BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoretis 1. Rasio Profitabilitas Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba atau keuntungan. Akan tetapi, ada juga perusahaan yang tujuannya bukan untuk memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari perusahaan nirlaba tersebut adalah untuk menghasilkan kemashalatan bagi masyarakat, seperti penelitian medis dan cagar alam. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan perusahaan penghasil laba, karena semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup Return on Assets, Return on Equity, Nilai Tambah Ekonomis merupakan alat ukur kinerja keuangan yang diperoleh dengan memperhitungkan laba (profit) yang dihasilkan oleh setiap perusahaan sampel yang digunakan. Pada perusahaan penghasil laba, rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji-upah) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadikan hak pemegang saham. Dengan demikian pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena didasari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi kelangsungan atau masa depan perusahaan. Tanpa
adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio profitabilitas, hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. Dalam penelitian ini yang dipakai hanya yang terkait dengan investasi yaitu Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) a. Pengertian Return On Asset (ROA) Return On Asset merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan (Munawir, 2002). Rasio Return on Asset (ROA) ini sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, di samping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 (satu), berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. b. Pengertian Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal ini juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. 2. Nilai Tambah Ekonomis a. Pengertian Nilai Tambah Ekonomis Nilai Tambah Ekonomis pertama kali dikembangkan oleh Stern & Co, suatu perusahaan konsultan manajemen keuangan. Sejak itu, banyak perusahaan besar
menerapkan Nilai Tambah Ekonomis sebagai alat ukur keberhasilan manajemen dan penciptaan nilai perusahaan. Nilai Tambah Ekonomis adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. Nilai Tambah Ekonomis mencerminkan laba residu setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas. Nilai Tambah Ekonomis merupakan pengukuran yang didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (residual income), dimana kekayaan hanya bisa diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal. Nilai Tambah Ekonomis memiliki kaitan dengan penciptaan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan sekarang mencerminkan total penciptaan nilai selama umur perusahaan tersebut. Nilai Tambah Ekonomis dapat diartikan sebagai suatu estimasi terhadap keuntungan ekonomis perusahaan selama periode tertentu dan secara substansial berbeda dengan laba akuntansi, hal ini disebabkan oleh adanya elemen biaya modal yang diperhitungkan dalam Nilai Tambah Ekonomis yang tidak diperhitungkan dalam laba akuntansi tradisional dan faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan adjustments, seperti adjustments, inventory valuations. Menurut Siddharta, sedikitnya ada 4 (empat) manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan Nilai Tambah Ekonomis untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu:
1. Penerapan model Nilai Tambah Ekonomis sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian adalah penciptaan nilai (value creation). 2. Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan Nilai Tambah Ekonomis menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan Nilai Tambah Ekonomis, manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. 3. Nilai Tambah Ekonomis mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. 4. Nilai Tambah Ekonomis dapat digunakan untuk mengidentifikasikan proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total Nilai Tambah Ekonomis yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dan dengan demikian sebaiknya diambil, demikian pula sebaliknya. Dari penjelasan sebelumnya, maka dapat bahwa diperoleh pengertian yang lebih dalam mengenai Nilai Tambah Ekonomis yaitu merupakan suatu alat ukur atas keuntungan sebenarnya dari hasil operasi perusahaan dengan memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal baik dari pinjaman maupun ekuitas pemegang saham yang dihitung secara tertimbang. Selain itu, Nilai Tambah Ekonomis juga merupakan alat komunikasi yang efektif
bagi penciptaan nilai perusahaan dan pengukur kinerja perusahaan yang berkaitan dengan pengimplementasian nilai investasi di pasar modal. b. Elemen Nilai Tambah Ekonomis Elemen-elemen Nilai Tambah Ekonomis adalah sebagai berikut : 1. NOPAT (Net Operating After Tax) Net Operating After Tax ( NOPAT) merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan (Sartono, 2001). NOPAT = Laba (Rugi) Usaha Pajak Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang digunakan dalam perhitungan Nilai Tambah Ekonomis adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut. 2. Invested Capital Invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal (Sartono, 2001). Dilihat dari segi investasi, jumlah modal yang ditanamkan mengindikasikan besarnya nilai yang ditanam oleh investor di dalam perusahaan melalui pembelian surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan emiten. Semakin besar jumlah yang diinvestasikan maka semakin besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Invested Capital = Total Hutang dan Ekuitas Pinjaman Jangka pendek tanpa bunga.
3. WACC ( Weighted Average Cost of Capital) Biaya modal tertimbang merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang modal kerja. WACC ini dijadikan sebagai dasar untuk menghitung pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham atas dana yang telah diinvestasikan pada tingkat risiko tertentu. Tujuan pokok menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah untuk digunakan dalam mengambil keputusan tentang investasi modal baru yang dinilai berdasarkan standar pengembalian yang cukup memadai untuk mengkompensasikan semua penyedia modal. WACC adalah tingkat return minimum berdasarkan porsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur modal perusahaan yang harus dihasilkan oleh perusahaan untuk memenuhi ekspektasi dari kreditur dan pemegang saham selaku penyedia modal. Pembobotan dilakukan berdasarkan jenis pembiayaan dalam perusaahaan karena setiap pembiayaan memiliki resiko yang berbeda beda bagian setiap investor. Umumnya pembiayaan perusahaan terdiri dari dua kelompok yaitu, hutang dan ekuitas. WACC = [( D rd) ( 1 Tax) + ( E re)] Keterangan : Tingkat Modal (D) = Cost of Debt (rd) = Tingkat Modal dan Ekuitas (E) =
Cost of equity (re) = Tingkat Pajak (Tax) = 4. Capital Charge Capital charge adalah biaya modal yang memperhitungkan biaya kewajiban yang harus dibayarkan kepada para kreditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham. Selama ini dalam akuntansi konvensional, biaya ekuitas ini tidak tercermin dalam perhitungannya. Jika capital charge lebih kecil dari NOPAT maka terdapat nilai tambah ekonomis Nilai Tambah Ekonomis. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut: Capital Charge = WACC x Invested Capital c. Tolak Ukur Nilai Tambah Ekonomis TABEL 2.1 Tolak Ukur Nilai Tambah Ekonomis Nilai Tambah Ekonomis Pengertian Laba Perusahaan Nilai Tambah Ekonomis Ada nilai ekonomis lebih, Positif lebih besar dari nol setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya Nilai Tambah Ekonomis Tidak ada nilai ekonomis Positif sama dengan nol lebih, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya. Nilai Tambah Ekonomis Perusahaan tidak mampu Tidak dapat ditentukan, lebih kecil dari nol membayarkan kewajiban namun jika pun ada laba, pada para penyandang tidak sesuai dengan yang dana atau kreditur diharapkan sebagimana nilai yang
Sumber : Rudianto (2006) diharapkan ekspektasi rate of return tidak dapat tercapai. d. Keunggulan dan Kelemahan Nilai Tambah Ekonomis 1. Keunggulan Nilai Tambah Ekonomis Salah satu keunggulan Nilai Tambah Ekonomis adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai ( Value Creation). Keunggulan Nilai Tambah Ekonomis yang lain adalah : 1. Nilai Tambah Ekonomis memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. Pengaplikasian Nilai Tambah Ekonomis mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. 2. Kelemahan Nilai Tambah Ekonomis Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki, Nilai Tambah Ekonomis juga memiliki beberapa kelemahan yaitu : 1. Secara konseptual, Nilai Tambah Ekonomis memang lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik menaksir biaya modal saham.
2. Nilai Tambah Ekonomis adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan. 3. Nilai Tambah Ekonomis mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya Nilai Tambah Ekonomis dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal. 4. Nilai Tambah Ekonomis hanya menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu. 5. Nilai Tambah Ekonomis mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Investasi yang demikian umumnya memiliki risiko yang kecil sehingga secara tidak langsung Nilai Tambah Ekonomis mendorong perusahaan untuk menghindari risiko, padahal sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis memiliki risiko yang sangat tinggi terutama dalam era pasar bebas yang penuh dengan ketidakpastian. C. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan 1. Pengertian Kinerja Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diharapkan.informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan juga berguna dalam perumusan perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya. (IAI, 2001). Kinerja perusahaan dibagi dalam tiga kategori yaitu, antara lain : a. earning Measure, yang mendasarkan pada Accounting Profit, seperti Earning Per Share (EPS), Return On Investment (ROI), Return On Net Asset (RONA), Return On Capital On Capital Employed (ROCE), dan Return On Equity, b. cash Flow Measures, yang mendasarkan pada kinerja arus kas operasi, seperti Free Cash Flow, Cash Flow Return On Investment (CFROI), c. value Measures, yang mendasarkan kinerja berdasarkan nilai (Value Based Management), seperti Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). 2. Pengertian Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholder lainnya. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan.
3. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah : a) mengetahui tingkat likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan unlikuid. Perusahaan dikatakan dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya. b) mengetahui tingkat solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c) mengetahui tingkat rentabilitas, atau sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif. d) Mengetahui tingkat stabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar utanghutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya. (Munawir, 2002) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen dan manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan atas kinerja perusahaan yang tidak sehat. 4. Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Perusahaan Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. Pengertian laporan keuangan :
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping, itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (IAI,2007) Dari laporan keuangan tersebut manajemen memperoleh informasiinformasi yang digunakan untuk merumuskan, melaksanakan dan mengadakan penelitian terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianggap perlu, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas dalam perusahaan, merencanakan dan mengendalikan aktifitas sehari-hari dalam perusahaan, mempelajari aspek tahap-tahap kegiatan tertentu dalam perusahaan dan menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Adapun tujuan laporan keuangan seperti yang tertulis dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah (SAK, 2007) : Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk: a. Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui memotivasi karyawan secara maksimal. b. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai kinerja mereka, e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa Peneliti terdahulu yang dapat ditelaah adalah dijelaskan dalam tabel berikut. No Peneliti/Tahun Penelitian 1 Ferawaty (2010) 2 Dina Winda Lumban Gaol (2010) Tabel 2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Judul penelitian Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Return saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Analisis Hubungan antara Rasio Profitabilitas dengan Economic Value Added dalam Pengukuran Kinerja Variabel Penelitian Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA) Hasil Penelitian Secara simultan EVA, ROA, ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Secara parsial, Variabel ROE mempunyai pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan variabel lainnya. Tahun 2006 dan 2008 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara ROA dengan Economic value added (EVA) dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, sedangkan tahun 2007 tidak ada hubungan
3 Mustika Avera Limbong (2010) Sumber : Penulis (2011) Keuangan Perusahaan manufaktur yang go public di BEI Hubungan Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas dengan harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI EVA, ROA, ROE, EPS, BEP antara ROA dengan EVA dalam pengukuran kinerja. Sedangkan tingkat hubungan kedua variabel ini untuk tahun 2006 menunjukkan tingkat hubungan yang sangat rendah, tahun 2007 tidak ada hubungan, dan tahun 2008 tingkat hubungannya sedang. EVA mempunyai hubungan yang positif tapi tidak signifikan. Variabel ROA, ROE, dan EPS mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan BEP mempunyai hubungan yang negatif dan tidak sinifikan terhadap harga saham. C. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan tinjauan Peneliti Terdahulu, maka Peneliti menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Return On Asets (ROA) Return on Equity (ROE) 1 2 Nilai Tambah Ekonomis Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, digambarkan model yang menerangkan bagaimana hubungan antara rasio profitabilitas (ROA dan ROE) dengan Nilai Tambah Ekonomis. Adapun data yang diperlukan penulis dalam perhitungan setiap variabel tersebut (Return on Asset, Return on Equity dan Nilai Tambah Ekonomis ) diunggah dari situs www.idx.co.id dan ICMD berupa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. Dan perusahaan yang digunakan Peneliti sebagai sampel adalah perusahaan makanan dan minuman atau lebih dikenal dengan istilah Food and Beverage. Jadi Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana hubungan antara variabel-variabel tersebut dalam mengukur kinerja perusahaan. Hubungan tersebut biasanya dibuat dalam skala interval 0 sampai 1 untuk menentukan kekuatan hubungan, sedangkan arah hubungan dinyatakan dalam tanda positif dan negatif yang terdapat dalam skala hasil pengujian. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2003). Dari tinjauan teoretis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti memperoleh hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Return On Asset (ROA) dengan Nilai Tambah Ekonomis dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Return On Equity (ROE) dengan Nilai Tambah Ekonomis dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan.