BAB I PENDAHULUAN. melalui investasi pada suatu perusahaan dinilai prospektif atau menguntungkan. Hal

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Investor bersedia menanamkan dananya jika investasi yang ditanamkan melalui investasi pada suatu perusahaan dinilai prospektif atau menguntungkan. Hal ini terkait dengan kepentingan yang selalu berharap untuk memperoleh return saham. Jika perusahaan berhasil menciptakan nilai yang diharapkan, maka keadaan ini akan menjadi pertimbangan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Ditinjau dari sisi pencapaian perusahaan, maka manajemen secara konseptual wajib untuk memaksimumkan nilai kekayaan pemegang saham. Dalam hal ini, peran manajer menjadi semakin penting terutama untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (shareholder wealth) dengan cara mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien dan efektif. Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai sahamnya dapat dinilai dari kinerja operasionalnya yang tercermin pada laporan keuangan. Hasil analisis terhadap laporan keuangan, dapat menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan pemberikan keuntungan kepada pemegang saham. Dengan demikian, hal ini memperlihatkan bahwa tercapai atau tidak tercapainya tujuan suatu perusahaan untuk memaksimalkan nilai sahamnya sangat ditentukan kinerja perusahaan tersebut (Jogiyanto, 2005). 1

2 Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, dapat dilakukan melalui analisis rasio keuangan. Beberapa cara pengukuran keuangan sudah tersedia saat ini. Dari pendekatan konvensional seperti likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas (Harianto dan Sudomo, 2001), sampai dengan pendekatan relatif baru atau kontemporer misalnya menggunakan metode Economic Value Added atau EVA. Metode EVA diperkenalkan oleh Stern Steward Management Service, salah satu perusahaan konsultan di Amerika (Utama, 1997). Metode ini pada hakekatnya merupakan pergeseran dari konsep residual income yang sebenarnya serupa dengan residual income yang digunakan General Electric pada tahun EVA sebagai sebuah metode pengukuran kinerja keuangan kontemporer, mendapat sambutan positif dan berkembang pesat terutama di Amerika Serikat. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan besar di Amerika Serikat yang menggunakan pendekatan EVA untuk menilai kinerja keuangannya. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pendekatan EVA dalam mengukur kinerja keuangannya antara lain adalah Coca-cola, AT & T, Briggs- Stratton, DuPont, Eli Lilly, Quaker Oats, dan lain-lain., (Mirza, 1997). Coca-cola sebagai salah satu perusahaan yang awal menggunakan metode EVA, menunjukkan adanya peningkatan atas nilai/harga saham perusahaan tersebut dari $3 menjadi di atas $42 setelah menggunakan metode EVA. Penerapan pendekatan EVA pada perusahaan tersebut dinilai sukses sehingga memunculkan anggapan bahwa metode EVA merupakan salah satu metode baru yang sangat efektif khususnya dalam menilai kinerja investasi suatu perusahaan (Mirza, 1997). 2

3 Sambutan positif perusahaan-perusahaan besar terhadap metode EVA terutama di Amerika karena melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki metode tersebut di antaranya: (1) memperhitungkan biaya modal (Cost of Capital, COC) atas ekuitas yang dilakukan pendekatan metode rasio, (2) sebagai penilai kinerja keuangan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), dan (3) dapat mengindikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal (Utama, 1999). Kelebihan EVA, sebagai sebuah metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan, berfokus pada peningkatan kekayaan pemegang saham atau pemilik perusahaan. Dood dan Chen (1997 dalam Mirza, 1997) mendefinisikan EVA sebagai selisih antara laba bersih operasi setelah pajak (Net Operating Income After Taxes) dengan biaya modal yang digunakan perusahaan. Dengan EVA, penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat lebih akurat, karena EVA memperhitungkan biaya modal dengan cara mengurangkan laba operasi bersih setelah pajak atau Net Operating Income After Taxes (NOPAT) dengan biaya modal (Warsono, 2003). Alhasil Steward (dalam Utama, 1997) mengklaim bahwa EVA merupakan ukuran kinerja keuangan periodik terbaik untuk sementara ini. Di samping itu, EVA merupakan ukuran kinerja finansial yang lebih akurat dibanding ukuran lain dalam menghitung economic profit riil dari perusahaan. Dengan kata lain Steward merasa yakin bahwa EVA merupakan pengukuran kinerja terbaik dalam penciptaan kekayaan pemegang saham berdasarkan basis kontemporer dibandingkan dengan pengukuran konvensional seperti ROE, ROA, ROI dan lain-lain. 3

4 Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat kompensasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya modal. Itu berarti bahwa manajemen mampu menciptakan peningkatan nilai kekayaan pemilik modal. Sebaliknya, EVA negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan. Semakin positif EVA perusahaan maka semakin bagus pula kinerja keuangan perusahaan. Jika dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional seperti ROE dan ROA maka dapat dikatakan bahwa hasil yang baik menurut pengukuran kedua rasio tersebut belum tentu menghasilkan nilai EVA positif. Dengan kata lain, laba perusahaan yang dihasilkan melalui perhitungan ROA dan ROE belum tentu dapat menutup tingkat biaya modal dari investor. Jika demikian maka hasil yang diperoleh dengan menggunakan rasio ini tidak memberikan informasi yang akurat. Melihat kelebihan metode EVA dibandingkan metode rasio yang sudah umum digunakan seperti ROE dan ROA, maka dapat dikatakan bahwa EVA dapat menjadi sumber informasi keuangan alternatif atau tambahan yang dapat membantu para investor di pasar modal dan pihak-pihak terkait dalam mengambil keputusan berinvestasi. EVA yang memperhitungkan biaya modal lebih dapat dipercayai dibandingkan dengan metode rasio yang mengabaikan biaya modal. Akan tetapi, anggapan atau pandangan semacam ini masih menimbulkan perdebatan. Di samping mengunggulkan kelebihan metode EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan metode rasio (ROE, ROA, ROI dan lain-lain), juga terdapat pendapat yang menolaknya. Hal itu didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap efektivitas EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. 4

5 Dengan semakin pesatnya perkembangan kapitalisasi pasar emiten yang terjun di pasar modal, maka tuntutan akan terciptanya good corporate governance semakin diperlukan. Salah satu manifestasi dari iklim tersebut adalah adanya transparansi informasi, misalnya dalam bentuk laporan keuangan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pada hakikatnya para investor atau calon investor menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi utama dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Atas dasar informasi yang terkandung pada laporan keuangan mereka (para investor atau calon investor ) akan mendapatkan gambaran tentang kinerja, prospek, resiko dan expected return dari investasi yang ditanamkan. Pentingnya peranan laporan keuangan sebagai sumber informasi dalam menilai kondisi perusahaan, mendorong peneliti untuk melakukan kajian atau studi bagaimana memanfaatkan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Survey yang dilakukan oleh Manufacture s Allience (Kapital, 2002) mengemukakan bahwa Economic Value Added (EVA ) adalah standar ukuran kinerja perusahaan yang paling banyak digunakan oleh perusahaan perusahaan di Amerika Serikat. Dari sejumlah responden yang merupakan eksekutif senior perusahaan negara tersebut, percaya bahwa alat ukur kinerja keuangan menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Pendekatan pengukuran kinerja keuangan kontemporer itu mendorong para manajer untuk berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham, dengan memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. 5

6 Tidak seperti ukuran kinerja dengan pendekatan konvensional semacam ROA, ROE atau ROI, Economic Value Added atau EVA berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan dengan memasukkan perhitungan peningkatan biaya modal atas investasi yang dilakukan, sejak biaya modal menunjukkan tingkat resiko perusahaan (Warsono, 2003). EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya atas ekuitas dan mengakui bahwa karena lebih tingginya resiko yang dihadapi pemilik ekuitas, besarnya tingkat biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi daripada tingkat biaya modal atas hutang. Kenyataan ini sering diabaikan oleh banyak perusahaan dewasa ini. karenanya banyak yang menganggap bahwa dana ekuitas yang diperoleh dari pasar modal adalah dana murah yang tidak perlu dikompensasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Penggunaan EVA secara eksplisit memasukkan biaya modal atas ekuitas akan mengubah pandangan ini dan memaksa perusahaan- perusahaan untuk selalu berhati-hati dalam menentukan struktur modalnya. Menariknya fenomena kandungan informasi yang ditunjukkan EVA dan superioritasnya sebagai pengukur kinerja keuangan dibanding pengukur kinerja keuangan konvensional, memotivasi peneliti untuk menggunakan metode EVA mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Penelitian ini meneropong kinerja keuangan perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, sebagai subyek penelitian, didasarkan pertimbangan bahwa perusahaan ini telah go public, dimana sahamsahamnya telah dijual di pasar modal sehingga eksisistensinya sebagai pemain di pasar modal layak diperhitungkan investor maupun calon investor. Disamping itu, 6

7 laporan keuangan yang dipublikasikan telah melewati suatu rangkaian audit yang dapat dipercaya masyarakat Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah di masa yang akan datang metode EVA dapat menggantikan (menyempurnakan) penilaian-penilaian kinerja keuangan yang telah lazim digunakan selama ini? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara penilaian kinerja keuangan pendekatan EVA dengan metode konvensional, seperti ROI dan ROE. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang resprentatif karena meneropong aspek kinerja keuangan perusahaan dengan berbagai konsep Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA), Return on Asset (ROI) dan Return on Equity (ROE) 2. Membandingkan hasil pengukuran keuangan perusahaan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA), dengan pendekatan konvensional yang selama ini digunakan perusahaan, seperti Return on Asset (ROI) atau Return on Equity (ROE). 7

8 1.4. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan diperoleh manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya : 1. Memberikan gambaran bagi para calon investor, investor maupun manajemen perusahaan mengenai kinerja keuangan perusahaan. 2. Sebagai bahan masukan kepada para calon investor, investor maupun manajemen perusahaan mengenai hasil pengukuran kinerja perusahaan dengan berbagai metode atau pendekatan (EVA, ROI dan ROE) dalam pengambilan berbagai keputusan. 3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang mengangkat kasus serupa dalam penelitiannya Pembatasan Masalah Agar tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan pembahasan. 1. Objek penelitian adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., 2. Periode pengukuran kinerja keuangan bagi obyek perusahaan yang diteliti adalah 3 tahun, yaitu tahun 2004, 2005 dan Alasan penentuan periode tersebut menjadi sasaran penelitian karena periode tersebut merupakan periode terakhir dari data yang tersedia. 3. Pengukuran kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., sepenuhnya berdasarkan data laporan keuangan yang telah dipublikasikan kepada masyarakat. 4. Pembahasan kinerja keuangan perusahaan, terbatas pada analisis secara kuantitatif. 8