Analisis Performansi dan Skalabilitas pada Event-Based IoT Middleware

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Komunikasi Antar IoT Middleware Dengan Node Sensor Kamera Berbasis Raspberry Pi Zero

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rancang Bangun IOT Cloud Platform Berbasis Protokol Komunikasi MQTT

Analisis Performa Load Balancing Pada Broker MQTT Menggunakan Algoritma Round Robin

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

BAB IV HASIL DAN ANALISA

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

Pengembangan Sistem Penyimpanan Data Berbasis MongoDB dan GridFS Untuk Menyimpan Data Yang Beragam Dari Node Sensor

Pengembangan Iot Middleware Berbasis Event-Based dengan Protokol Komunikasi CoAP, MQTT dan Websocket

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

I. PENDAHULUAN. Umumnya lembaga pemerintahan maupun pendidikan mempunyai website yang

Lapisan Transport. Menjamin komunikasi yang handal antara dua buah komputer yang terhubung Terdiri atas :

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

Pengembangan Sistem Deteksi Karbon Monoksida Berbasis IoT

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI VIDEO STREAMING ANTARA DARWIN STREAMING SERVER DENGAN RED5

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

PEMODELAN DAN ANALISIS WIRELESS MESH NETWORK DENGAN ARSITEKTUR PUBLISH-SUBSCRIBE DAN PROTOKOL MQTT

Analisis Arsitektur Aplikasi Web Menggunakan Model View Controller (MVC) pada Framework Java Server Faces

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

ANALISIS KINERJA JARINGAN MPLS DAN ROUTING PROTOCOL OSPF PADA APLIKASI VIDEO STREAMING KOMPETENSI JARINGAN SKRIPSI

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan Perangkat Lunak IoT Cloud Platform Berbasis Protokol

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

SISTEM MONITORING PARAMETER QOS JARINGAN VoIP LOKAL DENGAN PROTOKOL PENSINYALAN H.323

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGEMBANGAN PUSH NOTIFICATION MENGGUNAKAN WEBSOCKET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA TRAFIK VIDEO CHATTING PADA SISTEM CLIENT-CLIENT DENGAN APLIKASI WIRESHARK

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Materi 1. Pendahuluan

Model Komunikasi. Sumber-sumber. Alat Pengirim. Sistem Trasmisi. Alat Penerima. Tujuan (Destination) Menentukan data untuk dikirim

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

ANALISIS MOBILE LEARNING DENGAN LAYANAN VIDEO BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PROTOKOL MQTT PADA TEKNOLOGI WAN (STUDI KASUS SISTEM PARKIR UNIVERISTAS BRAWIJAYA)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Mengenal Komunikasi Data Melalui Layer OSI & TCP/IP

Integrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis

Implementasi Quality of Service pada Protokol Message Queue Telemetry Transport Sensor Network (MQTT-SN) Berbasis Arduino dan NRF24L01

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

ANALISA PERFORMANSI MOBILE LEARNING PADA JARINGAN WIRELESS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. QoS (Quality of Service)

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis

Transport Layer. Oleh : Akhmad Mukhammad

Data and Computer BAB 1

BAB 4. Evaluasi Performansi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KBKF53105 JARINGAN KOMPUTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Sistem Kendali Berbasis Mikrokontroler Menggunakan Protokol MQTT pada Smarthome

Implementasi Access Control List Berbasis Protokol MQTT pada Perangkat NodeMCU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PERFORMANSI LOAD BALANCING DENGAN ALGORITMA ROUND ROBIN DAN LEAST CONNECTION PADA SEBUAH WEB SERVER ABSTRAK

3.2 Differentiated Service (DiffServ)... 23

Bab 2. Tinjauan Pustaka

ABSTRAK. Kata Kunci : GRE, HTTP, IMS, IPsec, L2TP, OPNET Modeler 14.5, Video Call, VoIP, VPN.

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

IMPLEMENTASI PUSH DATA SERVER PADA JARINGAN SIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I 1

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

Implementasi MQTT (Message Queuing Telemetry Transport) pada Sistem Monitoring Jaringan berbasis SNMP (Simple Network Management Protocol)

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

Transkripsi:

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 7, Juni 2017, hlm. 593-601 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Performansi dan Skalabilitas pada Event-Based IoT Middleware Mohammad Fahrur Rozi 1, Eko Sakti Pramukantoro 2, Kasyful Amron 3 Program Studi Teknik Informatika, Email: 1 mohammadfr11@gmail.com, 2 ekosakti@ub.ac.id, 3 kasyful@ub.ac.id Abstrak Internet of Things (IoT) merupakan sebuah sistem dimana perangkat perangkat yang terdapat didalamnya saling terhubung yang memungkinkan untuk saling bertukar informasi atau data melalui internet. Middleware merupakan sebuah sistem perantara antara perangkat keras dan lunak yang terdapat didalam sistem IoT. Pada penelitian sebelumnya telah dikembangkan middleware untuk menangani masalah interoperabilitas dengan menyediakan gateway multi-protokol untuk CoAP MQTT dan Websocket. Terdapat beberapa aspek untuk menguji middleware diantaranya integration, interoperability, scalability, real time performance, security. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian integration testing untuk menguji apakah middleware sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya dan interoperability testing untuk mengetahui tingkatan interoperabilitas middleware, maka pada penelitian ini dilakukan pengujian dari aspek yang lain yaitu performansi dan skalabilitas. Hasil dari analisis performansi dan skalabilitas adalah rata rata penggunaan CPU protokol CoAP 0,68, MQTT 0,60 dan CoAP MQTT 1,21, rata rata penggunaan Memory CoAP 5-7, MQTT 8-9, dan CoAP MQTT 10-12. Waktu rata rata delay pengiriman data dari nodemcu ke middleware baik CoAP maupun MQTT adalah 3 detik. Waktu rata rata delay pengiriman data dari nodemcu ke middleware dengan packet loss 0-75 bervariasi. Kemampuan middleware untuk menangangi publish atau subscibe dalam satu detik dengan jumlah klien 100 hingga 1000 bergerak naik seiring bertambahnya jumlah klien. Kata Kunci: Intenet of Things, Middleware, CoAP, MQTT, Performansi, Skalabilitas. Abstract Internet of Things (IoT) is a system where its contained devices are interconnected which makes it possible to exchange information or data via Internet. Middleware is an intermediary system between hardware and software which contained in IoT system. In the previous research, middleware was developed to overcome interoperability problem by providing multi-protocol gateway for CoAP MQTT and Websocket. There are several aspects to test middleware such as integration, interoperability, scalability, real time performance, and security. In the previous research, integration testing was performed to test the suitability of middleware with its functional requirements and interoperability testing in order to know the level of middleware interoperability, therefore in this research a test performed with other aspects which is performance and scalability. The results of performance and scalability analysis are average CPU usage of CoAP protocol was 0.68, MQTT 0.60 and CoAP MQTT 1.21, average Memory usage of CoAP was 5-7, MQTT 8-9, and CoAP MQTT 10-12. The average delay time of sending data from nodemcu to middleware for CoAP and MQTT is 3 seconds. The average data transmission delay time from nodemcu to middleware with packet loss is varied between 0-75. The ability of middleware to overcome publish or subscibe in one second with 100 to 1000 clients grows as the number of clients increases. Keywords : Intenet of Things, Middleware, COAP, MQTT, Performance, Scalability. 1. PENDAHULUAN Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan IoT middleware berbasis eventbased dengan protokol komunikasi CoAP MQTT dan Websocket dikembangkan middleware yang mampu mengatasi masalah interoperabilitas pada IoT. Permasalahan interoperabilitas yang diangkat yakni mengacu Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 593

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 594 pada perkembangan middleware agar dapat menghubungan perangkat yang pada dasarnya menggunakan protokol yang berbeda yaitu protokol CoAP MQTT dan Websocket. Middleware tersebut mampu mendukung interoperabilitas dengan menyediakan gateway multi-protokol untuk CoAP, MQTT, dan Websocket (husnul, 2017). Pengujian yang dilakukan adalah pengujian integration testing untuk menguji apakah middleware sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya dan interoperability testing untuk mengetahui tingkatan interoperabilitas middleware. Pengujian integration testing menggunakan tool cucumber.js dengan mock-up client untuk memastikan agar setiap komponen dalam software dapat menjalankan fungsinya dan hasil dari pengujian integration testing berhasil karena setiap parameternya berjalan tanpa adanya error. Pengujian interoperability testing dilakukan dengan menguji pengiriman data dari sensor sampai ke aplikasi web dengan durasi 3 jam serta menguji packet loss dengan durasi 3 jam dan menguji integritas data yaitu menguji kesesuaian data yang dikirim dengan data di Redis dan MongoDB. Hasil dari pengujian interoperability testing adalah pengiriman data dari sensor CoAP dan MQTT memiliki tingkat kesuksesan 92.28 dan rata rata delay pengiriman data dari sensor CoAP dan MQTT 0.457 detik serta overhead 10.27, untuk hasil pengujian dengan packet loss bervariasi antara 0-25 dan untuk hasil intergritas data berhasil yaitu data yang dikirim sesuai dengan data yang ada di Redis dan MongoDB. Dalam penelitian yang berjudul middleware for internet of thing: A survey yang dilakukan oleh M. Razzaque menyebutkan bahwa persyaratan middleware dalam hal layanan atau service dikategorikan menjadi dua yaitu secara fungsional dan secara non fungsional. Layanan secara fungsional seperti jalannya kebutuhan fungsional (contohnya integration, interoperability, resource management) dan layanan secara non fungsional seperti scalability, real time performance, security dengan melihat Quality of Service dan juga kinerja dari middleware (Razzaque, Milojevic-Jevric, Palade, & Cla, 2016). Mengacu pada penelitian M. Razzaque tentang survei middleware penelitian yang dilakukan husnul memiliki kesesuaian parameter kebutuhan fungsional dan arsitektur namun belum memenuhi parameter kebutuhan non fungsional. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian dari aspek fungsional dan peneliti menyarankan untuk melanjutkan pengujian pada aspek performansi dan skalabilitas sebagai kebutuhan non fungsionalnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengujian performansi dan skalabilitas untuk mengetahui kinerja middleware. Dengan penjelasan dari latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Performansi dan Skalabilitas pada Event-Based IoT Middleware untuk mengetahui aspek non fungsional middleware dengan melihat performa dan skalabilitas dari middleware IoT. 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kajian Pustaka Penelitian sebelumnya yang terkait dengan middleware adalah penelitian dari Vandikas & Tsiatsis (2014) yang berjudul Performance Evaluation of an IoT Platform. Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa perkembangan IoT terjadi sangat pesat beberapa tahun terakhir, hal tersebut menyebabkan banyak banyak perusaan yang melakukan analisis terhadap IoT dan diprediksi pada decade berikutnya perusahaan perusahaan tersebut akan mengeluarkan perangkat-perangkat pada industry otomotif, utilitas, kesehatan, logistik, dan otomasi rumah. Perkembangan penelitian perangkat fisik yang pesat memicu perkembangan dari cloud middleware untuk mengelola sejumlah besar data sensor yang dihasilkan dari sensor individu, dalam penelitian tersebut menjelaskan sebuah middleware yang disebut IoT-Framework yang dibangun dari komponen open source, fungsi utama dari middleware ini adalah menyebarkan data mentah yang digenerate dari sebuah proses dan di publish untuk orang orang yang memerlukannya, IoT-Framework menggunakan RabbitMQ publish-subscribe sistem pencarian dan penyimpanan elaasticsearch. Dalam penelitan tersebut terdapat hasil analisis performansi terhadap dua komponen. (Vandikas & Tsiatsis, 2014) Penelitian kedua terkait dengan protokol MQTT dan CoAP adalah penelitian dari Ma, velera, Thangavel, & Tan (2014) yang berjudul Performance Evaluation of MQTT and CoAP via a Common Middleware. Dalam penelitian

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 595 tersebut dijelaskan tentang WSN yang biasanya terdiri dari node sensor dan gateway dengan sumberdaya yang terbatas, dan kesimpulannya WSN membutuhkan protokal dengan konsumsi bandwidth dan energi yang efisien untuk pengiriman data. MQTT dan CoAP adalah dua protokol yang didesain untuk sistem dengan sumberdaya yang terbatas. Pada penelitian tersebut mereka merancang sistem middleware yang mendukung protol MQTT dan CoAP, mereka meneliti performansi dari protokol MQTT dan CoAP dengan parameter end-to-end delay dan bandwidth, dan menghasilkan data MQTT memiliki delay pesan lebih rendah daripada CoAP pada tingkat packet loss yang rendah dan delay yang tinggi. Pada kondisi ketika ukuran pesan lebih kecil dan loss rate kurang dari 25 CoAP menghasilkan traffic lebih rendah daripada MQTT. (Ma, Valera, Tan, & Tan, 2014) 2.2 IoT Middleware Pada penelitan sebelumnya dibangun sebuah lingkungan sistem yang terdiri dari dua perangkat sensor yang mengirimkan data ke middleware melalui protokol CoAP dan MQTT, middleware multi-protokol difungsikan sebagai broker dan web-app yang akan menyimpan serta menampilkan data yang dikirimkan sensor secara real-time. Sistem middleware tersebut memiliki dua tujuan utama, pertama menyediakan gateway multi-protokol untuk pengiriman data sensor melalui protokol CoAP dan MQTT, kedua menyediakan gateway untuk mengirim data yang diterima dari perangkat sensor ke web-app melalui protokol websocket interface bagi sensor untuk mengirimkan data ke middleware melalui protokol CoAP atau MQTT. 2.3 Performansi Pada penelitian yang berjudul Performance evaluation of MQTT and CoAP via a common middleware oleh (Thangavel, Ma, Valera, Tan, & Tan, 2014) melakukan Analisis performansi terhadap protokol CoAP dan MQTT pengujiannya menggunakan satu publisher, satu broker, dan satu middleware. CoAP dan MQTT memiliki skema retranmisi yang baik untuk menangani packet loss. Hal tersebut yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian terhadap delay pengiriman pesan dan jumlah data pesan yang berhasil terkirim. Sehingga pengujian dilakukan dengan menghitung delay dengan simulasi packet loss yang bervariasi antara 0 hingga 25. Gambar 2.2 Grafik CDF pengaruh packet loss terhadap delay Gambar 2.2 menunjukkan bahwa MQTT memiliki delay yang kecil ketika tingkat packet loss juga kecil namun ketika tingkatan packet loss naik CoAP menunjukkan perfoma delay yang lebih baik daripada MQTT. Hal ini dikarena TCP melakukan retransmisi pesan yang lebih banyak dibandingan dengan UDP saat tingkat packet loss tinggi. Gambar 2.1 Arsitektur middleware Middleware memiliki tiga komponen yaitu Application Gateway, Service Unit dan Sensor Gateway. Application Gateway menyediakan interface bagi aplikasi untuk terhubung ke middleware dan membaca data yang dikirimkan sensor melalui protokol websocket. Service Unit menyediakan tiga fungsi utama yaitu data management, service delivery dan interface definition. Sensor Gateway menyediakan Gambar 2.3 Grafik ukuran data terhadap packet loss

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 596 Gambar 2.3 menunjukkan bahwa MQTT memiliki delay yang kecil ketika tingkat packet loss juga kecil namun ketika tingkatan packet loss naik CoAP menunjukkan perfoma delay yang lebih baik daripada MQTT. Hal ini dikarena TCP melakukan retransmisi pesan yang lebih banyak dibandingan dengan UDP saat tingkat packet loss tinggi 2.4 Skalabilitas Penelitian yang berjudul Real-time data analytics and event detection for IoT-enabled communication systems oleh (Intizar et al., 2016) melakukan pengujian skalabilitas terhadap platform IoT OpenIoT dan Ztreamy dengan menguji kemampuan platform untuk menangani beban request dengan jumlah banyak yang dikirim ke platform. Gambar 2.4 menunjukkan perbandingan kedua platform dalam menangani sejumlah request mulai dari 10 sensor hingga 10000 sensor dan menunjukkan banyaknya concurrent request yang diterima per detiknya. Grafik tersebut menunjukka Ztreamy memiliki kemampuan yang lebih unggul dari Open IoT dalam menangani concurrent request per detiknya, hal ini terjadi karena minimnya error yang terjadi pada Ztreamy. data kelembaban dan suhu dengan menggunakan protokol pengiriman CoAP dan MQTT sehingga pada penerapannya sensor pengirim data suhu dan kelembaban akan lebih banyak daripada web-app yang mengakses informasi data suhu dan kelembaban. Pengujian performansi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas kerja dari middleware ketika jumlah node pengirim data suhu dan kelembaban diperbanyak. Untuk mengetahui performansi dari middleware peneliti mengambil data penggunaan CPU dan memory dari middleware dan penghitungan delay, end-to-end delay, packet loss dari setiap pengiriman data suhu dan kelembaban. Pengujian performansi dilakukan karena dalam middleware melakukan proses penerimaan data dari sensor sekaligus melakukan proses pengiriman data ke web-app sehingga kehandalan middleware berpengaruh dalam proses pengiriman pesan dari sensor ke web-app. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Performansi Dalam penelitian ini performansi dari middleware dilihat dari performansi penggunaan CPU dan Memory, performansi middleware terhadap delay, performansi middleware terhadap end-to-end delay dan performansi middleware terhadap packet loss. Skalabilitas middleware dilihat dari kemampuan middleware dalam menangani sejumlah klien untuk publish dan subscribe. Gambar 2.4 Perbandingan OpenIoT dan ztreamy untuk concurrent request 3. PENGUJIAN Pengujian skalabilitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kapasitas sistem untuk menangani berbagai proses ketika sistem dilakukan perubahan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Untuk menguji skalabilitas dari middleware peneliti menggunakan perbesaran jumlah node pengirim pesan (publish) dikarenakan fungsi dari middleware adalah menangani masalah interoperabilitas dari sensor yang mengirimkan 4.1.1 Performansi Penggunaan CPU dan Memory Gambar 4.1 Grafik Penggunaan CPU

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 597 Hasil pengujian CPU ketika menggunakan nodemcu CoAP saja, nodemcu MQTT dan nodemcu CoAP MQTT seperti pada Gambar 4.1 dimana skenario pengujian dilakukan selama 3 jam, diperoleh rata-rata penggunaan CPU ketika menggunakan node CoAP saja 0,68, ketika menggunakan node MQTT saja 0,60 dan ketika kedua node CoAP MQTT dijalankan bersamaan 1,21, penggunaan CPU dari middleware tergolong kecil dikarenakan hanya menggunakan rata-rata 1,21 dari kemampuan CPU. Websocket adalah 0 detik, kemudian waktu terlama pengiriman pesan CoAP adalah 15 detik dan websocket adalah 15 detik. Waktu pengiriman pesan rata rata CoAP adalah 3,25 detik dan websocket adalah 2, 88 detik. Grafik 5.3 menunjukkan delay dari CoAP dan Websocket karena grafik yang melebar ke kanan namun tidak terlalu jauh lebarnya dan pada f(x) = 0,9 sampai f(x) = 1 terjadi peningkatan delay sampai 7 detik. Gambar 4.4 Grafik Delay 2 Gambar 4.2 Grafik Penggunaan Memory Hasil pengujian Memory ketika menggunakan nodemcu CoAP saja, nodemcu MQTT dan nodemcu CoAP MQTT seperti pada Gambar 4.2 dimana skenario pengujian dilakukan selama 3 jam, diperoleh range penggunaan Memory ketika menggunakan nodemcu CoAP saja 5,87-7,83, ketika menggunakan nodemcu MQTT saja 8,35-9,30 dan ketika kedua nodemcu CoAP MQTT dijalankan bersamaan 10,15-12,63. Pada Gambar 4.4 dapat disimpulkan waktu pengiriman pesan tercepat oleh MQTT dan websocket adalah 0 detik. Waktu terlama pengiriman pesan oleh MQTT adalah 29 detik dan websocket adalah 25 detik. Waktu rata-rata pengiriman pesan oleh MQTT adalah 3,26 detik dan websocket 2,97 detik. Gambar 4.4 menunjukkan grafik delay MQTT dan Websocket tergolong delay yang cukup besar karena grafik menunjukkan garis delay yang melebar ke kanan hampir 30 detik. Pada f(x) = 0,9 sampai f(x) = 1 terjadi peningkatan delay sampai 15 detik. 4.1.2 Performansi Middleware terhadap Delay Gambar 4.5 Grafik Delay 3 Gambar 4.3 Grafik Delay 1 Pada Grafik 4.3 dapat disimpulkan waktu delay pengiriman pesan tercepat oleh CoAP dan Pada Gambar 4.5 dapat disimpulkan delay pengiriman pesan tercepat oleh CoAP, MQTT, dan Websocket adalah 0 detik. Delay pengiriman pesan terlama oleh CoAP adalah 27 detik, MQTT adalah 29 detik, dan Websocket adalah 17 detik. Rata-rata delay pengiriman pesan oleh

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 598 CoAP adalah 3, 31 detik, MQTT adalah 3,43 detik, dan Websocket adalah 1,59 detik. Grafik pada Gambar 4.5 menunjukkan delay yang cukup besar pada f(x) = 0,9 sampai f(x) = 1 karena melebar ke kanan, dan delay pada websocket menunjukkan delay yang cukup stabil dibandingkan dengan CoAP dan MQTT Karena pergerakan grafiknya mulai f(x)=0 sampai f(x)=0.9 bergerak sedikit lurus keatas. CoAP 6,13 detik, pada skenario 2 end-to-end delay MQTT 6,28 detik, selisih delay ketika CoAP dan MQTT dijalankan sediri-sendiri hanya terpaut 0,15 detik. Pada skenario 3 end-toend delay CoAP 4,90 detik dan MQTT 5,05 detik, antara CoAP dan MQTT memiliki selisih delay 0,15 detik. Pada skenario packet loss 0 dan 25 selisih delay antara CoAP dan MQTT hanya 0,04 detik dan 0,52 detik. Namun pada packet loss 50 dan 75 selisih delay antara CoAP dan MQTT cukup besar yaitu 4,8 detik dan 5,18 detik. Dari table 4.1 dapat disimpulkan bahwa end-to-end delay pada protocol MQTT lebih besar daripada CoAP dan memiliki perbedaan delay yang cukup besar ketika terjadi packet loss 50 dan 75. 4.1.4 Performansi Middleware terhadap Loss Tabel 4.2 Tabel Loss CoAP Gambar 4.6 Grafik Delay 4 Pada Gambar 4.6 merupakan grafik hasil pengujian skenario 4 yaitu pengujian packet loss 0, 25, 50, dan 75. Delay rata-rata pengiriman data dari nodemcu dengan protokol CoAP 3,31 detik, 2,42 detik, 2,31 detik dan 3,37 detik. Delay rata-rata pengiriman data dari nodemcu dengan protokol MQTT 3,36 detik, 2,95 detik, 5,42 detik dan 5,10 detik. Delay ratarata pengiriman data ke websocket 1,63 detik, 1,29 detik, 3,74 detik, dan 0,56 detik. Dapat disimpulkan bahwa packet loss dapat mempengaruhi delay pengiriman data dikarekan terdapat packet yang hilang sehingga besarnya delay yang terjadi naik turun. 4.1.3 Performansi Middleware terhadap Endto-End Delay Tabel 4.1 Tabel end-to-end Delay End-to-end Delay CoAP- MQTT - Websocket Websocket 1 6.13 2 6.28 3 4.90 5.05 loss 0 4.94 4.98 loss 25 3.72 4.24 loss 50 6.05 10.13 loss 75 4.77 9.95 Pada Tabel 4.1 menunjukkan data end-toend delay pengiriman data dari nodemcu ke websocket, pada skenario 1 end-to-end delay Jumlah Terkiri m 1 3600 3314 2 3 3600 3261 loss 0 600 541 loss 25 600 741 loss 50 600 374 loss 75 600 112 Terkiri loss m () () 92.06 7.94 90.58 9.42 90.17 9.83 123.50 +23.50 62.33 37.67 18.67 81.33 Tabel 4.3 Tabel Loss MQTT Jumlah Terkiri m 1 2 3600 3256 3 3600 3120 loss 0 600 535 loss 25 600 503 loss 50 600 161 Terkiri m () loss () 90.44 9.56 86.67 13.33 89.17 10.83 83.83 26.83 loss 600 7 1.17 16.17 73.17 98.83

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 599 75 Tabel 4.4 Tabel Loss Websocket Jumla h Terkirim Terkiri m () Overhe ad () 1 3314 3750 113.16 13.16 2 3256 3638 111.73 11.73 3 6381 6793 106.46 6.46 loss 0 1076 1105 102.70 2.70 loss 25 1350 1381 102.29 2.29 loss 50 1056 42 3.98 96.02 loss 75 434 8 1.84 98.16 4.2 Skalabilitas Gambar 4.7 Concurrent Publish Gambar 4.7 menggambarkan banyaknya publish yang dapat dikelola oleh middleware dalam satu detik. Baik publisher yang menggunakan protokol CoAP maupun MQTT keduanya menunjukkan peningkatan concurrent ketika jumlah publisher nya juga bertambah. Kemampuan middleware untuk mengelola publish dalam satu detik bergantung pada sumber daya yang digunakan oleh middleware, namun jika ditinjau dari sisi klien kemampuan publisher yang menggunakan protokol MQTT lebih unggul dibandingkan dengan publisher yang menggunakan protokol CoAP dapat disebabkan Karena protokol layer transport nya, yaitu pada protokol TCP ketika sudah terhubung maka data akan dikirimkan terus menerus sampai selesai sedangkan pada UDP komunikasi pengiriman data terjadi tidak menentu, sehingga ketika middleware menerima pesan publish dari klien dalam jumlah yang cukup banyak maka data dari komunikasi yang cukup stabil yang akan lebih cepat diproses per detiknya. Gambar 4.8 Concurrent Subscribe Gambar 4.8 menggambarkan kemampuan middleware dalam mengelola subscribe per detiknya. Concurrent subscribe middleware mengalami kenaikan ketika jumlah subscriber juga bertambah, hal ini karena semakin banyak subscribe yang masuk ke middleware maka semakin banyak pula subscribe yang dikelola per detik. mekanisme kerja dari websocket yang biasanya melakukan satu koneksi saja untuk bertukar banyak pesan, dalam hal ini koneksi yang dibuat oleh websocket sama dengan jumlah subscriber sehingga selain mengandalkan kemampuan sumber daya pada middleware, pembuatan koneksi yang dilakukan oleh subscriber juga dapat mempengaruhi banyaknya concurrent subscribe dalam satu detik. 4.3 Analisis packet packet data yang dikirim oleh CoAP lebih cepat mendapatkan acknowlegement dibandingkan dengan packet yang dikirim oleh MQTT, sehingga meskipun data yang dikirim oleh CoAP lebih banyak namun memiliki rata rata delay lebih kecil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arundhati Kanungo, MQTT memiliki ukuran packet yang lebih besar dibandingkan CoAP, MQTT mempunyai kecepatan transmit yang lebih lambat jika dibandingkan dengan CoAP, MQTT tidak RESTful sementara CoAP RESTful. Terdapat penelitian dengan judul Performance Evaluation of M2M Protocols Over Cellular Networks in a Lab Environment yang dilakukan oleh (Lars, 2015) menghasilkan data yang menunjukkan CoAP memiliki kecepatan transfer yang baik ketika ukuran paket data nya kecil (dibwah 1 kbyte) seperti pada Gambar 4.9.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 600 Gambar 4.9 Hasil measurement test Ukuran packet data yang dikirim oleh nodemcu CoAP dan MQTT pada penelitian ini kurang dari 1 Kbytes yaitu 282 bytes untuk data yang dikirim nodemcu Coap dan 263 bytes untuk data yang dirikim nodemcu MQTT. broker. Redis adalah media untuk menyimpan data yang bekerja in-memory. Kinerja redis bergantung pada space yang tersedia untuk redis dengan perumpamaan semakin besar memory maka semakin besar pula space untuk redis. Dalam peneilitan ini memory yang digunakan adalah 1GB dan tidak ada pembagian khusus berapa space yang dialokasikan untuk redis, jadi redis menggunakan space yang tidak terpakai oleh proses lain pada memory. Pada penelitian ini nilai delay ukurannya besar dapat disebabkan saat memory menangani banyak proses sehingga space yang dialokasikan untuk redis sedikit sementara terdapat banyak proses pengiriman data yang ditujukan ke redis memungkinkan waktu tunggu yang dibutuhkan salah satu proses pengiriman data sampai menerima ack terjadi cukup lama. Gambar 4.10 Capture wireshark pengiriman data CoAP Gambar 4.11 Capture wireshark pengiriman data MQTT Kondisi jaringan sangat mempengarungi pengiriman data, terutama pada MQTT yang pada dasarnya menggunakan protokol transport TCP, pada pengujian packet loss dengan tingatan yang besar MQTT lebih banyak melakukan reconnection daripada CoAP sehingga CoAP lebih sering mengirimkan data daripada MQTT. Hal ini disebabkan karena mekanisme pengiriman data oleh MQTT adalah membuat koneksi terlebih dahulu kemudian mengirimkan data sedangkan mekanisme pada CoAP langsung mengirimkan data tanpa membuat koneksi terlebih dahulu dan pengaruh dari tingkat packet loss dalam jaringan sangatlah berpengaruh mengingat protokol transport yang digunakan CoAP dan MQTT berbeda yaitu UDP dan TCP yang pada dasarnya TCP membutuhkan jaringan yang reliable sedangkan pada TCP tidak. Hasil delay menunjukkan angka besar dapat dipengaruhi oleh arsitektur middleware yang menggunakan pola publish/subscribe dan menggunakan redis yang difungsikan sebagai 5. PENUTUP Analisis performansi dan skalabilitas middleware IoT dilakukan dengan menggunakan 4 skenario yaitu analisis dengan menggunakan 10 nodemcu CoAP, analisis dengan menggunakan 10 nodemcu MQTT, analisis dengan menggunakan 10 nodemcu CoAP dan 10 nodemcu MQTT, analisis terhadap packet loss 0, packet loss 25, packet loss 50, dan packet loss 75. Pengujian skalabilitas dilakukan dengan melakukan simulasi publish/subscribe dengan variasi klien sebanyak 100, 500 hingga 1000 dan dilakukan perhitungan concurrent publish/subscribe yang dapat diproses dalam satu detik. Parameter yang digunakan untuk menguji performansi adalah cpu usage dan memori usage dari middleware, delay pengiriman data pada CoAP, MQTT, dan Websocket, end-to-end delay dari nodemcu CoAP ke websocket dan dari nodemcu MQTT ke Websocket, delay ketika terjadi packet loss, dan data packet loss. Performansi middleware untuk pengiriman data yang dikirim oleh nodemcu CoAP lebih baik daripada nodemcu MQTT, terbukti dari delay pada skenario 1 yang hanya menggunakan 10 nodemcu CoAP delay terlamanya mencapai 15 detik dan delay rata-rata nya adalah 3, 25 detik dan data yang berhasil terkirim 92. Pada skenario 2 yang hanya menggunakan 10 nodemcu MQTT delay terlamanya nya mencapai 29 detik dan delay rata-rata nya adalah 3,26 detik dan data yang berhasil terkirim 90.5. pada skenario 3 yang menggunakan 10

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 601 nodemcu CoAP dan 10 nodemcu MQTT delay terlama nodemcu CoAP 23 detik sedangkan pada nodemcu MQTT 29 detik, dan data yang berhasil dikirim nodemcu CoAP 90 sedangkan pada nodemcu MQTT 87. Pada pengujian packet loss menunjukkan performa midleware terhadap pengiriman data dari nodemcu yang menggunakan protokol CoAP lebih baik dibandingkan dengan nodemcu yang menggunakan protokol MQTT, terbukti dari rata rata delay yang didapatkan dari hasil pengujian delay CoAP lebih kecil dibandingan dengan delay MQTT. Performa middleware terhadap packet loss menghasilkan data yang bervariasi dikarenakan packet yang di drop saat pengujian packet loss kebanyakan adalah ACK sehingga data tetap masuk ke middleware namun jika dilihat berdasarkan data yang sudah diperoleh packet loss dari CoAP juga lebih kecil dibandingkan dengan packet loss dari MQTT, pada websocket tidak terlalu terpengaruh terhadap adanya packet loss namun pada tingkat packet loss 50 dan 75 banyak data yang hilang atau tidak sampai pada webapp. Kemampuan middleware untuk menangangi publish atau subscibe dalam satu detik dengan jumlah klien 100 hingga 1000 bergerak naik seiring bertambahnya jumlah klien, ketika jumlah klien bertambah concurrent middleware juga bertambah. DAFTAR PUSTAKA Antonic, A., Roankovic, K., Marjanovic, M., Pripuic, K., & Arko, I. P. (2014). A mobile crowdsensing ecosystem enabled by a cloud-based publish/subscribe middleware. Proceedings - 2014 International Conference on Future Internet of Things and Cloud, FiCloud 2014, 107 114. https://doi.org/10.1109/ficloud.2014.27 Anwari, H. (2017). PENGEMBANGAN IOT MIDDLEWARE SEBAGAI GATEWAY PROTOKOL COAP MQTT DAN WEBSOCKET. Intizar, M., Ono, N., Kaysar, M., Ush, Z., Pham, T., Gao, F., Mileo, A. (2016). Web Semantics : Science, Services and Agents on the World Wide Web Real-time data analytics and event detection for IoTenabled communication systems. Web Semantics: Science, Services and Agents on the World Wide Web. https://doi.org/10.1016/j.websem.2016.07. 001 Lars, D. (2015). Performance Evaluation of M2M Protocols Over Cellular Networks in a Lab Environment. Ma, X., Valera, A., Tan, H., & Tan, C. K. (2014). Performance Evaluation of MQTT and CoAP via a Common Middleware, (April), 21 24. Retrieved from http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/downl oad?doi=10.1.1.704.1066&rep=rep1&type =pdf Razzaque, M. A., Milojevic-Jevric, M., Palade, A., & Cla, S. (2016). Middleware for internet of things: A survey. IEEE Internet of Things Journal, 3(1), 70 95. https://doi.org/10.1109/jiot.2015.249890 0 Thangavel, D., Ma, X., Valera, A., Tan, H. X., & Tan, C. K. Y. (2014). Performance evaluation of MQTT and CoAP via a common middleware. In IEEE ISSNIP 2014-2014 IEEE 9th International Conference on Intelligent Sensors, Sensor Networks and Information Processing, Conference Proceedings. https://doi.org/10.1109/issnip.2014.6827 678 Vandikas, K., & Tsiatsis, V. (2014). Performance evaluation of an iot platform. Proceedings - 2014 8th International Conference on Next Generation Mobile Applications, Services and Technologies, NGMAST 2014, 141 146. https://doi.org/10.1109/ngmast.2014.6 6