BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Proyek Bendungan Bendungan adalah bangunan penampung kelebihan air hujan pada musim hujan dan digunakan pada saat musim kemarau (Purnomo, 1994). Menurut Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang bendungan,studi kelayakan bendungan harus disertai dengan studi analisis tentang dampak lingkungan. Bendungan dibuat dengan tujuan. 1) Menyediakan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau 2) Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan petani di lahan tadah hujan. 3) Mengaktifkan tenaga kerja petani pada musim kemarau sehingga mengurangi urbanisasi dari desa ke kota. 4) Mencegah/mengurangi luapan air di musim hujan dan menekan resiko banjir. 5) Memperbesar peresapan air ke dalam tanah. Beberapa syarat yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembuatan bendungan yaitu. a. Tekstur tanah Agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, bendungan sebaiknya dibuat pada lahan dengan tanah liat berlempung. Pada tanah berpasir yang porous (mudah meresapkan air) tidak dianjurkan pembuatan bendungan karena air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok sekeliling bendungan. b. Kemiringan Lahan Bendungan sebaiknya dibuat pada areal pertanaman yang bergelombang dengan kemiringan antara 8 30 persen. Agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah
mengalir kedalam bendungan dan air mudah disalurkan ke petak-petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara bendung dan petak tanaman. c. Lokasi Penempatan bendungan sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya, supaya pada saat hujan, air di permukaan tanah mudah dialirkan kedalam bendungan. 2.2 Konsep Evaluasi Proyek Ekonomi Proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat; atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah, 2001). Adapun tahapan-tahapan dalam siklus proyek (Gray,dkk: 1997), adalah sebagai berikut. a. Tahap Pertama : Identifikasi Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, yaitu menentukan caloncalon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pegangan menyangkut perlu tidaknya suatu gagasan proyek perlu diteliti lebih lanjut adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut. 1) Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan? 2) Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan? 3) Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut? b. Tahap Kedua : Formulasi Tahap selanjutnya adalah formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, institusional, sosial dan eksternalitas. c. Tahap Ketiga : Analisis
Tahap analisis yaitu mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tadi dianalisis untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang ada, berdasarkan suatu ukuran tertentu. d. Tahap Keempat : Implementasi Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut. Dalam tahap ini, tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya. e. Tahap Kelima : Operasi Tahap berikutnya adalah operasi proyek. Pada tahap ini perlu dipertimbangkan metodemetode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya. Laporan-laporan tersebut diperlukan untuk tahapan selanjutnya. f. Tahap Keenam : Evaluasi Hasil Tahapan terakhir adalah evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi proyek, berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya. Di sini diperbandingkan antara apa yang direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau untuk mengembangkan gagasan baru dalam memilih proyek-proyek baru. 2.3 Konsep Biaya Menurut Mardiasmo (1994), biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diatur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk obyek atau tujuan tertentu. Hermanto (1989), mengelompokkan biaya menjadi empat bagian, yaitu: a. Biaya tetap (fixed cost) Yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya tetap adalah biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi menajemen.
b. Biaya variabel (variable cost) Yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya variabel merupakan biaya yang secara langsung, sebanding dengan jumlah produksi. c. Biaya tunai Yaitu biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk segala kebutuhan dalam produksi seperti pajak, tenaga kerja diluar petani. d. Biaya tidak tunai Yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan namun tidak dalam bentuk uang tunai dan lebih cenderung dalam bentuk tenaga atau barang. Menurut Mulyadi (1991), yang dihitung sebagai biaya atau pengeluaran proyek (project expenditure) adalah hanya biaya-biaya atau ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang (future costs) untuk memperoleh penghasilan-penghasilan yang akan datang (future returns). Yang dimasukkan dalam biaya proyek antara lain. a. Biaya angsuran hutang dan bunga Di dalam hal ini, pengeluaran angsuran hutang dan bunga akan dimasukkan dalam biaya ekonomis tergantung apakah terdapat beban sosial yang dianggap harus ditanggung masyarakat sehubungan dengan angsuran pembiayaan suatu proyek atau tidak. b. Penyusutan (depreciation) Penyusutan adalah merupakan pengalokasian biaya investasi (penanaman modal) suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut dan untuk menjamin agar angka biaya operasi yang dimasukkan dalam neraca rugi/laba tahunan dapat mencerminkan adanya biaya modal yang digunakan. c. Biaya konstruksi dan peralatan Di dalam hal ini perlu dihindari adanya double-counting, artinya jika biaya-biaya tersebut telah dibebankan pada saat dikeluarkannya investasi, maka waktu pelunasannya nanti tidak boleh dimasukkan sebagai biaya lagi. Di dalam hubungannya dengan ini, yang dimaksudkan.
1) Peralatan adalah termasuk segala peralatan yang dipergunakan dalam mengerjakan proyek tersebut. 2) Bahan-bahan adalah segala bahan yang diperlukan di dalam kegiatan proyek. Harga yang digunakan untuk menilai bahan-bahan tersebut adalah harga yang berlaku. 3) Tenaga kerja (yang berhubungan dengan gaji dan upah), yaitu tenaga kerja yang digunakan untuk mengerjakan suatu proyek. Mengenai tenaga kerja ini perlu dibedakan dalam: tenaga kerja tak terlatih (unskilled labour) dan tenaga kerja terlatih (skilled labour), artinya kalau terdapat biaya latihan yang dikeluarkan merupakan economic cost. d. Biaya Tanah Biaya ini dihitung jika tanah yang digunakan untuk proyek tersebut merupakan tanah yang memberikan hasil, seperti misalnya tanah sawah, tanah perkebunan dan lain sebagainya. e. Biaya modal kerja Modal kerja adalah modal yang digunakan dan terkait dalam suatu proyek. Di dalam hal ini modal kerja tersebut sudah tidak dapat digunakan untuk tujuan investasi yang lainnya. Di dalam perhitungannya, modal ini dimasukkan sebagai biaya tahun pertama proyek tersebut berjalan. f. Biaya bunga masa konstruksi Apabila bunga harus dibayar selama masa konstruksi, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah. 1) Misalkan terdapat social opportunity cost daripada investasi dibebankan pada saat investasi dikeluarkan, maka pembayaran bunga selama masa konstruksi tidak diperhitungkan dalam biaya ekonomis. 2) Juga misalkan terdapat social opportunity cost daripada investasi dianggap terdiri dari arus pelunasan hutang beserta bunganya selama waktu yang akan datang, maka pembayaran bunga selama masa konstruksi perlu diperhitungkan dalam biaya ekonomis.
g. Biaya operasi dan pemeliharaan Biaya ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahunnya selama proyek mempunyai umur ekonomis, yang meliputi. 1) Bahan baku 2) Bahan bakar 3) Air, listrik dan telekomunikasi 4) Gaji dan upah atau tunjangan karyawan 5) Biaya lainnya, seperti jasa konsultan, keperluan kantor dan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan proyek h. Biaya pembaharuan atau pengganti Biaya ini adalah merupakan tambahan biaya-biaya yang diperlukan selama proyek tersebut berjalan. Misalnya di dalam jangka waktu 40 tahun, pada setiap 10 tahun sekali proyek tersebut memerlukan pembaharuan atau penggantian terhadap peralatannya tertentu. i. Sunk costs Sunk costs merupakan biaya yang telah dikeluarkan pada masa yang lalu sebelum kegiatan proyek dilaksanakan. Di dalam analisis proyek, sunk cost ini tidak dihitung dan tidak mempengaruhi pemilihan proyek. Biaya yang dihitung dalan analisis proyek adalah biaya-biaya proyek yang digunakan di masa yang akan datang. j. Biaya feasibility studies dan engineering studies Biaya-biaya yang akan dimasukkan di dalam kegiatan ini meliputi: 1) Preliminary design cost Biaya untuk feasibility studies, yang termasuk di dalam pleliminary design, tidak diperhitungkan di dalam biaya investasi suatu proyek karena merupakan sunk cost juga. 2) Final design cost
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat final design perlu dimasukkan di dalam biaya investasi. Apabila final design dibiayai oleh supplier credit, maka nilai yang dimasukkan dalam biaya proyek adalah besarnya angsuran kredit. k. Intangible costs Intangible cost merupakan hal-hal yang riil, akan tetapi sulit diperhitungkan dalam nilai uang, namun mencerminkan nilai-nilai yang sebenarnya. Bentuk daripada biaya ini misalnya seperti adanya polusi, suara bising, pemandangan yang kurang nyaman dan lainnya. l. Biaya tak terduga (contingencies) Contigencies adalah merupakan biaya-biaya yang harus ditambahkan pada biaya konstruksi karena adanya perubahan-perubahan atau adanya kesalahan-kesalahan di dalam perhitungan (adanya under-estimates). 2.4 Konsep Analisis Ekonomi Hasil produksi suatu proyek adalah pertambahan jumlah barang dan jasa dalam masyarakat sehubungan dengan adanya proyek tersebut (Gray, 2002). Dengan kata lain, hasil produksi suatu proyek adalah perbedaan jumlah persediaan barang dan jasa termasuk dalam masyarakat dengan adanya proyek dan seandainya tidak ada proyek. Disamping tujuan peningkatan barang dan jasa untuk konsumsi, pendirian proyek juga dapat mempunyai tujuan sosial yang bersifat khusus, misalnya dalam hal penyediaan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Menurut Kadariah (2001), analisis ekonomi suatu usaha dilihat dari sudut pandang perekonomian secara keseluruhan, berupa hasil total atau produktivitasnya dari semua sumber yang dipergunakan dalam usaha untuk masyarakat. Dengan demikian yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan (Pudjokusumarto,1991). 2.5 Konsep Analisis Finansial
Menurut Pudjokusumarto (1991), analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam proyek. Dalam analisis finansial yang menjadi alat ukur untuk menentukan secara menyeluruh mengenai layak tidaknya suatu proyek dilaksanakan adalah dengan menggunakan kriteria investasi (Gittinger, 1997). Ada beberapa kriteria investasi yang dapat dipergunakan dalam evaluasi proyek, yaitu : (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), (3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), (4) Payback Period. 1) Net Present Value Merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan (Mulyadi, 1991). Jika NPV bernilai positif berarti proyek menguntungkan, sedangkan bila NPV bernilai negatif proyek tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. Rumus: Bt - Ct NPV = (1) (1 + i) Keterangan: Bt : Nilai total benefit (penerimaan) pada tahun ke-1 Ct : Cost (biaya) pada tahun ke-t, terdiri atas biaya tetap, biaya variabel, biaya overhead, biaya administrasi dan umum. n : umur ekonomis proyek i : discount rate Kriteria: Jika NPV 0, maka pengembangan bendungan layak untuk dilaksanakan
Jika NPV < 0, maka sistem pengembangan bendungan tidak layak untuk dilaksanakan. 2) Tingkat penerimaan/ Internal Rate of Return (IRR) Merupakan tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama dengan nol. Dengan demikian IRR menunjukkan kemampuan proyek untuk menghasilkan returns atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. Rumus: NPV 1 IRR = i 1 + (i 2 - i 1 ) (2) NPV 1 + NPV 2 Keterangan : NPV 1 = NPV yang bernilai positif (terkecil) NPV 2 = NPV yang bernilai negatif ( terbesar) i 1 = Tingkat bunga pada NPV bernilai positif i 2 = Tingkat bunga pada NPV bernilai negatif i 2 i 1 = Tidak boleh lebih dari 5% Kriteria: Jika IRR 1, maka pengembangan bendungan layak untuk dilaksanakan Jika IRR < 1, maka pengembangan bendungan tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara present value net benefit dari tahun-tahun yang bersangkutan (pembilang/bersifat positif) dengan present value arus biaya dalam tahun dimana Bt-Ct (penyebut/bersifat negatif).
Rumus: Keterangan: Bt : Nilai total benefit (penerimaan) pada tahun ke-1 Ct : Cost (biaya) pada tahun ke-t, terdiri atas biaya tetap, biaya variabel, biaya overhead, biaya administrasi dan umum. n : umur ekonomis proyek i : discount rate Kriteria : n Bt-Ct untuk Bt-Ct > 0 t=0 (1 + i) Net B/C Ratio = ----------------------------------- ( 3) n Ct-Bt untuk Bt-Ct < 0 t=0 (1-i) t Jika Net B/C 1, maka pengembangan bendungan layak untuk dilaksanakan Jika Net B/C 4) Payback Periods <1, maka pengembangan bendungan tidak layak untuk dilaksanakan. Payback periods merupakan jangka waktu/ periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Rumus : I Payback Period = (4) Ab Keterangan: I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
2.6 Analisis Sensitivitas Dalam evaluasi proyek selalu berhadapan dengan masa mendatang (futurity), baik benefit yang akan diperoleh maupun segala macam cost yang dikeluarkan. Dimasa yang akan datang banyak hal-hal atau perubahan-perubahan yang tidak pasti yang mungkin dapat terjadi. Ketidak-pastian tersebut dicoba dilihat dengan Analisis Sensitifitas. Jadi Analisis Sensitifitas sesungguhnya merupakan suatu alat untuk menganalisis masalah resiko dan ketidakpastian yang mungkin dihadapi oleh suatu proyek di masa-masa mendatang. 2.7 Eksternalitas Dalam suatu perekonomian modern setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya dan semakin modern suatu perekonomian semakin besar dan semakin banyak kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas (Mangkoesoebroto, 2001). Jadi yang dimaksud eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain (atau segolongan orang lain) tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Yang dimaksud eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang menguntung, sedangkan eksternalitas negatif apabiala dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Adanya eksternalitas dalam suatu aktivitas akan menimbulkan inefisiensi (Mangkoesoebroto, 2001). Inefisiensi akan timbul apabila tindakan seseorang mempengaruhi orang lain dan tidak tercermin dalam sistem harga. Secara umum, adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang merugikan mau-
pun yang menguntungkan (eksternalitas negatif dan positif) dimasukkan dalam perhitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksi. 2.7 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilaksanakan oleh Widiantara (2004) dengan Judul Analisis Kelayakan Pembangunan Waduk Muara Tukad Unda di Kabupaten Klungkung. Penelitian ini menggunakan metode statistika dengan indikator Net Present Value (NPV) dari arus benefit dan biaya, Internal Rate of return (IRR) dan Net Present Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan analisis sensitifitas (Peningkatan biaya 10 persen dan kemunduran penyelesaian pelaksanaan selama dua tahun) Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembangunan Waduk Muara Tukad Unda layak secara ekonomis dimana dalam keadaan normal NPV= Rp. 20.464.000.000,- B/C R= Rp. 1,19 persen dan IRR= 23, 47 persen, bila trjadi perubahan biaya 10 persen NPV= Rp. 12.698.000.000,- B/C R= 1,11 persen dan IRR= 17, 23 persen dan bila terjadi kemunduran penyelesaian proyek NPV= Rp. 1.380.000.000,- B/C R= 1,01 persen, dan IRR= 12,38 persen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada jenis proyek yang diteliti. proyek pada penelitian sebelumnya adalah merupakan proyek pembangunan waduk, sedangkan pada penelitian ini proyek yang diteliti adalah proyek pembangunan bendungan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan metode analisis finansial, yaitu dengan menggunakan kriteria investasi. Selain itu, dalam penelitian ini akan diteliti dampak sosial ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar proyek, baik dari segi peningkatan pendapatan maupun kehidupan sosial. Penelitian lain yang digunakan sebagai acuan adalah penelitian dari Zamdial Ta aladin (2001) dengan Judul Analisis Ekonomi Untuk Investasi Usaha Penangkapan Ikan dengan bagan Perahu. Pada penelitian ini NPV>1 dan IRR>1 dan disimpulkan, bahwa Usaha penangkapan ikan dengan perahu layak atau menguntungkan. Persamaan penelitian ini
adalah pada metode yang digunakan, yaitu sama-sama menggunakan kriteria investasi untuk meneliti kelayakan proyek. Perbedaannya adalah pada obyek atau proyek yang diteliti. Acuan lain yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Analisis Dampak Sosial Ekonomi Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur (Suherman dan Dault, 2009). Penelitian ini menggunakan metode NPV, IRR dan Net B/C dengan hasil NPV sebesar Rp.26.830.858.999,29 pada tingkat bunga 12 persen, IRR sebesar 18,24 persen dan Net B/C sebesar 1,37. Hal ini menunjukkan keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong layak untuk dilaksanakan, Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suherman dan Dault adalah pada alat análisis yang menggunakan kriteria NPV, IRR dan Net B/C. Sedangkan, perbedaannya adalah pada obyek penelitian, yaitu pada penelitian ini obyek yang diteliti adalah proyek pengembangan bendungan, sedangkan pada penelitian sebelumnya obyek yang diteliti adalah keberadaan pelabihan perikanan. Penelitian sebelumnya yang menyangkut Bendungan Poh Santen ini juga digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu penelitian oleh Dinas PU Provinsi Bali. Walaupun tela hada penelitian dari dinas terkait, penelitian ini tetap perlu dilakukan karena penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan memasukkan variabel-variabel non ekonomi pada penelitian. Hasil dari penelitian sebelumnya, pada tingkat bunga 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 8.043.520.000,00, Net B/C sebesar 1,15 dan IRR 13,66 persen.