TINJAUAN PUSTAKA. ke-17. Dimulai dari teori Merkantilisme yang menganggap pertumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 10 No. 2, Oktober 2010 : ABSTRACT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA OLEH DAVID SAHPUTRA SARAGIH

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK SAWIT INTERNASIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA (SUATU MODEL COMPUTABLE GENERAL EQUILIBRIUM) Oleh :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

3 KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP PERMINTAAN CPO UNTUK BIODIESEL DAN BEBERAPA ASPEK PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DI SUMATERA UTARA. Anastasya Elanmoy Siahaan Murni Daulay

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP PERMINTAAN CPO UNTUK BIODIESEL DAN BEBERAPA ASPEK PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

VI. SIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional bukanlah sesuatu hal yang baru, namun sebuah paparan teoritis yang sistematis baru dikembangkan sekitar abad ke-16 dan ke-17. Dimulai dari teori Merkantilisme yang menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. Suatu negara dapat mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang- barangnya ke luar negeri (Sadono Sukirno, 2008). Perdagangan luar negeri merupakan sektor ekonomi yang sangat berperan dalam menunjang pembangunan ekonomi Indonesia pada umumnya. Dari kegiatan ekspor dapat diperoleh devisa yang merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan, sementara dari kegiatan impor dapat diperoleh bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam pembangunan. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas ke luar negeri (Mankiw, 2006). Menurut teori Heckscher-Ohlin, menngatakan bahwa suatu negara akan mengekspor barang yang memiliki faktor produksi yang berlimpah secara intensif. Secara teoristis, perdagangan terjadi karena ada perbedaan harga. Ada beberapa hal yang dapat dianggap sebagai penyebab perbedaan harga, misalnya faktor permintaan atau perbedaan tehnologi.

18 Teori Heckscher-Ohlin mengatakan bahwa suatu negara yang berlimpah pada suatu faktor produksi akan mengekspor komoditas yang intensif menggunakan faktor produksi yang negara tersebut kekurangan. Sehingga pola perdagangan yang terjadi antar negara yang berbeda ketersedian faktor produksi atau rasio faktor produksi modal terhadap tenaga kerja adalah perdagangan inter industry. Pola perdagangan ini juga yang terjadi antara Indonesia dengan negara-negara maju yang berlimpah modal (Alexander M. Sitorus 2008). Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Pentingnya kelapa sawit bagi ekonomi Indonesia bukan saja disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber pendapatan devisa negara tetapi kelapa sawit juga merupakan sumber makanan bagi rakyat Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri minyak goreng. Ekspor CPO memiliki prospek yang sangat cerah disebabkan oleh peningkatan konsumsi produk-produk yang berbahan baku CPO yang sejalan dengan pertumbuhan produk diberbagai negara (http://pphp.pertanian.go.id). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor antara lain: Harga komoditas tersebut, harga komoditas lain, harga faktor produksi, tingkat tehnologi, permintaan luar negeri, nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang asing (Lipsey, et al, 1995). Salah satu faktor yang diambil dalam penelitian ini yaitu ekpor CPO, harga komoditas tersebut yaitu harga CPO dalam negeri dan domestik dan harga komoditas lain yaitu harga salah satu barang substitusi dari CPO yaitu harga kopra dalam negeri dan dunia. Seperti dalam penelitian yang diteliti oleh Adi Muhammad Muslim, Wan Abbas

19 Zakaria, dan Eka Kasymir (2013) dengan menggunakan faktor-faktor salah satunya seperti ekspor CPO, harga CPO dalam negeri, harga CPO luar negeri, dan harga minyak kelapa (sebagai barang substitusi). Kemudian Widyastutik dan Ahmad Zaenal Ashiqin (2011) dalam penelitiannya juga menggunakan harga CPO domestik dan dunia kemudian harga barang substitusi dari CPO sebagai variabel dalam faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO. Dari penelitian tersebut dijelaskan ekspor komoditas CPO di Indonesia memberikan kontribusi besar bagi kebutuhan CPO di dunia dengan perkembangan komoditas kelapa sawit yang terus menunjukkan kemajuan dari segi kuantitas maupun kualitas. Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada pihak lain, kelebihan penawaran dan negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau menciptakan kelebihan permnintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri. Jumlah komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung (Salvatore,1997). Dalam penelitian tersebut menggunakan variabel harga CPO dalam negeri dan dunia kemudian harga barang salah satu substitusi dari CPO sebagai salah satu faktor yang berpengaruh yanta terhadap ekspor CPO. Seperti dalam teori harga, harga merupakan satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi

20 sebagai informasi kontraprestasi dari produsen atau pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Seperti halnya hukum permintaan dan hukum penawaran. Perdagangan intemasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan penawaran (supply) akan tampak dalam bentuk yang sudah dikenal serta menipakan suatu interaksi dan kemungkinan produksi dan preferensi konsumen. Suatu negara akan mengekspor komoditas yang dihasilkan lebih murah dan mengimpor komoditas yang dihasilkan lebih mahal dalam penggunaan sumber daya (Linder dan Kindleberger, 1995). Hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan menggambarkan hukum penawaran yaitu makin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh penjual begitu juga sebaliknya dengan asumsi Cateris Paribus. Oleh karena itu ketika harga CPO mengalami kenaikan maka penawaran akan CPO juga akan mengalami kenaikan. Penawaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor seperti harga barang lain, bahwa barang-barang ada yang saling bersaingan atau bersubtitusi dan ada barang-barang yang komplementer (pelengkap). Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta menggambarkan hukum permintaan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

21 Sehingga ketika harga CPO mengalami penurunan maka jumlah CPO yang diminta juga akan mengalami kenaiakan. Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya yang dijelaskan pada tinjauan emperik, beberapa penelitian menggunakan variabel barang substitusi dari CPO seperti harga minyak kelapa, harga soybean, dan harga PKO, namundalm penelitian ini variabel yang digunakan sebagai barang substitusi dari CPO. Kopra merupakan komoditas dagang yang sangat penting sejak tahun 1880-an. Sejak tahun tersebut pula bangsa Eropa menggunakan kopra sebagai bahan utama pembuatan sabun dan mentega. Kopra hampir memiliki manfaat yang sama denga CPO dan kopra juga merupakan komoditas utama ekspor di Indonesia sehingga kopra dapat digunakan sebagai barang pengganti (substitusi) CPO, Jadi dalam penelitian ini akan diteliti bagai mana pengaruh antara barang pengganti ( substitusi) terhadap ekspor CPO di Indonesia. Dari data Direktorat Jendral Perkebunan menunjukkan ekspor Kopra merupakan ekspor terbesar ke tiga komoditas perkebunan setelah Karet dan Minyak Sawit. Dari data Badan Pusat Satistik (BPS) Kopra dan CPO mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga kopra naik sebesar 1,38%. Sementara itu, harga CPO naik sebesar 4,76%. Kenaikan Kopra dan CPO ini mampu menyelamatkan komoditas Lemak dan minyak hewan atau nabati dari penurunan harga yang berlebih (Direktotar Jenderal Perkebunan, 2013).

22 Ekspor memiliki peran yang penting bagi GDP suatu negara, ketika ekspor mengalami kenaikan maka akan menambah keniakan jumlah pendapatan suatu negara, begitu pula sebaliknya. Pertumbuhan ekspor dapat mewakili kenaiakan dalam permintaan output negara yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam output rill. Dengan adanya ekspansi dalam ekspor dapat mempromosikan spesialisasi dalam produksi produk ekspor yang kemudian akan meningkatkan produktivitas, perubahan produktivitas tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan output. Kebijakan perdagangan luarnegeri dapat memudahkan masuknya teknologi, yang dapat memperoleh peningkatan kualiatas sumber daya manusia, dan pengelolaan manajemen yang lebih baik. Dengan adanya perkembangan ekspor barang-barang tertentu yang berdasarkan keunggulan komparatif suatu negara dapat menyebabkan kenaikan pertumbuhan (Mankiw,2006). Maka dari itulah dalam penelitian ini mengambil GDP sebagai salah satu variabel faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO, dan ekspor merupakan salah satu komponen didalam GDP. Produk Domestik Bruto atau GDP ( Gross Domestic Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena GDP mengukur dua hal pada saat bersamaan: total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw,2006)

23 PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: 1. Pendekatan pengeluaran. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor impor Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri. 2. Pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi: PDB = sewa + upah + bunga + laba Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Terdapat korelasi positif antara PDB dengan permintaan produk impor. Peningkatan PDB akan meningkatkan permintaan terhadap produk impor, demikian sebaliknya. Peningkatan impor sebagai akibat meningkatnya PDB negara importir dapat terlihat dari dua mekanisme sebagai berikut: 1. naikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi. Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan barang impor antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai

24 input dalam proses produksi. Kebutuhan akanbarang modal dan bahan baku yang ditawarkan (supply) oleh negara lain. 2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk final (final product) karena tidak semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama, pengaruh langsung ekspor yaitu dengan adanya perbaikan teknologi bagi masing-masing negara yang melakukan kegiatan perdagangan luar negeri. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata uang ( exchange rate). Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi (R Daulay, 2010). Dalam hal ekspor, faktor ekonomi disuatu negara memberi pengaruh yang signifikan. Misalnya faktor PDB, ada pula faktor lain yang juga berpengaruh pada ekspor suatu negara, seperti kebijakan perdagangan dari negara tersebut. Dilihat dari beberapa penelitian di atas maka dalam penelitian ini mengambil variabel PDB importir (India) sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ekspor CPO di Indonesia. Negara India ini sendiri merupakan negara pengimpor CPO terbesar seperti yang dilihat dari data pada Tabel 3 Bab I.

25 Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan masyarakat suatu negara untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, yang berarti besarnya impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional negara tesebut. Makin tinggi tingkat pendapatan, serta makin rendah kemampuan negara dalam menghasilkan barangbarang tersebut, maka impor makin tinggi dan makin banyak terdapat kebocoran dalam pendapat nasional (Deliarnov, 2005). B. Tinjauan Empirik Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan mempelajari lebih dalam terhdap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan pada penelitian ini: Tabel 7. Ringkasan Terdahulu. 1. Penulis Meidiana (2014) Judul Analisis Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Variabel Ekspor, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah. Metode a. Uji Parsial (t-statistik) b. Uji Simultan (F-statistik) Hasil Hasil Estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama dan secara parsial semua variabel

26 bebas dalam model penelitian berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekomomi di Indonesia. Hasil penelitian pun mendapati bahwa hubungan masing-masing variabel bebas memiliki kesesuaiaan dengan teori dan hipotesis yang diajukan. 2. Penulis Adi Muhammad Muslim, Wan Abbas Zakaria, dan Eka Kasymir (2013) Judul Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ekspor CPO Provinsi Lamung (Analysis of Affecting Factors on Lampung Province CPO Exports) Variabel Ekspor CPO, Produksi CPO Dalam Negeri, Konsumsi CPO Dalam Negeri, Stok CPO Dalam Negeri, Produksi CPO, Harga CPO Dalam Negeri, Harga CPO Luar negeri, Harga Minyak Kelapa, Pajak Ekspor. Metode a. Uji Parsial (t-statistik) b. Uji Simultan (F-statistik) Hasil Berdasarkan hasil penelitian beberapa faktor yang berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Provinsi Lampung adalah produksi CPO Provinsi Lampung harga CPO internasional dan harga minyak kelapa,

27 sedangkan faktor yang berpengaruh negative terhadap ekspor CPO adalah harga CPO dalam negeri, pajak, dan stok CPO dalam negeri. Upaya peningkatan ekspor CPO Provinsi Lampung dilakukan dengan cara meningkatkan produksi CPO Provinsi Lampung dan mengurangi pajak ekspor CPO 3. Penulis Edi Abral (2010) Judul The Effect of Palm Oil Export to Economic Growth Variabel of Indonesia Pertumbuhan Ekonomi, FDI ( Foreign Direct Investment), Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan Penyerapan Tenaga Kerja. Metode Two Stage Least Square (2SLS) Hasil Terdapat pengaruh yang positif dari ekspor minyak kelapa sawit terhadap pertumbuhan ekonomi, ekspor minyak kelapa sawit mempunyai korelasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mempunyai multiplier effect terhadap ekspor minyak kelapa sawit, tetapi Foreign Direct Investment (FDI) berpengaruh negative terhadap nilai ekspor kelapa sawit yang didominasi oleh industry PMDN sehingga pengaruh

28 dari FDI terhadap kelapasawit masih negative. 4. Penulis Tuti Ermawati, Yeni Satia (2013) Judul Kinerja Eskpor Minyak Kelapa Sawit Indonesia (The Export Performance of Indonesia s Palm Oil) Variabel Ekspor Produk CPO /PKO negara i, Ekspor Produk CPO /PKO Dunia. Ekspor Semua Produk Negara i, Ekspor Semua Produk Dunia. Metode Hasil a. Analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA) b. Analisis Contant Market Share (CSM) Berdasarkan perhitungan RCA, kinerja CPO dan PKO Indonesia agak lemah dibandingkan dengan negara lain, hal ini didukung dengan hasil perhitungan CSM yang menunjukkan bahwa efek komposisi produk, daya saing, dan distribusi pasar masih banyak yang bernilai negative, meski pun pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia meningkat. Menigkatnya pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia masih mampu menganbil keuntungan dari pertumbuhan ekspor minyak sawit dunia sehingga dianggapsebagai competitor yang kuat oleh negara pesaingan. 5. Penulis Jan Horas Veryady Purba, Sri Hartoyo, Bungaran

29 Saragih, dan Harianto (2010) Judul Dampak Pajak Ekspor Minyak Sawit Terhadap Permintaan Minyak Goreng Sawit (Crude Palm Oil) Dan Minyak Goreng Kelapa (Crude Coconut Oil) Indonesia Impact of Tax Export-CPO on Crude Palm oil and Crude Coconut Oil Demand in Indonesia Variabel Harga Minyak CPO Dunia, Harga Bahan Bakar Minyak Dunia, Ekspor CPO Dunia, Impor CPO Dunia. Metode Two Stage Least Square (2SLS) Hasil Dari penelitian ini diketahi bahwa kenaikan permintaan energy dunia, akan mem pengaruhi permintaan CPO di pasar internasional, hal ini ditandai oleh naiknya volume ekspor dan volume impor CPO dunia. Permintaan CPO tidak responsive terhadap perubahan harga bahan bakar baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panajng. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pangsa ekspor yang dapat dipenuhi oleh Indonesia. Kenaikan harga BBM dunia sebesar 18,71%

30 berdampak pada peningkatan harga ekspor sebesar 0,145%. Kenaikan harga ekspor akan mempengaruhi peningkatan ekspor CPO Indonesia sebesar 0,182%. Harga CPO domestic juga naik dan mempengaruhi peninggkatan produksi CPO domestic sebesar 0.015%. Peningkatan ekspor CPO domestic mengakibatkan aliran CPO ke luar negeri meningkat dan ketersedian CPO di dalam negeri akan menurun. Disamping itu peningkatan ekspor CPO juga di respon oleh meningkatnya permintaan impor CPO dari mitra dagang Indonesia yakni impor CPO RRC naik 0,158%, impor CPO India naik 0,187% dan inpor Uni Eropa naik sebesar 0.010%. 6. Penulis Widyastutik dan Ahmad Zaenal Ashiqin (2011) Judul Analisis Daya Saing dan Faktor-faaktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia dan Singapura Dalam Skema Asean- China Free Trade Agreement. Variabel Volume Ekspor CPO Indonesia, Produksi CPO Indonesia, Harga CPO Domestik, Harga CPO Dunia, Harga Soybean Dunia, Harga Crude Oil Dunia, Nilai tukar Riil Indonesia, Lag Volume Ekspor CPO Indonesia ke Negara Tujuan, dan

31 Dummy Kebijakan ACFTA Metode Hasil a. Analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA) b. Analisis Data Panel Analisis keunggulan komparatif dengan memperhitungkan RCA, menunjukkan bahwa secara umum CPO Indonesia di pasar China, Malaysia dan Singapura memiliki daya saing yang tinggi (RCA > 1) s elamaeriode 1994-2008 sedangkan tahun 1995 dan 1998, CPO Indonesia tidak memiliki daya saing (RCA < 1) di pasar singapura akibat adanya kebijakan buffer stock, pungutan ekspor (PE) mencapai 60% dan juga krisis ekonomi. Tingkat daya saing CPO Indonesia di pasar China dan Singapura cenderung berfluktuasi namun dengan trend yang semakin meningkat. Namun untuk pasar Malaysia setiap tahunnya justru mengalami penurunan akibat dari semakin kecilnya komposisi CPO Indonesia terhadap total impor CPO Malaysia. Berdasarkan hasil yang diperoleh keseluruhan (Uji F) semua variabel yaitu, harga riil CPO internasional, harga riil CPO domestik, harga rill Soybean Oil internasional, harga riil Crude Oil internasional, produksi CPO domestic, Lag ekspor, nilai tukar dan

32 Dummy AFCTA berpengaruh nyata terhadap ekspor CPO Indonesia ke China Malaysia dan Singapura. Untuk variabel Dummy menunjukkan bahwa volume ekspor CPO Indonesia ke China Malaysia dan Singapura sebelum dan sesudah AFCTA berbeda secara signifikan. Dalam penelitian ini yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia digunakan harga CPO dalam negeri, harga CPO dunia, harga kopra dalam negeri, harga kopra dunia, PDB Indonesia dan PDB Importir (India) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di Indonesia. Variabel harga CPO dalam negeri dan variabel harga CPO dunia sebagai salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO telah diteliti oleh Adi Muhammad Muslim, Wan Abbas Zakaria, dan Eka Kasymir (2013) yang berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ekspor CPO Provinsi Lamung (Analysis of Affecting Factors on Lampung Province CPO Exports), kemudian Jan Horas Veryady Purba, Sri Hartoyo, Bungaran Saragih, dan Harianto (2010) dengan judul Dampak Pajak Ekspor Minyak Sawit Terhadap Permintaan Minyak Goreng Sawit (Crude Palm Oil) Dan Minyak Goreng Kelapa (Crude Coconut Oil) Indonesia Impact of Tax Export-CPO on Crude Palm oil and Crude Coconut Oil Demand in Indonesia dan Widyastutik dan Ahmad Zaenal Ashiqin (2011) dalam penelitianya yang berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-faaktor yang

33 Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia dan Singapura Dalam Skema Asean-China Free Trade Agreement. Kemudian dalam penelitian ini digunakan variabel harga salah satu barang substitusi dari CPO yaitu harga kopra dalam negeri dan harga kopra dunia sebagai faktor yang mempengaruhi ekspor CPO yang sebelumnya telah di teliti oleh Adi Muhammad Muslim, Wan Abbas Zakaria, dan Eka Kasymir (2013), dengan menggunakan variabel harga minyak kelapa sebagai salah satu barang substitusi dari CPO, kemudian variabel harga soybean dunia yang diteliti oleh Widyastutik dan Ahmad Zaenal Ashiqin (2011), dan harga PKO ( Palm Kanel Oil) yang di teliti oleh Tuti Ermawati, Yeni Satia (2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jan Horas Veryady Purba, Sri Hartoyo, Bungaran Saragih, dan Harianto (2010), impor CPO dunia digunakan sebagai variabel yang mempengaruhi ekspor CPO. Dan dalam penelitian ini mengambil variabel PDB importir dari salah satu pengimpor CPO di Indonesia. PDB importir yang digunakan yaitu PDB India sebagai salah satu negara pengimpor terbesar di Indonesia yang dapat dilihat dari data pada Tabel 3. Dalam teori ekonomi ekspor merupakan salah satu komponen PDB, maka dari itu dalam penelitian ini variabel PDB Indonesia dan PDB Importir sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di Indonesia dalam model yang dikembangkan oleh Pandjaitan (1995) dalam Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia (Strategi Pengembangan Ekspor dan Pendekatan Sistem Terpadu).