HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Tesis. Diajukan kepada. Pendidikan. Oleh: Siti Khuriyah NPM: PROGRAM PASCASARJANA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan metode

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

kepengurusan.untuk kegiatan kemahasiswaan itu sendiri menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mambandingkan prasangka sosial terhadap etnis Tionghoa oleh mahasiswa etnis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Desain Penelitian. pengguna facebook yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN COLLEGE ADJUSTMENT PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPETENSI INTERPERSONAL REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN YANG TINGGAL DENGAN KELUARGA SKRIPSI ZULFADILAH NASUTION

BAB III METODE PENELITIAN. yang diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Pendekatan yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH MATTA CHRISTINA PRASETYA 802012713 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Abstrak Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan sampel penelitian sebanyak 97 mahasiswa tahun 2014. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data diungkap dengan metode skala-skala kompetensi interpersonal yang dikemukakan oleh Buhrmester, dkk (1988) dan The Student Adaptation to College yang dikemukan oleh Barker, dkk (1989). Hasil uji korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,245 dengan signifikansi 0,016. Karena 0,016 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. Kata kunci: kompetensi interpersonal, student adaptation to collage i

Abstract This research is using quantitative method. The purpose of this research is to prove is there any positive significant relationship between interpersonal competence and student adaptation to college in their first year of enrollment. This research taken place at Satya Wacana Christian University, followed by 97 participants of college students of 2014 grade. Participants were chosen using purposive sampling method. Data were collected using two scales of interpersonal competence developed by Buhrmester, et al (1988) and student adaptation to college developed by Barker (1989). The correlation analysis showed that correlation coefficient of these two variables is 0.245 with significances point 0.016 (<0.05). This result found there is a positive significance relationship between interpersonal competence and student adaptation to college in first year. Key words: competence interpersonal, student adaptation to college ii

1 PENDAHULUAN Tahun pertama masa kuliah merupakan masa penyesuaian bagi mahasiswa tahun pertama. Pada masa ini mahasiswa dihadapkan dengan banyak perubahan dan tuntutan baru. Di perguruan tinggi mahasiswa akan merasa lebih dewasa, memiliki waktu lebih banyak dengan teman sebaya, memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai yang berbeda, serta menikmati lebih banyak kebebasan dari pengawasan orang tua (Santrock, 2003). Perubahan ini akan lebih berdampak pada mahasiswa yang berkuliah di luar kota dan jauh dari keluarga dan orang tua (Salami, 2011). Salami juga memaparkan beberapa persoalan yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di awal-awal masa perkuliahan, seperti kesepian dan culture shock. Untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas, individu yang adalah mahasiswa tahun pertama perlu melakukan usaha untuk menyesuaikan diri. Sariyanta (2012) mengemukakan penyesuaian diri merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat (lifelong process) sehingga individu akan terus-menerus berupaya menemukan cara mengatasi tekanan dan tantangan hidup. Sariyanta juga memaparkan bahwa dalam proses menyesuaikan diri dapat saja muncul konflik. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya. Penelitian mengenai penyesuaian diri mahasiswa di Amerika Serikat didapatkan hasil yang menyatakan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan penyesuaian diri karena masalah-masalah sebagai berikut: tekanan akademis, masalah keuangan, gangguan

2 kesehatan, kesepian, konflik interpersonal dan masalah dengan pengembangan individu (Salami, 2011) Agar mahasiswa dapat berhasil dalam pendidikannya, Grasha dan Kichenbaum (dalam Rosiana, 2011) mengemukakan bahwa apa dan bagaimana individu belajar sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Barker dan Siryk (1989) menyusun The Student Adaptation to College (SACQ) sebagai wadah untuk mendeteksi masalah di awal masa perkuliahan. Penyesuaian diri mahasiswa dalam hal ini disebut juga penyesuaian perkuliahan (adjustment to college) adalah fenomena yang dapat diidentifikasikan dan diukur serta memiliki faktor penentu. Untuk itu SACQ membagi penyesuaian diri mahasiswa menjadi 4 subskala utama, yaitu: academic adjustment, social adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan attachment. Setiap subskala SACQ sendiri memuat beberapa aspek untuk mengukur kemampuan individu dalam menyesuaikan diri: 1. Academic Adjustment digunakan untuk mengukur kesuksesan siswa dalam menghadapi beberapa karakteristik tantangan belajar seperti memiliki motivasi untuk menghadiri pertemuan kelas dan mengerjakan tugas, memiliki IPK yang tinggi serta dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan kampus. 2. Social Adjustment digunakan untuk mengukur sejauh mana keterlibatan mahasiswa dengan kegiatan ekstrakurikuler, memiliki teman akrab yang cukup banyak, lebih mampu bersosialisasi dengan rekan dan lebih terpuaskan dengan hubungan interpersonal.

3 3. Personal-emotional Adjustment dirancang untuk mengkaji bagaimana seorang individu merasa nyaman secara jasmani maupun rohani. 4. Attachment dirancang untuk melihat apakah individu memiliki keterikatan dan puas dengan pengalaman berkuliah pada umumnya di perguruan tinggi yang diikutinya. Salah satu faktor yang mendukung proses penyesuaian diri adalah kompetensi interpersonal. Berbagai pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola diri dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Menurut Nashori (2003), salah satu kualitas hidup seseorang yang banyak menentukan keberhasilan menjalin hubungan dengan orang lain adalah kompetensi interpersonal. Buhrnmester, Furman, Wittenberg dan Reis (1988), menyatakan ada 5 aspek kompetensi interpersonal, yaitu: 1. Kemampuan berinisiatif merupakan usaha untuk membentuk suatu interaksi atau hubungan dengan orang lain. Kemampuan berinisiatif itu sendiri termasuk di dalamnya kemampuan untuk memperkenalkan diri atau menyapa orang lain terlebih dahulu maupun kemauan untuk memulai suatu hubungan baru dengan orang yang belum dikenal. 2. Kemampuan bersikap terbuka adalah kemampuan untuk membuka diri, membagi perasaan, dan mau menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi kepada orang lain. Hal ini dapat membuat individu semakin akrab dan akan memudahkan dalam membangun hubungan dengan orang lain. 3. Kemampuan untuk bersikap asertif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas, meminta orang lain untuk

4 melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain. 4. Kemampuan memberikan dukungan emosional adalah kemampuan untuk mengeskpresikan perhatian, kesabaran dan simpati kepada orang lain. 5. Kemampuan mengatasi konflik yaitu kemampuan untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi termasuk tidak menyimpan dendam dan kemampuan menjadi penengah yang baik dalam situasi konflik. Jika seorang mahasiswa memiliki kompetensi interpersonal yang baik maka akan sangat membantu penyesuaian diri dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari saat jauh dari keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Muharam (2008) menyatakan bahwa kompetensi interpersonal memberikan pengaruh yang sangat signifikan kepada penyesuian diri remaja yang orang tuanya mengalami mutasi kedinasan. Kompetensi interpersonal yang baik akan sangat membantu seseorang untuk menghadapi situasi di tempat baru karena individu tersebut mampu mengelola diri dan mengelola hubungan dengan orang lain sehingga interaksi sosialnya dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan Salami (2011) memaparkan bahwa mahasiswa tahun pertama dengan tingkat dukungan teman sebaya yang lebih tinggi menunjukkan penyesuaian diri yang lebih baik. Idrus (2009) menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya juga memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpersonal. Individu dengan kompetensi interpersonal yang baik akan lebih mudah untuk menghadapi situasi maupun lingkungan baru karena ia tidak malu untuk membangun hubungan dengan relasi baru. Kompetensi interpersonal akan memudahkan individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

5 Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah mahasiswa tahun pertama di Universitas Kristen Satya Wacana? Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tahun pertama tentang pentingnya mengembangkan kompetensi interpersonal dan penyesuaian diri agar dapat mengikuti perkuliahan dengan baik. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi universitas-universitas, khususnya Universitas Kristen Satya Wacana, berkaitan dengan kompetensi interpersonal dan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah ingin mengukur korelasi antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 3.395 mahasiswa dari 14 Fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana, angkatan 2014. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan penetapan jumlah sampel menggunakan rumus Yamane. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan 97 mahasiswa yang terdiri dari 64 orang mahasiswi dan 33 orang mahasiswa.

6 Alat ukur Peneliti terlebih dahulu menerjemahkan skala kompetensi interpersonal dan skala penyesuaian kuliah dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti kemudian melakukan uji-coba empirik terhadap 97 subjek mahasiswa angkatan 2014. Uji coba validitas dan reliabilitas kemudian dilakukan terhadap data yang diperoleh dari uji-coba empirik. Interpersonal Competence (kompetensi interpersonal) merupakan skala untuk mengukur kompetensi interpersonal mahasiswa yang dikembangkan oleh Buhrmester (1988). 40 item dalam skala ini dimplementasikan kedalam angket dengan menyediakan 4 pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Beberapa contoh aitem yang mewakili tiap aspek: kemampuan berinisiatif (Saya berani membuka percakapan dengan orang baru yang ingin saya kenal); Kemampuan bersikap terbuka (Saya mempercayai teman dekat saya); Kemampuan untuk bersikap arsetif (Saya menolak permintaan teman saya yang tidak masuk akal); Kemampuan memberikan dukungan emosional (Saya membantu sahabat saya mengatasi masalahnya); Kemampuan mengatasi konflik (Saya mampu melihat dan memahami perspektif dan sudut pandang teman saya) Student Adaption To College Questionnaire (SACQ) merupakan skala untuk mengukur penyesuaian perkuliahan mahasiswa tahun pertama yang dikembangkan oleh Barker (1989). 66 item dalam skala ini diimplementasikan kedalam angket dengan menyediakan 4 pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (TS)

7 Beberapa contoh aitem yang mewakili tiap aspek: Academic adjustment (Saya menyadari pentingnya berkuliah di perguruan tinggi); Social adjustment (Saya bergaul akrab dengan teman-teman); Personal-emotional adjustment (Menjadi mandiri bukanlah hal yang mudah bagi saya); Attachment (Saya sedang berpikir untuk pindah ke kampus lain) HASIL Uji Asumsi Penelitian ini merupakan bentuk studi korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah. Namun sebelum melakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi ini digunakan untuk menentukan jenis statistic parametric atau non-parametrik yang digunakan untuk uji korelasi. 1. Uji Validitas Skala Kompetensi Interpersonal Skala kompetensi interpersonal terdiri atas 40 item favorable. Dari hasil analisa validitas diperoleh koefisien validitas yang bergerak antara 0,323 sampai 0,605. Dari hasil analisa validitas item pada skala kompetensi interpersonal diketahui dari 40 item terdapat 30 item yang valid dan 10 item yang gugur. Skala Penyesuaian Kuliah Skala penyesuaian kuliah terdiri atas 66 item yang terbagi menjadi 33 item favorable dan 33 item unfavorable. Dari hasil analisa validitas diperoleh koefisien validitas yang bergerak antara 0,313 sampai 0,614. Dari hasil analisa

8 validitas item pada skala kompetensi interpersonal diketahui dari 66 item terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang gugur. 2. Uji Reliabilitas Koefisien reliabilitas skala kompetensi interpersonal sebesar 0,896 dan koefisien reliabilitas skala penyesuaian kuliah sebesar 0,935. Hal ini membuktikan bahwa kedua skala masuk kategori sangat reliabel (Azwar, 2009). 3. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Aturan dalam pengujian ini adalah apabila p > 0.05 maka distribusinya adalah normal. Skala kompetensi interpersonal (K-S-Z = 1,239, p = 0.093), skala penyesuaian kuliah (K-S-Z = 0,785, p = 0,568). Hasil ini menunjukkan data-data yang didapatkan berdistribusi normal. 4. Uji Linearitas Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 1,189 dengan signifikansi sebesar 0,278 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi interpersonal memiliki korelasi linear dengan penyesuaian kuliah. Data Deskriptif Kompetensi Interpersonal Berdasarkan 30 data aitem yang valid, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini akan dibuat 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

9 Jadi skor tertinggi dari 30 aitem yang valid adalah 30x4=120, dan skor terendah adalah 30x1=30. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5 kategori. Dengan menggunakan rumus kategori jenjang (Azwar, 2009) maka nilai panjang interval kategori untuk variabel kompetensi interpersonal sebesar 18. Sehingga dapat dibuat pengakategorian sebagai berikut: Tabel 1 Data Deskriptif Kompetensi Interpersonal interval Kategori F Persentase Mean SD Min Max 30 x 48 Sangat Rendah 0 0% 49 x 67 Rendah 0 0% 68 x 86 Sedang 29 29,60% 91,22 9,19 68 120 87 x 105 Tinggi 60 61,86% 106 x 124 Sangat Tinggi 8 8,25% Penyesuaian kuliah Berdasarkan 57 data aitem yang valid, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini akan dibuat 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Jadi skor tertinggi dari 57 aitem yang valid adalah 57x4=228, dan skor terendah adalah 57x1=57. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5 kategori. Dengan menggunakan rumus kategori jenjang (Azwar, 2009) maka nilai panjang interval kategori untuk variabel kompetensi interpersonal sebesar 34,2. Sehingga dapat dibuat pengakategorian sebagai berikut:

10 Tabel 2 Data Deskriptif Penyesuaian Kuliah interval Kategori F Persentase Mean SD Min Max 57 x 91,2 Sangat Rendah 0 0% 91,3 x 125,5 Rendah 4 4,12% 125,6 x 159,8 Sedang 35 36,08% 163,45 19,17 112 210 159,9 x 194,1 Tinggi 52 53,61% 194,2 x 228,4 Sangat Tinggi 6 6,19% Uji Korelasi Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson product moment correlation. Perhitungan uji korelasi, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,245 dengan signifikansi 0,016; Karena 0,016 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. PEMBAHASAN Hasil uji korelasi yang menyatakan adanya korelasi positif yang signifikan anatara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian diri pada penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik pada kultur barat maupun timur. Individu dengan kompetensi interpersonal yang baik memudahkan individu untuk bergaul dan membangun relasi dengan orang-orang baru untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

11 Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Salami (2011) memaparkan bahwa mahasiswa tahun pertama dengan tingkat dukungan teman sebaya yang lebih tinggi menunjukkan tingkat penyesuaian diri yang lebih baik. Hal senada juga didapatkan dalam penelitian Idrus (2009) yang menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya juga memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpersonal. Teman sebaya merupakan sumber status, persahabatan, dan rasa saling memiliki. Dalam subskala social adjustmet to collage yang diungkapkan dalam SACQ juga didapatkan kesimpulan bahwa mahasiswa yang aktif dalam bersosialisasi di kampus akan melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler. Mahasiswa dengan nilai social adjustment yang tinggi diasumsikan dapat bersosialisasi dengan baik, memiliki sahabat dan puas akan kehidupan sosialnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Anggrek pada bulan November 2014, hidup jauh merantau dari orang tua di kota dengan kultur yang berbeda membawa beban tersendiri bagi subjek untuk menyesuaikan diri. Subjek juga menyatakan bahwa ia bersyukur memiliki beberapa teman kelompok dekat satu rumah kos dari kota asal yang sama. Kemauan diri untuk berinisiatif mengenal budaya local juga memudahkan subjek untuk hidup dan berkuliah di Salatiga. Kemampuan-kemampuan kompetensi interpersonal yang diungkapkan oleh Burhrnmester (1988) seperti kemampuan berinisiatif, kemampuan untuk bersikap terbuka, kemampuan untuk bersikap arsetif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional dan kemampuan mengatasi konflik akan menjadikan individu terampil dalam mengatasi tantangan hidup karena individu dapat membangun relasi dengan sesama. Hubungan yang harmonis akan memudahkan individu dalam proses penyesuaian diri.

12 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah kompetensi interpersonal yang baik akan membantu individu dalam proses penyesuaian diri. Semakin baik individu merespon tuntutan lingkungan maka semakin berkurang juga tekanan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Saran untuk Penelitian Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran: bagi peneliti selanjutnya untuk dapat berkonsultasi dengan ahli bahasa agar aitem-aitem yang disajikan dapat dipahami dengan benar oleh partisipan. Bagi pihak universitas, sebagai lingkungan yang dekat dengan mahasiswa, agar dapat memberikan program-program orientasi mahasiswa baru yang menarik untuk dapat membantu mahasiswa dalam menyesuaikan diri. Bagi mahasiswa baru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk membantu mahasiswa dalam membuka diri agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.

13 Daftar Pustaka Anastasia, H. (2004). Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kompetensi Interpesona Pada Remaja Putra dan Putri di SMUN 3 Salatiga. Psiko Wacana, 3. Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barker, R.W., & Siryk, B. (1989). The Student Adaption to Collage Questionnaire (SACQ). Los Angeles, California: Western Psychological Services. Burhnmester, Furman, Wittenberg & Reis (1988). Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Journal of Personality and Social Psycholog, 55, 991-1008. Idrus, M. (2009). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa. UNISIA, 72. Muharam, M. A. (2008). Hubungan Antara Kompetensi Interpersonal dengan Penyesuaian Diri pada Remaja yang Orang Tuanya Mengalami Mutasi Kedinasan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Nashori, F. (2003). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi, Vol.11 No.1 Maret 2003 Nazir, Mohamad.. (2005). Metodologi Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Salami, S. O. (2011). Psychological Predictions of Adjustment Among First Yeaar Collage of Education Student. US-China Education Review, 2, 239-248 Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.