Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

KELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

RAUDHAH: Vol. IV, No. 2: Juli Desember 2016, ISSN: PERAN KUALITAS KEMELEKATAN ANAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Fauziah Nasution, M.

PROSES PEMBENTUKAN KELEKATAN PADA BAYI

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

INFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT OBJEK PENGGANTI DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LINGKUNGAN SIKUNIR KELURAHAN BERGASLOR KECAMATAN BERGAS

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Kelekatan Anak-Orang Tua

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak

KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

HUBUNGAN KELEKATAN AMAN (SECURE ATTACHMENT) ANAK PADA ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B TK PKK 37 DODOGAN JATIMULYO DLINGO BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Emosi Pada Bayi

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

6 KEBIASAAN BAYI YANG MASIH TERBAWA SAMPAI BATITA

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB II LANDASAN TEORI. seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Febi Rosalia Indah, 2014

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

Kelekatan (Attachment) Pada Anak

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGAN

xvi BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik yang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

PERILAKU KELEKATAN PADA ANAK USIA DINI (PERSPEKTIF JOHN BOWLBY) Cenceng 1. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tugas utama anak usia dini adalah mengembangkan kemandirian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. penerima sedemikian rupa, sehingga orang yang menolong akan merasa bahwa

xxii BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

PERBEDAAN PERILAKU LEKAT BAYI PADA ORANGTUA ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN MASA BAYI

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

Transkripsi:

MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori attachment dari John Bowlby & Mary Ainsworth Kompetensi Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan pandangan attachment teories.

Latar Belakang Pendahuluan Istilah kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggiris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orangtua. Bolby (1973) menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (1978) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut (Durkin, 1995). Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau efektif dapat di sebut kelekatan. Adapun ciri efektif yang menunjukkan kelekatan adalah hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada meskipun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan dengan figur lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth, 1985). Menurut Maccoby (2000) seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain: 1. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang. 2. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat. 3. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali. 4. Orentasinya tetap pada figur lekat meskipun tidak melakukan interkasi. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara, dan berusaha mencari perhatian figur lekatnya. Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan 2

(dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Faw, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan kepada orang lain yang dapat memberikan ketenangan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat efektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal timbal balik, bertahan cukup lama, dan memberikan rasa aman meskipun figur lekat tidak tampak dalam pandangan. Teori Attachment Terdapat empat teori yang mempengaruhi attachment (dalam Shaffer, 2005) yaitu: 1. Psychoanalaytic Theory Menurut Freud, bayi masih dalam tahap oral dimana kepuasan diperolehnya dari mengisap objek yang dimasukan ke mulut sehingga bayi akan tertarik kepada siapa saja yang dapat memberinya kepuasan, biasanya ibu yang memberikan kenikmatan oral kepada bayi melalui menyusui maka hal tersebut logis jika Freud menyebutkan bahwa ibu akan menjadi objek primer bayi dalam menunjukkan perasaan aman dan kasih sayang karena ibu yang paling baik dalam menyusui mereka. Erik Erikson mempercayai bahwa kegiatan menyusui yang dilakukan ibu akan mempengaruhi kekuatan perasaan aman yang ditunjukkan bayi melalui attachment. Erikson mengatakan bahwa keseluruhan respon yang diberikan ibu kepada bayinya lebih penting daripada kegiatan menyusui itu sendiri. Menurut Erikson, seorang pengasuh yang konsisten dalam merespon kebutuhan bayi akan mengembangkan perasaan trust kepada orang lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsive dan tidak konsisten akan menimbulkan perasaan mistrust. Erikson juga menambahkan bahwa anak-anak yang belajar untuk tidak trust kepada pengasuhnya selama masa bayi akan menghindari atau akan ragu-ragu dalam membangun hubungan yang harus saling mempercayai sepanjang hidupnya. 3

2. Learning Theory Pemberian reward mengarah kepada rasa cinta. Para ahli teori learning berasumsi bahwa bayi akan attached seseorang yang memberi meraka makan dan memuaskan kebutuhannya. Menyusui dipandang sebagai hal yang penting karena dua alasan: a. Pertama, karena hal tersebut dapat menimbulkan respon positif dari bayi (seperti tersenyum) yang akan meningkatkan kasih sayang terhadap bayi. b. Kedua, menyusai adalah kesempatan bagi ibu untuk memberikan kenyamanan pada bayi seperti memberi makan, kehangatan, sentuhan kasih sayang, kelembutan. Bayi mulai menghubungkan ibunya dengan sensai yang menyenangkan sehingga ibu menjadi barang yang berharga baginya. Ketika ibu memperoleh status sebagai secondary reinforcer, maka bayi akan attach dengan ibunya sehingga bayi akan melakukan apapun (seperti: tersenyum, bergumam, atau mengikuti) untuk menarik perhatian dari individu yang dianggap penting baginya. Mereka belajar untuk mengasosiasikan pengumpan (biasanya ibu) dengan kenyamanan diberi makan dan melalui proses pengkondisian klasik, mereka juga menemukan bahwa perilaku tertentu (misalnya menangis, tersenyum) membawa respon yang diinginkan dari orang lain (misalnya perhatian, kenyamanan) dan melalui proses pengkondisisan operan belajar untuk mengulangi perilaku ini dalam rangka untuk mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. Teori ini juga menunjukkan bahwa ada periode kristis untuk mengembangkan attachment (sekitar 0-5 tahun). Jika attachment belum dikembangkan selama periode ini, maka anak akan menderita konsekuensi perkembangan ireversibel, seperti berkurangnya kecerdasan dan meningkatkan agresi. 3. Cognitive Developmental Theory Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu membedakan antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami bahwa seseorang itu tetap ada meskipun tidak dapat dilihat oleh anak. Hal ini merupakan cerminan konsep permanensi objek yang dikemukakan Piaget (Hetherington & Parke, 1999). Saat anak bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti. Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan, dan kata-kata. Anak mulai dapat memahami bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak merasa terlalu sedih dengan perpisahan. Orangtua dapat mengurangi situasi distres saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada anak. 4

4. Ethological Theory Asumsi utama dari pendekatan etiologi bahwa semua spesies termasuk manusia dilahirkan dengan kecenderungan perilaku bawaan yang akan berkontribusi dalam kelangsungan hidupnya dari evolusi. Bowbly yang mendukung teori psikoanalistik Freudian percaya bahwa perilaku yang dibawa sejak lahir di desain untuk membentuk attachment antara bayi dengan pengasuhnya. Teori Attachment Jenis - Jenis Attachment Meskipun attachment terhadap pengasuh meningkat pada pertengahan tahun pertama, kelihatannya beberapa bayi mempunyai pengalaman attachment yang lebih positif. Marry Ainsworth (1978) mengatakan dalam secure attachment bayi menggunakan pengasuhnya (ibunya) sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi lingkungan. Ainsworth percaya bahwa secure attachment pada tahun pertama kehidupan menyediakan pondasi penting untuk perkembangan psikososial dalam kehidupan selanjutnya. Sensitifitas pengasuh terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan bayi meningkatkan secure attanchment. Bayi yang merasakan ikatan yang aman dapat pergi meninggalkan ibunya dengan bebas tetapi tetap memperhatikan keberadaan ibunya hanya dengan memandang sekilas. Bayi yang merasakan ikatan yang aman akan merespon positif apabila digendong oleh orang lain dan ketika diletakkan kembali akan kembali bermain bebas. Pada bayi yang merasakan ikatan yang tidak aman akan menghindar dari ibunya atau akan merasakan perasaan yang bertentangan terhadap ibunya, merasa asing, dan marah karena perpisahan yang sebentar setiap harinya (Santrock, 1998). Mary Ainswort bekerjasama dengan Bowbly menemukan bahwa kualitas attachment akan mempengaruhi perkembangan anak. Maka Ainsworth melakukan observasi alami dengan mengembangkan struktur tertentu untuk mengukur perilaku attachment menggunakan strange situation, yaitu prosedur dimana pengalaman anak pada serangkaian perpisahan dan pertemuan dengan pengasuhnya dan reaksi anak diamati (dalam Kaplan, 2000). Strange situation yang dikembangkan oleh Marry Ainsworth menyebutkan bahwa bayi dapat dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan perilaku yang diamati, kemudian muncul kategori keempat dari perilaku yang teramati. berikut adalah dua kategori attachment (Kaplan, 2000): 5

1. Secure Attachment Bayi yang di klasifikasikan sebagai securely attached jika bertemu dengan ibunya, mereka menyapa ibunya dengan positif berusaha mendekatkan diri pada saat bertemu dan hanya menunjukkan beberapa perilaku negatif terhadap ibunya. Bayi yang secure menggunakan ibunya sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi lingkungannya. Ketika ibunya meninggalkannya, bayi akan protes atau menangis tetapi ketika ibu kembali, bayi akan menyapa dengan penuh kesenangan dan anak ingin digendong dan dekat dengan ibunya. Kepribadian anak yang secure ketika dewasa akan lebih mudah untuk mengungkapakan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassida, 1988). Selain itu anak yang secure akan lebih mengingat masa-masa kecilnya yang menyenangkan (Cassidy, 1999). Secure attachment dalam suatu hubungan akan didasari dengan kepercayaan, kepuasan, komitmen, dan kemandirian. 2. Insecure Attachment Bayi memiliki insecure attachment tidak mengalami ketersediaan dan kenyamanan dari pengasuh yang konsisten ketika merasakan adanya ancaman. Keinginan akan perhatian tidak diatasi dengan perhatian yang konsisten (Ainsworth, et al., 1978). Dampak dari pengalaman semacam itu menghasilkan bayi menjadi cemas akan ketersediaan pengasuhnya, rasa takut akan adanya respon atau respon yang tidak efektif ketika dibutuhkan. Mereka juga dapat menjadi marah kepada pengasuhnya karena kurangnya respon kepada mereka. Bowbly (1973) berspekulasi bahwa kemungkinan berkembangnya reaksi marah pada bayi dikarenakan reaksi tersebut sebagai bentuk hukuman karena tidak responsifnya pengasuh dan kemungkinan reaksi tersebut sengaja dilakukan untuk mendorong pengasuh untuk lebih responsive. Kepribadian anak yang insecure dimasa depannya akan tidak mudah untuk mengungkapkan kekurangan-kekurangan dalam dirinya (Cassidy, 1999). Selain itu anak yang insecure akan lebih mengingat memori-memori yang tidak menyenangkan dimasa kecilnya (Cassidy, 1999). Terdapat tiga bentuk attachment yang tergolong dalam insecure attachment, yaitu: 1. Anxious / Avoidant Attachment Bayi yang di klasifikasikan dalam avoidant mengabaikan ibunya ketika ibunya memasuki ruangan pada saat bertemu kembali dan menghindar untuk melakukan kontak dengan 6

ibunya. Mereka menjelajahi lingkungan tanpa menggunakan ibunya sebagai dasar untuk eksplorasi dan tidak peduli apakah ibunya ada atau tidak. Ketika ibunya meninggalkan, anak tidak terpengaruh dan ketika ibunya kembali lagi anak akan menghindari ibunya. Mereka tidak mau mengadakan kontak ketika sedang distress dan tidak mau dipegang. 2. Anxious / Resistant Attachment Bayi yang diklasifikasikan sebagai resistant menunjukkan kecemasan yang hebat ketika memasuki ruangan sebelum sesi dimulai. Dari awal bayi memegang erat ibunya dan takut untuk menjelajahi ruangan dengan sendiri. Mereka sangat cemas akan perpisahan dan sering menangis secara berlebihan. Mereka menunjukkan sikap marah ketika bertemu denga ibunya. Mereka menjadi bingung antara mencari atau menghindar untuk mengadakan kontak dengan ibunya. Bayi ini mencari kontak dengan ibunya dan pada saat yang sama juga menolak orangtuanya karena kemarahan mereka kepada orangtuanya. 3. Anxious / Disorganized Disoriented Attachment Bayi menunjukkan banyak perilaku yang berbeda. kadang-kadang mereka mendekati pengasuhnya kemudian menunjukkan perilaku yang bertentangan pada saat yang sama, seperti mendekati orangtuanya tanpa melihat kepada orangtuanya. Ada yang menunjukkan ketakutan terhadap pengasuhnya. Mereka menunjukkan kebingungan, khawatir, dan depresi. Banyak anak diabaikan dan disiksa yang menunjukkan perilaku ini. Bayi juga menunjukkan tingkat hormon tingkat tinggi yang mengindikasikan stres. Attachment Behavior Menurut Bowly (19730 attachment behavior adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan orang lain yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, dan terancam. Terdapat dua stimulus yang membuat mereka merasa terancam: 1. Stimulus yang berbentuk besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan berubah dengan cepat. 2. Objek yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada dalam kondisi ini maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak mendekat untuk melihat atau memeriksa keberadaan ibunya. 7

Berkaitan dengan tingkah laku lekat, Ainsworth menyebutkan ada mekanisme yang disebut dengan working model atau internal working model. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pegasuh maka anak akan mengembangkan kontruksi mental atau internal working model mengenai diri dan orang lain yang akan menjadi prototif dalam hubungan sosial (Bowlby, 1973) yang terdiri dari empat komponen yang paling terhubung yaitu: 1. Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman. 2. Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan dengan kelekatan. 3. Kelekatan dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan (goal and needs). 4. Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan kelekatan. Menurut Bowlby (1973), internal working model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Bayi yang diasuh dengan kehangatan, sensitifitas, responsifitas akan mengembangkan internal working model yang positif pada orangtua dan diri sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi pengalaman secara terus menerus dan interkasinya dengan figur lekat. Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working model yaitu: 1. Familiar Pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara otomatis. 2. Dyadic Pattern Pola timbal balik cenderung akan mengubah pola individual karena harapan timbal balik memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tingkah laku lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungn dari ancaman lingkungan terutama saat anak merasa takut, sakit, dan terancam. Tujuannya adalah mendapatkan kenyamanan dari figur lekat. Tingkah laku lekat berupa berbagai macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah, dan mempertahankan kedekatan serta melakukan dengan figur lekat. 8

Bentuk-Bentuk Attachment Behavior Tingkah laku lekat pada manusia sangat bervariasi dan dapat tampak pada semua anak. Tingkah laku ini dipergunakan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan serta tujuan (goal corrected) hasil yang diharapkan dari tingkah laku ini adalah kedekatan dengan ibu. Secara umum pengelompokan tingkah laku lekat menurut Bowbly dan Ainsworth: A. Signaling Behavior Efek dari tingkah laku ini adalah mendekatnya ibu pada anak. Tingkah laku ini sebetulnya bagi anak diharapkan untuk mendapatkan dan meningkatkan kedekatan dengan ibu. Kondisi anak dan pengaruhnya terhadap tingkah laku ibu (maternal behavior) berbeda-beda. Misal: anak menangis (signaling behavior) maka ibu akan datang dan menggendong (maternal behavior). 1. Menangis Timbul dari kondisi yang berbeda-beda, begitu pula intensitas dan ritmenya. Terdapat tiga macam bentuk tangisan yaitu: tangisan dasar, tangisan marah, dan tangisan sakit. Terdapat juga tangisan takut. Tangisan takut timbul secara mendadak, keras, dan diikuti keheningan yang cukup panjang saat bayi menarik nafas. 2. Tersenyum dan Meraban Tingkah laku ini efektif berpengaruh pada tingkah laku ibu setelah bayi berusia empat minggu. Tingkah laku ini muncul saat bayi bangun dan sadar serta merasa senang, artinya bayi tidak sedang sakit, lapar, dan sendirian. Respon ibu terhadap respon anak biasanya tersenyum kembali, berbicara, melambai, menepuk, mengangkat, dan menunjukkan kebahagiaan diantara mereka. 3. Tanda Acungan Tangan (Gesture Raised Arms) Kemampuan bayi untuk mengangkat tangan saat ibu berada didekatnya muncul saat bayi berusia enam bulan. Anak selalu mengartikan isyarat ibu dengan mengangkat anak sehingga anak mengacungkan kedua tangannya. Ancungan tangan ini oleh ibu diartikan bahwa anak ingin diangkat dan direspon dengan menggendong anak. 4. Mencoba Menarik Perhatian Perilaku ini dapat dilihat sebagai salah satu pernyataan perasaan dekat anak dan ibu. Tingkah laku ini pada usia 32 minggu sampai 34 minggu. Anak-anak yang berada pada 9

batas usia ini biasanya selalu berusaha mencari perhatian dan tidak akan puas sebelum mendapatkannya. B. Approaching Behavior Tingkah laku ini menyebabkan anak mendekat pada ibu, hal ini membuktikan bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk selalu dekat dengan orang lain. Tingkah laku ini dinamakan tingkah laku lekat jika bayi hanya menunjukkan perilaku ini pada oran-orang tertentu dan tidak pada orang lain (Ainsworth, 1978). Terdapat beberapa kategori tingkah laku yang termasuk dalam approaching behavior yaitu: 1. Mendekat dan Mengikuti Perilaku ini muncul saat bayi berusia delapan bulan yaitu pada saat timbulnya kemampuan lokomosi pada bayi. Anak akan berusaha menyesuaikan gerakannya dengan figur lekat dalam rangka mencari atau mempertahankan kedekatan dengan figur lekatnya. Saat kemampuan kognisi muncul, anak tidak hanya mendekati, namun anak akan berusaha mencari. 2. Clinging Tingkah laku ini berupa gerakan memeluk ibu apabila terjadi kontak yang sangat dekat dan sangat kuat pada anak yang berusia empat tahun pada saat tingkah laku lekat memuncak karena adanya tanda bahaya atau bertemu setelah perpisahan singkat (Ainsworth, 1978). Clinging muncul pada situasi khusus seperti saat anak gelisah, takut, khawatir, dan merasa terancam rasa amannya (Bowlby, 1973). 3. Menghisap Tingkah laku lekat tidak hanya menggunakan anggota tubuh tetapi juga mulut untuk mengisap dengan kuat puting susu ibunya. Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa nipple and sucking mempunyai fungsi mendapatkan makanan sesuai kebutuhan bayi, merupakan salah satu bentuk tingkah mengisap yang kadang muncul pada saat anak tidak memerlukan makanan. Tingkah laku ini membuat bayi merasa rileks oleh karena itu tingkah laku ini merupakan bagian tingkah laku lekat dan mempunyai unsur kedekatan dengan ibu (Bowlby, 1973). 10

Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. 11