UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran Inquiry

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta (Ernawati)

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB III METODE PENELITIAN. Wetan Kabupaten Karawang. SDN Cilamaya I merupakan sekolah tempat penulis

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIIID SMP N 2 PAKEM

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK- WRITE PADA SISWA KELAS VIII.5 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VIIID SMP N I KASIHAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan classroom action research atau sering disebut

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SD. Oleh Fivi Nuraini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI KONSEP VIRUS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB III METODE PENELITIAN. proses pembelajaran dalam kelas menggunakan model pembelajaran

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LERNING DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu


TINJAUAN PUSTAKA. Model PBL merupakan suatu model yang dirancang untuk merangsang. perkembangan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif siswa dengan

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

PROSIDING ISSN:

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB III METODE PENELITIAN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB III METODE PENELITIAN

Yunandasari et al., Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)...

Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

DAFTAR ISI. A. Kajian Teori... 8

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN IKA MAHERA RACHMAWATI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis pada pokok bahasan pengukuran dan geometri (kesebangunan dan kekongruenan) dengan model Problem Based Instruction. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Banguntapan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan subyek penelitian adalah siswa kelas IXG SMP Negeri 3 Banguntapan tahun ajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Instruction. Desain penelitiannya menggunakan model Spiral Kemmis & Mc Taggart yang meliputi 4 tahap pada setiap siklus, yaitu tahap perencanan (plan), tahap tindakan (act), tahap pengamatan (observe), dan tahap refleksi (reflect). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes kemampuan berpikir kritis, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menelaah seluruh data kualitatif yaitu catatan lapangan, dokumentasi dan menghitung data kuantitatif dengan menggunakan persentase kemampuan berpikir kritis yaitu hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran guru dan siswa dan hasil tes kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Instruction yang dilakukan dengan mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan karya dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah terlaksana secara baik, dengan rata-rata tingkat keterlaksanaan 76,97% dengan kriteria tinggi di siklus I dan 95,50% (kriteria tinggi) di siklus II sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan rata-rata nilai prasiklus pada tes kemampuan berpikir kritis siswa mencapai 52,31 (kriteria cukup tinggi), pada tes siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 69,75 (kriteria cukup tinggi) dan pada tes siklus II nilai rata-rata kelas 79,83 (kriteria tinggi).. Kata Kunci: Problem Based Instruction (PBI), kemampuan berfikir kritis 1

1. Pendahuluan Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk berbagai indikator kehidupan. Hal ini berhubungan dengan segala ilmu yang kita pelajari selalu berhubungan dengan matematika, begitu juga dengan pelajaran di sekolah menggunakan matematika sebagai dasar dalam perhitungannya, misalnya mata pelajaran fisika, biologi, akuntansi, ekonomi, bahkan geografi. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu pelajaran yang memerlukan kemampuan dan perhatian lebih. Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan matematika tidak hanya sekedar pada ranah kognitif saja, namun di berbagai ranah, baik ranah afektif maupun ranah psikomotor, karena ilmu pengetahuan yang lainnya memerlukan pengembangan matematika secara berbeda sesuai dengan disiplin ilmu pada masing-masing bidang pengetahuannya. Peran guru dalam menyampaikan materi matematika juga merupakan suatu hal yang sangat penting, sebagai contoh misalnya, inovasi dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan berpikir ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan dasar maupun kompleks. Masalah kehidupan sehari-hari sering memerlukan penyelesaian melalui berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menggunakan perhitungan secara matematis. Masalah konkret dalam kehidupan sehari-hari ini memerlukan tidak hanya sekedar penyelesaian biasa atau menggunakan 2

kemampuan dasar saja, namun membutuhkan kemampuan yang lebih kompleks karena harus menganalisis terlebih dahulu. Menganalisis permasalahan tentunya memerlukan kemampuan berpikir, namun apabila memerlukan dalam menganalisis membutuhkan kemampuan yang lebih kompleks, maka diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, mengananlisis asumsi, dan melakukan penelitian (Johnson, 2009: 183). Berpikir kritis memungkinkan siswa dalam mempelajari masalah secara sistematis dan menghadapi banyak tantangan yang terorganisasi dengan baik. Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam pembelajaran karena dapat mengarahkan pola pikir siswa supaya lebih mudah dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP N 3 Banguntapan, siswa tidak terlibat secara aktif, dalam pembelajaran siswa hanya menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak mencari informasi, serta sesuatu yang berhubungan dengan materi pembelajaran secara mandiri. Terdapat juga siswa yang kurang dalam mengungkapkan pendapatnya, dalam memahami materi maupun saat menyelesaikakn masalah, sehingga guru harus berkeliling untuk menanyakan letak kesulitan setiap materi yang disampaikan. Selain itu pada pembelajaran matematika di kelas belum berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis sehingga pembelajarannya kurang bermakna. Berikut hasil tes kemampuan awal berpikir kritis siswa dengan enam indikator, indikator merumuskan masalah siswa 55,36%, memberikan argumen 3

58,93%, melakukan deduksi 44,05%, melakukan induksi 52,38%, melakukan evaluasi 46,43%, serta indikator mengambil keputusan dan menentukan tindakan 42,86%, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa termasuk dalam kriteria cukup tinggi yaitu 52,31 %. Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul, terutama berkaitan dengan praktek pembelajaran matematika di kelas dan pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, maka upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Problem Based Instruction (PBI). Fokus utama dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran ini adalah memposisikan guru sebagai perancang dan organisator pembelajaran sehingga siswa mendapat kesempatan untuk memahami dan memaknai matematika melalui aktivitas belajar. Pembelajaran Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang melalui diskusi kelompok kecil, siswa akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Ketika guru sedang menerapkan pembelajaran ini, siswa sering kali menggunakan berbagai macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis (Trianto, 2009: 92). Model pembelajaran Problem Based Instruction memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks, dengan kata lain PBI melatih siswa untuk berpikir secara mendasar, memahami konsep dasar sehingga 4

dapat membantu siswa dalam memahami serta mengingat setiap pembelajaran, bermodalkan pemahaman yang mendalam. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Instruction Siswa Kelas IXG SMP N 3 Banguntapan. 2. Kajian Pustaka a) Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah prosses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berppendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain (Elaine, 2009: 183) Tabel 1 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Berpikir Kritis No Indikator Deskriptor 1 Merumuskan masalah Memformulasikan pertanyaan yang mengarah investigasi jawaban 2 Memberikan argumen a. Argumen sesuai dengan kebutuhan b. Menenujukkan persamaan dan perbedaan c. Argumen yang diajukan orisinil dan utuh 3. Melakukan deduksi a. Mendeduksi secara logis b. Menginterpretasi secara tepat 4. Melakukan induksi a. Menganalisis data b. Membuat generalisasi c. Menarik kesimpulan 5. Melakukan evaluasi a. Mengevaluasi berdasarkan fakta b. Memberikan alternatif lain 5

No Indikator Deskriptor 6. Mengambil keputusan dan a. Menentukan jalan keluar menentukan tindakan b. Memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan b) Model Problem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto 2009: 92). Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog (Kokom Komalasari, 2014: 59). Tabel 2 Sintaks Problem Based Instruction Tahap Tingkah Laku Guru Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk menyelesaikan masalah realistik, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang disiplin Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mengarahkan siswa untuk belajar, mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 6

Tahap Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tingkah Laku Guru merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Kelebihan model ini adalah: (1) Realistik dengan kehidupan sehari-hari; (2) Konsep sesuai kebutuhan siswa; (3) Memupuk inquiry siswa; (4) Retensi konsep menjadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan problem solving. Kekurangan model pembelajaran ini adalah: (1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, dan konsep) yang kompleks; (2) Sulitnya mencari problem yang relevan; (3) Sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) Membutuhkan waktu yang cukup banyak. Sehingga dalam pengunaan model PBI dalam penelitian ini akan menggunakan problem/masalah yang tepat dengan pengaturan waktu pembelajaran yang baik agar mendapatkan hasil yang maksimal. 3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada kelas IXG SMP N 3 Banguntapan tahun pelajaran 2015/2016. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral, yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988. Secara utuh dalam model ini meliputi empat tahapan penelitian tindakan kelas pertama perencanaan yaitu tahap merencanakan instruen yang 7

digunakan, tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan, tahap ketiga adalah pengamatan atau observasi, pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran dan akibat yang ditimbulkan, serta tahap keempat adalah refleksi, peneliti melakukan refleksi berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, apabila hasilnya belum memenuhi indikator keberhasilan yang dingankan, maka akan dilakukan siklus selanjutnya. Dengan demikian, apabila dalam siklus sebelumnya belum memnuhi, maka akan dilakukan perbaikan dalam perencanaan dan tindakan. 4. Hasil & Pembahasan a) Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model Problem Based Instruction siswa kelas IXG SMP N 3 Banguntapan pada bulan Juli- Agustus 2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas IXG mengalami peningkatan 82,32% (siklus I) menjadi 94,44% (siklus II). Persentase tes kemampuan berpikir kritis siswa yang memenuhi kriteeria tinggi mencapai 57,14% pada siklus I meningkat menjadi 89,29% pada siklus II. Rata-rata tes kemampuan berpikir kritis juga meningkat, pada pra siklus mencapai 52,31 (kriteria cukup tinggi), pada siklus I 8

mencapai 69,75 (kriteria cukup tinggi), serta mencapai 79,83 (kriteria tinggi) pada siklus II. b) Pembahasan Proses pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model Problem Based Instruction untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan lima sintaks yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan hdan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah berjalan dengan baik. Berikut disajikan diagram keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Pembelajaran 94.44% 82.32% Siklus I Siklus II Gambar 1 Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model PBI Presentase siswa yang mencapai kriteria tinggi ( 75) mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, berikut disajikan diagram persentase siswa yang memenuhi kriteria tinggi. 9

Memenuhi 100% Belum Memenuhi 89.29% 57.14% 42.86% 0% 10.71% Pra siklus Siklus I Siklus II Gambar 2 Diagram Peningkatan Siswa yang Telah Memenuhi Kriteria Tinggi Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan dari 52,31 (kriteria cukup tinggi) menjadi 69,75 (kriteria cukup tinggi) pada siklus I, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 79,83 dengan kriteria tinggi. Berikut disajikan gambar diagram peningkatan rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kritis. Rata-rata Nilai Rata-rata Nilai 52.31 69.75 79.83 Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 3 diagram peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa 10

Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis memiliki enam indikator, yaitu: A : Merumuskan masalah B : Memberikan argumen C : Melakukan deduksi D : Melakukan induksi E : Melakukan evaluasi F : Mengambil keputusan dan menentukan tindakan Berikut akan disajikan data hasil tes untuk setiap indikator kemampuan berpikir kritis pada saat pra siklus, siklus I, dan siklus II. Tabel 3 Data Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Indikator Siklus Pra Siklus Siklus I Siklus II A 55,36 85,71 94,64 B 58,93 61,90 76,19 C 44,05 72,62 84,52 D 52,38 71,43 77,38 E 46,43 71,43 75,00 F 42,86 67,86 78,57 Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 100 80 60 40 20 0 A B C D E F Pra Siklus 55.36 58.93 44.05 52.38 46.43 42.86 Siklus I 85.71 61.90 72.62 71.43 71.43 67.86 Siklus II 94.64 76.19 84.52 77.38 75 78.57 Gambar 4 Diagram Peningkatan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 11

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan jenis penelitian tindakan kelas serta dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru matematika kelas IXG SMP Negeri 3 Banguntapan, menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) pada materi geometri (kesebangunan dan kekongruenan), dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penggunaan model Problem Based Instruction (PBI) pada siswa kelas IXG SMP Negeri 3 Banguntapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum tindakan. Model Problem Based Instruction dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui penyajian masalah, keterfokusan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik serta kerjasama antar siswa untuk menemukan pemecahan dari masalah yang telah disajikan. Berdasarkan hasil analisis hasil kemampuan berpikir kritis siswa peningkatan setiap indikatornya sebagai berikut. Pada Indikator merumuskan masalah pra siklus adalah 55,36 (Cukup Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 85, 71 (Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 94,64 (Tinggi). Indikator memberikan argumen pra siklus adalah 58,93 (Cukup Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 61, 90 (Cukup Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 76,19 (Tinggi). Indikator melakukan deduksi pra siklus adalah 44,05 (Kurang Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 72,62 (Cukup Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 84,52 (Tinggi). Indikator melakukan induksi pra siklus adalah 52,38 (Cukup Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 71,43 (Cukup Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 12

77,38 (Tinggi). Indikator melakukan evaluasi pra siklus adalah 46,43 (Kurang Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 67,86 (Cukup Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 75,00 (Tinggi). Indikator mengambil keputusan dan menentukan tindakan pra siklus adalah 42,86 (Kurang Tinggi) meningkat saat siklus I menjadi 67,86 (Cukup Tinggi), serta pada saat siklus II mencapai 78,57 (Tinggi). 13

6. Daftar Pustaka Ajeng Desi Crisandi Pritasari. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). 2011. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Aziz Saefudin. Meningkatkan Profesionalitas Guru dengan PTK. 2012. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. Butterworth, John and Geoff Thwaites. Thinking Skillss Critical Thinking and Problem Solving. 2013. Cambridge: Cambidge University Press. Chaedar Alwasilah. Contextual Teaching & Learning. 2014. Bandung: Kaifa Learning. Didik Komaidi, & Wahyu Wijayati. Panduan Lengkap PTK. 2011. Yogyakarta: Sabda Media. Fisher, Alex. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. 2008. Jakarta: Erlangga. Herry Prasetyo. Penerapan Model Problem Based Instrucion (PBI) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di Kelas IX H SMP Negeri 2 Majenang. 2012. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Isdisusilo. Panduan Lengkap Membuat RPP dan Silabus. 2012. Jakarta: Kata Pena. Jacobsen, David A. Methods for Teaching. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, Elaine B..Contextual Teaching & Learning. 2009. Bandung: Mizan Learning Center. Jufri, Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. 2013. Bandung: Pustaka Reka Cipta. 14

Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasinya. 2014. Bandung: PT Refika Aditama. Purwanto. Evaluasi Kemampuan Berpikir Kritis 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. 2003. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penenlitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suroso. Classroom Action Research. 2007. Yogyakarta: Pararaton Publishing. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. 2010. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 15