Objektif bisnis merupakan hasil akhir yang dicari untuk dicapai oleh organisasi dengan keberadaan dan kegiatannya. Manfaat dari objektif bisnis ini adalah: a. Membantu menetapkan organisasi yang sesuai dengan lingkungannya. b. Membantu koordinasi keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan. c. Organisasi dapat menetapkan standar untuk menilai prestasi kegiatannya. d. Memudahkan proses perumusan dan implementasi strategi organisasi. 2. Pendefinisian proses bisnis Proses bisnis menggambarkan kelompok kegiatan dan keputusan yang terkait secara logika yang dibutuhkan untuk mengatur sumber daya bisnis. Gambar II.8. menjelaskan identifikasi kategori proses dan data dengan life cycle (siklus hidup) secara logika, antara lain: a. Requirement (persyaratan) Persyaratan merupakan kegiatan menentukan banyak produk atau sumber daya yang diperlukan, perencanaan mendapatkan sumber daya tersebut, pengukuran dan pengendalian penyimpangan perencanaan. b. Acquisition (akusisi) Akusisi merupakan kegiatan untuk mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam pengembangan. c. Stewardship (tata layan) Tata layan merupakan kegiatan untuk membentuk, menyempurnakan, merubah atau memelihara sumber daya pendukung dan untuk menyimpan atau meneliti produk dan layanan. d. Disposistion (pengalihan) Pengalihan adalah keputusan dan kegiatan yang mengakhiri tanggung jawab dari organisasi untuk suatu produk dan layanan atau penggunaan sumber daya.

17 Gambar II.8. Siklus hidup proses bisnis BSP (4) Pembagian di atas memperlihatkan proses yang termasuk dalam golongan requirements, acquisition, stewardship dan disposition. Proses-proses bisnis tersebut dikelompokkan kembali berdasarkan kelompok proses. Tabel III.1. memperlihatkan bagaimana pengolongan life cycle BSP ini dibuat. Tabel III.1. Golongan proses berdasarkan life cycle BSP (4) Requirements Aquisition Stewardship Disposistion Persyaratan Pengadaan Penggudangan Penjualan Perancangan Rekrut Inventaris Pengiriman Pengukuran Implementasi Perawatan Manajemen armada Kendali Penciptaan Dukungan Pembayaran Akuntansi Fabrikasi Penjejakan Pembuangan Riset Pengembangan Modifikasi Pengakhiran Peramalan Rekayasa Kualitas Perencanaan Penjadwalan Pengepakan Evaluasi Testing Perbaikan Analisis yang dilakukan kemudian adalah analisis organisasi untuk menentukan proses penentu dan analisis sistem pendukung aktual yang digunakan untuk menentukan integritas sistem aktual.

18 3. Pendefinisian kelas data Kelas data merupakan suatu kategori hubungan data secara logika yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mendefinisikan kelas data, yaitu: a. Identifikasi kelas data. b. Validasi kelas data. c. Hubungan kelas data dan proses. 4. Pendefinisian arsitektur informasi Arsitektur informasi menggambarkan hubungan integrasi informasi antara fungsi-fungsi organisasi dalam organisasi. Hal ini diuraikan secara beberapa hal antara lain: a. Data dan penggunaannya. b. Interaksi sistem. c. Sistem pendukung proses. II.3.3. Information Architecture Information architecture (arsitektur informasi) menggambarkan kumpulan dengan kemampuan tertentu yang berhubungan dengan interprestasi dari informasi. Dalam konteks perancangan sistem informasi, arsitektur informasi merujuk pada analisis dan perancangan penyimpanan data oleh sistem informasi, berkonsentrasi pada entitas, atribut dan hubungan antara mereka. Hal ini merujuk pada pemodelan data untuk basis data dan pada model data yang digunakan enterprise untuk mengkoordinasi definisi data dalam beberapa basis data tertentu (4). Arsitektur informasi pada tingkat strategi dan taktis organisasi, digunakan untuk mengenali sistem informasi yang akan dikembangkan. Arsitektur ini digambarkan dengan diagram yang menunjukkan hubungan dari data ke sistem dan proses. Diagram ini memungkinkan untuk mempertimbangkan kebutuhan data sistem yang sedang dikembangkan dan memaksimalkan pembagian data (4).

19 Arsitektur informasi menggunakan diagram yang menunjukkan hubungan dari data ke sistem dan proses yang didukung masing-masing data. Diagram arsitektur ini memberi garis besar tiap daerah sistem di mana data dibuat, dikendalikan, digunakan dan relasi dari sistem ke sistem, serta sistem yang mendukung proses. Diagram arsitektur memungkinkan untuk mempertimbangkan kebutuhan data sistem yang sedang dikembangkan, untuk memaksimalkan pembagian data (4). Arsitektur informasi dijelaskan pada Gambar II.9. Gambar II.9. Contoh arsitektur informasi BSP (4)

20 II.3.4. Value Chain Analysis Value chain (rantai nilai) merupakan rangkaian rantai kegiatan yang memberi nilai tambah kepada produk atau barang. Value chain analysis (analisis rantai nilai) merupakan analisis yang menentukan tipe kompetitif yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Konsep ini dipakai pada jaringan distribusi, logistik dan rantai pasok. Kunci analisis rantai nilai adalah memahami kegiatan di dalam perusahaan yang menciptakan manfaat kompetitif serta pengelolaan kegitatan tersebut agar menjadi lebih baik dari perusahaan pesaing (8). Komponen analisis rantai nilai dibagi atas kategori, antara lain: 1. External value chain (rantai nilai eksternal), yang dibagi berdasarkan kegiatan value creating (penciptaan nilai) pada industri. 2. Internal value chain (rantai nilai internal) yang dijelaskan pada Gambar II.10. Kegiatan internal ini dapat dikelompokkan menjadi: a. Primary activities (kegiatan utama) merupakan kegiatan yang secara langsung berkaitan dengan produksi dan pengiriman produk atau layanan, terdiri atas: 1. Inbound logistics (logistik masuk), merupakan tempat produk masuk dan diproses. 2. Operations (operasi), merupakan tempat produk digunakan dalam operasi. 3. Outbound logistics (logistik keluar), merupakan tempat produk atau layanan yang perlu dipersiapkan untuk pengiriman keluar. 4. Marketing and sales (pemasaran dan penjualan), merupakan tempat produk dijual ke konsumen, meningkatkan nilai produk dengan menciptakan demand. 5. Services (layanan), merupakan kegiatan purnajual yang diberikan pada konsumen untuk memberikan nilai tambah.

21 b. Secondary activities (kegiatan pendukung) merupakan kegiatan yang mendukung primary activities. Kegiatan ini tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efisiensi dan efektivitas, terdiri atas: 1. Administrative infrastructure (infrastruktur administrasi), merupakan kegiatan yang berhubungan dengan semua kegiatan dan urusan administrasi. 2. Human resource (sumber manusia), merupakan kegiatan yang berhubungan dengan manajemen kegiatan rekrutmen, pengembangan, memotivasi dan memberikan penghargaan pada tenaga kerja manusia. 3. Research and development (penelitian dan pengembangan), merupakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan informasi dan pengetahuan dalam perusahaan. 4. Procurement (pengadaan), merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana mendatangkan sumber daya ke dalam organisasi (contohnya belanja dan pengadaan layanan dari luar). Gambar II.10. Value chain analysis (8)

22 II.3.5. Portofolio Sistem Tindak lanjut sistem pendukung arsitektur informasi yang dibuat terhadap kebutuhan bisnis dapat dipetakan dengan portofolio sistem. Portofolio ini digambarkan dengan matriks yang terdiri dari empat kwadran, yaitu: strategic, key operational, support dan high potential (9). Portofolio sistem dalam bentuk matriks dijelaskan pada Gambar II.11. Strategic Sistem yang kritis untuk menunjang strategi bisnis masa depan Key Operational Sistem digunakan saat ini untuk mencapai tujuan High Potential Sistem yang mungkin penting di masa depan Support Sistem berharga tapi tidak kritis Gambar II.11. Portofolio sistem (9) II.3.6. Control Objective for Information and Related Technology Tindak lanjut arsitektur informasi membutuhkan suatu objek kendali. Menurut ITGI (2003) Control Objective for Information and related Technology (CobiT) atau objek kendali dalam teknologi informasi memberikan standar objektif kendali dari proses bisnis perusahaan yang didukung oleh teknologi informasi. Arsitektur informasi dalam CobiT PO2 (Planning and Organising 2), digambarkan dengan model arsitektur informasi, kamus data, aturan sintaks data, skema klasifikasi data dan pengelolaan integritas (5). Tujuan bisnis kendali teknologi informasi atas proses mendefinisikan arsitektur informasi adalah mengoptimasi organisasi sistem informasi. Kendali ini memastikan pemenuhan informasi pada bisnis yang berdasarkan prasyarat kriteria informasi. Kriteria informasi yang utama adalah keefektivitasan informasi, sedangkan kriteria informasi yang menjadi pendukung adalah efisiensi, keamanan, dan integritas informasi. Kendali ini diukur dengan key goal indicator, critical success factors dan key performance indicator (5).

23 Key goal indicators (KGI, indikator tujuan penentu) menggambarkan ukuran proses teknologi informasi mencapai dan memenuhi persyaratan bisnis, biasanya dinyatakan dengan istilah kriteria informasi. Kendali ini terjadi karena diciptakan dan dipeliharanya model informasi. Hal ini juga memastikan sistem yang sesuai didefinisikan untuk mengoptimasi penggunaan informasi. Kendali ini meningkatkan sumber teknologi informasi tertentu, seperti aplikasi dan data. Critical success factors (CSF, faktor sukses kritis) menggambarkan masalah atau kegiatan paling penting untuk manajemen agar mencapai kendali atas proses teknologi informasi, dalam bentuk yang berorientasi implementasi secara strategis, teknikal, organisasi dan prosedur. Key performance indicators (KPI, indikator performa penentu) menggambarkan ukuran untuk menentukan performa proses teknologi informasi dalam mencapai tujuan bisnis, serta menunjukkan kapabilitas, praktek dan keterampilan. II.4. Pemilihan Metode Perancangan Arsitektur Informasi Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang perancangan arsitektur rantai pasok BBM. Perancangan arsitektur informasi ini menghasilkan rekomendasi prototipe arsitektur informasi. Persyaratan kebutuhan arsitektur informasi diambil dari literatur SCM (3), literatur Pertamina (7) dan BSP (4). Sejauh ini, dokumentasi dan literatur Pertamina kurang memberikan informasi yang cukup untuk kegiatan strategis dan manajemennya. Karena itu, literatur SCM dan BSP digunakan untuk memberikan gambaran awal sebagai dasar pembuatan arsitektur informasi. Metode BSP dipilih karena secara tegas langsung mendefinisikan arsitektur informasi dari perspektif proses yang terjadi dalam sistem informasi.

24 Kegiatan perancangan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu analisis keadaan rantai pasok BBM dan perancangan arsitektur informasi berdasarkan hasil analisis keadaan tersebut. Analisis keadaan rantai pasok BBM dibagi atas analisis objektif bisnis dan analisis proses bisnis. Perancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM terdiri dari perancangan kelas data berdasarkan proses bisnis dan perancangan arsitektur informasi. Tahap perancangan arsitektur berdasarkan BSP ditunjukkan pada Gambar II.12. dan secara lengkap pada LAMPIRAN 1. Model arsitektur informasi rantai pasok BBM Analisis kondisi aktual Analisis objektif bisnis Analisis proses bisnis Perancangan arsitektur informasi Perancangan kelas data rantai pasok BBM Perancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM Gambar II.12. Tahap perancangan arsitektur informasi