BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Kimia Fisik-Analitik Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK KITOSAN TERHADAP VIABILITAS KULTUR GALUR SEL HSC-4 DAN A549 SECARA IN VITRO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. obat-obatan kimia. Khasiat obat tradisional pada umumnya dipercaya

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ekstraksi Kolagen Kulit Ikan Lele Sangkuriang. Langkah awal dalam proses ekstraksi kolagen dari kulit ikan Lele

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT DARI TULANG SOTONG (Sepia sp.)-kitosan UNTUK KANDIDAT APLIKASI BONE FILLER SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Upaya Meningkatkan Kuat Tekan Komposit Ha-Kitosan Sebagai Kandidat Aplikasi Implan Tulang Kortikal.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

BAB V HASIL PENELITIAN

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. material tunggal atau komposit. Suatu bentuk material komposit dapat

BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX)

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari

PENGARUH PEMBERIAN SILIKA AMORF LIMBAH SEKAM PADI (Oryza sativa) TERHADAP PROLIFERASI OSTEOBLAS SECARA IN VITRO SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT HIDROKSIAPATIT DARI TULANG IKAN LAMURU (Sardilnella Longiceps)-KITOSAN SEBAGAI BONE FILLER

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

SINTESIS KOMPOSIT KOLAGEN-HIDROKSIAPATIT SEBAGAI KANDIDAT BONE GRAFT

Sintesis dan Karakterisasi Komposit Hidroksiapatit dari Tulang Sotong (Sepia sp.)-kitosan untuk Kandidat Aplikasi Bone Filler

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

ABSTRACT. Tjok Agung Y. Vidyaputra. KEYWORDS: VEGF, Calcium Sulfate, bone defects, osteoblast, type I collagen, bone recycling, liquid nitrogen

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

SKRIPSI. UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix) PADA SEL HeLa CERVICAL CANCER CELL LINE

EFEK SITOTOKSIK DAN PENGHAMBATAN KINETIKA PROLIFERASI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOLIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL HeLa

Sintesis dan Karakterisasi Komposit Hidroksiapatit dari Tulang Sotong (Sepia sp.)-kitosan untuk Kandidat Aplikasi Bone Filler

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan analisis efek pemberian tiga jenis pasta hasil yang diproduksi oleh BATAN, yaitu pasta Injectable Bone Xenograft (IBX) yang menggunakan tulang bovine, pasta Injectable Hydroxyapatite Chitosan (IHA-C), dan pasta Injectable Hydroxyapatite (IHA) terhadap viabilitas osteoblas cell line karena analisa sitotoksisitas suatu biomaterial merupakan penelitian awal yang penting. 25 Penelitian ini menggunakan osteoblas MG 63 yang merupakan prototype dari sel osteoblas manusia dan telah banyak digunakan dalam pengujian biomaterial. 26,27 Efek toksik pasta graft tulang IBX, IHA-C, dan IHA terhadap osteoblas cell line ditentukan berdasarkan viabilitas sel yang diukur dengan metode 3-(4,5- dimethylthiazol-2-yl)-2-5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) assay. MTT assay dipilih karena pengukurannya akurat dan sensitif, alat ukur yang digunakan adalah alat spektofotometer yang dapat mendeteksi perubahan metabolismesel secara jelas, peralatan yang digunakan biasa tersedia di laboratorium, menghemat waktu, dan tenaga. 28 Dalam assay ini, jika viabilitas osteoblas cell line terjaga maka cairan kuning MTT akan berubah menjadi ungu, hal ini tampak pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasta-pasta graft tulang (Gambar 5.1). A B Gambar 5.1 Perubahan Warna Kelompok Kontrol dan Perlakuan Menjadi Ungu Setelah Pemberian MTT Pada. 96-Wells Plate. Gambar A: Warna Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Diberi MTT. Gambar B: Warna Kedua Kelompok Setelah Diberi MTT. 27

28 Setelah pemberian cairan MTT, lakukan pembacaan dengan microplate reader dengan panjang gelombang 490 nm. Kemudian hasil pembacaan microplate reader yang berupa nilai absorbansi (OD) dinyatakan dalam persentase terhadap kelompok kontrol sebagai viabilitas osteoblas cell line dengan menggunakan rumus dari In vitro Technologies sebagai berikut: Viabilitas Sel = Nilai absorbansi kelompok Perlakuan (% dari Kontrol) Nilai absorbansi kelompok Kontrol Jika persentase viabilitas sel lebih kecil dari 100%, maka material yang dipaparkan pada sel tersebut dikatakan bersifat toksik. Hasil pengujian MTT assay terhadap viabilitas osteoblas cell line tampak pada tabel 5.1 dan gambar 5.2. Tabel 5.1 Nilai Absorbansi dan Viabilitas Osteoblas Cell Line dengan MTT Assay n Rata-rata Absorbansi (OD)±SD Viabilitas Sel Osteoblas±SD Kontrol 24 2,068 ± 0,210091 100,00% ± 10,16% IBX 1% 8 2,139625 ± 0,13478 103,46% ± 6,52% IBX 0.5% 8 2,224 ± 0,103431 107,54% ± 5,00% IBX 0.25% 8 2,237625 ± 0,183054 108,20% ± 8,85% IHA-C 1% 8 2,1285 ± 0,169343 102,93% ±8,19% IHA-C 8 2,233375 ± 0,171602 108,00% ± 8,30% 0.5% IHA-C 8 2,316375 ± 0,087541 112,01% ± 4,23% 0.25% IHA 1% 8 2,2275 ± 0,231505 107,71% ± 11,95% IHA 0.5% 8 2,162375 ± 0,114293 104,56% ± 5,53 % IHA 0.25% 8 2,378625 ± 0,090404 115,02% ± 4.37 %

29 Perbedaan persentase nilai OD yang lebih jelas dari ketiga pasta dengan masing-masing konsentrasinya dapat dilihat pada gambar 5.2. Gambar 5.2 Efek Pemaparan Pasta Graft Tulang IBX, IHA-C, dan IHA Terhadap Viabilitas Osteoblas Cell Line. Sumbu X menunjukkan pasta graft tulang dengan konsentrasi dan kontrol, sedangkan sumbu Y menunjukkan nilai OD yang dinyatakan dalam persentase Dari data pada gambar 5.2 dapat dilihat bahwa ketiga pasta dengan konsentrasi berbeda menunjukkan persentase viabilitas sel diatas seratus persen. Diantara ketiga pasta graft tulang tersebut, persentase viabilitas sel pasta IHA pada konsentrasi 0,25% tampak paling tinggi dibandingkan dengan pasta IBX dan IHA-C pada semua konsentrasi. Hal ini telah dibuktikan secara statistik bahwa pasta IHA

30 dengan konsentrasi 0,25% (115,02% ± 4.37 % ) bermakna terhadap kontrol (100,00% ± 10,16% ), (p<0,05). Pada kelompok pasta IBX, persentase viabilitas sel terhadap kontrol yang tertinggi tampak pada konsentrasi pasta sebesar 0,25% (108,20% ± 8,85%) dan secara statistik perbedaan tersebut bermakna. Begitu pula pada kelompok IBX dengan konsentrasi 0,5% persentasenya untuk mempertahankan viabilitas sel osteoblas lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (107,54% ± 5,00%) dan secara statistik perbedaan tersebut juga bermakna. Namun, pada kelompok pasta IBX dengan konsentrasi 1 % meskipun persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (103,46% ± 6,52%), perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna. Pada kelompok pasta IHA-C, persentase viabilitas sel osteoblas terhadap kontrol yang tertinggi, ditemukan pada konsentrasi pasta sebesar 0,25% (112,01% ± 4,23%) dan perbedaan ini bermakna secara statistik. Seperti pada kelompok pasta IBX, perbedaan persentase pasta IHA-C 0,5 % (108,00% ± 8,30%) terhadap kontrol bermakna secara statistik sedangkan pasta IHA-C 1 % (102,93% ±8,19%) perbedaannya te2rhadap kontrol tidak bermakna. Pada kelompok pasta IHA, persentase viabilitas sel osteoblas terhadap kontrol tertinggi ditemukan pada kelompok yang dipaparkan dengan pasta graft 0,25% (115,02% ± 4.37 %) dan perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Kelompok dengan perlakuan pasta IHA 1% (107,71% ± 11,95%) dan perlakuan pasta IHA 0,5% (104,56% ± 5,53 %) juga ditemukan lebih tinggi dalam menginduksi proliferasi sel osteoblas dibandingkan dengan kontrol. Namun, secara statistik perbedaan bermakna hanya ditemukan pada kelompok yang diberi perlakuan IHA 1%. Setelah mendapatkan data pasta-pasta yang bermakna terhadap kontrol dari masing-masing kelompok perlakuan, maka pasta-pasta tersebut (IBX 0,5% & 0,25%, IHA-C 0,5% &0,25%, serta IHA 1% & 0,25%) dibandingkan kembali untuk melihat kemaknaan diantaranya. Ternyata pasta-pasta tersebut secara statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan pasta-pasta tersebut dalam menjaga viabilitas sel tidak berbeda jauh. Jika dilihat dari data secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa pasta IHA 1% dan 0,25 % menyebabkan nilai

31 persentase viabilitas osteoblas yang lebih tinggi dibandingkan pasta IHA-C dan IBX 1% dan 0,25%. Sedangkan pasta IHA-C 0,5 % dan 0,25 % lebih tinggi dibandingkan dengan pasta IBX 0,5% dan 0,25%. Viabilitas kelompok perlakuan yang diberikan pasta dengan bahan hidroksiapatit (IHA dan IHA-C) telah terbukti tidak toksik dan meningkatkan proliferasi sel. Hasil ini sesuai dengan kesimpulan penelitian yang dilaporkan oleh Kasaj, et al. (2008) yang juga menemukan bahwa bahan hidroksiapatit meningkatkan proliferasi sel. Namun, dalam penelitian tersebut Kasaj, et al menggunakan pasta nano hidroksiapatit pada sel PDL. Selain itu, mereka juga menggunakan pasta nano hidroksiapatit, yang strukturnya lebih menyerupai tulang alami. HA dengan struktur nano lebih dapat meningkatkan proliferasi sel karena struktur nano berdampak pada penambahan luas scaffold proses regenerasi tulang. 29 Penambahan kitosan dalam hidroksiapatit sebagai biomaterial pengganti tulang diharapkan dapat meningkatkan sifat biokompatibilitas pasta berbahan hidroksiapatit. Pernyataan ini terdapat pada beberapa penelitian, seperti penelitian oleh Risbud, et al (2001 dan 2002), Nettles (2001) yang melaporkan bahwa kitosan mendukung pertumbuhan sel dan memberikan hasil yang baik dalam aplikasi pada bidang tissue engineering. 30,31,32 Dalam penelitian ini tampak bahwa persentase viabilitas sel yang diberikan perlakuan pasta IHA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan pasta IHA-C. Data ini kemungkinan dapat dihubungkan dengan derajat deasetilasi kitosan yang terkandung dalam pasta IHA-C. Pada umumnya derajat deasetilasi yang terdapat pada kitosan adalah 70 90%. Lahiji, et al (2001) melaporkan bahwa terjadi peningkatan proliferasi normal sel osteoblas manusia pada saat dipaparkan dengan lapisan kitosan dengan derajat deasetilasi yang lebih besar dari 90%. Demikian pula menurut Muzarelli, et al (1994), kitosan dengan derajat deasetilasi yang lebih besar dari 99% dapat menginduksi proses regenerasi tulang melebihi pembentukan normal pada defek femur kambing. 33,34 Dalam penelitian, persentase viabilitas sel osteoblas yang diberi paparan pasta IBX yang lebih rendah dibandingkan dengan dua pasta lainnya. Fenomena ini kemungkinan karena kandungan pasta IBX yang terdiri atas bovine xenograft.

alkali. 37 Uji viabilitas sel pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga pasta graft 32 Xenograft yang diambil dari tulang bovine kehilangan sifat osteogenik dan osteoinduktifnya selama dilakukan pembersihan secara kimia untuk menghilangkan sifat antigenik dan mencegah terjadinya infeksi. 16,35 Selain itu, kemungkinan perbedaan ini juga dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan graft tulang, dimana ukuran partikel pasta IBX adalah 60 mesh sedangkan ukuran partikel hidroksiapatit yang digunakan dalam pasta IHA dan IHA-C adalah 100 mesh. Berdasarkan laporan Kasaj, et al semakin kecil ukuran partikel maka proses osteogenesis akan meningkat. 29 Selain itu, Bartee (2005) juga menyatakan bahwa sifat osteokonduksi suatu bahan graft tulang berkaitan dengan sifat struktural dan material graft (porositas, ukuran pori-pori, bentuk, dan ukuran partikel). 36 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rininta (on going references) dilaporkan pada sel osteoblas yang dipaparkan dengan pasta IBX menunjukkan tingkat fosfatase alkali yang tertinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan pasta IHA-C dan IHA. Pada penelitian ini pasta IBX menunjukkan persentase viabilitas sel yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan dua pasta lainnya. Hasil ini sesuai dengan laporan penelitian oleh Joss UE, et al (2006), yang menyatakan bahwa ekstrak tulang bovine yang diberikan pada sel mesenkim tikus dapat menginduksi diferensiasi sel osteoblas dengan meningkatkan aktivitas ALP dan menurunkan proliferasi sel. Dengan demikian, kemungkinan rendahnya angka persentase viabilitas sel kelompok pasta IBX dikarenakan oleh tingginya aktivitas fosfatase tulang yang diproduksi oleh BATAN, yaitu Injectable Bone Xenograft, Injectable Hydroxyapatite-Chitosan dan Injectable Hydroxyapatite tidak memiliki efek toksik, melainkan memiliki efek induksi proliferasi sel-sel osteoblas. Selain itu, terdapat perbedaan presentasi viabilitas sel terhadap kontrol pada masing-masing pasta berdasarkan konsentrasinya.