ALINEMEN HORISONTAL WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember
GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA ALINEMEN HORISONTAL WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember
ALINEMEN HORISONTAL Alinemen horisontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang horisontal (plan/denah). Pada alinemen horisontal terdiri dari garis lurus dan garis lengkung. Untuk garis lengkung terdiri dari busur peralihan dan busur lingkaran atau busur peralihan saja.
Alinemen Horisontal Pada alinemen horisontal terdapat dua jenis gaya yang bekerja, yaitu gaya sentripetal dan sentrifugal. Berdasarkan arah gaya, arah gaya sentripetal menuju ke arah pusat lingkaran sedangkan gaya sentrifugal ke arah luar (menjauhi titik pusat lingkaran) atau terlempar ke luar. Pada alinemen horisontal, gaya yang diperhitungkan adalah gaya sentrifugal.
Alinemen Horisontal Gaya sentrifugal F akan terjadi jika benda (kendaraan) dengan kecepatan V melintasi suatu lengkung seperti lingkaran (tikungan). Gaya ini akan mendorong kendaraan keluar lintasan dengan arah tegak lurus terhadap kecepatan V.
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Alinemen Horisontal R V F = m V R 2 = G g V R 2 m = massa benda (kendaraan) G = berat kendaraan, kg g = gaya grafitasi, m/dt 2 a = percepatan sentrifugal, m/dt 2 = V 2 /R V = kecepatan kendaraan, km/jam R = jari-jari lengkung lintasan, m
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Alinemen Horisontal Agar kendaraan yang melintasi sebuah lengkungan (tikungan) tidak terlempar keluar lintasan, perlu andanya gaya-gaya yang dapat mengimbanginya sehingga kendaraan tidak terlempar keluar lintasan. Gaya-gaya tersebut antara lain : Gaya gesek melintang antara roda kendaraan dengan permukaan perkerasan jalan Berat kendaraan akibat adanya kemiringan melintang permukaan jalan.
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Alinemen Horisontal Pada alinemen horisontal, terdapat faktor penting sebagai penyeimbang gaya antara lain: Gaya gesek melintang antara roda kendaraan dengan permukaan perkerasan jalan. Berat kendaraan akibat adanya kemiringan melintang permukaan jalan.
Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Alinemen Horisontal Berbicara tentang kesimbangan gaya, terdapat 3 kondisi gaya-gaya yang berkerja pada alinemen horisontal antara lain : Gaya sentrifugal diimbangi dengan gaya gesek, Fs roda kendaraan dengan permukaan jalan arah melintang. Gaya sentrifugal diimbangi hanya dengan kemiringan melintang jalan. Gaya sentrifugal diimbangi dengan gaya gesek dan kemiringan melintang jalan.
Gaya Sentrifugal Diimbangi Dengan Gaya Gesek N G g V R 2 Fs G
Gaya Sentrifugal Diimbangi Hanya Dengan Kemiringan Melintang Jalan G sin α G 2 G V g R G V g R cosα 2
Gaya Sentrifugal Diimbangi Dengan Gaya Gesek Dan Kemiringan Melintang Jalan. 2 G V g R cosα Fs G sin α G G V g R G cosα 2 2 G V g R sinα Berdasarkan ke 3 kondisi tersebut, kondisi ke 3 adalah kondisi yang ideal untuk merencanakan alinemen horisontal.
KEMIRINGAN MELINTANG JALAN (SUPER-ELEVASI) WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember
NILAI KEMIRINGAN MELINTANG JALAN (SUPER-ELEVASI, e) Dalam perancangan alinemen horisontal, ketajaman lengkung horisontal dapat dinyatakan dengan jari-jari lengkung atau dengan derajat kelengkungan. Derajat lengkung, D adalah besarnya sudut lengkung yang menghasilkan panjang busur lingkaran sebesar 25 m (100 ft)
NILAI KEMIRINGAN MELINTANG JALAN (SUPER-ELEVASI, e) R minimum akan terjadi pada kondisi e maksimum dan f maksimum. Sedangkan pada Persamaan 4.4 terlihat bahwa besarnya jari-jari dan derajat lengkung adalah berbanding terbalik. Sehingga rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Perhitungan Super-elevasi Berdasarkan metode ke 5 (AASHTO 2004), perhitungan nilai super-elevasi adalah sebagai berikut :
Perhitungan Super-elevasi (lanj.)
Contoh Perhitungan Super-elevasi
Contoh Perhitungan Super-elevasi
Contoh Perhitungan Super-elevasi
Super-elevasi Besarnya nilai super-elevasi jalan di Indonesia baik untuk luar kota maupun dalam kota bervariasi yaitu 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% (Tata cara perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota dan Jalan Perkotaan, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997, 1992). Namun demikian, nilai e maksimum menurut Bina Marga untuk jalan dalam kota adalah 8% dan untuk jalan luar kota adalah 10%. Sedangkan menurut A Policy on Geometric Design of Highways and Streets, AASHTO, 2004 nilai e maksimum untuk semua jenis jalan adalah 4%, 6%, 8%, 10% dan 12%.
(e mak 8% metode AASHTO)
(e mak 8% metode Binamarga)
(e mak 10% metode AASHTO)
(e mak 10% metode Binamarga)
Latihan Soal Kelas B Cari Super Elevasi, Jika diketahui : Kecepatan rencana, V D = 70+no.absen km/jam Sudut tikungan, = 60 o Jari-jari tikungan, Absen 1-6 R = 119 m Absen 7-12 R = 130 m Absen 13-18 R = 143 m Absen 19-24 R = 159 m Absen 25-29 R = 179 m Absen 30-33 R = 205 m - Data yang tidak ada silakan diasumsikan sendiri - Dikumpulkan minggu depan saat perkuliahan - Carilah pengertian dari kemiringan jalan, misal e=10%
Referensi Modul Kuliah Rekayasa Jalan Raya, Catur Arief Prasetyanto, Teknik Sipil ITS Sukirman, S. 1999. Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Penerbit Nova: Bandung