6 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 METODOLOGI PENELITIAN

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3 METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III DESKRIPSI AREA

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

7 KAPASITAS FASILITAS

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURANDAERAH KABUPATENBATANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAANTEMPAT PELELANGANIKAN DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHA ESA BUPATI BATANG,

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

PETA LOKASI PENELITIAN 105

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya TPI Lempasing

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

1. Dr. Dra. Zuzy Anna, M.Si 1. Ine Maulina, S.Pi,. M.T 2. Ir. Hj. Nia Kurniawati, M.Si

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN PPI CAROCOK TARUSAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dijabarkan simpulan penelitian yaitu tingkat kinerja

KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTANN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

Transkripsi:

53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga dan ikan hasil tangkapan tersebut telah berada di dalam keranjang (trays). Ikan yang berada dalam trays biasanya sudah dilakukan pensortiran terlebih dahulu menurut jenis ikannya. Namun, untuk jenis ikan yang kecil biasanya sudah dimasukkan ke dalam plastik dan telah disortir ketika berada di laut. Ikan tersebut dimasukkan kedalam palka yang telah dilengkapi dengan sistem refrigator sehingga hasil tangkapan tersebut membeku. Ketika hasil tangkapan tersebut dikeluarkan dari dalam palka, maka hasil tangkapan tersebut tidak memerlukan es lagi untuk menjaga kualitasnya. Adapun jenis ikan yang berukuran sedang dan besar tidak dibekukan di dalam palka. Menurut pengamatan, ikan yang berukuran sedang dan besar setelah dimasukkan kedalam trays tidak diberi es dan setelah diturunkan ke dermaga ikan-ikan ini diletakkan di tempat yang terdapat sinar matahari. Ikan ini akan diberi es ketika berada di tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga terjadi penurunan kualitas ikan hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan penuturan Departemen Pertanian (1997) vide Rusmali (2004), bahwa bila hasil tangkapan terkena sinar matahari baik dalam proses pembongkaran maupun pengangkutan ke TPI dan tidak diangkut melalui tempat yang teduh akan dapat menyebabkan kemunduran mutu ikan lebih cepat. Pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa proses pengangkutan ikan dari kapal ke TPI tidak dilengkapi dengan pelindung (atap) untuk membantu melindungi ikan agar tidak terkena sinar matahari langsung mulai dari dermaga bongkar sampai ke TPI. Berikut merupakan gambar ikan hasil tangkapan dalam trays yang diletakkan di dermaga (Gambar 10).

54 Gambar 10 Ikan hasil tangkapan dalam trays di dermaga. Setelah ikan berada di dermaga dan telah diletakkan dalam keranjang (trays), petugas pencatat dari koperasi Mina Jaya akan menimbang hasil tangkapan dan mencatat berat hasil tangkapan. Petugas pencatat tersebut juga menuliskan berat ikan hasil tangkapan ke secarik kertas dan diletakkan di atas ikan yang berada dalam keranjang. Ikan yang telah diberikan kertas tersebut kemudian diangkut ke dalam tempat pelelangan ikan (TPI). Berikut ini merupakan kegiatan penimbangan dan pendataan hasil tangkapan di PPI Muara Angke (Gambar 11). Gambar 11 Kegiatan penimbangan dan pendataan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Hasil tangkapan ini kemudian disortir kembali berdasarkan jenis ikan dan pemilik/nama kapal. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi tidak melalui proses pelelangan tetapi melaui sistem opouw. Sistem opouw merupakan sistem

55 yang terjadi apabila pemilik kapal atau agen menjadi penjual sekaligus pembeli dalam suatu proses jual beli ikan. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi langsung dijual kepada pedagang yang sudah biasa menampungnya namun pemilik kapal tetap dikenakan retribusi, sedangkan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah langsung diangkut ke TPI untuk dilelang. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi langsung dijual ke market langganan dikarenakan agar tidak terjadi kemunduran kualitas hasil tangkapan akibat lamanya proses pelelangan yang dilakukan. Menurut pengamatan di lapangan, hasil tangkapan diangkut oleh buruh angkut yang sudah ada di dekat kapal pada saat kapal tersebut didaratkan. Buruh angkut tersebut mengangkat trays ke troli ataupun gerobak dan mengangkutnya ke dalam TPI (Gambar 12). Pengangkutan hasil tangkapan ke lantai TPI terlihat kurang memperhatikan kualitas dan mutu ikan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi alat angkut (troli ataupun lori) yang digunakan sudah kotor dan troli yang terbuat dari kayu terlihat sudah membusuk karena telah digunakan sejak lama. Buruh angkut tersebut dibayar dengan sistem upah berdasarkan banyak jumlah trays yang berhasil diangkut. Hasil tangkapan kemudian diangkut dan diletakkan di lantai lelang. Dalam peletakkannya di lantai lelang trays sering kali terlihat dibanting oleh buruh angkut tersebut, hal ini dapat pula merusak mutu ikan karena terjadi gesekan antara ikan yang terdapat di dalam keranjang (trays). Gambar 12 Troli di TPI PPI Muara Angke. 6.1.2 Pelelangan ikan Pelelangan merupakan proses yang terdapat pada suatu usaha penangkapan ikan. Kegiatan pelelangan ini biasanya dilaksanakan setelah kapal

56 mendaratkan hasil tangkapannya pada pelabuhan perikanan. Hal ini berkaitan dengan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun 1997 Tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan pasal 2 yang menyatakan bahwa ikan hasil penangkapan harus dijual secara lelang di TPI, kecuali: 1) ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga; 2) ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari Kepala Daerah. Menurut pengamatan di lapangan, pelelangan dimulai pada pukul 09.30-12.00 WIB tergantung pada waktu kedatangan kapal dan jumlah peserta lelang. Pelelangan seharusnya dilakukan pada pagi hari agar hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari dan agar terjaga kualitas serta mutu ikan tersebut. Para peserta lelang yang terdapat di PPI Muara Angke adalah para pedagang, baik pedagang pengumpul maupun pedagang eceran, perwakilan dari pemilik kapal atau yang sering disebut agen. Para pedagang yang ingin ikut proses pelelangan harus terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada penyelenggara lelang dan akan diberi tanda pengenal peserta lelang. Pedagang kemudian harus menyimpan uang di kasir lelang baru dapat mengikuti proses lelang. Penyetoran uang ke kasir dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditanggung oleh pihak TPI. Kerugian tersebut disebabkan oleh peserta lelang yang sering berhutang dalam proses pembelian hasil tangkapan. Secara rinci dapat dilihat bentuk tanda peserta lelang di TPI PPI Muara Angke pada Gambar 13. Gambar 13 Tanda peserta lelang di TPI PPI Muara Angke.

57 Ikan yang dilelang di PPI Muara Angke harus mengikuti prosedur pelelangan ikan. Berikut merupakan prosedur pelelangan ikan di PPI Muara Angke (UPT PPI Muara Angke, 2007): 1) Penimbangan hasil tangkapan di dermaga dan diawasi oleh juru timbang dari Koperasi Perikanan Mina Jaya kemudian diberi label volume ikan dan nama kapal; 2) Ikan disusun di lantai TPI berdasarkan nomor urut lelang yang didapatkan oleh setiap kapal; 3) Juru lelang mengumumkan dan memanggil peserta lelang untuk memulai proses pelelangan; 4) Ikan dilelang oleh juru lelang dimana jumlah peserta lelang kurang lebih 70 orang dan harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Penawaran yang dilakukan bersifat meningkat sampai tercapai harga penawaran tertinggi; 5) Seluruh hasil transaksi dicatat oleh juru bakul. Pencatatan hasil transaksi pelelangan meliputi: jenis, ukuran, berat dan harga ikan, nama nelayan dan nama pemenang lelang. Setelah proses pelelangan selesai, maka data diserahkan kepada petugas operator pelelangan; 6) Peserta pemenang lelang umumnya melakukan pencatatan hasil transaksi dan pemenang langsung mengemasi ikannya. Setelah mencatat hasil transaksi ikan, pemilik kapal menerima uang dari petugas kasir; dan 7) Proses pembayaran oleh pemenang lelang dan penerimaan hasil penjualan oleh pemilik kapal dilakukan sebagai berikut: (1) Setelah operator menerima seluruh hasil transaksi pelelangan dari juru bakul, kemudian membuat faktur lelang dengan cara melengkapi data dan menetapkan besarnya retribusi jasa pelelangan. Retribusi jasa pelelangan ikan yang dibebankan kepada nelayan pemilik kapal ditetapkan sebesar 3% dari nilai lelang dan yang dibebankan kepada pemenang lelang sebesar 2%. Setelah itu, faktur lelang tersebut diserahkan kepada petugas kasir; (2) Selanjutnya petugas faktur lelang memanggil pemenang transaksi dengan pengeras suara agar membayar nilai transaksi penjualan ikan ditambah biaya jasa pelelangan ikan 2% dan memanggil nelayan

58 pemilik kapal untuk mengambil hasil transaksi sebesar harga penawaran setelah dipotong biaya jasa retribusi 3%; (3) Setelah uang hasil retribusi diserahkan oleh kasir bendaharawan penerima UPT PKPP dan PPI (Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pendaratan Ikan) Muara Angke. Proses lelang dilaksanakan bila semua hasil tangkapan sudah berada di lantai lelang dan pedagang maupun pemilik kapal/agen sudah berada di TPI. Dalam pengamatan di lapangan, jumlah orang yang masuk ke area pelelangan tidak dibatasi sehingga banyak orang yang berlalu lalang di dalam pelelangan termasuk buruh angkut yang telah di sewa oleh pedagang. Lelang dilakukan oleh juru lelang dari koperasi Mina Jaya. Juru lelang ini berjumlah dua orang dan memimpin lelang secara bergantian. Menurut hasil wawancara dengan pihak koperasi Mina Jaya, juru lelang ini akan digantikan oleh juru lelang lainnya bila juru lelang tersebut sakit atau berhalangan untuk memimpin jalannya lelang. Juru lelang tersebut melelang dengan berdiri dan membawa tongkat kayu untuk menunjuk hasil tangkapan yang berada dalam keranjang (trays). Juru lelang ini akan menyebutkan jumlah harga terendah tiap kilogramnya dari satu jenis ikan tertentu dan harganya akan terus meningkat. Sistem lelang ini biasa disebut dengan sistem Inggris. Saat pelelangan dilakukan beberapa pemilik kapal terlihat naik di atas trays dan ikut terlibat dalam proses tawar menawar. Kegiatan naik di atas trays ini sangat sering dilakukan oleh pemilik kapal untuk melihat jumlah berat hasil tangkapannya secara lebih jelas karena trays disusun berhimpit sehingga sulit untuk melihat jumlah berat yang sudah di letakkan dalam trays. Hal ini akan menyebabkan kualitas dan mutu ikan menjadi turun, karena kotoran sepatu agen-agen/pemilik kapal tersebut akan mencemari ikan hasil tangkapan. Berdasarkan wawancara dengan agen yang ditunjuk oleh pemilik kapal untuk melakukan proses lelang, di PPI Muara Angke ini terdapat sistem opouw dimana agen akan menjadi penjual dan sekaligus pembeli hasil tangkapan tersebut bila harga penawaran lelang tidak sesuai dengan keinginannya. Agen tersebut akan dikenakan retribusi sebesar 5% dengan rincian 3% untuk penjual dan 2% untuk pembeli. Wistati (1997) vide Rusmali (2004) mengemukakan bahwa

59 pelelangan ikan dengan sistem opouw akan merugikan pembeli karena mereka tidak dapat bersaing untuk mendapatkan harga ikan yang sesuai seperti pada sistem lelang murni. Berikut ini merupakan kegiatan pelelangan yang terjadi di TPI PPI Muara Angke (Gambar 14). Gambar 14 Kegiatan pelelangan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Setelah proses tawar menawar selesai dan juru lelang telah menentukan siapa pemenang lelang per keranjangnya, maka juru lelang akan memanggil pemilik ikan serta pemenang ikan tersebut untuk membayar retribusi lelang di kasir. Faubiany (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengambilan retribusi diatur oleh TPI, dimana setelah selesai melakukan pelelangan ikan, para pemilik ikan yang melakukan pelelangan ikan langsung menyetor kepada kasir TPI sebesar 3% dari hasil penjualan. Pihak TPI akan mengecek apabila ada pemilik ikan yang belum menyetorkan retribusi lelang ke kasir TPI. Proses retribusi selesai maka ikan akan diangkut oleh pemenang lelang dan akan didistribusikan. Setelah ikan tidak terdapat lagi di lantai TPI, petugas kebersihan akan membersihkan lantai TPI dengan menggunakan air dan alat pembersih. Air tersebut dialirkan memakai selang sehingga dapat menjangkau keseluruhan lantai TPI. Berikut ini merupakan kegiatan pembersihan lantai lelang di TPI PPI Muara Angke (Gambar 15).

60 Gambar 15 Kegiatan pembersihan lantai lelang di TPI PPI Muara Angke. Menurut pengamatan, proses pembersihan pada lantai lelang terlihat tidak cukup baik karena masih terdapat genangan air ketika proses pembersihan telah selesai. Selain itu, pada pembersihan keranjang (trays) juga terlihat masih terdapat kekurangan, karena masih dijumpai potongan ikan, ceceran darah dan lendir serta genangan air disekitar keranjang (trays). Keranjang yang sudah rusak pun masih tetap dipergunakan sehingga dapat merusak kulit ataupun daging ikan yang berada dalam keranjang tersebut. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas penanganan ikan yang dilakukan di PPI Muara Angke masih rendah karena tidak memperhitungkan masalah sanitasi. Penanganan ikan yang tidak memperhitungkan sanitasi akan membuat kemunduran pada mutu dan kualitas ikan hasil tangkapan. 6.1.3 Aktivitas pasca pelelangan ikan Pasca pelelangan ikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengguna Tempat Pelelangan Ikan (nelayan dan pembeli) setelah pelelangan ikan tersebut selesai dilakukan. Kegiatan tersebut berupa pengangkutan ikan oleh pedagang untuk kegiatan distribusi ke konsumen diluar PPI Muara Angke atau masuk ke industri pengolahan di sekitar PPI Muara Angke. Ikan hasil tangkapan yang telah dibeli oleh pedagang kemudian akan dipasarkan kepada konsumen baik di sekitar kawasan PPI maupun daerah Jabodetabek. Menurut hasil wawancara di lapangan, sistem pemasaran di tempat pelelangan ikan (TPI) Muara Angke terbagi menjadi tiga sistem. Sistem pertama adalah ketika ikan selesai dibongkar dari kapal, ikan tersebut akan langsung dijual oleh pemilik kapal ke pelanggan/market yang sudah

61 dikenal setelah melalui proses penimbangan. Ikan yang langsung dijual ke pelanggan tersebut merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengamatan di lapangan menunjukkan ikan yang langsung dijual ke pelanggan tersebut adalah cumi dan tenggiri. Pemilik kapal tersebut tetap membayar retribusi kepada pihak TPI sebesar 5%. Pemilik kapal ini menggunakan sistem opouw dimana pemilik kapal menjadi nelayan maupun pembeli. Ikan tersebut langsung dijual tanpa melalui pelelangan agar tidak terjadi kemunduran mutu ikan dan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Berikut ini merupakan kegiatan distribusi cumi secara langsung ke pelanggan/konsumen tanpa melalui proses pelelangan (Gambar 16). Gambar 16 Kegiatan distribusi cumi tanpa melalui proses pelelangan. Sistem kedua terjadi setelah ikan dibongkar dari kapal lalu kemudian ditimbang oleh petugas. Ikan ini akan diangkut menggunakan troli ke dalam lantai TPI oleh buruh angkut. Setelah itu ikan tersebut akan melalui proses tawar menawar di pelelangan. Pedagang yang setuju dengan penawaran harga dari juru lelang akan menjadi pemenang lelang dari hasil tangkapan yang dipilihnya. Kemudian pemenang lelang akan membawa ikan tersebut untuk dijual kembali atau diolah di tempat pengolahan ikan yang dimilikinya. Selesai proses pelelangan tersebut pemenang lelang akan membayar retribusi yang telah ditentukan sebesar 2% kepada kasir. Berikut ini merupakan kegiatan distribusi setelah melakukan pelelangan di TPI PPI Muara Angke (Gambar 17).

62 Gambar 17 Kegiatan distribusi setelah melakukan pelelangan di TPI PPI Muara Angke. Sistem ketiga adalah setelah ikan dibongkar dari kapal dan telah melewati proses penimbangan oleh petugas. Ikan tersebut kemudian diangkut ke dalam TPI dan mengikuti proses pelelangan. Sistem ini hampir sama dengan sistem kedua tetapi pada sistem ini terjadi sistem opouw. Agen yang tidak setuju dengan penawaran harga dari pembeli karena nilainya terlalu rendah akan membeli ikan yang dijualnya tersebut, sehingga agen menjadi penjual dan sekaligus pembeli dalam kegiatan pelelangan tersebut. Sistem opouw ini akan membuat pedagang (pembeli) tidak mendapat harga ikan murni. Hal ini akan merugikan pedagang karena tidak dapat memperoleh harga yang sesuai dengan yang diinginkan, pedagang terpaksa membeli dengan harga yang cukup tinggi karena apabila menawar harga yang terlalu rendah, ikan akan dibeli kembali oleh agen yang menjual ikan tersebut. Skema sistem alur pra pelelangan sampai pasca pelelangan dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini:

39 Gambar 18 Skema alur pra pelelangan, pelelangan dan pasca pelelangan Dermaga Pendaratan (Ikan di dalam trays) Poses Penimbangan dan pendataan Ikan dijual langsung ke pelanggan/market menggunakan sistem opouw Pemilik kapal membayar retribusi sebesar 5% ke TPI Sistem 1 Hasil tangkapan diangkut oleh buruh angkut ke lantai lelang kemudian di hasil tangkapan tersebut dilelang Pedagang membayar retribusi sebesar 2% dan pemilik kapal membayar 3% ke kasir Pedagang yang memenangkan lelang akan mengangkut hasil tangkapan Sistem 2 Agen membeli hasil tangkapannya kembali setelah dijual di pelelangan Agen membayar retribusi sebesar 5% ke TPI Sistem 3 63

64 6.1.4 Pengelola pelelangan ikan PPI Muara Angke Kegiatan pelelangan ikan yang terjadi di PPI Muara Angke dikelola seluruhnya oleh koperasi Mina Jaya dan diawasi oleh seksi pelelangan ikan dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke. Koperasi Mina Jaya mengelola TPI Muara Angke setelah era reformasi, sebelumnya pengelolaan TPI Muara Angke dilakukan oleh Dinas Perikanan DKI Jakarta. Pengelolaan TPI PPI Muara Angke ini didasarkan pada: 1) Perda No.3 tahun 1999 tentang Retribusi Daerah; 2) Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 71 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Primer Perikanan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan 3) SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No: 1351/2008 tanggal 17 Juni 2002 tentang Penunjukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke. Koperasi Mina Jaya memiliki beberapa bagian divisi salah satunya adalah bagian otonom yang mengelola bagian tempat pelelangan ikan. Bagian tempat pelelangan ikan tersebut memiliki kepala pelelangan dan wakil kepala pelelangan yang mengatur kegiatan TPI di PPI Muara Angke. Kepala pelelangan ini memiliki pegawai atau petugas yang secara langsung bekerja untuk mengurusi kegiatan pelelangan. Petugas-petugas ini telah berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Petugas dari koperasi Mina Jaya tersebut terbagi menjadi juru bongkar, juru timbang, juru lelang, juru bakul, juru komputer, kasir dan statistik. Juru bongkar dan juru timbang melakukan tugasnya pada saat pra pelelangan, sedangkan juru lelang dan juru bakul melakukan tugasnya pada saat pelelangan terjadi. Juru lelang tersebut bertugas untuk memandu pelelangan dan membacakan harga ikan yang dilelang sedangkan juru bakul bertugas untuk mencatat transaksi yang dilakukan pada saat pelelangan ikan. Petugas koperasi Mina Jaya yang bertugas pada saat pasca pelelangan ikan salah satunya adalah petugas statistik. Statistik hasil tangkapan dibuat oleh petugas yang berada di kantor Koperasi Mina Jaya. Petugas tersebut tidak berada di tempat pelelangan ikan, melainkan hanya menunggu data dari petugas yang berada di TPI.

65 Selain bertugas untuk mengelola TPI, koperasi Mina Jaya juga mendapatkan pendapatan dari pungutan retribusi yang dibayarkan oleh nelayan dan pedagang. Berdasarkan SK Gubernur No: 2074/2000 tanggal 10 Agustus 2000, tentang Penetapan Presentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan Dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan Mina Jaya, Koperasi ini dapat memungut retribusi sebesar 5%. Pungutan tersebut berasal dari nelayan sebesar 3% dan bakul sebesar 2%, sedangkan bagian Koperasi Perikanan Mina Jaya sebesar 2% dari 5% retribusi yang diterima. Retribusi pelelangan yang diterima koperasi akan dikembalikan kepada nelayan sebagai dana sosial dalam berbagai bentuk seperti asuransi, dana paceklik dan tabungan. Dana sosial yang diberikan oleh pihak Koperasi Perikanan Mina Jaya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Adapun bagian retribusi yang lain yaitu, biaya pelaksanaan pelelangan serta biaya administrasi perkantoran Koperasi Mina Jaya. Tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke tersebut diawasi pula oleh seksi pelelangan ikan. Seksi pelelangan ikan merupakan bagian kerja dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke yang secara khusus membantu mengurus dan memantau proses pelelangan ikan di TPI Muara Angke. Sesuai dengan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2001 tentang bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Sekretariat Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan pasal 40 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 25 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, tugas pokok seksi pelelangan ikan adalah (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008 vide Simarmata, 2010): 1) Melaksanakan pemantauan dan penyelenggaraan pelelangan ikan; 2) Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan tempat pelelangan ikan; 3) Melakukan pemeliharaan sanitasi tempat pelelangan ikan;

66 4) Melaksanakan pemantauan penanganan mutu hasil perikanan di lokasi pelelangan ikan; 5) Melaksanakan peningkatan kemampuan tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; 6) Melaksanakan pemantauan dan pencatatan pemasukan ikan dan hasil laut lainnya baik dari laut maupun dari luar daerah di pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan; 7) Melaksanakan pemungutan retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan; dan 8) Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional; Berdasarkan uraian tugas-tugas di atas, seksi pelelangan ikan UPT PKPP dan PPI Muara Angke memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap baik dan buruknya proses pelelangan di TPI Muara Angke. Jadi, seksi pelelangan ikan selain bekerja untuk mengawasi kegiatan pelelangan yang dikelola oleh Koperasi Mina Jaya juga bertugas untuk memelihara TPI, meningkatkan pelayanan serta kinerja TPI PPI Muara Angke. 6.2 Kinerja pengelolaan TPI PPI Muara Angke 6.2.1 Perhitungan tingkat kepuasan pengguna pelelangan Kepuasan pengguna pelelangan dapat diukur dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis. Metode ini merupakan penentuan tingkat kepuasan yang dilakukan berdasarkan atribut-atribut pelayanan yang diberikan. Penilaian kepentingan dan kepuasan pengguna pelelangan dilakukan dengan menggunakan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan dari atribut-atribut kepuasan pengguna pelelangan. Masing-masing atribut akan menempati salah satu kuadran yang terdapat dalam diagram berdasarkan rata-rata skor kinerja (RSK) dan rata-rata skor kepentingan (RSP) yang dimilikinya. Pengukuran tingkat kepuasan pengguna pelelangan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu, kepuasan agen dan kepuasan pedagang. 1) Kepuasan agen Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa nilai RSK dan RSP menurut agen sebagai berikut:

67 Tabel 17 Penilaian kinerja dan kepentingan agen Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kebersihan fasilitas TPI 3,4 4-0,6 Fasilitas 2 Perbaikan fasilitas TPI 3,4 4-0,6 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 3,8 4-0,2 4 Basket 3,4 4-0,6 5 Alat timbangan 3,8 4-0,2 6 Trolly/lori 3,8 4-0,2 7 Speaker 4 4,4-0,4 8 Lampu 2,8 4-1,2 9 Gedung pelelangan 3,8 4-0,2 10 Penyediaan air bersih 3,4 4,2-0,8 11 Tempat cuci tangan dan toilet 2,8 3,6-0,8 12 Kursi petugas lelang 1,8 1,8 0 13 Kantor 3,8 4-0,2 14 Koperasi 4 4 0 15 Sortasi hasil tangkapan 3,8 4-0,2 16 Ketepatan penimbangan 4 4 0 17 Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 3,4 4-0,6 Aktivitas pelelangan 18 Kemudahan dalam pembayaran 3,6 4-0,4 19 Administrasi 3,8 4-0,2 20 Pendataan 4 4 0 Pelayanan TPI pelayanan Koperasi 21 Kesesuaian harga ikan 3,6 4-0,4 22 pengelolaan dana kesejahteraan nelayan 3,4 4,2-0,8 23 Retribusi 3,2 4,2-1 24 Pelayanan TPI 3,8 4-0,2 25 Ketanggapan TPI 3,4 4,2-0,8 26 Penyampaian keluhan kepada TPI 3,2 4-0,8 Ketepatan dan ketanggapan juru 27 lelang 3,8 4-0,2 Ketepatan dan ketanggapan juru 28 timbang 3,6 4,2-0,6 29 Pelayanan kasir/bendaharawan 3,8 4-0,2 30 Sikap pegawai TPI 3,8 4-0,2 31 Pelayanan koperasi 4 3,8 0,2 32 Cara pelayanan pihak koperasi 4 4 0 33 Sikap pegawai koperasi 3,8 4-0,2 34 Ketanggapan pihak koperasi 3,4 4,2-0,8 Sumber: Hasil wawancara dengan 5 orang agen TPI PPI Muara Angke

68 Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap agen pada Tabel 17 menempatkan masing-masing atribut ke dalam salah satu kuadran pada diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap kegiatan pelelangan di TPI PPI Muara Angke sebagaimana terlihat pada Gambar 19. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa garis yang membatasi kuadran adalah garis X=3,57 yang merupakan nilai rata-rata kepentingan dari atribut yang dianalisis dan garis Y=3,96 yang merupakan nilai rata-rata kepuasan dari atribut yang dianalisis. 6 4 A C B D Keterangan kuadran: A: 1,2,4,8,10,17,22, 23, 25, 26 dan 34 B: 3,5,6,7,9,13,14,15, 16,18,19,20,21,24, 27,28,29,30,32 dan 33 C: 11 dan 12 D: 31 2 Fasilitas Aktivitas Pelelangan 0 0 2 4 6 Pelayanan TPI Pelayanan Koperasi Gambar 19 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Berdasarkan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap fasilitas, aktivitas dan pealayan TPI PPI Muara Angke tersebut diketahui bahwa atribut terbagi menjadi kuadran A, B, C dan D. Pembagian atribut tiap kuadran tersebut dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 18 berikut:

69 Tabel 18 Pembagian atribut berdasarkan kuadran kepuasan agen Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Kebersihan fasilitas TPI A 2 Perbaikan fasilitas TPI A 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas B 4 Basket A 5 Alat timbangan B 6 Tolly/lori B Fasilitas 7 Speaker B 8 Lampu A 9 Gedung pelelangan B 10 Penyediaan air bersih A 11 Tempat cuci tangan dan toilet C 12 Kursi petugas lelang C 13 Kantor B 14 Koperasi B 15 Sortasi hasil tangkapan B 16 Ketepatan penimbangan B 17 Ketepatan waktu pelaksanaan lelang A Aktivitas pelelangan 18 Kemudahan dalam pembayaran B 19 Administrasi B 20 Pendataan B 21 Kesesuaian harga ikan B 22 Pengelolaan dana kesejahteraan nelayan A 23 Retribusi A 24 Pelayanan TPI B 25 Ketanggapan TPI A Pelayanan TPI 26 Penyampaian keluhan kepada TPI A 27 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang B 28 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang B 29 Pelayanan kasir/bendaharawan B 30 Sikap pegawai TPI B 31 Pelayanan koperasi D Pelayanan Koperasi 32 Cara pelayanan pihak koperasi B 33 Sikap pegawai koperasi B 34 Ketanggapan pihak koperasi A Sumber: Hasil perhitungan matematis

70 Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran A merupakan atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan agen, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna pelelangan sehingga mengecewakan atau tidak memuaskan. Oleh sebab itu, pihak penyedia layanan harus meningkatkan pelayanan kinerjanya agar agen atau nelayan merasa puas. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut nomor 1, 2, 4, 8, 10, 17, 22, 23, 25, 26 dan 34 yaitu kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, lampu, penyediaan air bersih, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran B merupakan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pengelola tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga wajib untuk dipertahankan. Atribut-atribut ini dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Atribut yang masuk dalam kuadran ini cukup banyak yaitu nomor 3, 5, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 24, 27, 28, 29, 30, 32 dan 33 Atribut ini adalah kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, trolly/lori, speaker, gedung pelelangan, kantor, koperasi, sortasi hasil tangkapan, ketepatan penimbangan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, pendataan, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, cara pelayanan koperasi dan sikap pegawai koperasi. Kuadran C menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna pelelangan dan pelaksanaannya oleh pihak penyedia jasa biasa-biasa saja. Kuadran C merupakan kuadran yang menurut penggunanya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 11 dan 12 yaitu tempat cuci tangan dan toilet serta kursi petugas lelang. Kuadran D merupakan faktor yang dianggap oleh pengguna pelelangan kurang penting akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Atribut yang termasuk kedalam kuadran D yaitu pelayanan koperasi.

71 Setelah melakukan penentuan keempat kuadran tersebut, maka selanjutnya adalah penentuan analisis kesenjangan (gap). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara kinerja dan kepentingan kepuasan agen atau nelayan. Nilai kesenjangan didapat dari hasil pengurangan antara rata-rata skor penilaian agen terhadap kinerja (RSK) dengan nilai rata-rata penilaian pedagang (RSP) dari tiap-tiap atribut. Semakin kecil nilai kesenjangan maka agen atau nelayan semakin merasa puas terhadap atribut tersebut, hal ini berarti kinerja dari TPI semakin mendekati nilai kepentingan yang diharapkan oleh agen atau nelayan sehingga tingkat kesesuaian semakin besar. Nilai kesenjangan dari berbagai atribut tersebut digolongkan atas 5 tingkatan yaitu tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Penentuan tingkat kepuasan ini dilakukan berdasarkan skala tertentu yang diperoleh melalui penentuan selang frekuensi/kelas bagi masing-masing atribut. Berdasarkan nilai kesenjangan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa kepuasan agen yang memiliki nilai kesenjangan antara (-1,2-0,9) termasuk kepada penilaian tidak puas terhadap atribut yang terdapat di TPI. Atribut tersebut adalah lampu dan retribusi. Atribut-atribut yang dinilai kurang memuaskan oleh agen dan nelayan memiliki nilai kesenjangan yang berkisar antara (-0,8-0,5). Atribut yang termasuk didalamnya adalah kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan dan ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut yang memiliki nilai kesenjangan berkisar antara (-0,4-0,1) termasuk kedalam penilaian cukup puas oleh nelayan atau agen terhadap TPI. Atribut tersebut adalah kemudahan dalam penggunan fasilitas, alat timbangan, troli/lori, speaker, gedung pelelangan, cold storage, kantor, sortasi hasil tangkapan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI dan sikap pegawai koperasi. Adapun atribut yang dinilai memuaskan oleh agen atau nelayan dan memiliki nilai

72 kesenjangan antara (0-0,3). Atribut yang termasuk didalamnya yaitu kursi petugas lelang, koperasi, ketepatan penimbangan, pendataan, pelayanan koperasi dan cara pelayanan pihak koperasi. Tabel 19 Tingkat kepuasan Agen Selang frekuensi Nilai Kesenjangan (gap) Tingkat Kepuasan -1,2-0,9 Tidak puas Lampu dan retribusi Atribut -0,8-0,5 Kurang puas Kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan dan ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi. -0,4-0,1 Cukup puas Kemudahan dalam penggunan fasilitas, alat timbangan, troli/lori, speaker, gedung pelelangan, cold storage, kantor, sortasi hasil tangkapan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI dan sikap pegawai koperasi. 0 0,3 Puas Kursi petugas lelang, koperasi, ketepatan penimbangan, pendataan, pelayanan koperasi dan cara pelayanan pihak koperasi. 0,4 0,7 Sangat Puas - Sumber: Hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa terdapat kesenjangan atau gap pada setiap atribut. Kesenjangan ini merupakan salah satu indikator tingkat kepuasan agen atau nelayan. Nilai kesenjangan (gap) yang didapat dari perhitungan selang frekuensi diketahui bahwa agen atau nelayan merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan TPI baik dari fasilitas, aktivitas, pelayanan TPI serta pelayanan koperasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kesenjangan (gap) yang masuk kedalam selang -0,4-0,1. Agen atau nelayan menilai bahwa semua atribut yang terdapat di TPI sangat penting dan kinerja TPI yang ada saat ini dinilai cukup memuaskan. Penilaian yang cukup memuaskan menurut agen tersebut memperlihatkan bahwa TPI harus meningkatkan kinerjanya sehingga pemilik kapal atau agen

73 merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan. TPI PPI Muara Angke harus meningkatkan pelayanan dalam penyediaan fasilitas, meningkatkan aktivitas pelelangan, meningkatkan pelayanan baik dari TPI sendiri dan koperasi yang mengurusi semua kegiatan di tempat pelelangan ikan tersebut. 2) Kepuasan pedagang Kepuasan pengguna pelelangan dapat diukur dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis dimana berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata skor kinerja (RSK) dan rata-rata skor kepentingan (RSP) seperti pada Tabel 20 berikut: Tabel 20 Penilaian Kinerja dan kepentingan pedagang Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kebersihan fasilitas TPI 3,6 4-0,4 2 Perbaikan fasilitas TPI 3,8 4-0,2 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 3,4 4-0,6 4 Basket 3,6 4-0,4 5 Alat timbangan 3,8 4-0,2 6 Trolly/lori 3.6 4-0,4 Fasilitas 7 Speaker 4 4 0 8 Lampu 2,8 3,2-0,4 9 Gedung pelelangan 3,6 4-0,4 10 Penyediaan air bersih 3,4 4-0,6 11 Tempat cuci tangan dan toilet 2,6 3,6-1 12 Kursi petugas lelang 2,8 1,8 1 13 Kantor 4 4 0 14 Koperasi 4 4 0

74 Tabel 20 Lanjutan Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Aktivitas pelelangan Pelayanan TPI Pelayanan koperasi 3 Sortasi hasil tangkapan 3,6 4-0,4 4 Ketepatan penimbangan 3,8 4-0,2 5 Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 3,4 4-0,6 6 Kemudahan dalam pembayaran 3,4 4-0,6 7 Administrasi 3,8 4-0,2 8 Pendataan 3,8 4-0,2 9 Kesesuaian harga ikan 3,4 4,2-0,8 10 Pengelolaan dana kesejahteraan nelayan 3,8 4,2-0,4 11 Retribusi 3,8 4-0,2 12 Pelayanan TPI 4 4,2-0,2 13 Ketanggapan TPI 3,6 4-0,4 14 Penyampaian keluhan kepada TPI 3,4 4-0,6 15 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang 3,8 4,2-0,4 16 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang 3,6 4-0,4 17 Pelayanan kasir/bendaharawan 4 4 0 18 Sikap pegawai TPI 4 3,8 0,2 19 Pelayanan Koperasi 4 4 0 20 Cara pelayanan Koperasi 4 4 0 21 Sikap pegawai Koperasi 4 4,2-0,2 22 Ketanggapan pihak Koperasi 3,6 4,2-0,6 Sumber: Hasil Wawancara dengan Pedagang TPI PPI Muara Angke Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap agen pada Tabel 20 menempatkan masing-masing atribut kedalam salah satu kuadran pada diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap kegiatan pelelangan di TPI PPI Muara Angke sebagaimana terlihat pada Gambar 20. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa garis yang membatasi kuadran adalah garis X=3,64 yang merupakan nilai rata-rata kepentingan dari atribut yang dianalisis dan garis Y=3,93 yang merupakan nilai rata-rata kepuasan dari atribut yang dianalisis.

75 6 4 2 A C B D Keterangan kuadran: A: 1,3,4,6,9,10,15, 17,18,21,25,26, 28 dan 34 B: 2,5,7,13,14,16, 19,20,22,23,24, 27,29,31,32 dan 33 C: 8,11 dan 12 D: 30 Fasilitas Aktivitas pelelangan Pelayanan TPI 0 0 2 4 6 Pelayanan Koperasi Gambar 20 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Berdasarkan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas dan pealayan TPI PPI Muara Angke tersebut diketahui bahwa atribut terbagi menjadi kuadran A, B, C dan D. Pembagian atribut riap kuadran tersebut dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 21 berikut: Tabel 21 Pembagian atribut berdasarkan kuadran kepuasan pedagang Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Kebersihan fasilitas TPI A 2 Perbaikan fasilitas TPI B 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas A 4 Basket A 5 alat timbangan B Fasilitas 6 trolly/lori A 7 Speaker B 8 Lampu C 9 gedung pelelangan A 10 penyediaan air bersih A 11 tempat cuci tangan dan toilet C

76 Tabel 21 Lanjutan Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 12 kursi petugas lelang C Fasilitas 13 Kantor B 14 Koperasi B 15 Sortasi hasil tangkapan A 16 ketepatan penimbangan B 17 ketepatan waktu pelaksanaan lelang A Aktivitas pelelangan 18 kemudahan dalam pembayaran A 19 Administrasi B 20 Pendataan B Pelayanan TPI pelayanan Koperasi 21 kesesuaian harga ikan A 22 pengelolaan dana kesejahteraan nelayan B 23 Retribusi B 24 Pelayanan TPI B 25 Ketanggapan TPI A 26 Penyampaian keluhan kepada TPI A 27 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang B 28 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang A 29 Pelayanan kasir/bendaharawan B 30 Sikap pegawai TPI D 31 Pelayanan koperasi B 32 Cara pelayanan pihak koperasi B 33 Sikap pegawai koperasi B 34 Ketanggapan pihak koperasi A Sumber: Hasil perhitungan matematis Kuadran A merupakan atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan agen, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna pelelangan sehingga mengecewakan atau tidak memuaskan. Oleh sebab itu, pihak penyedia layanan harus meningkatkan pelayanan kinerjanya agar agen atau nelayan merasa puas. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut nomor 1, 3, 4, 6, 9, 10, 15, 17, 18, 21, 25, 26, 28 dan 34 yaitu kebersihan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, basket, troli/lori, gedung pelelangan, penyediaan air bersih, sortasi hasil tangkapan, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan/ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi.

77 Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran B merupakan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pengelola tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga wajib untuk dipertahankan. Atribut-atribut ini dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Atribut yang masuk dalam kuadran ini yaitu nomor 2, 5, 7, 13, 14, 16, 19, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 31, 32 dan 33. Atribut ini adalah perbaikan fasilitas TPI, alat timbangan, speaker, kantor, koperasi, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, pelayanan koperasi, cara pelayanan koperasi dan sikap pegawai koperasi. Kuadran C menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna pelelangan dan pelaksanaannya oleh pihak penyedia jasa biasa-biasa saja. Kuadran C merupakan kuadran yang menurut penggunanya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 8, 11 dan 12 yaitu lampu, tempat cuci tangan dan toilet serta kursi petugas lelang. Kuadran D merupakan faktor yang dianggap oleh pengguna pelelangan kurang penting akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Atribut yang termasuk kedalam kuadran ini adalah nomor 30. Atribut tersebut yaitu sikap pegawai TPI. Nilai kesenjangan dari berbagai atribut tersebut digolongkan atas 5 tingkatan yaitu tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Berdasarkan nilai kesenjangan pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa kepuasan pedagang yang memiliki nilai kesenjangan antara (-1-0,6) termasuk kepada penilaian tidak puas terhadap atribut yang terdapat di TPI. Atribut tersebut adalah kemudahan dalam penggunaan fasilitas, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut-atribut yang dinilai kurang memuaskan oleh agen dan nelayan memiliki nilai kesenjangan yang berkisar antara (-0,5-0,1). Atribut yang termasuk didalamnya adalah kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, alat timbangan, troli/lori, lampu, gedung pelelangan, sortasi hasil

78 tangkapan, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketanggapan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang serta sikap pegawai koperasi. Atribut yang memiliki nilai kesenjangan berkisar antara (0 0,4) termasuk kedalam penilaian cukup puas oleh nelayan atau agen terhadap TPI. Atribut tersebut adalah speaker, kantor, koperasi, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi dan cara pelayanan koperasi. Adapun atribut yang dinilai sangat memuaskan oleh agen atau nelayan dan memiliki nilai kesenjangan antara (1-1,4). Atribut yang termasuk didalamnya yaitu kursi petugas lelang. Tabel 22 Tingkat kepuasan pedagang Selang frekuensi Nilai Kesenjangan Tingkat Kepuasan Atribut (gap) -1-0,6 Tidak puas Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. -0,5-0,1 Kurang puas Kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, alat timbangan, troli/lori, lampu, gedung pelelangan, sortasi hasil tangkapan, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketanggapan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang serta sikap pegawai koperasi. 0 0,4 Cukup puas Speaker, kantor, koperasi, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi dan cara pelayanan koperasi. 0,5 0,9 Puas - 1 1,4 Sangat Puas Kursi petugas lelang Sumber: Hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa terdapat kesenjangan atau gap pada setiap atribut. Kesenjangan ini merupakan salah satu indikator tingkat kepuasan pedagang. Nilai kesenjangan (gap) yang didapat dari perhitungan selang frekuensi

79 diketahui bahwa pedagang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan TPI baik dari fasilitas, aktivitas, pelayanan TPI serta pelayanan koperasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kesenjangan (gap) yang masuk kedalam selang -0,5-0,1. Pedagang menilai bahwa semua atribut yang terdapat di TPI sangat penting dan kinerja TPI yang ada saat ini dinilai kurang memuaskan. Penilaian yang kurang memuaskan menurut pedagang tersebut memperlihatkan bahwa TPI harus meningkatkan kinerjanya sehingga pedagang merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan. TPI PPI Muara Angke harus meningkatkan pengelolaan pelayanan jasa yang berkualitas, pengadaan fasilitas yang rutin dan peningkataan aktivitas pelelangan. 6.2.2 Tujuan pembangunan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Tempat pelelangan ikan (TPI) Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke mempunyai tujuan dalam pembangunannya yaitu, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak bagi nelayan maupun konsumen, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan koperasi nelayan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan nelayan. Berdasarkan tujuan tersebut maka pihak tempat pelelangan ikan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa pelelangan khususnya pedagang dan nelayan/agen. Pelayanan ini dimaksudkan agar semua tujuan TPI terlaksana dan pihak-pihak yang terdapat di dalam kegiatan pelelangan ini, dari hulu hingga hilir mendapatkan manfaat dan keuntungan. 6.2.3 Indikator kinerja Tempat Pelelangan Ikan Pengukuran kinerja TPI PPI Muara Angke tahun 2010 menggunakan beberapa indikator kinerja yaitu input dan output. Indikator tersebut akan menentukan nilai kinerja berdasarkan ekonomi dan efisiensi tempat pelelangan ikan. Menurut Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca (2007) vide Widayati (2008), indikator kinerja input dari tempat pelelangan ikan adalah Sumberdaya Manusia (SDM), fasilitas TPI, luas lantai lelang dan volume

80 produksi sedangkan indikator kinerja output yaitu pendapatan nelayan, pemasukan daerah dan kepuasan pengguna pelelangan. 6.2.4 Indikator kinerja input 1) Sumberdaya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia merupakan salah satu indikator kinerja input karena manusia mengelola suatu tempat agar dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan peranannya. Sumberdaya manusia yang mengelola tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke berjumlah 19 orang. Jumlah ini merupakan gabungan antara pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai koperasi. Pegawai negeri sipil berjumlah 5 orang sedangkan pegawai koperasi berjumlah 14 orang. Menurut hasil wawancara di lapangan dengan pihak TPI dan koperasi, pegawai yang ditempatkan untuk mengelola TPI ini sudah ideal sehingga tidak terdapat penambahan jumlah pegawai pada tahun 2010 dan 2011. Jumlah pegawai yang terdapat di TPI dirasa telah bekerja dengan optimal untuk mengelola pelelangan dengan baik. Pihak koperasi mengatakan bahwa pembagian tugas untuk masing-masing bagian sudah cukup rata dengan juru lelang berjumlah 2 orang, juru timbang berjumlah 11 orang dan kasir berjumlah 1 orang. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 yang dijadikan standar indikator (target) untuk jumlah personil TPI dan koperasi secara kuantitatif diketahui personil TPI dan petugas koperasi untuk tempat pelelangan ikan yang memiliki nilai produksi sebesar 40-50 milyar yaitu 12 orang untuk personil TPI dan 5 orang untuk petugas koperasi. Standar indikator tersebut dipakai karena Pemerintah Daerah propinsi Jakarta Utara tidak memiliki nilai kuantitatif untuk dijadikan target dalam penghitungan kinerja pengelolaan aktivitas TPI Muara Angke. 2) Fasilitas TPI Fasilitas TPI merupakan alat maupun fasilitas penunjang untuk berlangsungnya kegiatan operasional pelelangan dari suatu tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas tempat pelelangan ikan yang menjadi indikator kinerja input, yaitu:

81 (1) Timbangan Timbangan berfungsi untuk menimbang ikan hasil tangkapan setelah didaratkan di dermaga PPI Muara Angke. Timbangan ini digunakan untuk mengetahui berat hasil tangkapan. Timbangan yang terdapat di TPI PPI Muara angke ini terdiri dari 4 jenis, yaitu: timbangan duduk 300 kg sebanyak 5 unit, timbangan duduk 500 kg sebanyak 2 unit, timbangan digital sebanyak 1 unit dan timbangan gantung sebanyak 25 unit. Menurut pengamatan di lapangan, timbangan yang sering dipakai saat ini adalah timbangan gantung. Pihak TPI mengatakan, timbangan duduk dan digital hanya dipakai untuk hasil tangkapan yang tidak memakai trays. Kedua timbangan tersebut masih berfungsi dengan baik walaupun sudah berkarat. Pengukuran kinerja TPI PPI Muara Angke saat ini hanya menggunakan timbangan gantung, karena timbangan ini yang dipakai dan disukai oleh nelayan. Timbangan gantung di tempat pelelangan ikan (TPI) saat ini berjumlah 25 unit. Timbangan tersebut masih berfungsi dengan baik dan dapat digunakan. Berdasarkan jumlah kuantitatif rata-rata timbangan dari TPI kelas II di Jawa tengah yang nilai efisiensinya 100% yaitu TPI Klidang Lor, Tanjungsari, dan Karanganyar (Sulistyani, 2005 dan Widayati, 2008) didapatkan standar indikator (target) yang dijadikan penghitungan kinerja yaitu sebanyak 3 unit timbangan. Berikut ini merupakan tipe-tipe timbangan yang terdapat di TPI PPI Muara Angke (Gambar 21). (a) (b) Gambar 21 Alat penimbangan dengan jenis (a) timbangan geser dan duduk, (b)timbangan gantung di TPI PPI Muara Angke. (2) Gerobak (troli) Gerobak (troli) digunakan untuk mengangkut ikan baik ikan yang akan masuk ke TPI maupun ikan yang akan diangkut untuk didistribusikan ke tempat

82 tujuan lain setelah selesai pelelangan. Jumlah troli yang terdapat di TPI Muara Angke saat ini sebanyak 50 unit. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus matematis pada Lampiran 1 didapatkan hasil bahwa jumlah troli yang dibutuhkan pada tahun 2010 sebanyak 96 unit. Hal ini terlihat bahwa TPI PPI Muara Angke belum dapat memenuhi jumlah troli, sehingga agar pelaksanaannya lebih efisien, jumlah troli harus ditambah sebesar 47,92%. Berikut ini merupakan alat pengangkut yang terdapat di TPI PPI Muara Angke (Gambar 22). Gambar 22 Troli di TPI PPI Muara Angke. (3) Keranjang (Trays) Keranjang (trays) digunakan untuk meletakkan hasil tangkapan agar tidak berceceran di lantai lelang setelah ikan dibongkar dari kapal. Menurut pengamatan di lapangan, keranjang (trays) kondisinya tidak cukup baik, karena keranjang tersebut kotor dan masih terdapat ceceran lendir ikan maupun potongan tubuh ikan. Jumlah keranjang (trays) saat ini yang dipakai yaitu 1200 unit. Berdasarkan hasil perhitungan matematis didapatkan bahwa kebutuhan trays pada tahun 2010 yaitu sebanyak 579. Perhitungan matematis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara rinci trays dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23 Keranjang (trays) di TPI PPI Muara Angke.

83 3) Luas lantai lelang Lantai lelang merupakan salah satu fasilitas penting yang harus ada pada suatu tempat pelelangan ikan. Luas lantai lelang berhubungan erat dengan volume produksi hasil tangkapan yang dapat ditampung oleh tempat pelelangan ikan. Menurut UPT PKPP TPI dan PPI Muara Angke (2011), luas lantai lelang sebesar 540 m 2 sedangkan menurut perhitungan matematis didapat bahwa pada tahun 2010 luas lantai lelang yang dibutuhkan adalah sejumlah 535 m 2. Perhitungan matematis untuk mengetahui kebutuhan luas lantai lelang tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. 4) Volume produksi Volume produksi merupakan bagian penting yang harus diketahui dalam suatu kegiatan pelelangan karena volume produksi merupakan bahan baku yang akan diperjualbelikan di tempat pelelangan ikan. Menurut TPI PPI Muara Angke (2011), volume produksi pada tahun 2010 yaitu 10.432 ton sedangkan nilai ratarata volume produksi 9 tahun sebelumnya yaitu antara tahun 2001-2009 didapatkan jumlah volume produksi sebesar 8.824 ton. Perhitungan rata-rata volume produksi dapat dilihat pada Lampiran 3. 6.2.5 Indikator kinerja output Output merupakan hasil dari suatu input setelah mengalami sebuah proses. Indikator kinerja output tempat pelelangan ikan terbagi menjadi 3, yaitu: 1) Pendapatan nelayan Nelayan merupakan salah satu sentral dari kegiatan perikanan, karena nelayan adalah sumberdaya manusia yang dapat memasok ikan bagi kebutuhan masyarakat. Hal ini yang menjadikan nelayan merupakan salah satu objek yang harus memperoleh keuntungan dari suatu kegiatan perikanan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa yang ikut dalam kegiatan pelelangan bukan nelayan tetapi agen yang diutus oleh pemilik kapal untuk melakukan kegiatan pelelangan. Kegiatan pelelangan ini merupakan salah satu proses yang bertujuan agar pendapatan nelayan meningkat dibandingkan bila nelayan menjual hasil tangkapannya secara langsung kepada pembeli, karena diharapkan dengan adanya