VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII ANALISIS PENDAPATAN

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

III. BAHAN DAN METODE

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber : Nurman S.P. (

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

III. BAHAN DAN METODE

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

Transkripsi:

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya program pemerintah yang bekerjasama dengan PT MEDCO untuk mengembangkan padi organik dengan metode SRI (System of Rice Intensification). Metode ini merupakan teknik budidaya yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengolahan lahan, tanaman dan air. Pengembangan usaha tani padi konvensional di desa Jambenengggang sudah dimulai sejak diberlakukannya revolusi hijau atau di Indonesia dikenal dengan gerakan BIMAS. Sebelum era revolusi hijau dimulai, petani padi di desa Jambenenggang dalam bercocok tanam sudah menggunakan pupuk kandang atau kompos dan pestisida sebagai inputnya. Namun, akibat semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan yang terjadi pada waktu itu maka pemerintah menetapkan program revolusi hijau yang menggunakan bahan kimia (pupuk dan pestisida) sebagai input produksi dengan tujuan agar produktivitas padi meningkat dan akhirnya kebutuhan akan pangan dimasyarakat dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan agar dihasilkan beras dalam jumlah yang besar namun dalam waktu yang relatif singkat. Analisis sistem usaha tani dilakukan dengan cara membandingkan keragaan usaha tani yang dilakukan oleh petani di desa Jambenenggang, baik petani padi SRI maupun petani padi konvensional. Usaha tani ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan sumberdaya (input) hingga output yang 46

dihasilkan. Kemudian analisis akan dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing-masing usaha tani, baik usaha tani padi metode SRI maupun padi metode konvensional. 6.1 Penggunaan Input Produksi Dalam menghitung biaya usaha tani, terlebih dahulu dianalisis penggunaan input produksi petani. Pada penelitian ini input produksi yang dianalisis adalah benih,pupuk, pestisida dan tenaga kerja. 6.1.1 Benih Pada usaha tani padi sawah metode SRI ini, benih yang digunakan oleh petani responden adalah varietas Sinta Nur, karena varietas ini memiliki keunggulan dan cocok untuk sistem usaha tani metode SRI. Salah satu keunggulan dari varietas Sinta Nur ini adalah tahan terhadap hama dan penyakit terutama hama wereng coklat dan penyakit hawar daun. Hal ini sangat diperlukan karena dalam sistem usaha tani padi metode SRI ini input yang digunakan merupakan input organik, sehingga hama ataupun penyakit akan mudah untuk menyerang tanaman. Varietas Sinta Nur juga memiliki keunggulan lain yakni dalam produksi anakannya cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan varietas yang lain (Lampiran 5). Hal ini juga sangat diperlukan dalam usaha tani padi sawah metode SRI karena pada saat penanaman bibit yang ditanam hanya satu rumpun, sehingga diperlukan anakan yang produktif untuk menghasilkan malai padi yang banyak. Varietas sinta Nur memiliki umur tanam 115-125 hari dengan potensi hasil mencapai 7 ton/ha. Anakan produktif sekitar 16-20 batang. Sintanur memiliki 47

tekstur nasi pulen. Varietas ini baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 550 m diatas permukaan laut. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 9, kebutuhan benih total ratarata yang digunakan petani padi SRI setiap musim tanam sebesar 34,01 kg. Jumlah tersebut jauh berbeda dimana petani padi konvensional total rata-rata menggunakan benih sebesar 95,39 kg. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha tani padi SRI dapat menghemat penggunaan benih total rata-rata sebesar 61,38 kg, atau mengurangi biaya pembelian benih sebesar Rp 368.260,- dengan harga rata-rata Rp 6.000,-/kg. Perbedaan jumlah kebutuhan benih SRI dan konvensional cukup signifikan, hal ini disebabkan karena pada dasarnya usaha tani metode SRI tidak membutuhkan banyak benih, karena pada prinsipnya metode SRI menggunakan satu benih untuk satu lobang tanaman padi. Perhitungan besarnya jumlah benih dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 9.Perbandingan Penggunaan Benih Padi SRI dan Padi Konvensional (Kg/Ha) di Desa Jambenenggang,kabupaten Sukabumi Jawa Barat Penggunaan Benih SRI Penggunaan Benih Konvensional Luas Lahan (Ha) Benih (Kg) Luas Lahan (Ha) Benih (Kg) 0,16 2 0,12 24 0,5 10 0,10 10 0,4 5 0,15 10 0,04 2 0,35 10 0,5 7 0,10 10 0,5 7 0,3 15 0,3 30 0,15 15 0,15 5 0,06 7 1,2 7 0,22 15 0,08 3 0,16 10 0,07 3 0,15 15 0,25 10 0,10 10 1 6 0,08 10 0,12 5 0.07 10 1 10 0,08 5 0,12 5 0,12 15 48

0,1 5 0,05 6 0,09 5 0,25 10 0,1 5 0,10 10 0,07 3 0,05 5 Rata-Rata Total Benih (Kg) 34,01 95,39 Harga Benih (Rp) 6000 6000 Biaya Total Rata- Rata Benih (Rp) 204.060 572.340 Selisih Biaya (Rp) 368.260 Sumber :Data primer diolah 6.1.2 Pupuk Berdasarkan hasil wawancara, petani SRI tidak seluruhnya menggunakan pupuk organik, ada sebagian petani yang menggunakan pupuk kimia, walaupun proporsinya sangat kecil dibandingkan dengan pupuk organik. Pada petani Konvensional hampir semua menggunakan pupuk kimia dan proporsinya sangat besar dibandingkan dengan pupuk organik. Pada usaha tani padi SRI, pupuk yang digunakan oleh petani organik untuk membudidayakan tanamannya adalah dengan menggunakan pupuk kompos atau pupuk kandang. Pupuk kompos ini dibuat dari berbagai campuran bahan organik yang terdapat di alam, seperti pupuk kandang (kotoran hewan), sekam bakar, arang bambu, daun-daunan hijau, sampah dapur, dan bahan lainnya yang berasal dari hasil limbah pengolahan produk ternak yang kemudian didekomposisikan. Definisi pupuk organik dalam International for Standardization (ISO) adalah bahan organik atau bahan karbon yang ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai unsur hara yang mengandung nitrogen dari tumbuhan atau hewan (Sutanto, 2006). Pada umumnya pupuk diberikan dengan cara sebar atau ditabur melalui daun dengan cara disemprot. 49

Pupuk kompos yang digunakan petani padi organik SRI rata-rata adalah 2.127. 407 kg/ha dengan harga rata-rata adalah Rp. 635,00/kg. Petani masih memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia dilingkungan mereka. Untuk mendapatkan pupuk ini, petani dapat membuatnya sendiri atau membeli di tokotoko sarana tani yang ada di kota Sukabumi. Selain menggunakan pupuk kompos, petani padi SRI pun menggunakan pupuk daun sebagai pupuk pelengkap, yaitu menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). Hal ini dilakukan petani untuk menambah jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. MOL ini digunakan dengan cara disemprotkan menggunakan handsprayer. Umumnya MOL dibuat sendiri oleh petani karena menggunakan bahanbahan organik yang mudah ditemukan di lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 10 dapat dikaji, bahwa kebutuhan MOL yang digunakan rata-rata sebesar 15,96 lt/ha. Penggunaan MOL tidak memiliki rekomendasi khusus, apabila petani akan menggunakan MOL lebih banyak dari dosis yang telah ditetapkan itu lebih bagus, karena jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jadi lebih tercukupi. Selain itu, tidak ada efek samping yang ditimbulkan apabila penggunaan MOL melebihi dosis yang dianjurkan, karena pupuk ini terbuat dari bahan organik. Namun, takaran yang dianjurkan yaitu 50:50, artinya setengah bagian MOL dicampur dengan setengah bagian air. Dari segi biaya, petani padi SRI mengeluarkan rata-rata Rp 4.770,-/Ha. Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini. 50

Tabel 10. Kebutuhan akan MOL yang digunakan petani padi SRI di desa Jambenenggang, kec Kebon Pedes, Kab Sukabumi 2011 No Luas Lahan (Ha) Jumlah Mol (Liter) Nilai (Rp) Pupuk Organik (Kg) Nilai (Rp) 1 0,16 10 100000 300 225000 2 0,50 5 50000 150 112500 3 0,40 2 20000 700 490000 4 0,04 0.25 0 20 0 5 0,50 30 25000 350 262500 6 0,50 5 60000 700 490000 7 0,30 4 40000 2000 600000 8 0,15 5 50000 300 225000 9 1,20 15 75000 1500 600000 10 0,08 12 0 50 0 11 0,07 0.5 0 50 0 12 0,25 1 10000 75 56250 13 1,00 0 0 7000 2800000 14 0,12 0.5 5000 15 11250 15 1,00 1 10000 150 105000 16 0,12 0 0 50 35000 17 0,10 0.5 5000 100 70000 18 0,09 0 0 50 35000 19 0,10 0 0 700 70000 20 0,07 16 64000 700 490000 Jumlah 6,75 206.75 514000 14360 6677500 Rata2 penggunaan MOL 206,75/6,75 =30,63 Liter/Ha 718 kg/ha Biaya rata2 yang Rp.25.700,- dikeluarkan Sumber : Data primer diolah Rp.502.600,- Penggunaan pupuk kimia dalam usaha tani padi konvensional biasanya menggunakan pupuk standar yaitu pupuk urea, KCL, NPK dan TSP. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 11, didapatkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk 51

Urea sebesar 26,23 kg/ha dengan biaya rata-rata yg dikeluarkan Rp 2500/kg, penggunaan Pupuk KCL sebesar 6,83 Kg/Ha dengan Biaya Rata2 yang dikeluarkan Rp 1800/kg, penggunaan pupuk NPK sebesar 3,5 kg/ha dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan Rp 3000/kg. Rata-rata penggunaan pupuk TSP sebesar 16,43 kg/ha dengan biaya rata-rata Rp 2500/kg. Tabel 11. Rata-rata Penggunaan Pupuk Kimia petani Konvensional di desa Jambenenggang, kec Kebon Pedes, Kab Sukabumi 2011 Pupuk Urea Pupuk KCL Pupuk NPK Pupuk TSP Jumlah Jumlah (Kg) 185,78 55,46 34,38 94,25 369,87 Harga (Rp/Kg) 2.500 1.800 3.000 2.500 9.800 Biaya (Rp) 464.460 99.836 103.152 235.647 903.095 Sumber : Data primer diolah Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat dianalisis bahwa Biaya total dari pupuk Urea yang dikeluarkan petani konvensional di desa Jambenenggang sebesar Rp 65.575/Ha, nilai biaya pupuk KCl sebesar Rp 12.294/Ha, nilai biaya pupuk NPK Rp 10.500/Ha dan pupuk TSP Rp 41.075/Ha. Biaya pupuk merupakan bagian dari biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani. 6.1.3 Pestisida Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada usaha tani SRI tidak menggunakan pestisida kimia. Hal ini dikarenakan dapat berpengaruh terhadap kualitas beras yang dihasilkan, untuk itu pengendalian hama dan penyakit para petani SRI melakukannya dengan cara pengendalian fisik dan penyemprotan dengan menggunakan handsprayer. Pengendalian fisik dilakukan 52

dengan cara mencabut gulma yang berada dilahan dan pematang sawah, sedangkan penyemprotan hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yang biasanya dibuat sendiri. Seringkali petani melakukan tindakan pengendalian bersamaan dengan saat penyemprotan MOL dilakukan (pupuk daun), karena dalam komposisi MOL terkadang dicampurkan bahan-bahan organik seperti gadung, daun nimba, dan lain-lain yang dapat mengendalikan hama. Hal ini dilakukan agar kondisi lahan bersih dari gulma yang biasanya dijadikan oleh hama dan penyakit sebagai tempat bersemayam. Petani padi konvensional dalam melakukan pengendalian hama dan penyakitnya menggunakan pestisida kima. Pestisida yang digunakan oleh petani konvensional terdiri dari dua jenis yakni berdasarkan cara aplikasinya yaitu pestisida padat dan pestisida cair. Pada pestisida padat yang digunakan antara lain, yaitu pestisida dengan merek dagang Furadam. Sedangkan pestisida cair yang digunakan petani padi konvensional seluruhnya dalam bentuk formula cair dengan seperti Pirtako,Obat eceng, Allika spontan, Pilia,Skor. Petani biasanya melakukan penyemprotan pestisida bila terdapat serangan hama atau penyakit pada tanaman, namun pada beberapa petani tetap melakukan penyemprotan meskipun tidak terdapat serangan hama sebagai tindakan pencegahan. Hal serupa juga dilakukan dengan cara menaburkan furadam. Rata-rata penggunaan furadam yang dilakukan petani adalah sebesar 1.82 kg/ha. Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan pestisida cair yang digunakan petani yaitu Allika 11,67 %, Skor 5.83%, Pillia 40.87 %, Pirtakol 40.87 %, Obat eceng 0.58 %,Spontan 0.14 %. Pada Tabel bawah ini dapat dilihat beberapa jenis obat-obatan yang digunakan petani Konvensional. 53

Tabel 12. Jenis Obat-Obatan Pada Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenngang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi untuk Musim Tanam (MT) Periode Januari-Maret 2011 Per Hektar No Jenis Obatan Satuan Pestisida Cair Sumber : Data primer (diolah) 6.1.4 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya usaha tani. Oleh karena itu dalam penggunaannya petani harus memperhitungkannya. Kebutuhan tenaga kerja yang digunakan petani berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Kebutuhan tenaga kerja dalam satu musim tanam yang digunakan petani baik usaha tani padi SRI maupun padi konvensional di desa Jambenenggang pada umumnya relatif sama. Namun kebutuhan tenaga kerja pada beberapa kegiatan dalam usaha tani padi SRI dengan padi konvensional berbeda. Penggunaan tenaga kerja pada kedua jenis usaha tani di desa Jambenenggang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Penggunaan per Ha Persentase (%) 1 Allika ml 9,13 11,67 2 Skor ml 4,56 5,83 3 Pilia ml 31,96 40,87 4 Pirtako ml 31,96 40,87 5 Obat Eceng ml 0,45 0,58 6 Spontan ml 0,11 0,14 Pestisida Padat 1 Furadam Kg 1,82 100 54

Tabel 13. Perbandingan Kebutuhan Tenaga Kerja pada Usaha tani Padi Metode SRI dan Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi Tahun 2011 (HOK/Ha) Metode SRI Metode Konvensional No Kegiatan Kebutuhan Kebutuhan (%) (%) (HOK) (HOK) 1 Pengolahan Tanah 153 20.90 117 27,70 2 Penyiapan Media 25 3.41 30 7,10 3 Menaplak 32 4.37 15 3,55 4 Menanam tandur 138 18.80 78 18,48 5 Penyiangan 90 12.20 58 13,70 6 Penyulaman 39 5.32 0 0 7 Pemupukan 30 4.09 16 3,79 8 Penyemprotan 45 6.14 10 2,36 9 Pembersihan Pematang 41 5.60 30 7,10 10 Panen 139 18.90 68 16,11 Total 732 100.00 422 100.00 Δ KK = TK Sri TK Konvensional = 732-422 = 310 HOK Sumber : Data primer (diolah) Berdasarkan Tabel 13 di atas memperlihatkan perbandingan kebutuhan tenaga kerja metode SRI lebih banyak dibandingkan dengan usaha tani metode konvensional. Proporsi kebutuhan tenaga kerja untuk kedua jenis usaha tani tersebut paling besar dialokasikan pada kegiatan pengolahan tanah, menanam tandur, penyiangan, dan panen. Pada usaha tani SRI, sebanyak 20.9 % dialokasikan untuk pengolahan tanah, kemudian diikuti oleh kegiatan menanam tandur sebesar 18.8 %, kegiatan penyiangan sebesar 12.2 % dan kegiatan panen sebesar 18.9 %. Pada usaha tani padi konvensional membutuhkan tenaga kerja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan usaha tani metode SRI. Penggunaan jumlah tenaga 55

kerja dimasing-masing usaha tani terlihat perbedaan yang cukup besar, yakni pada kegiatan pengolahan tanah, menanam tandur, penyiangan, dan penyemprotan. Pada kegiatan pengolahan tanah kebutuhan tenaga kerja usaha tani SRI lebih banyak dibandingkan usaha tani konvensional, hal ini disebabkan karena pada proses pengolahan tanah sawah yang diusahakan dengan metode SRI membutuhkan tahapan pengolahan yang lebih banyak dibandingkan dengan konvensional, karena pada prinsipnya usaha tani metode SRI tidak menggunakan pupuk kimia sehingga dibutuhkan pembajakan tanah yang lebih banyak yang bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan tenaga kerja yang dibutuhkan pada dua proses lainnya yaitu penyiangan dan penyemprotan lebih banyak digunakan pada usaha tani padi sawah metode SRI, hal ini disebabkan karena tanaman padi dengan menggunakan SRI merupakan tanaman organik sehingga sangat mudah untuk terserang hama tanaman, hal ini menyebabkan proses penyiangan pada usaha tani SRI lebih banyak dibandingkan dengan konvensional. Kedua kegiatan tersebut memerlukan tambahan tenaga kerja lebih banyak karena proses penyemprotan MOL pada usaha tani padi metode SRI dilakukan sebanyak empat kali jika dibandingkan dengan proses penyemprotan yang dilakukan pada usaha tani padi konvensional yang dilakukan sebanyak dua kali pada setiap musim tanam. Pada kegiatan penyemprotan membutuhkan 45 HOK dan penyiangan membutuhkan tenaga kerja sebesar 90 HOK jika dibandingkan dengan usaha tani konvensional yang membutuhkan tenaga kerja untuk penyemprotan sebanyak 7 HOK dan tenaga kerja untuk penyiangan sebanyak 58 HOK. 56

Upah yang diterima buruh tani di desa Jembenenggang, baik pada usaha tani padi SRI maupun padi konvensional pada umumnya adalah sama. Kisaran upah yang berlaku sekitar Rp 15.000,00 Rp 25.000,00 untuk hari kerja pria dan Rp 10.000,00 Rp 15.000,00 untuk hari kerja wanita. Berdasarkan Tabel di atas dapat dianalisis perubahan kesempatan kerja secara keseluruhan yang terjadi sebanyak 310 HOK, yang berarti bahwa penggunaan tenaga kerja sistem usahatani metode SRI lebih banyak 310 HOK dibandingkan dengan sistem usahatani konvensional. 6.2 Output Usaha tani Output dalam usaha tani padi yakni berupa gabah. Gabah adalah bulir padi yang telah dirontokkan melalui kegiatan panen. Gabah yang diterima petani di lahan atau gabah yang belum mendapat perlakuan pengeringan disebut gabah kering panen (GKP). Sementara gabah yang telah dikeringkan disebut gabah kering giling (GKG). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani, terjadi kehilangan bobot GKP yang disebabkan oleh proses penjemuran adalah sekitar 15 %, dengan kata lain bobot GKG lebih rendah 15 % dari bobot GKP. Adapun jenis gabah yang sering dijual oleh petani di desa Jambenenggang biasanya adalah GKP. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa total gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani SRI dengan luas lahan rata-rata 0,3375 Ha sebesar 39.785 kg, sedangkan total gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani konvensional dengan luas lahan rata-rata 0,146 Ha sebesar 21.350 kg. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui dan dikaji perbandingan produksi (GKP) rata-rata yang dihasilkan petani SRI dengan petani Konvensional. Produksi rata-rata petani SRI sebesar 1989,25 kg, sedangkan 57

produksi rata-rata yang dihasilkan petani konvensional sebesar 1.067,5 kg. Berdasarkan informasi dianalisis bahwa hasil produksi petani dengan menggunakan metode SRI lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi yang diusahaakan petani konvensional. Selain dari segi produksi, harga jual GKP padi SRI lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual GKP padi konvensional. Untuk harga jual GKP padi SRI sebesar Rp 2.800,00 /Kg, sedangkan harga jual GKP padi konvensional sebesar Rp 2.500,00 /Kg. Data produksi di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 14.Perbandingan Produktivitas Padi Metode SRI dan Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi Periode Januari-April 2011 Jenis Usahatani Luas Ratarata (Ha) GKP Total (Kg) GKP Rata- Rata (Kg) Produktivitas GKP (Kg/Ha) Metode SRI 0,33 39.785 1.989,25 5.894,07 Konvensional 0,13 21.350 1.067.50 4.402,17 Sumber : Data primer (diolah) 6.3 Penggunaan Air untuk Produksi Kondisi desa Jambenennggang, sumber air pertanian yang dimanfaatkan oleh warga berasal dari sungai disekitar desa yang dibuat menjadi irigasi sederhana. Namun ada beberapa kelompok tani yang hanya memanfaatkan air hujan untuk mengairi sawahnya. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dianalisis perbandingan penggunaan air yang digunakan antara petani yang menggunakan metode SRI dengan petani yang menggunakan metode konvensional. Jumlah kebutuhan air untuk sawah yang menggunakan metode SRI dengan metode konvensional sangat berbeda. Kebutuhan air untuk metode SRI membutuhkan 58

1500 m 3 per musim tanam untuk pengolahan tanah dan untuk pertumbuhan tanaman membutuhkan air 6000 m 3 per musim tanam. Kebutuhan air untuk sawah yang menggunakan metode konvensional membutuhkan 1500 m 3 per musim tanam untuk pengolahan tanah dan 1000 m 3 untuk pertumbuhan tanaman. Tabel 15. Perbandingan Kebutuhan air Padi Sawah Metode SRI dengan Konvensional Metode Pengolahan (m 3 ) Pertumbuhan (m 3 ) Kebutuhan Total (m 3) Padi SRI 1500 6000 7500 Padi Konvensional 1500 10000 11500 Sumber : Balitbang Pertanian 59