BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan, antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan Traditional Accounting dan Economic Value Added Terhadap Stock Return Perusahaan Sektor Perbankan Di PT Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitian adalah perusahaan pada sektor perbankan di PT bursa Efek Jakarta selama periode yang berjumlah 18 (delapan belas) bank, teknik pengambilan sampelnya adalah Purposive Sampling dengan jumlah sampel 17 (tujuh belas) perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda menyimpulkan bahwa EVA, ROE dan ROA sebagai variabel bebas mempengaruhi stock return sebagai varibel terikat. Sedangkan Yunina et al., (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Return on Assets dan Return on Equity terhadap Earning Per Share pada PT. Bank Muamalat Indonesia membuat kesimpulan bahwa ROA dan ROE secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Selanjutnya Ulupi (2005) mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham menyimpulkan bahwa secara parsial ROA berpengaruh positif dan siginifikan terhadap return saham satu periode kedepan. Selanjutnya Widodo (2002) melakukan penelitian dengan judul Analisis

2 Faktor-Faktor Fundamental yang Berpengaruh Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode menyimpulkan bahwa secara parsial Return on Assets berpengaruh terhadapan return saham. Peneliti lainnya, Ediningsih (2001) meneliti mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba dengan judul Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur di BEJ menyimpulkan bahwa secara bersama-sama rasio keuangan mempengaruhi pertumbuhan laba dan secara parsial profitabilitas mempengaruhi pertumbuhan laba. Selanjutnya Himmawan (2003), melakukan penelitian dengan judul Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Industri Perbankan di Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan bahwa secara simultan rasio keuangan berpengaruh secara siginifikan terhadap pertumbuhan laba, namun hanya current assets to operating income (CAOI) yang berpengaruh secara parsial, sedangkan variabel bebas lainnya tidak berpengaruh. Hapsari (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Masa Mendatang Pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta menarik kesimpulan bahwa baik secara parsial maupun secara bersama-sama tingkat kesehatan bank berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Peneliti berikutnya yaitu Maberya dan Suaryana (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemoderasi Pertumbuhan Laba Terhadap Hubungan Antara Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio Dengan Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh terhadap hubungan antara debt

3 to equity ratio dengan profitabilitas. Noegroho (2002) dengan penelitian yang berjudul Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Pertumbuhan Laba Industri Perbankan menyimpulkan bahwa rasio earnings berpengaruh terhadap pertumbuhan laba Laporan Keuangan Setiap akhir periode suatu operasional perusahaan selalu muncul laporan manajemen kepada para stakeholder. Laporan tersebut biasanya muncul per-triwulan, per-semester dan per-tahun, tergantung dari kepentingan dan keperluan laporan tersebut diberikan. Berdasarkan macam laporan yang diberikan oleh manajemen, yang paling penting bagi para stakeholder adalah Laporan Tahunan (annual report). Laporan Tahunan umumnya terdiri dari 2 (dua) hal yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Laporan kualitatif akan menjelaskan berbagai hal yang terjadi yang menyangkut kinerja perusahaan baik internal maupun eksternal. Sedangkan laporan tahunan kuantitatif, dapat berupa laporan keuangan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar yaitu neraca, laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas. Jika disajikan secara bersama, laporan ini akan memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan. Laporan neraca menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban, dan modal dari perusahaan tersebut pada suatu saat tertentu. Neraca disusun pada akhir tahun pembukuan biasanya setiap tanggal 31 Desember. Menurut Atmaja (2008) neraca memperlihatkan gambaran tentang aktiva dan sumber-sumber keuangan untuk membeli aktiva tersebut pada suatu saat. Neraca terdiri dari atas 2 (dua) sisi yaitu:

4 (1) aktiva yang menunjukkan harta yang dimiliki oleh perusahaan, dan (2) pasiva yang menunjukkan sumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Sisi aktiva terdiri atas aktiva lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets). Sisi pasiva terdiri atas hutang lancar (current liabilities), hutang jangka panjang (long-term debt) dan modal sendiri pemegang saham (shareholders equity). Laporan laba rugi perusahaan menggambarkan jumlah keseluruhan penghasilan atau pendapatan dan keseluruhan biaya tersebut pada satu periode tertentu. Laporan laba rugi biasanya disusun setiap akhir tahun pembukuan bersamaan dengan laporan neraca. Apabila laporan disusun untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember, maka dalam laporan laba rugi disusun jumlah pendapatan dan jumlah biaya yang terjadi selama satu tahun yaitu mulai tanggal 1 Januari - 31 Desember. Selisih positif dari pendapatan dikurangi biaya maka perusahaan akan menghasilkan laba, dan sebaliknya apabila terjadi selisih negatif maka perusahaan mengalami kerugian. Menurut Dermawan (2007) laporan laba rugi terdiri beberapa bagian. Bagian operasi melaporkan mengenai pendapatan dan pengeluaran perusahaan dari operasional pokok. Satu hal yang sangat penting adalah laba sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and taxes = EBIT) yang merupakan jumlah laba sebelum bunga dan biaya pendanaan. Diantara hal yang lain, bagian bukan operasional dari laporan laba rugi termasuk biaya pendanaan seperti bunga. Biasanya bagian kedua laporan sebagai suatu bagian terpisah jumlah pungutan pajak atas laba. Bagian terakhir dari laporan laba rugi dibagian paling bawah adalah laba bersih.

5 Ketika laporan laba rugi menjadi ukuran keuntungan perusahaan, keuntungan tidaklah sama dengan arus kas, keuntungan dihitung menggunakan basis aktual (actual base) dari pada kas basis (cash base) dasar (Keown et al., 2004). Laba akuntansi bagi para pemegang saham umumnya belum cukup, sehingga diperlukan suatu laporan keuangan lainnya yang dapat memberikan informasi lebih mendalam mengenai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sutrisno (2000), kegiatan investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan tertutupi oleh penerimaan penerimaan yang direncanakan diperoleh dimasa yang akan datang. Penerimaan-penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang akan diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan digunakan untuk menutup investasi tersebut mengandung dua pengertian yaitu (1) laba akuntansi, yaitu laba yang terdapat dalam laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi, yang dapat dilihat dari laba pada Laporan Laba-Rugi, serta (2) laba tunai, yaitu laba yang berupa aliran kas atau cash flow Kinerja Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian stakeholder antara lain pembayaran dividen, biaya-

6 biaya, kemampuan menghasilkan laba dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan pengukuran perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Pengukuran kinerja manajemen merupakan ukuran efisiensi dan keefektifan seorang manajer, yaitu untuk menentukan dan mencapai obyektivitas yang memadai. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan pada akhirnya tidak terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu (Iwan, 2003).

7 Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Melalui rasio keuangan tersebut, pemakai informasi keuangan akan dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan. Secara matematis, rasio keuangan adalah sebuah rasio yang angka penyebut dan angka pembilangnya terdiri dari data keuangan. Brigham dan Houston (2006) mengelompokkan rasio keuangan menjadi lima kelompok sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. 2. Rasio manajemen aktiva, mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aktivanya. Rasio aktivitas menunjukkan pemanfaatan sumber daya secara optimal. 3. Rasio manajemen utang (leverage), mengukur seberapa besar sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang, atau pengungkit keuangan (financial leverage). 4. Rasio profitabilitas, menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva dan hutang pada hasil-hasil operasi. 5. Rasio nilai pasar, menunjukkan hubungan harga saham perusahaan pada laba, arus kas dan nilai buku persahamnya. Penggunaan rasio keuangan sangatlah penting, terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis serta industri baik industri perusahaan yang dianalisis maupun industri lain

8 yang terkait. Rasio keuangan membantu perusahaan dalam mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan (Keown, 2004) Kelebihan dari penggunaan rasio keuangan sebagai pengukur kinerja keuangan adalah karena mudahnya dalam proses perhitungannya, selama data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap. Kelemahan dari rasio keuangan adalah karena perhitungannya berdasarkan data akuntansi. Salah satu kelemahan dari pengukur akuntansi adalah rasio-rasio tersebut dihasilkan dari nilai buku Return on Asset Menurut Brigham dan Houston (2006) salah satu indikator profitabilitas perusahaan adalah Return on Assets (ROA) yang diketahui dengan membandingkan laba bersih dengan keseluruhan assets. ROA menunjukkan efektifitas atas setiap harta (assets) perusahaan dalam menghasilkan return. ROA merupakan indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank. ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (net income dibagi total assets). Rasio ini mengukur kemampuan bank didalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Ulupui yang meneliti pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktifitas dan profitabilitas terhadap harga saham menyimpulkan bahwa return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Secara matematis return on assets dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih = 100% Total Aktiva

9 Return on Equity Menurut Bodie et al., (2002 ) Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas, merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return on Equity (ROE) juga dapat disebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno, 2000). ROE merupakan alternatif alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan berdasarkan ukuran modal tertentu. Yunina et al menguji pengaruh Return on Assets dan Return on Equity terhadap Earning Per Share menyimpulkan bahwa variabel return on assets dan return on equity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share. Tujuan utama kegiatan operasi perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham, dan ukurannya adalah pencapaian angka ROE, apabila nilainya semakin besar, akan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

10 Re turn on Equity = Laba Bersih 100% Ekuitas Economic Value Added Economics Value Added (EVA) menurut Young dan O Byrne (2001) merupakan laba ekonomis yang menegaskan hubungannya terhadap kekayaan pemegang saham, suatu kondisi akhir yang membutuhkan dari indikator berdasarkan nilai yaitu memaksimalkan kelebihan return saham. Economics Value Added menurut Anthony dan Govindarajan (2000) diperoleh dengan mengurangkan laba operasional (net operating profit) setelah dikurangi pajak dengan beban modal (capital charge). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa apabila Nilai EVA lebih besar dari 0 (nol), menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis perusahaan, nilai EVA lebih kecil dari 0 (nol), menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis perusahaan dan jika nilai EVA samadengan 0 (nol), menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada kreditur. Menurut Brigham dan Houston (2006) Economic Value Added suatu estimasi dari laba ekomonis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dikurangi dengan biaya modal (capital charge). EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :

11 EVA Capital charge = NOPAT Capital Charge = WACC x invested capital 2.4. Pendapatan Saham Pendapatan Saham merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor atas setiap modal yang diinvestasikan. Apabila modal yang diinvestasikan tidak dapat menghasilkan keuntungan maka tidak ada alasan bagi investor untuk melakukan investasi. Investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung (Robert, 2000). Pendapatan saham adalah tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, diukur melalui produktivitas modal yang disetorkan oleh pemegang saham. Perhitungan pendapatan saham (return total) adalah capital gain (loss) ditambah dengan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) karena perbedaan harga sekarang yang lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan harga periode waktu sebelumnya. Sedangkan yield merupakan prosentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan prosentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield merupakan prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya (Jogiyanto 2003). Pendapatan saham merupakan ukuran produktivitas modal diperoleh dari selisih laba maupun selisih rugi harga saham ditambah dengan dividen yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

12 Pendapatan Saham = Capital gain (loss) + Dividen 2.5. Pertumbuhan laba Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank secara periodik akan menilai pertumbuhan laba bank di Indonesia dengan tujuan untuk membantu manajemen, sehingga dapat diketahui bank yang dikelolanya mencerminkan prinsip kehati-hatian (prudential) dan sistem perbankan yang sehat sesuai Peraturan Bank Indonesia. Penilaian ini juga menentukan kinerja bank tersebut dalam keadaan baik atau tidak. Bagi bank mempunyai kinerja yang baik agar tetap mempertahankan kinerjanya, sedangkan bagi bank yang belum baik segera memperbaiki dan meningktakan kinerjanya. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/1 l/kep/dir tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Adapun pelaksanaan penilaian terhadap tingkat kesehatan meliputi faktor permodalan, faktor kualitas aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas. Berdasarkan ketentuan tersebut maka akan diketahui kinerja keuangan perusahaan perbankan sehingga dapat ditentukan pertumbuhan laba perusahaan. Hapsari (2006) menguji Pengaruh Tingkat Kesehatan Perbankan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

13 Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000). Pertumbuhan Laba = Laba Bersih t LabaBersih LabaBersiht 1 t Saham Saham merupakan bukti penyertaan modal pada suatu perusahaan sehingga saham dapat diartikan sebagai bukti kepemilikan. Sebagai sebuah bukti kepemilikan maka bukti kepemilikan tersebut dapat diperjualbelikan. Lubis (2008) mengatakan bahwa secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau pemilikan sesorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menurut Anoraga (2001) saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu atau institusi dalam suatu perusahaan. Saham merupakan salah satu instrument surat berharga yang menarik menarik bagi investor karena adanya keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh antara lain: 1. Dividen merupakan bagian dari laba positif perusahaan yang dibagikan pada pemegang saham (emiten). 2. Capital Gain merupakan kelebihan atau keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya. 3. Manfaat lainnya yang bersifat non financial yaitu timbulnya rasa bangga atas kekuasaan yang diperoleh atas kepemilikan dalam suatu perusahaan.

14 Menurut Anoraga (2001) berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibagi tiga, yaitu: 1. Par Value (nilai nominal) Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. 2. Base Price (harga dasar) Harga perdana (untuk menentukan) nilai dasar dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. 3. Market Price (harga pasar) Harga pasar merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price). Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga pasar inilah yang menentukan naik atau turunnya suatu saham dan setiap hari harga saham diumumkan di media. Saham pada umumnya mempunyai tiga karakteristik utama yang membedakan dengan kesempatan investasi yang lain. Menurut Handaru et al., (Hanantyo, 2006) karakteristik yang membedakan tersebut adalah: 1. Saham tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap atau pasti, 2. Pemilik atau pemegang saham biasa akan memiliki hak untuk ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu.

15 Anoraga (2001) membedakan jenis saham antara lain saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden selama perseroan memperoleh laba secara positif. Pemilik saham biasa mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis saham saja, saham ini disebut saham biasa (common stock). Agar investor potensial tertarik, suatu perusahaan dapat mengeluarkan jenis lain dari saham yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden tertentu yang telah ditetapkan dan mendapatkan prioritas dibandingkan saham biasa pada saat perusahaan dilikuidasi. Akan tetapi pada umumnya, saham preferen tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa (Jogiyanto, 2003).