III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993 dalam Djijono, 2002). Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah bahan mentah dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994 dalam Djijono, 2002 ). 3.1.2. Konsep Contingen Valuation Method Garrod and Kennet (1999) menyatakan Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna. Dalam menilai dan mengukur barang dan jasa lingkungan terdapat dua pendekatan yaitu revealed preference approach dan stated preference approach. Metode valuasi kontingensi (CVM) termasuk pendekatan stated preference approach. Menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung ke 15
individu/masyarakat sejauh mana masyarakat mau membayar untuk perubahan kualitas lingkungan. CVM adalah metode tekhnik survey untuk menayakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka belikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak yang diterapkan. Tujuan CVM yaitu untuk menghitung nilai (harga) atau penawaran yang mendekati keadaan yang sebenarnya jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Asumsi yang digunakan dalam CVM yaitu individu yang terlibat dalam menilai lingkunganya memahami benar tentang kondisi lingkunganya, dapat memahami dan menentukan pilihan yang ada dengan tepat. Jawaban yang diberikan individu haruslah benar-benar apa yang akan dilakukannya seandainya kondisi lingkungan yang diharapkan benar-benar terjadi. 3.1.2.1. Keunggulan dan Kelemahan CVM Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM yaitu : 1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata dipasar saja. 2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu sering kali menjadi hanya satu-satunya tekhnik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan berbagai konteks kebijakan lingkungan. 3. Dapat digunakan dalam berbagai macam penelitian barang-barang 16
lingkungan di sekitar masyarakat. 4. Dibandingkan dengan tekhnik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Seseorang yang menggunakan CVM mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung. 5. Kapasitas CVM dapat menduga ''nilai non pengguna'' (Non use value). 6. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara, sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan pengguna secara terpisah. Menurut Hanley dan Spash (1993), keterbatasan utama dari penggunaan CVM adalah timbulnya bias, yang terjadi jika dalam penggunaan CVM timbul nilai WTP/WTA yang lebih tinggi atau nilai WTP/WTA yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Bias tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Bias strategi (strategic bias), yaitu bias yang terjadi karena barang lingkungan memiliki sifat ''non-excludabillity'' dalam pemanfaatanya, sehingga akan mendorong terciptanya respoden yang bertindak sebagai ''free rider'' dan tidak jujur dalam memberikan informasi. 2. Bias Rancangan (design bias), yaitu mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. 17
3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwan responden (mental account bias), yang terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk barang lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error), terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden dalam pasar hipotesis membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilakan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. 2.1.3. Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan Pihak Pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum Perhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata andalan yang dapat dinikmati oleh pengunjung WWCN. Paket wisata tersebut diantaranya paket jogging track plus dan paket konservasi. 1. Paket Jogging track plus Kegiatan dalam paket jogging track plus dilakukan selama satu hari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan suasana rekreasi baru, tidak hanya itu pengunjung juga akan mendapatkan pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dalam kawasan hutan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam paket wisata ini adalah tracking menyusuri hutan sejauh dua kilometer, selama diperjalanan pengunjung akan dipandu oleh pemandu dan akan diberikan 18
penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di hutan. Kegiatan diakhiri dengan bermain atau mandi di air terjun. Manfaat dari paket wisata ini adalah selain kita dapat menikmati pemandangan hutan, kegiatan menyusuri hutan ini sangat menyehatkan karena kita dapat menghirup udara segar dan berolah raga serta dapat mengenal tentang fungsi dan manfaat sumber daya hutan untuk menuju ramah lingkungan. Fasilitas yang diperoleh dari paket wisata ini adalah tiket masuk kawasan, snack, makan siang, medis dan pemandu. 2. Paket Konservasi Kegiatan dalam paket ini dilakukan selama dua hari satu malam. Tujuan dari kegiatan paket ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai rasa kepedulian untuk membangun kelestarian alam. Kegiatan yang dilakukan dalam paket ini adalah berkemah, api unggun, penyampaian materi, hiking, dan menanam pohon. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah pengunjung dapat menganal fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan. Fasilitas yang dapat diperoleh dari peket ini adalah tiket masuk kawasan, tenda, makan empat kali, api unggun, bibit, lahan tanam, lampu penerangan, dan pemandu. Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Dari skenario di atas maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 19
Apakah Sauadara berminat terhadap paket-paket wisata yang ditawarkan? Bersediakah Saudara membayar sejumlah uang tertentu untuk paket wisata tersebut? Berapa nilai harga tiket maksimum yang masih dapat Saudara bayarkan? 3.1.4. Dasar Pemilihan Variabel Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebersediaan membayar serta besarnya nilai WTP terhadap paket wisata di WWCN diduga dipengaruhi oleh variabel-variebel sebagai berikut : 1. Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi analisis terkait dengan teori kebutuhan hidup manusia yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang pangan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi. Variabel tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 2. Biaya perjalanan Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan mencakup biaya sejak awal berangkat ke tempat wisata hingga kembali ke tempat semula. Biaya perjalanan diduga akan mempengaruhi secara negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung, semakin besar biaya 20
perjalanan maka nilai WTP yang diberikan akan semakin kecil, karena pengunjung akan merasa menambah terbebani dengan adanya tarif yang besar. 3. Usia Menurut Wahab (1992), umur dapat membuat individu melakukan aktivitas rekreasi yang berbeda. Kebutuhan dan kegemaran rekreasi berbeda pada tingkatan usia. Individu dengan usia lebih muda atau remaja cenderung akan melakukan rekreasi yang lebih kepada olah raga. Anak-anak atau yang berusia dini cenderung lebih menyukai rekreasi permainan dan menuntut ilmu. 4. Lamanya pendidikan yang di tempuh Tingkat pendidikan menunjukan lamanya pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka, pemikiran wawasan serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penilaian orang tersebut terhadap masalah ekologi dan konservasi. Tingkat pendidikan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 5. Waktu yang dihabiskan di lokasi Berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas yang lengkap yang disediakan oleh pengelola wisata akan membuat para pengujung merasa nyaman dan betah berlama-lama dilokasi tersebut, sehingga dapat mempengaruhi persepsi terhadap tempat wisata tersebut. Waktu yang dihabiskan dilokasi akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP. Semakin lama orang 21
tersebut berada dilokasi maka nilai WTP yang diberikan semakin besar. 6. Jumlah Tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan berkaitan dengan banyaknya pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh keluarga tersebut. Semakin banyak jumlah keluarga maka semakin meningkat pengeluaran keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP. 2.1.2. Kerangka Operasional Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu tempat wisata di Kabupaten Bogor yang banyak diminati oleh pengunjung yang berasal dari Bogor maupun luar Bogor. Keindahan alam serta terdapatnya tiga curug yang indah menjadikan daya tarik WWCN untuk dijadikan alternatif tempat berwisata. Keberadaan tempat wisata tentu memiliki nilai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh pengunjung maupun pihak pengelola wisata. Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN mengalami penurunan, untuk itu Perum Perhutani selaku pengelola berencana untuk mengembangkan pengelolaan wisata agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada semaksimal mungkin. Rencana Perum Perhutani dalam pengembangan pengelolaan WWCN yaitu dengan membuat paket-paket wisata. Dimana dengan adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung serta meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke WWCN. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai Willingness to pay (WTP) 22
pengunjung dalam menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata yang ditawarkan. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta besarnya nilai WTP pengunjung. Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1. Penurunan jumlah pengunjung Wana Wisata Rencana pengelolaan pengembangan WWCN dengan membuat paket-paket wisata Paket Konservasi Paket Jogging Track Plus Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP pengunjung Estimasi Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk paket Wisata yang ditawarkan. Regresi Logit dan Linear Berganda CVM Alokasi Sumberdaya Optimal dalam Rangka meningkatkan Jumlah Pengungjung Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional. 23
3.3. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang akan ditetapkan oleh pihak pengelola yakni Perum Perhutani. 2. Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata diduga dipengaruhi secara positif oleh variabel usia, jenis kelamin, lamanya pendidikan yang di tempuh, tingkat pendapatan, dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Variabel biaya perjalanan dan frekuensi kunjungan akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar pengunjung. 3. Besarnya nilai WTP pengunjung diduga dipengaruhi positif oleh variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, waktu yang dihabiskan di lokasi dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan dan jumlah tanggungan diduga akan berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. 24