Pengaruh Hormon Kinetin Terhadap Pertumbuhan Kalus Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Melalui Kultur In Vitro

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

STERILISASI DAN INDUKSI KALUS Aglaonema sp PADA MEDIUM MS DENGAN KOMBINASI 2,4-D DAN KINETIN SECARA IN VITRO SKRIPSI

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

PENGARUH PEMBERIAN ZPT 2,4 D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN METABOLIT KALUS KEDELAI PADA PROSES HYPOXYDA SKRIPSI OLEH:

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan 2. 2 Prosedur Penelitian Persiapan Eksplan

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

INDUKSI KALUS DAN INISIASI TUNAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL PALU

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

2012 FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Biosaintifika 4 (1) (2012) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.)

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN 2,4 D UNTUK INISIASI KALUS JARINGAN NUCELLUS Mangifera odorata Griff. MELALUI BUDIDAYA JARINGAN

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

SKRIPSI RESPON KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.) TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN BAP SECARA IN VITRO. Oleh Dian Rahmawati H

Sigti Fatimah Syahid dan Ika #ariska2) ABSTRACT

tekanan 17,5 psi. Setelah itu, media disimpan selama 3 hari pada suhu ruangan, untuk memastikan ada tidaknya kontaminasi pada media tersebut.

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP REGENERASIBAWANG PUTIH (Allium sativum L) SECARA KULTUR JARINGAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

KAJIAN INDUKSI KALUS RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii UNTUK PRODUKSI EMBRIO SOMATIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Transkripsi:

Jurnal Vokasi 2011, Vol.7. No.2 192-197 Pengaruh Hormon Kinetin Terhadap Pertumbuhan Kalus Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Melalui Kultur In Vitro SRI WAHIDAH Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Abstract: This study aims to determine the influence of kinetin on growth hormon explant seaweed K. alvarezii in vitro culture. Terjemahan Bahasa Indonesia ke Inggris. The result is expected to be one of information about the use of hormone kinetin in supporting efforts to increase the success of in vitro culture techniques K. alvarezii. This research was conducted in February to June 2010 in Tissue Culture Laboratory, Department of Fisheries, Agriculture Polytechnic State Pangkep. Technical implementation of the induction of callus. Data were analyzed using analysis of variance and followed by Tukey test, to determine the closeness of the relationship as a response to the treatment of the observed parameters by using regression techniques correlation. The results of this study indicate that the concentration C (Conway 2 ppm + 0.8% BA + kinetin 0.6 ppm) and D (Conway 2 ppm + 0.8% BA + kinetin 0.8 ppm) have the same potency in inducing the formation of callus, and induced faster than the concentration of B (Conway 2 ppm + 0.4% BA + kinetin 0.4 ppm). The lower the percentage of explants induced by the increased concentration of kinetin hormon. Key words: kinetin, callus seaweed K. alvarezii, in vitro Indonesia memiliki area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 1.110.900 ha, akan tetapi pengembangan budidaya rumput laut saat ini hanya memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha yaitu 20% dari luas potensial (Poernomo, 2008). Disisi lain, Indonesia saat ini menghadapi masalah dalam upaya pengembangan usaha budidaya rumput laut jenis K. alvarezii akibat pengaruh perubahan iklim secara global (global warming). Bibit yang ditanam petani mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas sehingga sangat rentan terhadap serangan penyakit. Masalah ini menyebabkan produksi rumput laut hasil budidaya sulit ditingkatkan bahkan cenderung mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir ini (Poernomo, 2008). Untuk mempertahankan produksi rumput laut nasional perlu dilakukan upaya-upaya antisipasi dini dari penggunaan bibit hasil budidaya secara terus menerus (berulang-ulang).

193 Pengaruh Hormon Kinetin Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penurunan kualitas bibit K. alavarezii di masa mendatang adalah melalui kultur in vitro. Faktor-faktor yang berperan penting, yaitu metode kultur in vitro adalah ketersediaan gen-gen baru, media kultur in vitro, hormon dan sistem regenerasi tanaman yang spesifik (Supena, 2008). Kinetin adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam memacu pembelahan sel pada kultur in vitro (More, 1979 dalam Dewi, 2008). Selanjutnya Gardner, et al (1991 dalam Aslamyah 2002) menyatakan bahwa auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang kritis sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, perlu diteliti macam dan konsentrasinya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas pentingnya peran ketersediaan bibit yang berkualitas dalam pengembangan usaha budidaya K. alvarezii di masa mendatang dan penggunaan hormon kinetin maka perlu dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan kalus K. alvarezii melalui pemanfaatan hormon kinetin. METODE Penelitian diawali dengan tahap persiapan eksplan yaitu rumput laut (K. alvarezii) dikumpulkan dari kebun petani di Kabupaten Pangkep, selanjutnya rumput laut dibawa ke laboratorium Kultur Jaringan dalam wadah ditutup kain basah dengan air laut steril. Setiba di laboratorium, talli dipotong-potong sepanjang 2-3 cm dan selanjutnya ditampung pada botol berisi air laut steril volume 200 ml sebanyak 10 eksplan. Eksplan tersebut direhabilitasi dengan membilas betadin solution 1% kemudian dicuci air laut steril dan diulangi sampai 3 kali. Selanjutnya sterilisasi eksplan dengan membilas antibiotic mix (streptomycin, terramicin dan ripanpicin dan penicillin) kemudian dicuci air laut steril ulangi sampai 3 kali. Penelitian ini diawali dengan tahap kegiatan yaitu induksi kalus, proses pembelahan sel dipacu dengan menginduksi dengan menggunakan hormon kinetin dengan tahapan sebagai berikut: 1) Eksplan setebal 2 3 cm ditanam pada setiap media kultur (perlakuan) sebanyak 5 eksplan per botol dengan volume 20 ml medium Conway (komposisi lampiran 1) yang ditambahkan agar 0,8% dan

Jumlah Eksplan Terinduksi (%) Sri Wahidah 194 konsentrasi hormon kinetin (0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0 ppm); 2) Setelah inokulasi botol kultur ditutup dengan kain kasa, biakan dipelihara dalam ruang kultur bersuhu 25 0 C, intensitas cahaya 1500 lux dan lama penyinaran 12 jam terang dan 12 jam gelap. Pergantian media kultur dilakukan setiap 7 hari dengan media baru yang sama dan lama pemeliharaan lima minggu atau sampai kalus stabil; dan 3) Pengamatan di lakukan untuk melihat perkembangan kalus terbentuk mulai dari umur 3 minggu setelah induksi. Untuk melihat efisiensi induksi dihitung presentase jumlah eksplan yang terinduksi. HASIL Hasil perhitungan persentase eksplan yang terinduksi yang didapatkan dalam penelitian ini berkisar antara 0 100%. Persentase eksplan tertinggi yang terinduksi didapatkan pada media semi-solid dengan penambahan hormon kinetin 0,4 ppm, berturut-turut pada perlakuan 0,6 dan 0,8 ppm sedangkan terendah pada control dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Hormon Kinetin Terhadap Eksplan Terinduksi (%) 100 80 60 y = 9,272-397.7x 2 + 313,4x R 2 = 0.743 40 20 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 Konsentrasi Hormon Kinetin (ppm) Gambar 2. Hubungan Antara Konsentrasi Hormon Kinetin Dan Jumlah Eksplan Terinduksi (%)

195 Pengaruh Hormon Kinetin PEMBAHASAN Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan hormon kinetin ke dalam media semi solid memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah eksplan terinduksi. Selanjutnya hasil uji lanjut Tukey (Lampiran 5) menunjukkan perlakuan konsentrasi 0,4 ppm memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan semua perlakuan. Demikian pula halnya antara konsentrasi 0,6 ppm berbeda nyata dengan 0,4 dan 1,0 ppm akan tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol dan 0,8 ppm. Gambar 1. menunjukkan bahwa persentase eksplan yang terinduksi semakin rendah (menurun) seiring dengan peningkatan konsentrasi hormon kinetin. Hal ini berarti dengan peningkatan konsentrasi hormon kinetin dari golongan sitokinin akan memberikan pengaruh negatif terhadap proses fisiologis rumput laut K. alvarezii terutama pada proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Demikian pula halnya dengan kontrol atau tanpa penambahan hormon jumlah eksplan yang terinduksi juga sangat rendah. Tingginya persentase kalus yang terinduksi pada perlakuan penambahan hormon kinetin dalam media semi solid karena pengaruh bakto agar yang dapat mengoptimalkan penyerapan zat tumbuh seperti kinetin. Menurut Yaseen dalam Priadi at al., (2007) mengemukakan bahwa bahan bakto agar dalam media semi solid dapat mengikat air dan menyerap senyawa dari media sehingga dapat mengurangi penyerapan zat tumbuh yang berlebih yang dapat menimbulkan kerusakan sel tumbuhan. Penambahan hormon kinetin pada konsentrasi 0,4 ppm memberikan rangsangan pembentukan kalus yang baik pada jaringan maristematis tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa dengan sejumlah kecil molekul hormon kinetin dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Menurut Wattimena (1992), zat pengatur tumbuh dari golongan kinetin berperan antara lain dalam pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas.

Sri Wahidah 196 Peningkatan konsentrasi hormon kinetin menjadi 0,6 1,0 ppm memberikan pengaruh negatif terhadap induksi kalus. Hal ini disebabkan karena pembesaran sel berlangsung cepat sehingga ukuran sel menjadi besar menyebabkan tekanan turgor sehingga permeabilitas terganggu, sel akan mengalami kerusakan. Pernyataan ini didukung oleh More (1979 dalam Dewi, 2008), yang mengatakan bahwa hormon kinetin dapat mempengaruhi proses perkembangan tanaman pada konsentrasi rendah, pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan. Jaringan tumbuh pada umumnya terbentuk karena adanya aktifitas pembelahan sel. Satu sel mengalami proses pembelahan terus-menerus, dari satu sel kemudian menjadi dua sel anakan,demikian seterusnya peristiwa tersebut berulang-ulang. Dari proses tersebut didapatkan sekumpulan sel yang terus membelah yang disebut kallus. Sel-sel ini apabila kemudian mengalami proses morfogenesis (perubahan bentuk) dan proses deferensiasi (perubahan bentuk dan fungsi) maka terbentuklah jaringan George dan Sherrington (1984) dalam Aslamyah (2002) menyebutkan bahwa sitokinin adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. Hal ini didukung oleh pernyataan Wattimena (1992) bahwa sitokinin menyebabkan peningkatan pembelahan sel. Hubungan antara konsentrasi hormon kinetin dengan jumlah eksplan yang terinduksi berpola kuadratik dengan persamaan Y = 9,272-397.7x 2 + 313,4x (R 2 =0,74). Nilai r dari persamaan tersebut mendekati +1, hal ini menunjukkan bahwa persamaan hubungan antar konsentrasi hormon kinetin dan jumlah eksplan terinduksi memperlihatkan korelasi positif yang sangat kuat. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diprediksi bahwa banyaknya eksplan terinduksi 71% dengan konsentrasi optimum kinetin adalah 0,39 ppm. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian hormon kinetin dengan konsentrasi 0,4 ppm dapat meningkatkan

197 Pengaruh Hormon Kinetin persentase jumlah eksplan yang terinduksi. Perlu pengkajian lebih mendalam mengenai peranan hormon kinetin dalam memacu pertumbuhan K. Alvarezii dengan menganalisis aktivitas hormon tumbuh di dalam sel. Saran Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah penurunan kualitas bibit K. alavarezii di masa mendatang adalah melalui kultur in vitro melalui pemanfaatan hormon kinetin. DAFTAR PUSTAKA Aslamyah. S. (2002). Peranan Hormon Tumbuh Dalam Memacu Algae. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Dewi. I. R. (2008). Makalah Peranan Dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian. Bandung: Universitas Padjadjaran. Poernomo. (2008). DKP Dorong Rumput Laut Sebagai Sumber Pangan dan Energi. http://mukhtar- api.blogspot.com/2008/10/dkp-dorong-rumput-lautsebagai-sumber.html. 6 Januari 2008. Priadi. D. Fitriani. H dan Sudarmonowati. E. (2007). Pertumbuhan In Vitro Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada Berbagai Pemadat Alternatif Pengganti Agar. Cibinong-Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Wattimena G. A.G, Livy.. A. M. Nurhayati., S. Endang., Ni M. A., dan E. Andri. (1992). Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.