BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. hukum antar manusia maupun badan hukum sebagai subjek hukum, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

A.Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-sehari adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari interaksi antara satu dengan yang lain. Interaksi sehari-hari itu dilakukan demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Interaksi itupun dapat berupa perikatan yang dilakukan antara mereka. Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. (Subekti, 1979:1). Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa perikatan lahir karena suatu perjanjian atau karena Undang-Undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang semata-mata adalah perikatan yang dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, ditetapkan melahirkan suatu hubungan hukum (perikatan) diantara pihak-pihak yang bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir dari undang-undang, perikatan juga lahir dari perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa: Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. 1

2 Namun, menurut para ahli rumusan perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata belum lengkap karena hanya menyangkut perjanjian secara sepihak. Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal (Subekti, 1979:1). Sedangkan menurut Sudikno, perjanjian merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasar kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum (Sudikno Mertokusumo,2002:97-98). Dari peristiwa itu, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya (Subekti, 1979:1). Suatu perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Jika salah satu pihak tidak memenuhi prestasi maka tak jarang pihak yang seharusnya menerima prestasi tersebut akan menuntut pemenuhan prestasi tersebut. Namun, tak jarang juga salah pihak menginginkan untuk mengakhiri perjanjian karena tidak terpenuhinya prestasi oleh pihak lainnya. Pasal 1381 menyebutkan 10 (sepuluh) cara berakhirnya suatu perikatan, yaitu karena: Pembayaran; penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan; pembaruan utang; kompensasi atau perjumpaan utang; pencampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang yang

3 terutang; kebatalan (nietigheid) dan pembatalan (tenietdoening); berlakunya syarat batal; dan kedaluwarsa (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Undang-undang hanya menyebut sepuluh cara berakhirnya suatu perikatan, tetapi sebenarnya ada cara lain yang membuat hapusnya perikatan, antara lain: perikatan sendiri menentukan waktunya berakhir, dan hapusnya perikatan dengan keputusan hakim. (Tan Thong Kie, 2013:426). Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur dalam Pasal 1446-1456. Kebatalan disebut juga batal absolut atau batal demi undang-undang. Suatu tindakan yang batal absolut tidak menyebabkan suatu akibat hukum. Pembatalan perikatan (atau vernietiging der verbintenissen) maksudnya perikatan ini dapat menyebabkan suatu akibat yang dapat dibatalkan atas permintaan suatu pihak. (Tan Thong Kie, 2013:432). Perjanjian bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak tetapi pada kenyataannya tujuannya sering kali tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya tujuan tersebut dapat menyebabkan adanya gugatan dari salah satu pihak kepada pihak yang lain. Secara teoretis, menjadi hak seseorang untuk mengajukan gugatan apapun jika memang ia mempunyai alasan yang kuat untuk itu. Terbukanya kemungkinan untuk memohon pembatalan suatu perjanjian merupakan suatu sarana penting bagi suatu sistem hukum modern untuk menjamin terlaksananya keadilan. Hukum harus berfungsi sebagai pelindung kepentingan manusia. Dengan demikian, agar kepentingan manusia terlindungi, maka hukum harus ditegakkan.

4 Berdasarkan hasil observasi penulis, di Indonesia perkara-perkara perdata yang salah satu pihaknya menuntut pembatalan suatu perjanjian telah seringkali terjadi. Pengadilanpun sudah berkali-kali memutus kasus terkait pembatalan perjanjian. Namun demikian, masih banyak terdapat anggota masyarakat yang merasa kecewa dengan putusan hakim yang dirasa kurang memahami perkembangan hukum. Oleh sebab itu, demi menegakkan kepastian hukum dan keadilan agar memberi kemanfaatan bagi masyarakat yang mengadukan sengketa hukum mereka kepada hakim, hakim dituntut untuk mampu secara arif dan bijaksana dalam melakukan penemuan hukum sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan terhadap pemikiran hakim dalam memutus suatu perkara. (Nindyo Pramono, 2010:10). Dalam putusan No. 147/Pdt.G/2011/PN.Slmn. hakim menyatakan bahwa tergugat berbohong dan melakukan PMH maka dihukum membayar seluruh kerugian yang diderita oleh penggugat. Dalam putusan tersebut selain menggunakan pasal-pasal terkait mengenai perjanjian yang di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hakim menggunakan yurisprudensi dalam memutus perkara. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penggunaan yurisprudensi oleh hakim dalam sengketa pembatalan perjanjian oleh hakim. Dengan demikian, penulis hendak melakukan analisis terhadap putusan-putusan pengadilan tersebut terkait bagaimana perkembangan dasar

5 pertimbangan yang dilakukan oleh hakim dalam mengadili dan memutus perkara pembatalan perjanjian B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana perkembangan dasar pertimbangan putusan hakim Pengadilan Negeri Sleman dalam pembatalan perjanjian? C. Batasan Masalah dan Batasan Konsep 1. Batasan Masalah Penulis membatasi masalah hanya pada bagaimana perkembangan dasar pertimbangan terkait pembatalan perjanjian yang dilakukan oleh hakim pada Tahun 2010-2014 melalui putusan Pengadilan Negeri Sleman. Penulis melakukan analisis pada putusan Pengadilan Negeri Sleman mulai tahun 2010-2014. Putusan-putusan tersebut terkait pembatalan perjanjian, dimana dari putusan-putusan tersebut, penulis akan menemukan perkembangan hukum yang dilakukan oleh hakim dalam memutuskan perkara terkait pembatalan perjanjian. 2. Batasan Konsep a) Perkembangan Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perihal berkembang; menjadi bertambah sempurna (tentang pribadi, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) (http://kbbi.web.id/kembang, diakses pada Hari Rabu Tanggal 11 November 2015 Pukul 13.00).

6 b) Dasar pertimbangan hakim Dasar pertimbangan hakim adalah dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan yang mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mencapai tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. c) Perkembangan dasar pertimbangan hakim Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan tidak hanya didasarkan pada peraturan perundang-undangan sebagai sumber hukum utama tetapi juga menggunakan sumber-sumber hukum yang lain guna tercapainya keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. d) Pembatalan perjanjian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat beberapa alasan untuk membatalkan perjanjian. Alasan itu dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori sebagai berikut. (1) Tidak terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang untuk jenis perjanjian formil, yang berakibat perjanjian batal demi hukum. (2) Tidak terpenuhinya syarat sahnya perjanjian yang berakibat perjanjian batal demi hukum atau perjanjian dapat dibatalkan.

7 (3) Terpenuhinya syarat batal pada jenis perjanjian yang bersyarat. (4) Pembatalan oleh pihak ketiga atas dasar actio pauliana. (5) Pembatalan oleh pihak yang diberi wewenang khusus berdasarkan undang-undang. (Elly Erawati dan Harlien Budiono, 2010:5) Salah satu hal atau kondisi yang menyebabkan batalnya perjanjian adalah jika syarat sahnya perjanjian tidak terpenuhi. Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata terdiri dari syarat subyektif dan syarat obyektif. Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya adalah batal demi hukum sedangkan tidak terpenuhinya syarat obyektif maka perjanjiannya adalah dapat dibatalkan (Subekti, 2002:22). e) Putusan hakim Putusan Hakim adalah putusan akhir dari suatu pemeriksaan persidangan di pengadilan dalam suatu perkara. (Sarwono, 2011:211). D. Keaslian Penelitian Dengan ini peneliti menyatakan bahwa penelitian hukum yang berjudul Perkembangan Dasar Pertimbangan Putusan Hakim tentang Pembatalan Perjanjian di Pengadilan Negeri Sleman merupakan hasil karya peneliti sepanjang pengetahuan peneliti bukan merupakan duplikasi maupun

8 plagiasi dari karya peneliti lain. Namun demikian ada beberapa tesis yang mempunyai persamaan tema, yakni: 1. Buang Affandi, S.H. Nomor Mahasiswa B4B006088 mahasiswa program studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Semarang, Tahun 2008, dengan judul tesis Akibat Hukum Terhadap Pembatalan Akta Pengikatan Jual Beli Tanah di Jakarta Selatan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitiannya adalah Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli tanah, Bagaimanakah akibat hukum dari pembatalan akta pengikatan jual beli tanah Dan bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak dalam pelaksanaan pengikatan jual beli tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli tanah, untuk mengetahui akibat hukum dari pembatalan akta pengikatan jual beli tanah, dan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi para pihak dalam pelaksanaan pengikatan jual beli tanah. Hasil penelitiannya adalah: Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli tanah adalah: a. Harga jual beli yang telah disepakati dalam perjanjian pengikatan akta jual beli tidak dilunasi oleh pihak pembeli sampai jangka waktu yang telah diperjanjikan, b.

9 Dokumen-dokumen tanahnya yang diperlukan untuk proses peralihan hak atas tanah (jual beli tanah dihadapan PPAT) belum selesai sampai jangka waktu yang telah diperjanjikan, c. Obyek jual beli ternyata dikemudian hari dalam keadaan sengketa, d. Para pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak, e. Perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut dibatalkan oleh para pihak. Sedangkan akibat hukum dari pembatalan perjanjian pengikatan jual beli tanah tersebut adalah Para pihak harus memenuhi kewajibannya terlebih dahulu sebagaimana yang telah diperjanjikan, seperti mengembalikan pembayaran yang telah diterima, denda dan ketentuan lainnya yang telah diperjanjikan. Perjanjian pengikatan jual beli dibuat dalam suatu akta otentik sehingga memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang membuatnya. Penulisan tesis ini berbeda bila ditinjau dari rumusan masalah yang bersangkutan meskipun secara umum membahas hal yang sama terkait pembatalan perjanjian. Perbedaannya terletak pada kajiannya yaitu penulis lebih membahas pada bagaimana perkembangan hukum terkait pembatalna perjanjian di Pengadilan Negeri Sleman sedangkan yang bersangkutan lebih mengkaji secara spesifik mengenai pembatalan akta jual beli tanah yaitu faktor-faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya pembatalan akta pengikatan jual beli tanah dan bagaimanakah akibat hukum dari pembatalan akta pengikatan jual beli tanah.

10 2. Errica Sujana, Nomor Mahasiswa 1006828136 mahasiswa program studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Depok, Tahun 2013, dengan judul tesis Pembatalan Akta Perjanjian Perkawinan Setelah Perkawinan Berlangsung (Analisa Penetapan Nomor 277/PDT.P/2010/PN.TNG). Permasalahan yang diangkat dalam penelitiannya adalah Apakah suatu pembatalan akta perjanjian perkawinan dapat dilakukan setelah perkawinan berlangsung,bagaimanakah landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan pembatalan akta perjanjian perkawinan tersebutdan Bagaimanakah akibat-akibat hukum dari pembatalan akta perjanjian perkawinan tersebut bagi pasangan suami-istri yang bersangkutan maupun terhadap pihak ketiga setelah dikeluarkannya penetapan oleh Pengadilan Negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah secara umum yaitu untuk mengetahui dapat atau tidaknya pembatalan akta perjanjian perkawinan setelah perkawinan berlangsung, landasan hukum pertimbangan hakim, dan akibat-akibat hukumnya. Hasil penelitiannya adalah: Pembatalan akta perjanjian perkawinan setelah perkawinan berlangsung tidak dapat dilakukan dengan cara apapun juga. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak sesuai diterapkan dalam kasus ini. Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1

11 Tahun 1974 tentang Perkawinan diterapkan sejak dikabulkannya pembatalan. Setiap pihak tetap bertanggung jawab pribadi atas segala utangnya. Memperhatikan judul yang bersangkutan jelas memiliki perbedaan dengan penulisan tesis yang hendak penulis lakukan. Perbedaannya yaitu tesis yang bersangkutan menganalisis secara khusus mengenai pembatalan akta perjanjian perkawinan setelah perkawinan berlangsung, sedangkan penulis dalam melakukan analisa tidak hanya terbatas pada pembatalan perjanjian akta perkawinan melainkan lebih menganalisa putusan-putusan pengadilan terkait pembatalan perjanjian secara umum di Pengadilan Negeri Sleman. 3. Yulia Vera Momuat, Nomor Mahasiswa 135202044 mahasiswa program studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Tahun 2014, dengan judul tesis Eksistensi dan Akibat Hukum Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Perjanjian terhadap Debitur yang Tidak Aktif dalam Melaksanakan Perjanjian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitiannya adalah Bagaimana Eksistensi Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perjanjian Dan Apakah akibat Hukum Pasal 1266 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata terhadap debitur yang tidak aktif dalam melaksanakan perjanjian.

12 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Eksistensi Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perjanjian dan untuk mengetahui dan menganalisis akibat Hukum Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terhadap debitur yang tidak aktif dalam melaksanakan perjanjian. Hasil penelitiannya adalah: Akibat hukum pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terhadap debitur yang tidak aktif dalam melaksanakan perjanjian adalah debitur yang tidak aktif dalam melaksanakan perjanjian dapat dinyatakan lalai dengan pernyataan lalai (ingebrekesteling). Selanjutnya perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan oleh karena debitur yang tidak aktif dalam melaksanakan perjanjian atau debitur yang telah wanprestasi. Pembatalan harus dimintakan ke Pengadilan melalui Putusan Pengadilan, tanpa menghilangkan hak kreditur untuk menuntut ganti rugi yang diakibatkan oleh debitur. Eksistensi Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perjanjian memiliki kebenaran eksistensial karena keberadaan pasal ini memberikan kepastian hukum bagi para pihak dalam perjanjian. Oleh karenanya, pasal ini tidak dapat dikesampingkanbahkan diabaikan oleh para pihak yang terlibat dalam perjanjian timbal balik. Halini ditunjukkan dengan adanya putusan Mahkamah Agung. No. 650 PK/Pdt/2012tertanggal 19 Februari 2013, yang menunjukkan daya efektivitas Pasal 1266Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu

13 dengan dikabulkannya permohonan pembatalan perjanjian,melalui upaya hukum Peninjauan Kembali. Terdapat banyak perbedaan dengan penulisan tesis yang bersangkutan, mulai dari judul, rumusan masalah, dan tujuan. Karena yang bersangkutan lebih mengfokuskan kajiannya pada Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang syarat batal. Hal ini tentu sangat berbeda dengan kajian yang akan penulis lakukan karena penulis tidak hanya membatasi pada satu Pasal saja melainkan penulis membahas secara meluas terkait pembatalan perjanjian. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis 1. Manfaat Teoretis Bahwa penelitian ini dapat memberikan masukan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan hukum di Indonesia khususnya hukum perjanjian terkait perkembangan pembatalan perjanjian yang dilakukan oleh hakim melalui putusan Pengadilan Negeri Sleman. 2. Manfaat Praktis Maksud manfaat praktis adalah dari bahan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi: a) Hakim dalam memutus perkara pembatalan perjanjian tidak hanya melihat pada peraturan-peraturan yang berlaku saja tetapi

14 juga melihat berbagai perkembangan yang hidup dalam masyarakat; b) Pihak-pihak yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum dalam suatu perjanjian; c) Masyarakat agar dapat mengetahui berbagai perkembangan hukum terkait pembatalan perjanjiansehingga tidak melakukan pembatalan perjanjian secara sepihak dan melanggar aturan yang berlaku. F. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan putusan hakim terkait pembatalan perjanjian yang dilakukan oleh hakim melalui putusan Pengadilan Negeri Sleman.