BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, apalagi pada saat individu memasuki bangku perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa yang diproduksi dapat sampai ditangan konsumen. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian menelusurinya ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

Bab 3 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini mencakup lingkup wilayah penelitian dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perguruan tinggi di Indonesia, khususnya yang berada di pulau Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

III. METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH. HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN DIRI SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI MODEL KOTA JAMBI OLEH :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xiiii. DAFTAR LAMPIRAN... xivi. 1.1 Latar Belakang...

METODE PENELITIAN. Pada penulisan tesis ini, metode penelitian yang digunakan oleh. peneliti adalah metode penelitian korelasional.

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN ILMIAH Disusun oleh : Siti Shara Npm : Pembimbing : Faisal Rachmat S.psi, M.A.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. No Unit Kerja Jumlah Karyawan. 1 Haurpugur 8. 2 Cipaku Cicalengka Cibereum 7.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DI KELAS PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya (Desmita, 2005). Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada manusia, mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain. Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan individu untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga individu merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005). Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu individu pada saat terjun dalam masyarakat luas. Meskipun demikian, tampaknya penyesuaian diri yang baik bukanlah hal yang mudah (Hurlock, 1999). Menanggapi hal tersebut masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam etnik, budaya dan agama, dari 1

2 keanekaragaman tersebut terbentuklah individu-individu yang berkarakter berdasarkan latar belakang budaya yang ia punya. Hal ini disebabkan karena pada setiap budaya akan mempengaruhi kekhasan individu yang bersangkutan mengenai cara pandang, sikap, persepsi, bahasa, etika, gaya hidup dan lain sebagainya (Xia, 2009). Mengingat begitu hetrogennya budaya di Indonesia, maka potensi untuk terjadinya gegar budaya di antara para penduduk yang tinggal di lingkungan baru di Indonesia juga semakin besar. Karena pada dasarnya setiap lingkungan baru terutama yang memiliki budaya berbeda akan menghadirkan suasana yang tidak nyaman bagi sebagian orang. Hal ini dikarenakan seseorang yang memasuki lingkungan baru akan dituntut untuk mempunyai kemampuan beradaptasi (menyesuaikan diri) baik secara fisik maupun psikologis (Gudykunst dan Kim, 2003). Penyesuaian diri terhadap lingkungan baru yang memiliki budaya berbeda, mengarahkan individu untuk terdorong melakukan adaptasi budaya. Adaptasi budaya adalah sebuah proses dimana seseorang yang sedang berada dalam interaksi lintas- budaya berusaha untuk merubah pola perilaku komunikatif mereka dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya tersebut, atau dengan kata lain adaptasi budaya mengacu pada penyesuaian prilaku komunikatif untuk mengurangi terjadinya kesalahpahaman ketika berinteraksi dengan seseorang yang berbeda budaya, Cai dan Rodriguez (1996). Selanjutnya Kim (2005) mendefinisikan adaptasi budaya sebagai sebuah fenomena individu setelah pindah ke lingkungan sosio-kultural yang asing, berusaha untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang relatif stabil, timbal balik dan

3 fungsional dengan lingkungan barunya tersebut. Dengan kata lain adaptasi budaya merupakan sebuah proses yang berjalan secara alamiah dan tidak dapat dihindari dimana seorang individu berusaha untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu tentang budaya dan lingkungannya yang baru sekaligus memahaminya. Namun, proses ini tidak dapat sepenuhnya berjalan dengan mulus dan mudah, bahkan dapat membuat individu merasa terganggu karenanya. Budaya yang baru biasanya dapat menimbulkan tekanan, karena memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain adalah sesuatu yang sangat sulit, terlebih jika nilai-nilai budaya tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki (Kingsley and Dakhari, 2006). Di lingkungan sosial kampus, terdapat sejumlah mahasiswa yang memiliki latar belakang budaya berbeda. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mahasiswa perantau dari luar daerah yang memiliki latar belakang budaya berlainan untuk menuntut ilmu dalam satu lingkungan perguruan tinggi yang sama. Di lingkungan yang baru tersebut akan memungkinkan terdapat tuntutan-tuntutan dimana mereka tidak memahami respon yang tepat bagi budaya yang berlaku dan respon yang mereka berikan tidak menunjukkan hasil yang dikehendaki. Hal inilah yang akan menimbulkan gegar budaya bagi mereka, ditambah di dalam perguruan tinggi tentunya senantiasa menghadirkan suasana kompetitif yang relatif lebih ketat dibandingkan dengan sekolah menengah umum. Disamping itu pada umumnya tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh seorang mahasiswa di perguruan tinggi relatif lebih memiliki variasi dan berat sehingga mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dan memiliki penyesuaian diri yang baik serta kemampuan menganalisa

4 dan berpikir secara integratif. Bagi mahasiswa perantau, hal ini merupakan tantangan atau permasalahan yang lain dalam berusaha menyesuaikan diri bagi dirinya disamping motif berprestasi di lingkungan belajar yang baru. Gegar budaya merupakan fenomena psikologis yang akan dialami oleh setiap orang ketika ia berpindah dari suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika berpindah dan hidup dengan orang-orang yang berbeda secara pakaian, rasa, nilai, bahkan bahasa dengan yang dipunyai oleh orang tersebut (Littlejohn, 2004; Kingsley dan Dakhari, 2006; Balmer, 2009). Hal ini merupakan fenomena yang wajar ketika seseorang bertamu atau mengunjungi budaya yang baru. Orang yang mengalami gegar budaya biasanya akan berada dalam kondisi tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional (Littlejohn, 2004). Sebuah artikel ilmiah berjudul Culture Shock Management (Balmer, 2009), menceritakan seorang siswa yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah dan hendak melanjutkan ke universitas, untuk pertama dia akan bangga dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi lingkungan kuliah yang baru. Dia akan mempersiakan dirinya untuk bertemu dengan orang-orang baru, antusiasme untuk belajar agar menuai kesuksesan dalam lingkungannya yang baru. Namun, pada akhirnya siswa tersebut mengalamai ketidaknyamanan terhadap lingkungan barunya hingga membuatnya tidak lagi ingin melanjutkan kuliahnya. Dari artikel ilmiah tersebut bisa disimpulkan bahwa setiap siswa menjadi wajar jika mengalami gegar budaya sebagai akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah yang lama ke lingkungan universitas yang baru. Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru, seperti yang diungkapkan Balmer (2009), dapat menyebabkan

5 tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik siswa tersebut dan akan menjadi negatif kalau gegar budaya tersebut tidak teratasi. Dalam hal ini orang gagal untuk meyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya, dan menjadi depresi (Littlejohn, 2004; Kingsley dan Dakhari, 2006; Balmer, 2009). Kasus diatas dapat diperkuat oleh penelitian Stoynoff (1997) yang menyebutkan bahwa keberhasilan penyesuaian psikologis yang dilakukan oleh mahasiswa perantau di lingkungan belajarnya yang baru dipertimbangkan sebagai hal yang sangat penting karena berhubungan positif dengan performa akademis mereka. Selanjutnya Chapman (2005), mengungkapkan bahwa pelajar yang belajar di negrinya sendiri, namun memiliki guru dari budaya yang berbeda, juga bisa mengalami gegar budaya sebagai akibat dari keterlibatan antara guru dan murid. Berdasarkan studi awal kepada 30 orang mahasiswa perantau di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia, banyak diantara mahasiswa tersebut yang mengalami gegar budaya sehingga kurang dapat menyesuaikan diri pada lingkungannya yang baru dan mempengaruhi kondisi psikologisnya termasuk motivasi berprestasinya. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir setiap mahasiswa perantau akan mengalami gegar budaya dalam tahun-tahun pertama mahasiswa itu pindah dalam lingkungan universitas yang baru, seiring dengan usaha mahasiswa tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan baru itu. Dan gegar budaya yang dialami dapat mempengaruhi proses akademik yang ditempuh oleh mahasiswa tersebut, sehingga menurunkan motivasi berprestasinya.

6 Menurut fenomena yang telah dijelaskan, peneliti berpendapat bahwa terdapat hubungan antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau. Dan dengan dilatar-belakangi hal tersebut peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA PERANTAU. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, disebutkan bahwa hampir rata-rata mahasiswa perantau mengalami gegar budaya pada tahun-tahun pertama mereka kuliah dan menghambat penyesuaian dirinya, hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikisnya dan dapat pula mempengaruhi motivasi berprestasinya. Oleh karena hal tersebut, maka peneliti mencoba menjabarkan rumusan masalahnya dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah gegar budaya yang dialami mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010? 2) Bagaimanakah motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010? 3) Apakah terdapat hubungan negatif antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai hubungan gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010 yang secara umum dapat dijabarkan melalui pernyataan sebagai berikut: 1) Mengetahui gambaran gegar budaya yang dialami mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. 2) Mengetahui gambaran motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. 3) Mengetahui hubungan antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi pengembangan keilmuan psikologi sosial dan pendidikan, utamanya kajian mengenai gegar budaya dan motivasi berprestasi.

8 2) Kegunaan Praktis a) Penelitian ini akan memberikan manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam bidang ilmu pengetahuan psikologi, khususnya bidang psikologi sosial dan pendidikan. b) Penelitian ini dapat dijadikan panduan atau bahan bacaan oleh mahasiswa baru yang akan berpindah dari lingkungan sekolah menengah yang lama ke lingkungan universitas yang baru. c) Dapat digunakan sebagai bahan acuan referensi terutama bagi pihak-pihak yang membutuhkan, serta sebagai bahan pertimbangan penelitian lanjutan dan untuk menambah perbendaharaan. E. Asumsi Adapun asumsi yang menjadi titik pangkal penelitian ini antara lain: 1) Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik siswa tersebut. Akan menjadi negatif kalau gegar budaya tersebut tidak teratasi, dalam hal ini individu tersebut gagal untuk meyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya, dan menjadi depresi hingga menurunkan kualitas hidupnya (Littlejohn, 2004; Kingsley dan Dakhari, 2006; Balmer, 2009). 2) Jayasuriya et al (1992), mengungkapkan bahwa pendidikan sangat berhubungan erat dengan penyesuaian diri yang baik dan level stres yang rendah pada lingkungan belajar.

9 F. Hipotesis Berikut dirumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nol sebagai jawaban sementara dari penelitian mengenai hubungan antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010, yaitu: Ho: Tidak terdapat hubungan negatif antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. Ho: ρ = 0 Ha: Terdapat hubungan negatif antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. Ha: ρ 0 Kedua hipotesis ini akan diuji dengan koefisien α = 0,05 G. Metodologi Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki mengenai hubungan antara gegar budaya dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009 dan 2010. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui design deskriptif dengan metode korelasional yang bertujuan untuk menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Kedua variabel dalam penelitian ini yaitu gegar budaya sebagai variabel bebas dan motivasi berprestasi sebagai variabel terikat yang diperoleh datanya dengan menggunakan Summated Rating Scale. Item-item yang disajikan dibuat

10 berdasarkan penurunan dimensi gegar budaya dari Oberg (1960) dan dimensi motivasi berprestasi (need of achievement) dari McClelland (1961). Data yang diperoleh diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan metode korelasi item total Person Product Moment dan Alpha Cronbach. Kemudian teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Spearman Rank yaitu untuk mencari keterkaitan (hubungan) antara kedua variabel. Desain Hubungan Variabel Penelitian Gambar 1.1 Gegar Budaya (X) Motivasi Berprestasi (Y) Keterangan : X = Gegar Budaya Y = Motivasi berprestasi H. Sampel dan Lokasi Penelitian Menurut Sugiyono (2007) sampel adalah sebagian dari keseluruhan jumlah populasi yang mewakili karakteristik/kualitas dari keseluruhan populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari mahasiswa perantau angkatan 2008 dan 2009 di Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia yang berjumlah 40 responden yang diambil secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling.

11 Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di lingkungan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.