SINERGI PERGURUAN TINGGI-PEMERINTAHMASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA ALAM

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT

TERM OF REFERENCE (TOR) KKS TANGGUH BENCANA

LAPORAN AKHIR KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 0 15 cm setiap tahunnya. Lempeng Indo-Australia di bagian selatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

MITIGASI BENCANA BENCANA :

PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kerentanan berkaitan erat dengan kesenjangan (inequality) yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

LAPORAN AKHIR KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan baik oleh faktor alam dan/ faktor non-alam maupun faktor

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah geografis Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng benua

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

PENYULUHAN RUMAH TAHAN GEMPA DI DUSUN JERINGAN, KULON PROGO, YOGYAKARTA SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN RISIKO DAMPAK GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

Transkripsi:

SINERGI PERGURUAN TINGGI-PEMERINTAHMASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA ALAM Sri Maryati Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo; Gorontalo E-mail : sri.maryati@ung.ac.id ABSTRAK - Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana alam sehingga menghadapi tantangan yang sangat besar dalam pengelolaan bencana alam. Letak Geografis Indonesia yang berada di daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik serta terletak di daerah katulistiwa menyebabkan di Indonesia sering terjadi bencana alam. Pemerintah telah berupaya mengurangi resiko bencana melalui BNPB maupun BPBD di daerah, namun luasnya wilayah serta banyaknya wilayah Indonesia yang rawan bencana alam membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menurunkan resiko bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan sinergi dalam pengurangan resiko bencana alam di Indonesia. Perguruan tinggi dapat bekerja melalui program KKN/KKS, program penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi, penyuluhan, maupun pendampingan masyarakat menuju masyarakat tanggap bencana. Sinergi yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat akan membangun masyarakat yang mandiri dalam menghadapi bencana alam, sehingga resiko bencana dapat dikurangi. Kata kunci: bencana alam, pengurangan resiko bencana, sinergi PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana alam sehingga menghadapi tantangan yang sangat besar dalam pengelolaan bencana alam. Letak Geografis Indonesia yang berada di daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik serta terletak di daerah katulistiwa menyebabkan di Indonesia sering terjadi bencana alam. Pemerintah telah berupaya mengurangi resiko bencana melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di daerah baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten. Luasnya wilayah serta banyaknya wilayah Indonesia yang rawan bencana alam membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menurunkan resiko bencana. Berdasarkan Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun 2012 yang diterbitkan oleh BNPB yang ditampilkan pada Gambar 1, seluruh wilayah Indonesia rawan bencana alam dengan tingkatan kerawanan tinggi, sedang, dan rendah. Peta tersebut menggambarkan sebagian besar wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi. 202

Bencana alam dapat menimpa manusia selain karena faktor alam juga disebabkan oleh faktor lain yaitu faktor sosial, politik, dan ekonomi. Faktor sosial diantaranya manusia karena kondisi ekonomi harus tinggal di daerah rawan bencana misalnya di bantaran sungai, lereng gunung berapi, dan daerah gempa. Namun faktor alam dan faktor sosial tidak dapat dipisahkan dalam penanganan bencana alam (Wisner et al, 2005). Gambar 1. Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Sumber : http://geospasial.bnpb.go.id/2016/03/10/peta-indeks-rawan-bencanaindonesia-2012/ Bencana alam yang terjadi di Provinsi Gorontalo cukup beragam yaitu banjir, tanah longsor, kekeringan, dan gempa bumi. Diantara bencana alam tersebut, bencana alam yang paling sering melanda Provinsi Gorontalo adalah banjir. Menurut Cahyadi (2013) dan Nugroho (2013), banjir merendam di 5 Kabupaten di Gorontalo akibat meluapnya Sungai Bolango dan Danau Limboto. Wilayah yang terkena dampak banjir yaitu Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwato. Akibat banjir tersebut sebanyak 2579 KK terdampak banjir. Sedangkan pada Tahun 2015, tujuh desa di Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango terendam banjir akibat curah hujan tinggi (Ratomo, 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan sinergi dalam pengurangan resiko bencana alam di Indonesia. Perguruan tinggi dapat bekerja melalui program KKN/KKS, program penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi, penyuluhan, maupun pendampingan masyarakat menuju masyarakat tanggap bencana. Sinergi yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat akan membangun masyarakat yang mandiri dalam menghadapi bencana alam, sehingga resiko bencana dapat dikurangi. METODE Pengabdian kepada masyarakat dan penelitian sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan kegiatan yang dapat dilakukan perguruan tinggi dalam upaya pengurangan resiko bencana. Penelitian ini mengidentifikasi 203

kegiatan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa untuk mengurangi resiko bencana. Program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan mahasiswa peserta KKS-Pengabdian sebagai pendamping. Dengan prinsip pemberdayaan masyarakat seperti itu akan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan bencana alam sehingga program dapat berjalan berkelanjutan dan keberlanjutan program dapat terjaga meskipun program pengabdian kepada masyarakat telah berakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Bencana yang terjadi di Provinsi Gorontalo pada umumnya merupakan bencana yang berulang dan terjadi di daerah yang sama, diantaranya banjir yang terjadi setiap musim hujan, tanah longsor pada setiap musim hujan, gempa bumi di daerah sesar aktif. Berdasarkal hal tersebut maka pengurangan resiko bencana dapat dilakukan. Dampak bencana dapat dikurangi dengan menurunkan kerawanan bencana, prakiraan bencana melalui pediksi cuaca sebelum kejadian sangat membantu dalam penanganan bencana alam (Bell, 2002). Peran Perguruan Tinggi Shimoyama (2002) meyebutkan bahwa respon manusia terhadap bencana pada umumnya ditentukan oleh penilaian mereka terhadap sifat dan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh bencana. Setiap orang dapat memiliki reaksi yang berbeda terhadap bencana alam, korban bencana dan pihak yang bertugas menangani bencana mungkin memiliki respon yang berbeda, hal ini dapat menyebabkan terjadi konflik antara masyarakat lokal dan pemerintah dalam penanganan bencana alam. Perguruan tinggi dapat menjembatani antara masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Gambar 2. Kegiatan-kegiatan bersama masyarakat : sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan 204

Pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat diterapkan dalam upaya pengurangan resiko bencana alam. Pengabdian kepada masyarakat yang sering dilakukan oleh dosen dan mahasiswa adalah kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang pada pelaksanaanya di Universitas Negeri Gorontalo disebut sebagai Kuliah Kerja Sinergi Bersama Masyarakat (KKS) Pengabdian. KKS Pengabdian ini dilakukan dengan menerjunkan mahasiswa ke masyarakat selama 1 2 bulan dengan kegiatan tematik yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan permasalahan yang ada di masyarakat. KKS Pengabdian mengutamakan pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku kegiatan, dan menempatkan mahasiswa sebagai pendamping masyarakat. Konsep tersebut mengharapkan luaran berupa keberlanjutan program dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan walaupun kegiatan KKS Pengabdian telah berakhir. Kegiatan yang dilakukan dalam KKS Pengabdian meliputi sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan masyarakat. Sasaran program terdiri dari tokoh masyarakat, perangkat desa, masyarakat umum, pemuda, dan siswa sekolah. Foto kegiatan-kegiatan bersama masyarakat, pemuda dan siswa sekolah disajikan pada Gambar 2. Selain melalui Kuliah Kerja Sinergi Bersama Masyarakat (KKS) Pengabdian, kegiatan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai bencana alam dan kegiatan untuk pengurangan resiko bencana dapat berupa kegiatan pelatihan, sosialisasi dan penyuluhan, serta penelitian. Pendanaan kegiatan dapat berupa dana DRPM Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, alokasi dana PNBP Universitas Negeri Gorontalo, maupun dana mandiri. Pendampingan Masyarakat dalam Pembentukan Desa Tangguh Bencana Sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat dalam pengurangan resiko bencana menempatkan perguruan tinggi baik mahasiswa maupun dosen sebagai pendamping masyarakat, pemerintah mengambil peran dalam aspek regulasi dan narasumber untuk kegiatan pelatihan maupun penyuluhan pembentukan desa tangguh bencana, dan masyarakat sebagai subyek yang akan dibangun kemandiriannya untuk pengelolaan dan penanganan bencana alam yang terjadi di desanya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang paling sesuai untuk pendampingan pembentukan desa tangguh bencana adalah Kuliah Kerja Sinergi Bersama Masyarakat (KKS) Pengabdian atau kuliah kerja nyata pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat (KKN-PPM). Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pembentukan desa tangguh bencana disajikan pada Tabel 1. 205

No 1 2 3 4 5 6 7 8 Tabel 1. Jenis Kegiatan dalam Pembentukan Desa Tangguh Bencana Jenis Kegiatan Sosialisasi program ke pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat Identifikasi permasalahan dan potensi bencana di desa Perencanaan penanggulangan bencana Rapat sosialisasi, pembentukan dan pendampingan forum PRB Peningkatan kapasitas warga dan aparat dalam PB melalui pelatihan pelatihan Pelatihan dan pendampingan penentuan peta daerah rawan bencana Pelatihan dan pendampingan penentuan peta jalur evakuasi dan titik evakuasi Pelatihan dan pendampingan pembuatan rambu dan papan informasi bencana sesuai Perka BNPB No 7 Tahun 2015 tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana KESIMPULAN Berdasarkan sintesis dari permasalahan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penanganan bencana alam di Indonesia khususnya pengurangan resiko bencana menjadi tanggung jawab bersama. Perguruan tinggi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi-nya dapat berperan melalui penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan meliputi sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, pendampingan masyarakat desa tangguh bencana melalui program KKS Pengabdian dan KKN PPM, maupun kegiatan penelitian terkait kebencanaan. Sinergi yang baik antara perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah dapat menciptakan kemandirian masyarakat dalam menghadapi bencana serta memperluas masyarakat yang mandiri tersebut. PENGHARGAAN (Acknowledgement) Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo dan Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Negeri Gorontalo atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti seminar ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan penulis kepada Pusat Studi Geologi dan Kebencanaan Universitas Negeri Gorontalo untuk sharing dokumentasi dan rencana kegiatan Pusat Studi. REFERENSI Bell, F.G. 2002. Geological Hazard. Their Assessment, Avoidance and Mitigation. Taylor and Francis E-library. USA and Canada Cahyadi, A. 2013. Banjir Rendam 5 Kabupaten di Gorontalo. http://www.beritasatu.com/nasional/113805-banjir-rendam-5-kabupatendi-gorontalo.html Peraturan Kepala BNPB No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. 10 Januari Tahun 2012. BNPB. Jakarta Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2015 tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana. 31 Desember Tahun 2015. BNPB. Jakarta 206

Nugroho, SP. 2013. Banjir Rendam 5 Kabupaten/Kota di Gorontalo. http://bnpb.go.id/berita/1400/banjir-rendam-5-kabupatenkota-digorontalo Ratomo, UT. 2015. Banjir Rendam Tujuh Desa di Bone Bolango. http://www.antaranews.com/berita/503069/banjir-redam-tujuh-desa-dibone-bolango Shimoyama, S. 2002. Basic Characteristics of Disasters. Dalam Natural Disasters and Cultural Change. Editor R. Torrence and J. Grattan. Routledge : Taylor and Francis Group. London and New York Wisner, B., P.Blaikie, T.Cannon, and I.Davis. 2005. At Risk Natural Hazards, People s Vulnerability and Disasters. Second Edition. Routledge : Taylor and Francis Group. London and New York 207