IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini telah berproduksi selama kurang lebih enam tahun yaitu semenjak tahun 2004, hal tersebut menyebabkan perusahaan ini telah memiliki pengalaman dalam pembudidayaan ayam petelur arab, memiliki pasar yang telah pasti, telah memiliki manajemen perusahaan dan CV. Trias Farm telah berhasil membuat anakan ayam yang memiliki kualitas yang baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2009. Waktu tersebut digunakan untuk pengambilan informasi dan data dari pihak CV. Trias Farm. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk menggambarkan proses produksi telur perusahaan CV.Trias Farm, data ini berasal dari perusahaan melalui kegiatan observasi langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer yang dikumpulkan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi perusahaan, ketenaga kerjaan, proses budidaya dan pemasaran hasil. Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menganalisis proses produksi telur perusahaan, diperoleh melalui data-data administrasi yang dimiliki oleh perusahaan CV.Trias Farm, dan didukung dengan literatur-literatur lainnya. Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh adalah data faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Data faktor-faktor produksi tersebut yaitu jumlah ayam petelur, pakan layer, tenaga kerja dan vaksinasi yang tercatat oleh perusahaan selama dua tahun yakni tahun 2008-2009. Sedangkan untuk menganalisis efisiensi faktor-faktor produksi data yang digunakan adalah data biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing faktor tersebut.
4.3 Metode Pengolahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berbentuk time series dari produksi telur ayam Buras, faktor-faktor produksi, biaya pembudidayaan dan harga yang dikeluarkan dalam proses produksi telur. Pengolahan data menggunakan program software Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007. Alat analisis digunakan untuk menganalisis data meliputi analisis kelayakan model fungsi produksi, analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan analisis efisiensi faktor-faktor produksi. Analisis-analisis tersebut dilakukan untuk menghitung nilai efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi perusahaan CV.Trias Farm. 4.3.1 Analisis Model Fungsi Produksi Linier Berganda Penelitan ini menggunakan fungsi produksi Linear Berganda. Fungsi Linear Berganda melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut variabel tak bebas (Y) dan yang lain disebut variabel bebas (X). Secara matematis fungsi produksi Linear Berganda ditulis sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + + b n X n. (7) Analisis fungsi produksi digunakan untuk melihat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Dalam analisis ini dilakukan analisis fungsi produksi dan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor produksi telur. Penggunaan regresi Linear Berganda disebabkan karena regresi ini memiliki kemudahan di dalam penganalisisannya. Tahap-tahap dalam menganalisis produksi adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi variabel bebas dan terikat Dalam mengidentifikasi variabel dilakukan dengan mendaftarkan faktorfaktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produksi telur. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ayam petelur, pakan layer, tenaga kerja dan vaksinasi. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel bebas yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu hasil produksi telur. 26
2. Analisis regresi Dalam menganalisis dengan regresi, pendekatan fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Linear Berganda, dimana model untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3+ b 4 X 4 Dimana : Y X 1 X 2 X 3 X 4 b 1,b 2,b 3,b 4 a = Hasil Produksi telur selama dua tahun (butir) = Jumlah ayam petelur (ekor) = Pakan Layer (kg) = Vaksinasi (ml) = Tenaga Kerja (HKP) = Besaran parameter = Konstanta/intersep, merupakan besaran parameter 3. Pengujian hipotesis Hubungan antara faktor-faktor produksi dan hasil produksi digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (MKT), karena itu, suatu model fungsi produksi terbaik harus memenuhi beberapa asumsi MKT antara lain tidak ada gejala multikolinearitas dan tidak ada autokorelasi. Pemenuhan asumsi MKT dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pengujian terhadap asumsi-asumsi tersebut, yakni : a) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel-variabel bebas satu dengan yang lainnya di dalam fungsi produksi. Suatu model yang baik adalah jika tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas. Adanya gelaja multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Faktor). Nilai VIF dapat diperoleh melalui persamaan :... (8) Keterangan : R 2 = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke j dengan variabel bebas lainnya. 27
Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 menunjukan adanya gejala multikolinearitas variabel tersebut. b) Uji Autokorelasi Suatu model dikatakan baik apabila tidak terdapat autokorelasi diantara disturbance termnya (cov (ei,ej) = 0, i j).pengujian terhadap ada atau tidaknya autokorelasi dalam model pengujiannya sebagai berikut : Hipotesa : H o = tidak terjadi korelasi H 1 = terjadi korelasi Kriteria uji : Tolak H 0 jika : d<dl atau d>4-dl Terima H 1 jika : du <d<4-du Tidak ada keputusan : dl<d<du atau 4-du<d<4-dl Pada output komputer dapat dilihat apabila nilai Durbin-watson (DW) mendekati dua maka tidak terjadi masalah korelasi. Apabila pengujian terhadap asumsi MKT terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap statistika. Pengujian secara statistika dibedakan menjadi dua antara lain : a) Pengujian terhadap keseluruh parameter Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah model telah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi Hipotesis : H 0 = koefisien sama dengan 0 H 1 = paling tidak ada satu koefisien 0, dengan i =1,2,3,4 Uji statistik yang digunakan adalah uji F : Keterangan : R 2 k n = koefisien determinasi = jumlah variabel = jumlah data.. (9) Kriteria pengujian: F hitung > Ftabel (k,n-k-1) maka tolak Ho F hitung < Ftabel (k,n-k-1) maka terima Ho 28
Apabila H o ditolak berarti secara bersama-sama variabel dugaan yang dimasukan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Pengujian terhadap keseluruhan parameter juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probability (p-value) pada output komputer hasil dari metode kuadrat terkecil. Apabila p-value kurang dari taraf nyata (α) yang digunakan maka variabel dugaan yang dimasukan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Koefisien determinasi (R 2 ) yang digunakan dalam uji F menunjukan besarnya keragaman produksi yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas yang telah dipilih Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : (10) Model terbaik secara statistik adalah model yang mempunyai p-value kurang dari taraf nyata (α) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari R 2, maka model yang digunakan semakin baik dalam menduga variabel dan fungsi produksi. b) Pengujian untuk masing-masing parameter Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Karena itu, dapat diketahui variabel bebas mana yang berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis : Ho = bi = 0 Hi = bi > 0 Rumus dasar uji statistik T dapat dilihat pada persamaan 11 berikut ini : 29
Keterangan : bi = Koefisien regresi dugaan ke-i Se(bi) = Simpangan baku koefisien dugaan kriteria uji : T hitung < t tabel (α/2,n-k) maka terima H 0 T hitung > t tabel (α/2,n-k) maka tolak H 1 (11) Dimana : n = Jumlah pengamatan k = Jumlah variabel termasuk konstanta Apabila H 0 ditolak berarti suatu variabel yang di uji dalam hal ini adalah faktor-faktor produksi, berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas yaitu hasil produksi. Sebaliknya, jika H 0 diterima maka suatu faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. 4. Analisis Skala Usaha (Return to Scale) Analisa skala usaha dapat dilakukan dengan melakukan uji terhadap skala usaha. Cara melakukan pengujian untuk skala usaha menurut Soekartawi (2002) dapat dilakukan seperti berikut ini. Hipotesa sebagai berikut : H 0 : (b 1 +b 2 + +b n ) = 1; terjadi konstan H 1 : (b 1 +b 2 + +b n ) 1; tidak terjadi konstan Kalau misalnya koefisien regresi yang akan diuji adalah b 1 dan b 2, maka untuk mendapatkan informasi apakah terjadi konstan skala usaha atau tidak, maka perlu dibuat hipotesa. Bila dilakukan pendugaan regresi dengan melakukan manipulasi bahwa b 1 + b 2 = 1, maka model pendugaan seperti ini disebut constrained regression. Di dalam penentuan skala usaha dalam penelitian ini maka nilai koefisien dirubah ke dalam bentuk logaritma sehingga dapat diketahui elastisitas dari keseluruhan faktor produksi, oleh karena itu maka pada penentuan skala usaha menggunakan alat analisis Cobb-Douglas. Untuk model Cobb-Douglas secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y = ax 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X 4 b4 Xe u (12) 30
Model pada persamaan 12 tersebut dapat ditransormasikan ke dalam bentuk linier logaritmatik yang dapat ditulis sebagai berikut : Ln Y t = ln b 0 + b 1 ln X t1 + b 2 ln X t2 + b 3 ln X t3 + b 4 ln X t4 +u Dengan parameter dugaan b 1,b 2,b 3,b 4 > 0 Dimana : Y = Hasil Produksi telur selama dua tahun (butir) X 1 = Jumlah ayam petelur (ekor) X 2 = Pakan Layer (kg) X 3 = Vaksinasi (ml) X 4 = Tenaga Kerja (HKP) b 1,b 2,b 3,b 4 = Besaran parameter a = Konstanta/intersep, merupakan besaran parameter e = bilangan natural (2,7182) u = sisa (residual) t = data time series 4.3.2 Analisa Efisiensi Produksi Dalam model fungsi produksi, kondisi efisiensi yang sering dijadikan patokan adalah efisiensi harga, yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input X, sama dengan harga faktor produksi (input) tersebut. Kondisi efisiensi harga menghendaki NPM xi sama dengan faktor produksi X (BKM xi). Dengan kondisi harga input tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : NPMx i = BKMx i Pmx i. P y = Px i atau Maka untuk penggunaan faktor produksi lebih dari satu, keuntungan maksimum tercapai apabila :... (13) Apabila rasio NPMxi/BKMxi <1, dapat dikatakan penggenaan faktor produksi tidak optimal, oleh karena itu, penggunaan input harus dikurangi hingga mencapai kombinasi optimal. Sedangkan jika rasio NPMxi / BKMxi > 1, dapat 31
dikatakan penggunaan faktor produksi tersebut belum optimal, oleh karena itu pemakainya harus ditambahkan dalam proses produksi (Soekartawi 1993). Kemudian apabila penggunaan input tersebut belum atau tidak optimal, maka kombinasi penggunaan input yang optimum dapat dicari, yaitu dengan melihat nilai tambahan dari satu-satuan pembinaan yang dihasilkan. 4.4 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi operasional mengenai faktor-faktor produksi dan produksi serta satuan masing-masing, diperlukan untuk mempermudah dan memperjelas hubungan antara variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian. Pengukuran periode produksi untuk penelitian ini menggunakan data selama 24 bulan atau dua tahun produksi terakhir sampai penelitian dilakukan. Variabel yang dipilih untuk menduga fungsi produksi telur dan efisiensi ekonomi usahaternak pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable). Produksi telur sebagai variabel tidak bebas adalah peubah yang mempengaruhi pemakaian faktor-faktor produksi. Variabel bebas adalah variabel-variabel yang secara bersama-sama mempengaruhi produksi telur. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Produksi (Y) Produksi dalam usahatani ternak ayam buras adalah jumlah telur yang dihasilkan selama dua tahun yakni tahun 2008-2009. Nilai Produk Marjinal dari harga produksi telur ini adalah harga jual telur ayam dalam rupiah. Satuan yang digunakan adalah butir. 2. Ayam Petelur (X 1 ) Ayam petelur adalah ayam betina dewasa atau ayam yang telah berusia lebih dari 5 bulan yang dipelihara untuk memproduksi telur. Jumlah ayam petelur diukur dalam ekor.biaya Korbanan Marjinal ayam petelur adalah harga jual ayam dalam satuan rupiah per ekor. 3. Pakan Layer (X 2 ) 32
Pakan Layer merupakan jumlah pakan yang diberikan pada ayam petelur. Jumlah yang diberikan diukur dalam kilogram, dengan Biaya Korbanan Marjinalnya berupa harga pakan per kilogramnya. 4. Vaksin (X 3 ) Vaksin merupakan vaksin jenis ND-EDS dan ND-IB untuk mencegah penyakit Tetelo yang diberikan pada ayam dara dan ayam petelur selama kegiatan periode penelitian yakni dua tahun. Variabel ini dimasukan ke dalam model karena vaksin mempunyai fungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit dan memperkecil angka kematian ayam. Dengan menggunakan asumsi berkurangnya ayam yang sakit dan mati akan meningkatkan produksi telur. Jumlah pemberian vaksin diukur dalam satuan milliliter (ml). Satu mililiter vaksin sama dengan satu kali suntikan dan satu kali pemberian minum. 5. Tenaga Kerja (X 4 ) Tenaga kerja merupakan jumlah curahan kerja yang diberikan pada kegiatan-kegiatan usahatani ternak ayam buras. Curahan kerja diukur dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). Satu hari kerja pria adalah tujuh jam kerja per hari. Biaya korbanan marjinal untuk tenaga kerja adalah upah yang dikeluarkan dalam rupiah per HKP. 4.5 Hipotesis Penelitian Hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini diduga sebagai berikut : 1. Jumlah ayam petelur yang dimiliki pada periode produksi Jumlah ayam petelur yang dipelihara pada periode produksi diduga akan berpengaruh positif terhadap produksi, sampai batas tertentu dimana peningkatan jumlah ayam petelur tidak akan berpengaruh lagi terhadap telur. 2. Jumlah pemberian pakan ayam petelur Hubungan antara jumlah pakan yang diberikan kepada ayam dengan produksi telur yang dihasilkan akan berkorelasi positif sampai batas 33
tertentu dimana peningkatan pemberian pakan akan menurunkan produksi telur. 3. Jumlah pemberian vaksin Kegiatan pemberian vaksin diperuntukan untuk menurunkan tingkat kematian ayam dengan memperkecil kemungkinan ayam terserang penyakit. Oleh karena itu hubungan antara pemberian vaksin dengan produksi telur akan berkorelasi positif sampai batas jumlah pemberian vaksin tertentu dimana peningkatan pemberian vaksin yang lebih besar lagi justru akan menurunkan produksi telur ayam yang dihasilkan. 4. Jumlah tenaga kerja Hubungan antara penggunaan tenaga kerja dengan produksi akan berkorelasi positif. Peningkatan penggunaan tenaga kerja akan meningkatkan produksi, sampai batas efisiensi tertentu karena menyangkut produktivitas kerja dalam suatu skala usaha. 34