III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

dokumen-dokumen yang mirip
METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Tabel 4. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-100%) dengan aktivitas unit enzim selulase. No Fraksi Aktivitas Unit (U/mL)

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

1 atm selama 15 menit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

3 Metode Penelitian Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

3 Metodologi Percobaan

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober 2015 dan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat : peralatan gelas standar, Autoclav, Inkubator bergoyang, Mikropipet, Spektrofotometer UV-Vis, Centrifuge, Pengaduk magnet, Neraca analtik, Oven, ph meter. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : Biakan murni kapang A. niger L- 51, Aquades, Media PDA ( Potato Dextrose Agar), Bufer asetat 0,05M ph 5, Asam asetat (CH 3 COOH), Natrium asetat (CH 3 COONa), Soluble starch, Yeast extract, Pepton, Amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ], Kalsium klorida (CaCl 2 ), Magnesium sulfat (MgSO 4 ), Besi sulfat (FeSO 4 ), EDTA alkali, DNS, Iodin/ Kalium Iodida, Fenol (C 6 H 5 OH), Natrium hidroksida (NaOH), Kalium natrium tartat (KNaC 4 H 4 OO), Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ), Barium klorida(bacl 2 ), BSA (bovine serum albumin), Tembaga sulfat (CuSO 4 ), Folin ciocalteau, Maltosa.

29 C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan médium PDA, medium inokulum dan fermentasi serta pembuatan larutan pereaksi a. Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA) Sebanyak 39 gram PDA dilarutkan dalam aquades hingga 1000 ml, kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga homogen. Larutan dipanaskan di atas hotplate sambil terus diaduk hingga PDA melarut dan berwarna jernih. Medium disterilkan dalam autoklav pada suhu 121 C, tekanan 2 Atm selama 15 menit. Medium dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih sebanyak 5 ml sebagai medium miring, sumbat mulut tabung dengan kapas lemak dan dilapisi kertas lalu ikat tabung dengan karet, sebagian medium dimasukan kedalam Erlenmeyer, medium dalam Erlenmeyer disimpan sebagai stok medium pada suhu ruang atau dalam lemari pendingin. b. Pembuatan medium inokulum dan fermentasi Medium inokulum dan fermentasi yang digunakan terdiri dari 12 g K 2 HPO 4, 1 g MgSO 4, 0,5g KCl, 0,03g FeSO 4, 0,8g Mg(NO 3 ) 2, 0,1g CaCl 2, 5 g pepton, 5 g pati dan dilarutkan dalam bufer fosfat ph 7,5. Kemudian disterilkan pada suhu 121 o C, tekanan 1 atm, selama 15-20 menit dalam autoclave.

30 c. Pembuatan pereaksi untuk pengukuran aktivitas enzim α-amilase metode Mandels (Mandels et al, 1976) Ke dalam labu ukur 100 ml, dimasukkan 1% DNS ( dinitrosalisilic acid), 1% NaOH, 1 ml Na(K) tartarat 40%, 0,2% fenol, dan 0,05% Na 2 SO 3, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquades hingga tanda batas. d. Pembuatan pereaksi untuk penentuan kadar protein enzim α-amilase metode Lowry Pereaksi A : 2 gram Na 2 CO 3 dilarutkan dalam 100 ml NaOH 0,1 N. Pereaksi B : 5 ml larutan CuSO 4.5H 2 O 1% ditambahkan ke dalam 5 ml larutan Na(K) tartarat 1%. Pereaksi C Pereaksi D : 2 ml pereksi B ditambahkan 100 ml pereaksi A : reagen folin ciocelteau diencerkan dengan aquades 1:1. Larutan standar :larutan BSA (Bovine Serum Albumin) dengan kadar 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 ppm. 2. Isolasi dan Pemurnian Enzim α-amilase a. Inokulasi A. niger L-51 Sebanyak 5 ose A. niger L-51 dari media agar miring dipindahkan ke dalam 100 ml medium inokulum secara aseptis lalu dikocok dalam

Waterbath shaker incubator dengan kecepatan 130 rpm pada suhu 35 o C selama 56 jam. 31 b. Produksi enzim α-amilase Produksi enzim α-amilase dilakukan dengan menginokulasikan secara aseptis 20 ml (2% v/v dari total volume medium fermentasi) ke dalam 1000 ml medium fermentasi yang terdiri dari (g.l -1 ) (NH 4 ) 2 SO 4 0,8; KH 2 PO 4 12; CaCl 2 0,1; MgSO 4 1,0; FeSO 4.7H 2 O 0,03; pati 5; pepton 5; KCl 0,5, dilarutkan dalam bufer fosfat ph 5,5. Selanjutnya media fermentasi yang telah berisi 2% medium inokulum dikocok dalam waterbath shaker incubator dengan kecepatan 130 rpm pada suhu 32 o C selama 64 jam. c. Isolasi enzim α-amilase Isolasi enzim α-amilase dilakukan menggunakan metode sentrifugasi. Prinsip sentrifugasi berdasarkan kecepatan sedimentasi dengan cara pemusingan. Sentrifugasi digunakan untuk memisahkan enzim ekstraseluler dari sisa-sisa sel. Sentrifugasi dilakukan pada suhu rendah (di bawah suhu kamar) untuk menjaga kehilangan aktivitas enzim (Suhartono, 198 9). Setelah media fermentasi yang berisi A. niger L-51 dikocok menggunakan Waterbath shaker incubator pada suhu 32 o C selama 64 jam, selanjutnya enzim dipisahkan dari komponen sel lainnya dengan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm dan suhu 4 o C selama 25 menit. Filtrat yang

32 diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim yang selanjutnya dilakukan uji aktivitas enzim α-amilase dengan metode Mandels serta pengukuran kadar protein dengan metode Lowry. d. Pemurnian enzim α-amilase Pemurnian enzim α-amilase dilakukan dengan 2 tahap, yaitu fraksinasi menggunakan ammonium sulfat dan dialisis. 1. Fraksinasi dengan ammonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] Ekstrak kasar enzim yang diperoleh dimurnikan dengan metode fraksinasi menggunakan garam ammonium sulfat pada berbagai derajat kejenuhan yaitu 0-15%; 15-30%; 30-45%; 45-60% dan 60-80%. Skema proses pengendapan protein enzim dengan penambahan ammonium sulfat ditunjukkan pada Gambar 8. Adapun proses pengerjaannya yaitu ekstrak kasar enzim yang diperoleh diukur voumenya, selanjutnya dilakukan penambahan garam ammonium sulfat yang telah dihaluskan secara perlahan sambil diaduk dengan magnetik stirer pada suhu 4 o C. Endapan protein enzim yang didapatkan pada tiap fraksi kejenuhan ammonium sulfat selanjutnya dipisahkan dari filtratnya dengan sentrifugasi dingin pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Kemudian endapan yang diperoleh dilarutkan dengan bufer fosfat 0,1 M ph 6,0 dan diuji aktivitasnya dengan metode Mandels, serta diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry

untuk mengetahui fraksi-fraksi yang mengandung enzim α- 33 amilase dengan aktivitas spesifik yang tinggi. Filtrat yang didapat dari fraksi 0-15% digunakan untuk diendapkan kembali dengan fraksi kejenuhan 15-30% dengan prosedur yang sama dan seterusnya sampai fraksi 60-80%. untuk mengetahui pada fraksi mana enzim α-amilase terendapkan. Skema proses pengendapan protein enzim dengan penambahan garam ammonium sulfat ditunjukkan pada Gambar 8. Ekstrak Kasar Enzim + (NH 4 ) 2 SO 4 (0-15%) Endapan(F1) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (15-30%) Endapan(F2) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (30-45%) Endapan(F3) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (45-60%) Endapan(F4) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (60-80%) Endapan(F5) Filtrat Gambar 8. Skema pengendapan protein enzim dengan ammonium sulfat.

34 2. Dialisis Endapan enzim yang telah dilarutkan dari tiap fraksi amonium sulfat dengan aktivitas spesifik tertinggi dimasukkan ke dalam kantong selofan dan didialisis dengan bufer fosfat 0,01 M ph 6 selama 24 jam pada suhu dingin (Pohl, 1990). Selama dialisis, dilakukan pergantian bufer setiap 6 jam agar konsentrasi ion-ion di dalam kantong dialisis dapat dikurangi. Proses ini dilakukan secara kontinyu sampai ion-ion di dalam kantong dialisis dapat diabaikan. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas dengan metode Mandels, serta diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry. 3. Uji aktivitas enzim α-amilase a. Pembuatan standar glukosa metode Mandels Standar glukosa dibuat dengan variasi konsentrasi 0-1,4 mg/ml. Sebanyak 0,25 ml aquades, 0,25 larutan glukosa konsentrasi 0-1,4 mg/ml dalam bufer fosfat ph 5,0 dicampur lalu diinkubasi selama 60 menit pada suhu 50 o C. Kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi DNS dan dididihkan selama 10 menit pada penangas air. Selanjutnya ditambahkan 1,5 ml aquades lalu didinginkan. Setelah dingin, serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada λ 510 nm. Selanjutnya, absorbansi masing-masing larutan diplotkan terhadap konsentrasinya sehingga diperoleh nilai slope (kemiringan), intercept (titik potong), dan R 2.

35 b. Uji aktivitas enzim α-amilase metode Mandels (Mandels et al., 1976) Metode ini didasarkan pada glukosa yang terbentuk (Mandels et al., 1976). Sebanyak 0,25 ml enzim, 0,25 larutan pati 0,1% dalam bufer fosfat ph 5,0 dicampur lalu diinkubasi selama 60 menit pada suhu 50 o C. Kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi DNS dan dididihkan selama 10 menit pada penangas air. Selanjutnya ditambahkan 1,5 ml aquades lalu didinginkan. Setelah dingin, serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada λ 510 nm. Kadar glukosa yang terbentuk ditentukan dengan mengunakan kurva standar glukosa. Penentuan aktivitas enzim α-amilase dengan menggunakan metode Mandels ini dilakukan pada tahap isolasi, pemurnian, penentuan K M dan V maks, dan karakterisasi enzim. c. Uji aktivitas enzim α-amilase Metode Fuwa (Fuwa, 1954) Aktivitas enzim α-amilase ditentukan dengan menggunakan metode iodine (Fuwa, 1954). Sebanyak 0,1 ml larutan enzim ditambahkan 0,4 ml aquades dan 0,5mL Pati, kemudian diinkubasi pada suhu 60 C selama 10 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 0,1 ml HCl 0,25 M dan kemudian ditambahkan 0,25mL larutan iodine dan 4 ml aquades ke dalam campuran reaksi. Campuran tersebut dihomogenkan dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada λ 600 nm. Kontrol dibuat dengan

proses yang sama, namun menggunakan 0,25 ml larutan enzim yang 36 sudah diinaktifkan. Penentuan aktivitas dengan menggunakan metode iodine dilakukan pada tahapan isolasi, pemurnian dan karakterisasi enzim. d. Penentuan kadar protein metode Lowry (Lowry et al., 1951) Kadar protein enzim ditentukan dengan metode Lowry (Lowry et al., 1951). Sebanyak 0,1 ml enzim α-amilase ditambahkan 0,9 ml aquades lalu direaksikan dengan 5 ml pereaksi C dan diaduk rata. Kemudian dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang. Setelah itu ditambahkan dengan cepat 0,5 ml pereaksi D dan diaduk dengan sempurna, didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Untuk kontrol, 0,1 ml enzim diganti dengan 0,1 ml aquades, selanjutnya perlakuannya sama seperti sampel. Serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 750 nm. Untuk menentukan konsentrasi protein enzim digunakan kurva standar BSA ( Bovine Serum Albumin). Penentuan kadar protein enzim α-amilase dengan menggunakan metode Lowry ini dilakukan pada tahap isolasi dan pemurnian. 4. Modifikasi kimia enzim α-amilase dengan asam glioksilat Modifikasi enzim α-amilase dengan asam glioksilat dilakukan sesuai dengan prosedur yang dilaporkan oleh Melik-Nubarrov et al. (1987) dalam menstabilkan α-amilase kimotripsin. Sebanyak 10 ml enzim α-

37 amilase (mengandung 0,4 μmol/ml) bersama pati 0,1 % dalam bufer fosfat-borat (100 mm K 2 HPO 4 dan 500 mm H 3 BO 3 ) ph 8,4 ditambah dengan 10 μmol asam glioksilat dan 8 μmol NaBH 4, reaksi dilakukan selama 30 menit pada 4 o C. 5. Karakterisasi enzim α-amilase hasil pemurnian dan hasil modifikasi Karakterisasi enzim α-amilase hasil pemurnian dan hasil modifikasi yang dilakukan meliputi : a. Penentuan ph dan suhu optimum 1) Penentuan ph optimum Untuk mengetahui ph optimum enzim sebelum dan sesudah modifikasi digunakan bufer sitrat 0,1 M dan bufer fosfat 0,1 M dengan variasi ph sebagai berikut : 5; 5,5; 6; 6,5; 7; 7,5 dan 8. Suhunya dijaga tetap pada 50 C, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran aktivitas enzim dengan metode Mandels dan kadar proteinnya dengan metode Lowry. 2) Penentuan suhu optimum Untuk mengetahui suhu optimum kerja enzim dilakukan dengan variasi suhu yaitu 45; 50; 55; 60; 65; 70, 75 dan 80 C, ph tetap dijaga pada ph optimum. Selanjutnya diukur aktivitas enzim dengan metode Mandels dan kadar proteinnya dengan metode Lowry.

38 b. Penentuan data kinetika enzim (nilai K M dan V maks ) Konstanta Michaelis-Menten (K M ) dan laju reaksi maksimum (V maks ) enzim sebelum dan sesudah modifikasi ditentukan dari kurva Lineweaver-Burk. Kurva Lineweaver-Burk dibuat dengan menguji aktivitas enzim α-amilase dengan variasi konsentrasi substrat 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1% dalam bufer fosfat ph 5 dan suhu 50 o C selama 60 menit. Selanjutnya diukur aktivitas enzim dengan metode Mandels. c. Uji stabilitas termal dan stabilitas ph enzim (Yang et al., 1996) Penentuan stabilitas termal enzim dilakukan dengan mengukur aktivitas sisa enzim setelah diinkubasi selama periode waktu 100 menit pada ph dan suhu optimum hasil penentuan sebelumnya. Caranya adalah dengan mengukur aktivitas enzim menggunakan metode Mandels setelah proses pemanasan setiap interval waktu 10 menit. Aktivitas awal enzim (tanpa proses pemanasan) diberi nilai 100%. Aktivitas sisa = Aktivitas enzim setelah perlakuan x 100% Aktivitas enzim awal (tanpa perlakuan) (Virdianingsih, 2002). d. Penentuan waktu paruh (t 1/2 ), konstanta laju inaktivasi (k i ) dan perubahan energi akibat denaturasi ( G i ) Penentuan nilai k i (konstanta laju inaktivasi termal) enzim α- amilase hasil pemurnian dan hasil modifikasi kimia dilakukan

39 dengan menggunakan persamaan kinetika inaktivasi orde 1 (Kazan et al., 1997) yaitu : ln (E i /E 0 ) = - k i t Sedangkan untuk perubahan energi akibat denaturasi ( G i ) enzim hasil pemurnian dan hasil modifikasi kimia dilakukan dengan menggunakan persamaan (Yandri et al., 2007) : Keterangan : G i = - RT ln (k i h/k B T) R = konstanta gas (8,315 J K -1 mol -1 ) T k i h = suhu absolut (K) = konstanta laju inaktivasi termal = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J det) k B = konstanta Boltzmann (1,381 x 10-23 JK -1 ) Secara keseluruhan, penelitian ini terangkum dalam diagram alir penelitian yang ditunjukkan dalam Gambar 9.

40 A. niger L-51 Inokulum Fermentasi Sentrifugasi Ekstrak Kasar Enzim α-amilase Fraksinasi Dialisis Enzim hasil Enzim hasil pemurnian Modifikasi Kimia Enzim Modifikasi Karakterisasi Enzim Uji aktivitas enzim metode Fuwa dan Mandels serta penentuan kadar protein metode Lowry Penentuan ph dan Suhu Optimum Penentuan Km dan Vmaks Penentuan Stabilitas Termal Penentuan (t 1/2 ), (k i ) dan ( G i ) Gambar 9. Diagram alir penelitian