4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN OLENG KAPAL ROUND BOTTOM (SKALA MODEL) DENGAN LUAS FREE SURFACE MUATAN CAIR YANG BERBEDA ARIESTIO DWI RAMADHAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

EFEKTIVITAS SIRIP PEREDAM DALAM MEREDAM EFEK FREE SURFACE YANG MEMPENGARUHI GERAKAN ROLLING KAPAL MODEL

EFEKTIVITAS SIRIP PEREDAM DALAM MEREDAM EFEK FREE SURFACE YANG MEMPENGARUHI GERAKAN ROLLING KAPAL MODEL

EFEKTIVITAS SIRIP PEREDAM DALAM MEREDAM EFEK FREE SURFACE YANG MEMPENGARUHI GERAKAN ROLLING KAPAL MODEL DWI PUTRA YUWANDANA

PERAN TITIK BERAT MUATAN CAIR DAN PENGARUHNYA TERHADAP ROLLING MOTION KAPAL MODEL BERBENTUK ROUND BOTTOM HANEINA RAMANENDRA

5 KAJIAN MITIGASI RISIKO (BERDASARKAN SUMBER RISIKO)

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

4 KAJIAN RISIKO KPIH Opened Hull

PENGARUH SIRIP PEREDAM TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Departemen PSP FPIK IPB 2. BPPT

KERAGAAN FREE SURFACE MODEL PALKA BERBENTUK KOTAK DAN SILINDER Free Surface Performance of Box and Cylinder Holds Shapes

DISTRIBUSI MUATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS KAPAL IRA RAHMAWATI

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

6 RANCANGAN UMUM KPIH CLOSED HULL

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal

USAHA, ENERGI DAN MOMENTUM. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

BIDANG STUDI : FISIKA

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

SOAL TRY OUT FISIKA 2

MENJUMLAH VEKTOR. No Besaran Skalar Besaran Vektor

Xpedia Fisika DP SNMPTN 02

Bagian 4 Terapan Differensial

D. 0,87 A E. l A. Bila Y merupakan simpangan vertikal dari sebuah benda yang melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo A, maka :

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1989

Pertanyaan Final (rebutan)

Panduan Praktikum 2009

DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jenis dan Sifat Gelombang

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

Materi Pendalaman 01:

BAB IV ANALISA FREKUENSI HASIL PROGRAM AKUISISI

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

Apabila tangki terisi penuh oleh fluida cair, maka fluidatersebutcenderungtidakakanberpindah/ bergerak pada tangki apabila kapal mengalami

BAB II DASAR TEORI. Aliran hele shaw..., Azwar Effendy, FT UI, 2008

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Uji Kompetensi Semester 1

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Referensi : Hirose, A Introduction to Wave Phenomena. John Wiley and Sons

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

GMBB. SMA.GEC.Novsupriyanto93.wordpress.com Page 1

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

GLB - GLBB Gerak Lurus

UM UGM 2017 Fisika. Soal

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

RASIO ANTARA PANJANG BILGE KEEL DENGAN LENGTH OF WATERLINE DALAM MEREDAM GERAKAN ROLLING KAPAL MODEL PRINGGO KUSUMA DWI NOORYADI PUTRA

BAHAN AJAR. Konsep Usaha

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Latihan I IMPULS MOMENTUM DAN ROTASI

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

Rangkuman Listrik Statis

1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

BAB JENIS DAN BESAR SUDUT

S M A 10 P A D A N G

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Antiremed Kelas 10 FISIKA

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

Pendahuluan. dari energi: Bentuk. Energi satu ke bentuk yang lain. mekanik. kimia elektromagnet Inti. saat ini. Fokus

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

A. Tujuan. 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN AIRFOIL SAYAP PESAWAT

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB IV INTERPRETASI KUANTITATIF ANOMALI SP MODEL LEMPENGAN. Bagian terpenting dalam eksplorasi yaitu pengidentifikasian atau

JAWABAN SOAL POST-TEST. No Keterangan Skor 1. Ada diketahui :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN PERTAMA

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

Transkripsi:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Di awal eksperimen dilakukan penimbangan berat model kapal berikut model palka dan muatannya. Penimbangan berat ini dilakukan terhadap setiap perlakuan. Berdasarkan hasil penimbangan berat diketahui bahwa berat model kapal berikut model palka dan muatannya untuk keempat perlakuan A 1, A 2, A 3, dan A 4, memiliki berat yang sama yaitu sebesar 3.41 gram. Selanjutnya pada saat ditempatkan di atas permukaan air, ketinggian draft model kapal untuk keempat perlakuan pun juga memiliki kesamaan, yaitu 5,5 cm. Selanjutnya pembahasan hasil penelitian akan dilakukan terhadap permukaan muatan cair saat model kapal tegak, profil rolling kapal, frekuensi, dan waktu redam. 4.2 Sudut Kemiringan 4.2.1 Sudut kemiringan free surface (Ө fs ) Sudut kemiringan adalah sudut yang terbentuk dari dua garis yang saling berpotongan, sedangkan sudut kemiringan free surface adalah sudut yang terbentuk dari kemiringan permukaan muatan cair saat terjadi rolling terhadap permukaan muatan cair saat model kapal masih dalam posisi tegak. Pada Gambar 14 disajikan perubahan sudut kemiringan permukaan air yang terjadi selama terjadi gerakan rolling pada masing-masing perlakuan. 3 Sudut Kemiringan 2 1-1 -2-3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Oleng ke- A1 A2 A3 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 14 Sudut kemiringan free surface

19 Gambar 14 menunjukan bahwa selama model kapal melakukan gerakan rolling sampai kembali ke posisi tegak, sudut kemiringan free surface pada model palka semakin kecil. Fenomena ini terjadi baik pada perlakuan A 1, A 2, A 3, dan A 4. Perubahan besarnya sudut kemiringan yang terjadi pada masing-masing perlakuan tersebut dipengaruhi oleh gerakan rolling yang semakin kecil. Gambar 14 juga menunjukan bahwa selama terjadi gerakan rolling model kapal, perlakuan A 1 memiliki nilai sudut kemiringan permukaan air yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Pada perlakuan A 4, terjadi sebaliknya dimana sudut kemiringan permukaan airnya (θ) lebih kecil jika dibandingkan dengan sudut θ pada ketiga perlakuan lainnya, yaitu A 1, A 2, dan A 3. Besarnya sudut kemiringan permukaan air yang terjadi saat model kapal rolling mengindikasikan besarnya volume muatan cair yang dipindahkan ke sisi model kapal yang oleng. Semakin besar sudut permukaan air yang dibentuk saat model kapal oleng, maka luas dinding model palka yang akan terkena hempasan volume air yang dipindahkan akan semakin besar. Ilustrasi luas dinding model palka yang terkena hempasan volume air yang dpindahkan disajikan pada Gambar 15. c A d M θ Keterangan: e volume air yang menumbuk dinding model palka B M moment tumbukan terhadap dinding model palka Gambar 15 Ilustrasi sudut kemiringan permukaan air terhadap dinding model palka Gambar 15, garis AB adalah dinding model palka, garis ce adalah permukaan air saat model kapal dalam posisi tegak, garis cd adalah permukaan air saat model kapal oleng, dan garis de adalah tinggi dinding palka yang terkena hempasan volume air yang bergeser ke dinding model palka yang miring. Pada ilustrasi tersebut terlihat bahwa semakin besar sudut θ yang dibentuk oleh garis ce dan cd, maka panjang garis de akan semakin besar pula. Dikarenakan yang menghempas

2 adalah sejumlah volume air, maka dinding model palka yang terhempas pun adalah berupa luasan. Perbedaan besarnya sudut θ yang terjadi pada perlakuan A 1, A 2, A 3 dan A 4 disebabkan karena volume air yang tumpah atau menumbuk dinding model sub palka. Volume berbanding lurus dengan tinggi dan luas bidang. Dalam kasus pergerakan free surface di dalam sub model palka yang dikaji, ketinggian muatan cairnya adalah sama untuk di setiap perlakuan. Perbedaan terjadi pada luas free surface pada keempat perlakuan sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Luas free surface pada model sub palka A 1, A 2, A 3, dan A 4 masing-masing adalah sebanyak 383,5; 191,8; 91,; dan 63,7 cm 3. Disini terlihat bahwa free surface di dalam sub model palka pada perlakuan A 1 memiliki luas yang lebih besar. Adapun luas free surface untuk perlakuan A 2, A 3, dan A 4 masing-masing adalah setengah (1/2), seperempat (1/4) dan seperenam (1/6) dari luas free surface pada perlakuan A 1. Semakin besar luas free surface dari muatan cair, maka pada saat model kapal oleng, volume air yang bergeserpun lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap sudut kemiringan free surface antar perlakuan A 1 vs A 2 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 2); A 1 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 3); A 1 vs A 4 nilai P-value sebesar,5 (Lampiran 4); A 2 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 5); A 2 vs A 4 nilai P-value sebesar,4 (Lampiran 6); dan A 3 vs A 4 nilai P-value sebesar,4 (Lampiran 7); diketahui bahwa nilai P- value semua pengujian lebih kecil dari,5 (P-value <,5). Artinya adalah nilai sudut kemiringan free surface antar perlakuan berbeda nyata. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa luas free surface mempengaruhi besar-kecilnya nilai sudut kemiringan free surface. 4.2.2 Sudut kemiringan model kapal (Ө m ) Sudut kemiringan model kapal adalah sudut yang terbentuk dari kemiringan model kapal saat terjadi gerak rolling terhadap posisi model kapal yang masih dalam keadaan tegak. Berikut disajikan perubahan sudut kemiringan model kapal yang terjadi selama terjadi selama model kapal melakukan gerakan rolling pada masing-masing perlakuan (Gambar 16).

21 3 2 Sudut Kemiringan 1-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2-2 -3 Oleng ke- A1 A2 A3 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 16 Sudut kemiringan model kapal Gambar 16 menunjukan bahwa selama model kapal melakukan gerakan rolling sampai kembali ke posisi tegak, sudut kemiringan yang terjadi pada model kapal semakin kecil. Fenomena ini terjadi baik pada model kapal A 1, A 2, A 3, dan A 4. Perubahan besarnya sudut kemiringan model kapal berbanding lurus dengan perubahan besarnya sudut kemiringan permukaan air, dimana faktor yang mempengaruhinya adalah gerakan rolling yang semakin kecil. Gambar 16 juga menunjukan bahwa selama terjadi gerakan rolling model kapal, perlakuan A 1 memiliki nilai sudut kemiringan model kapal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Pada perlakuan A 1, memiliki luas free surface yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Demikian pula perlakuan A 2 lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 3 dan perlakuan A 3 lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 4. Pada saat kapal mulai oleng, maka free surface yaitu permukaan atas yang berada dilapisan atas akan bergerak terlebih dahulu ke arah olengnya kapal. Barulah kemudian diikuti dengan lapisan air dibawahnya dan seterusnya. Semakin besar free surface, maka semakin besar pula volume air yang

22 dipindahkan sesaat kapal mulai oleng. Volume air yang menimpa ke satu dinding model palka akan berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan pada dinding model palka yang ditimpakannya. Untuk selanjutnya, tekanan yang besar pada dinding model palka pada akhirnya dapat menahan gerakan oleng balik kapal. Bahkan apabila tekanan yang disebabkan oleh volume air yang menimpa dinding model palka sangat besar, maka keolengan kapal akan semakin bertambah besar. Fenomena inilah yang diperkirakan sebagai penyebab perlakuan A 1 menghasilkan sudut oleng kapal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Tekanan pada dinding model palka, menurut Lee (25), merupakan dampak dari sloshing. Perbandingan antara sudut kemiringan permukaan air dengan kemiringan model kapal, walaupun tidak berbeda secara signifikan akan tetapi menunjukan perbedaan diantaranya. Perbandingan antara kedua sudut tersebut disajikan pada Gambar 17. Pada Gambar 17 terlihat bahwa sudut kemiringan permukaan air lebih besar jika dibandingkan dengan sudut kemiringan model kapal. Perbedaan besarnya sudut pada kedua sudut tersebut (Ө fs dan Ө m ), semakin mengecil mulai dari perlakuan A 1, A 2, A 3, dan A 4.

23 3 3 2 2 1 1-1 5 1 15 2-1 5 1 15 2-2 -3 A1-2 A2-3 2 25 2 15 15 1 1 5 5-5 5 1 15 2-5 5 1 15-1 -1-15 -2-25 -3 A3-15 -2-25 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam A4 Gambar 17 Sudut kemiringan model kapal dan model palka

24 4.3 Rolling Period Bhattacharyya (1978) mendefinisikan rolling sebagai gerakan anguler kapal ke kiri dan ke kanan sepanjang sumbu x. Adapun dalam pergerakan rolling tersebut, kapal memerlukan waktu untuk kembali ke posisi kemiringan awal yang disebut dengan periode rolling (rolling period). Pada Gambar 18 disajikan grafik profil rolling dari keempat perlakuan. Adapun nilai rolling period dari setiap perlakuan disajikan pada Tabel 3..5.4.3 Rolling Periode.2.1 -.1 -.2 -.3 -.4 -.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Rolling ke- A1 A2 A3 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 18 Rolling period model kapal pada perlakuan berbeda Gambar 18, sumbu x menunjukkan jumlah gerakan oleng kapal mulai dari saat model kapal diolengkan hingga model kapal kembali relatif tegak. Adapun sumbu y menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh model kapal dari posisi oleng yang satu ke posisi oleng lainnya. Di dalam gambar tersebut dapat dilihat pola gerakan rolling dari model kapal pada keempat perlakuan. Terlihat bahwa rolling period model kapal semakin mengecil seiiring dengan berjalannya waktu. Kondisi ini disebabkan karena moment pengembali kapal semakin bertambah besar jika dibandingkan dengan moment pembalik kapal. Pengurangan nilai rolling period model kapal untuk keempat perlakuan dapat pula

25 dilihat pada Tabel 3. Jika dibandingkan antar besar rolling period pada keempat perlakuan, terlihat bahwa model kapal dengan perlakuan A 1 memiliki nilai rolling period yang lebih besar daripada perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Rolling period terkecil terjadi pada perlakuan A 4. Jika dikaitkan dengan sudut oleng yang terbentuk, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, diketahui bahwa sudut oleng terbesar terjadi pada perlakuan A 1, dan semakin mengecil berturut-turut pada perlakuan A 2, A 3, dan A 4. Dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar sudut oleng, maka akan semakin luas dinding model palka yang akan terkena hempasan volume air yang bergeser akibat gerakan rolling kapal. Kondisi ini mengakibatkan moment tumbukan antara volume air dengan dinding model palka akan semakin besar. Fenomena inilah yang diduga sebagai penyebab besarkecilnya rolling period yang terjadi pada keempat perlakuan. Fenomena ini dapat disebut sebagai efek sloshing. Novita (21) menjelaskan bahwa kapal yang memiliki free surface akan mempunyai nilai rolling period lebih lama dibadingkan kapal yang tidak memiliki free surface. Kondisi ini terjadi karena kapal yang memiliki free surface, pada saat free surface membentur sebuah benda, maka akan timbulah sloshing. Lee et al. (25) mendefinisikan sloshing sebagai fenomena saat free surface membentur dinding palka ketika kapal oleng. Semakin besar volume air yang menumbuk dinding model kapal, maka akan semakin besar sloshing yang terjadi. Kondisi inilah yang mengakibatkan model kapal dengan luas free surface lebih kecil, yaitu A 4, menghasilkan efek free surface yang lebih kecil.

26 Tabel 3 Nilai rata-rata rolling period Perlakuan (detik) Rolling ke- A 1 A 2 A 3 A 4 1,74,66,64,63 2,7,6,53,51 3,6,54,44,38 4,57,44,36,33 5,52,39,32,25 6,4,32,24,11 7,35,22,11-8,26,9 - - 9,1 - - - Rataan pengurangan,8,8,9,1 Terlihat pada Tabel 3, bahwa mulai saat model kapal diolengkan hingga model kapal kembali tegak ke posisi semula, mengalami pengurangan besaran rolling period. Ditinjau dari nilai rata-rata pengurangan rolling period dari keempat perlakuan, terlihat bahwa perlakuan A 4, yaitu model palka dibagi menjadi 6 sub model palka oleh 3 unit baffle, mengalami pengurang nilai rolling period yang lebih besar jika dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Terlihat pula bahwa nilai rolling period antar perlakuan pada setiap gerakan oleng memiliki perbedaan. Diurutkan dari penghasil nilai rolling period terbesar hingga terkecil, diperoleh urutan perlakuan sebagai berikut: A 1 < A 2 < A 3 < A 4. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap nilai rolling period antar perlakuan A 1 vs A 2 nilai P-value sebesar,2 (Lampiran 8); A 1 vs A 3 nilai P-value sebesar,2 (Lampiran 9); A 1 vs A 4 nilai P-value sebesar,2 (Lampiran 1); A 2 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 11); A 2 vs A 4 nilai P-value sebesar,8 (Lampiran 12); dan A 3 vs A 4 nilai P-value sebesar,4 (Lampiran 13); diketahui bahwa nilai P-value semua pengujian lebih kecil dari,5 (P-value <,5). Artinya adalah nilai rolling period antar perlakuan berbeda nyata. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa luas free surface mempengaruhi besar-kecilnya nilai rolling period. Dimana dalam kajian ini, besar-kecilnya luas free surface disebabkan karena adanya penyekatan model palka oleh baffle. Lee et.al (25)

27 menyatakan bahwa kecilnya nilai rolling period sebuah kapal menunjukkan performance kapal terhadap gelombang yang lebih baik. 4.4 Frekuensi Rolling Frekuensi rolling menurut Bhattacharyya (1978) adalah banyaknya gerakan oleng kapal dalam satu satuan waktu. Gambar 19 disajikan perbandingan frekuensi rolling yang terjadi pada setiap model kapal pada keempat perlakuan. 3. 2.5 2. Frekuensi 1.5 1..5. Perlakuan A1 A2 A3 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 19 Frekuensi rolling model kapal Gambar 19 menunjukan bahwa frekuensi rolling yang terjadi pada perlakuan A 1 sampai dengan A 4 semakin besar. Fenomena ini terjadi karena perlakuan A 1 memiliki nilai rolling period yang paling besar jika dibandingkan dengan perlakuan A 2, A 3, dan A 4 sesuai dengan pernyataan pada pembahasan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hubungan periode dengan frekuensi di mana ketika makin lama periode yang dibutuhkan maka makin sedikit frekuensinya (f = 1 T ).

28 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, rolling period menurut Bhattacharyya (1978) adalah waktu yang dibutuhkan kapal untuk kembali ke posisi kemiringan awal. Semakin besar nilai rolling period, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh kapal kembali ke kemiringan awal. Oleh karena itu, pada perlakuan A 1 yang memiliki rolling period yang lebih besar memiliki waktu rolling yang lebih lama. Sehingga model kapal pada perlakuan A 4 akan menghasilkan jumlah rolling yang lebih sedikit hingga model kapal tersebut kembali relatif diam dan kembali tegak setelah diolengkan. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata nilai frekuensi rolling model kapal pada perlakuan A 1, A 2, A 3, dan A 4 masing-masing sebesar 2,1; 2,43; 2,67; dan 2,87. Perbedaan antara frekuensi rolling pada perlakuan A 1, A 2, A 3, dan A 4 adalah sebesar,33 antara A 1 -A 2,,24 antara A 2 -A 3,,2 antara A 3 -A 4,,57 antara A 1 -A 3,,77 antara A 1 -A 4,,44 antara A 2 -A 4. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap nilai frekuensi antar perlakuan A 1 vs A 2 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 14); A 1 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 15); A 1 vs A 4 nilai P-value sebesar,4 (Lampiran 16); A 2 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 17); A 2 vs A 4 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 18); dan A 3 vs A 4 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 19); diketahui bahwa nilai P-value dari masing-masing pengujian lebih kecil dari,5 (P-value <,5). Artinya adalah nilai frekuensi antar perlakuan berbeda nyata. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa luas free surface mempengaruhi besar-kecilnya frekuensi yang dihasilkan. 4.5 Waktu Redam Novita et al. (21) mendefinisikan waktu redam sebagai lamanya waktu yang diperlukan sebuah model kapal untuk melakukan olah gerak dari awal pergerakan sampai model kapal berhenti atau tidak bergerak lagi. Gambar 2 disajikan perbandingan waktu redam yang terjadi pada setiap model kapal pada keempat perlakuan.

29 Waktu Redam 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 Perlakuan A1 A2 A3 A4 Keterangan : A 1 : Model kapal dengan model palka tanpa sekat A 2 : Model kapal dengan model palka sekat setengah A 3 : Model kapal dengan model palka sekat seperempat A 4 : Model kapal dengan model palka sekat seperenam Gambar 2 Waktu redam gerak model kapal Gambar 2 menunjukan bahwa model kapal dengan perlakuan A 1 memiliki waktu redam yang paling besar yaitu rata-rata 4,11 detik. Adapun untuk model kapal dengan perlakuan A 2, nilai waktu redam rata-rata mencapai 2,86 detik, model kapal dengan perlakuan A 3 memiliki waktu redam sebesar 2,46 detik, dan untuk model kapal A 4 memiliki waktu redam yang terkecil yaitu sebesar 2,14 detik. Terlihat bahwa model kapal dengan perlakuan A 1 memiliki nilai waktu redam yang lebih besar. Jika mengacu pada definisi waktu redam, maka dapat dikatakan bahwa model kapal dengan perlakuan A 4 memiliki waktu redam ratarata yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas model kapal lebih baik pada perlakuan A 4 jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kondisi ini ditunjukkan dari lebih cepatnya model kapal dengan perlakuan A 4 kembali tegak ke posisi semula setelah diolengkan. Dapat dikatakan pula bahwa efek free surface pada model kapal dengan perlakuan A 4 sangat kecil terhadap waktu redam yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap nilai waktu redam antar perlakuan A 1 vs A 2 nilai P-value sebesar,6 (Lampiran 2); A 1 vs A 3 nilai P-value sebesar,1 (Lampiran 21); A 1 vs A 4 nilai P-value sebesar

3,2 (Lampiran 22); A 2 vs A 3 nilai P-value sebesar,3 (Lampiran 23); A 2 vs A 4 nilai P-value sebesar,5 (Lampiran 24); dan A 3 vs A 4 nilai P-value sebesar,8 (Lampiran 25); diketahui bahwa nilai P-value dari semua pengujian lebih kecil dari,5 (P-value <,5). Artinya adalah nilai waktu redam antar perlakuan berbeda nyata. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa luas free surface mempengaruhi besar-kecilnya waktu redam yang dihasilkan. Berdasarkan hasil kajian secara keseluruhan, menunjukkan bahwa efek free surface yang ditimbulkan oleh free surface yang terdapat pada muatan cair, dapat dieliminir dengan mengurangi luas free surface. Pengurangan luas free surface dapat dilakukan dengan menyekat palka menjadi ruang-ruang yang lebih kecil lagi dengan menggunakan baffle (sekat). Semakin kecil luas free surface yang dimiliki oleh muatan cair, maka akan semakin kecil pula efek free surface yang akan dihasilkan.