TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

dokumen-dokumen yang mirip
Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

Budidaya Jenis rotan penghasil jernang JENIS: JERNANG

Pengelolaan hhbk femo

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

Blok I Blok II Blok III 30 cm

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

BUDIDAYA ROTAN JERNANG

Studi Etnobotani Jernang (Daemonorops spp.) pada Masyarakat Desa Lamban Sigatal dan Sepintun Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

Potensi dan Pemanenan Buah Rotan Jernang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 361/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN BAWANG MERAH TUK TUK SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 494/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR PAPAN KENTALA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Dairi merupakan salah satu daerah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

Transkripsi:

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR

Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul Kegiatan : Teknik Budidaya Jenis Rotan Penghasil Jernang Pelaksana Kegiatan : Agung Wahyu Nugroho Abstrak Jernang merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang mempunyai manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tinggi. Kondisi saat ini, potensi produksi jernang di alam semakin menurun dan menjadi langka disebabkan oleh pola produksi yang tidak lestari. Informasi mengenai sebaran dan karakteristik habitat masih sedikit yang diketahui, sedang teknik budidayanya belum banyak dikembangkan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan karakter habitat rotan jernang di Jambi serta pemanfaatan limbah serbuk gergaji sebagai media. Data primer didapat melalui pengamatan dan pengukuran langsung melalui survey lapangan (sensus) dan percobaan di persemaian. Data sekunder diperoleh melalui wawancara secara mendalam dengan dinas-dinas terkait, Lembaga Swada Masyarakat (LSM), masyarakat penjernang, dan pembudidaya jernang. Hasil penelitian menunjukkan populasi rotan jernang di Jambi semakin menurun dan tersebar di Kabupaten Bungo, Merangin, Sarolangun, kawasan Taman Nasional Bukit 12, dan kawasan hutan Kapas. Karakter habitat untuk pertumbuhan rotan jernang meliputi: intensitas cahaya 182 2.180 lux, suhu tanah 23,4 31,9 0 C, ph tanah 5,5 6,2, kelembaban tanah 55 62%, suhu udara 23 29,4 0 C, kelembaban udara 60 92%, dan ketinggian tempat 66 403 m dpl. Kata kunci: rotan jernang, sebaran, budidaya Ringkasan : A. Latar Belakang Salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang mempunyai manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan cukup tinggi adalah jernang (dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama dragon blood). Produksi jernang sebagian besar dihasilkan melalui ekstraksi dari hutan alam. Pada pola ekstraktifisme, kini telah semakin menyusut, baik karena adanya produksi bahanbahan pengganti maupun karena sumber-sumbernya di alam telah mulai menurun. Sedang budidaya rotan jernang masih sangat sedikit dilakukan oleh masyarakat walaupun telah ada beberapa desa yang telah membudidayakannya, misalnya di Desa Lamban Sigatal dan Sepintun, Jambi. Upaya untuk menjaga agar jernang tetap lestari dan meningkat produktivitasnya, maka diperlukan suatu teknik budidaya yang tepat, efektif, dan efisien untuk pengembangan jenis ini. 99

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk memperoleh produktifitas jernang yang tinggi. Sedangkan sasaran pada tahun 2010 adalah: 1. Tersedianya data sebaran dan informasi potensi rotan penghasil jernang di Sumatera Bagian Selatan. 2. Tersedianya teknik pembibitan rotan jernang untuk meningkatkan kualitas bibit. C. Metode Penelitian 1. Survei sebaran dan karakter tempat tumbuh a.data Primer: posisi geografi, jumlah batang/rumpun, karakter habitat (intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara, suhu dan kelembaban tanah, ph), kuantifikasi buah. b.data sekunder: Wawancara terhadap masyarakat (penjernang, pembudidaya, LSM) dan instansi yang terkait mengenai data potensi jernang, sebaran rotan jernang, tataniaga jernang, teknik budidaya rotan jernang, dan pengolahan jernang. 2. Pembibitan jernang Pembibitan dilakukan secara generatif (benih) hasil dari eksplorasi sebaran, sedang faktor yang diteliti adalah media tanam dengan memanfaatkan limbah industri. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan komposisi media (M0, M1, M2, M3, M4), ulangan 3 sehingga ada 15 unit percobaan, tiap unit percobaan ada 8 unit pengamatan. Komposisi media sebagai berikut: Perbandingan (% volume) Media Jumlah tanah serbuk pupuk kandang M0 4 0 1 24 M1 3 1 1 24 M2 2 2 1 24 M3 1 3 1 24 M4 0 4 1 24 Jumlah 120 Hasil yang Telah Dicapai 1. Sebaran dan persyaratan tempat tumbuh Hasil survey terhadap sebaran (alami maupun budidaya) menunjukkan rotan jernang tersebar di Kabupaten Bungo, Merangin, Sarolangun, dan kawasan Taman Nasional Bukit 12 (Tabel 1). 100

Tabel 1. Sebaran Rotan Penghasil Jernang Di Provinsi Jambi Lokasi Kecamatan/ Kabupaten Keterangan Sungai Bernai Pematang Kabau Lamban Sigatal Lubuk Napal Pulau Aro Sei Telang Sungai Batu Asah TN Bukit 12 TN Bukit 12 Kec. Pauh Kab. Sarolangun Kec. Pauh Kab. Sarolangun Kec. Tabir Ulu Kab. Merangin Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo alam, 3 rumpun alam, 4 rumpun budidaya, 3.000 rumpun alam, 4 rumpun budidaya, 50 rumpun budidaya, 3 rumpun alam, 10 rumpun Para penjernang mengemukakan, saat ini populasi rotan jernang cenderung menurun sehingga berimbas pada turunnya produksi jernang yang dihasilkan. Dari wawancara, populasi rotan jernang yang masih agak banyak berada di daerah hutan Kapas (Nawai dan Parkat) yaitu daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Selain jarak tempuh yang jauh masuk ke dalam hutan, lokasi yang terjal dan sulit dijangkau menjadi kendala dalam survey ini. Pada sebaran alami rotan jernang di Sungai Telang Jambi, rotan jernang berbuah sepanjang tahun, akan tetapi musim rayanya berlangsung antara bulan September-Oktober. Berdasarkan interview, harga jernang di daerah ini sebesar Rp.400.000,- per kg. Rata-rata 1 kg jernang dihasilkan dari 27 tandan buah rotan jernang. Jernang dengan kualitas baik dihasilkan dari buah-buah yang setengah tua, berbentuk bulat telur agak lonjong. Sehingga tidak mengherankan apabila untuk mendapatkan benih yang baik agak sulit. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari buah yang sudah masak (tua) dengan ditandai warna buah coklat kemerahan dan warna biji coklat kehitaman dan keras, sedang buah yang masih muda berwarna kehijauan. Salah satu desa yang telah membudidayakan jernang adalah Desa Lamban Sigatal. Asal benih rotan didapat dari para pencari jernang (penjernang) yang mencari jernang di daerah hutan Kapas (Nawai dan Parkat). Penjernang mendapatkan resinnya, sedang pembudidaya memanfaatkan benihnya untuk ditanam. Pengamatan dan pengukuran terhadap karakteristik habitat rotan jernang menunjukkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan rotan jernang adalah: intensitas cahaya berkisar 182 2.180 lux, suhu tanah berkisar 23,4 31,9 0 C, ph tanah berkisar 5,5 6,2, kelembaban tanah berkisar 55 62%, suhu udara berkisar 23 29,4 0 C, kelembaban udara berkisar 60 92%, dan ketinggian tempat antara 66 403 m dpl. 2. Potensi jernang Potensi produksi jernang di Provinsi Jambi mempunyai volume perdagangan mencapai 1,2 ton/bulan. Potensi perolehan penerimaan petani pengolah jernang dengan melakukan budi daya/ kultur teknis yang baik akan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp.56.250.000/ha/th ( Elwamendri, dkk., 101

2008). Potensi jernang untuk 1 ha lahan akan memperoleh hasil sebesar 225 kg/ha/th, dimana dari panen raya diperoleh jernang sebanyak 150 kg/ha/th dan panen selang sebesar 75 kg/ha/th. Penaksiran terhadap tandan buah rotan jernang umur 6 tahun hasil budidaya masyarakat memberikan gambaran bahwa jumlah buah dalam satu tandan sebanyak 368 buah dan jumlah buah per kg sebanyak 1.866 buah. Ratarata kadar air buah rotan (asal buah dari Pulau Aro Merangin) sebesar 84,65% ± 20,64% (pengukuran dilakukan 5 hari setelah pemanenan), sedang rata-rata kadar air biji rotan (asal biji dari Lamban Sigatal Sarolangun) sebesar 64,85% ± 1,06% (pengukuran dilakukan 2 bulan setelah pemanenan). 3. Variasi rotan jernang Berdasarkan wawancara langsung dengan masyarakat, rotan jernang hasil budidaya di Desa Lamban Sigatal mempunyai beberapa varietas, yaitu: jernang rambai, jernang umbut, jernang biasa, jernang kelumuai, jernang kepala puyuh. Sedangkan rotan jernang hasil budidaya di Desa Pulau Aro mempunyai dua varietas yaitu jernang rambai dan jernang pulut. Bentuk daun rotan jernang di Merangin, relatif lebih besar dibandingkan dengan daun rotan jernang di Bungo. Ukuran lebar pada bagian tengah dan panjang anak daun di Merangin dan Bungo masing-masing sebagai berikut: 3,4 4,2 cm dan 24 29 cm serta 0,3 1,4 cm dan 6,5 24,5 cm. 4. Pertumbuhan rotan jernang Pengukuran terhadap pertumbuhan rotan jernang umur 6 tahun di Desa Pulau Aro menunjukkan rata-rata diameter batang rotan (1,5 m dari pangkal) sebesar 2,65 cm, rata-rata panjang batang rotan (s.d. bebas pelepah) sebesar 6,15 m, jumlah batang rotan dalam satu rumpun antara 1 7, jumlah tandan dalam satu rumpun antara 0 13 tandan. Rotan jernang di daerah ini mempunyai ciri morfologis: pucuk berwarna kekuningan, daun agak lebar dan tidak keras. Pengukuran terhadap pertumbuhan rotan jernang alam memberikan hasil sebagai berikut: diameter rotan berkisar 1,9 3,18 cm, panjang batang berkisar 5 30 m, dan jumlah batang dalam satu rumpun antara 6 14 batang. Tumbuhan yang berasosiasi dengan rotan jernang adalah: gmelina, medang, meranti, mahang dan tumbuhan bawah: leri, pakis, sirih hutan. Ciri-ciri morfologis rotan jernang di daerah ini adalah pucuk rotan berwarna kekuningan; daun agak kecil, rapat dan tidak keras; duri agak lunak. 5. Pembibitan rotan jernang a. Perkecambahan Perlakuan biji sebelum dikecambahkan adalah dengan dicongkel mata bijinya dan direndam dalam cairan atonik selama 2 hari. Metode pengecambahan dengan metode sekap pada toples plastik yang berisi serbuk gergaji yang terdekomposisi. Benih mulai berkecambah pada hari ke-12 dengan daya kecambah 48,5%. 102

b. Penyapihan Penyapihan dilakukan ± 2,5 bulan setelah benih berkecambah, ditandai dengan tumbuhnya tunas (panjang ± 5 cm) dan akar (minimal 3 helai akar) c. Pembibitan Daun rotan mulai mengembang setelah 40 hari di sapih dengan warna awal daun coklat kekuningan, kemudian berubah menjadi hijau setelah 1-2 minggu. Daya berkecambah bibit rotan sampai umur 40 hari untuk semua perlakuan media sebesar 100%. Pertumbuhan tinggi bibitnya masing-masing sebesar: 6,1 cm; 6,86 cm; 5,40 cm; 5,96 cm; dan 6,07 cm untuk perlakuan media M0, M1, M2, M3, dan M4. D. Kesimpulan 1. Populasi rotan jernang semakin menurun dan tersebar di Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, kawasan Taman Nasional Bukit 12, dan kawasan hutan Kapas. 2. Kondisi habitat untuk pertumbuhan rotan jernang meliputi: intensitas cahaya 182 2.180 lux, suhu tanah 23,4 31,9 0 C, ph tanah 5,5 6,2, kelembaban tanah 55 62%, suhu udara 23 29,4 0 C, kelembaban udara 60 92%, dan ketinggian tempat 66 403 m dpl. 3. Terdapat dugaan adanya variasi rotan jernang dalam bentuk anak daun dan buah pada lokasi sebaran seperti: jernang rambai, jernang umbut, jernang biasa, jernang kelumuai, jernang kepala puyuh, dan jernang pulut. Lampiran : Gambar1. Kegiatan Survey Sebaran Gambar 2. Pohon dan Buah Jernang 103