BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan klinis, salah satunya adalah feedback (Kneebone dan Nestel, 2005). Feedback adalah informasi yang diberikan kepada pembelajar, dalam hal ini mahasiswa, yang ditujukan untuk memodifikasi pemikiran atau perilaku mereka dengan tujuan meningkatkan pembelajaran (Shute, 2008). Feedback sumatif yang diberikan di akhir assessment dapat memberikan informasi mengenai performa, namun feedback yang bersifat formatif dapat menyediakan kesempatan terjadinya pertukaran informasi antara dosen dan mahasiswa, atau antara sesama mahasiswa, yang bertujuan untuk mengembangkan serta meningkatkan pengalaman belajar (Nicholson et al., 2008). Feedback memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembelajaran (Norcini, 2003) karena dapat meningkatkan penguasaan kognitif dan keterampilan serta meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Shute, 2008). Feedback dalam pendidikan kedokteran dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari ahli (misal: instruktur skills lab, supervisor klinik, dll), kolega (misal: peer, tenaga kesehatan lain), dan dari pasien (baik pasien simulasi maupun pasien sesungguhnya) (Kneebone dan Nestel, 2005). Ketiga sumber feedback tersebut memiliki keunikan masing-masing: feedback dari ahli pada umumnya menitikberatkan pada aspek klinis dan prosedural 1
2 Sedangkan feedback dari kolega dan pasien pada umumnya lebih menitikberatkan pada aspek komunikasi dan keterampilan interpersonal (Berenson et al., 2012). Di luar negeri, pasien simulasi sudah banyak digunakan dalam pembelajaran keterampilan klinis. Penggunaan pasien simulasi tidak hanya terbatas sebagai aktor yang memerankan skenario penyakit tertentu, akan tetapi pasien simulasi ini sudah diajak berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran mahasiswa dengan menjadi patient-instructor dan bahkan sebagai SP-teacher (Bokken et al., 2008). Metode simulasi pasien untuk pembelajaran keterampilan klinis lebih banyak dipilih karena pasien simulasi dapat dilatih untuk memerankan kasus spesifik tertentu serta memberikan feedback yang konsisten dan reliabel (Cleland et al., 2009; du Boulay dan Medway, 1999; Mesquita et al., 2010). Karakteristik feedback yang diberikan oleh pasien simulasi dapat bervariasi sesuai dengan peran yang mereka miliki. Patient-instructor dan SP-teacher pada umumnya dilatih untuk memberikan feedback pada domain keterampilan klinis (meliputi feedback mengenai keterampilan anamnesis dan pemeriksaan fisik), akan tetapi mereka juga dapat memberikan feedback mengenai keterampilan interpersonal, serta keterampilan komunikasi mahasiswa (Bokken et al., 2009). Pasien simulasi yang hanya berperan sebagai aktor pada umumnya diminta untuk memberikan feedback dari perspektif pasien dan hanya menyentuh domain keterampilan interpersonal dan komunikasi (Berenson et al., 2012). Feedback dari sudut pandang pasien ini dapat
3 memberikan masukan kepada mahasiswa mengenai bagaimana dampak dari interaksi dokter-pasien yang terjadi dan dengan demikian dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan interpersonal serta domain afektif mahasiswa (Berenson et al., 2012). Penelitian mengenai pengaruh feedback pasien simulasi terhadap pembelajaran keterampilan klinis telah banyak dilakukan di luar negeri. Blake et al. (2000) membandingkan keterampilan melakukan anamnesis antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan feedback pasien simulasi dengan kelompok kontrol serta melihat apakah efek yang ditimbulkan dapat bertahan. Didapatkan bahwa keterampilan anamnesis kelompok mahasiswa yang mendapatkan feedback pasien simulasi lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, dan ketika dilakukan pengukuran kembali beberapa bulan kemudian, keterampilan anamnesis kelompok intervensi tetap lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, terutama dalam keterampilan mengumpulkan data psikososial pasien. Howley dan Martindale (2009) meneliti persepsi mahasiswa mengenai pemberian feedback pasien simulasi terhadap pembelajaran keterampilan klinis, dan didapatkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan feedback pasien simulasi memiliki insight mengenai teknik wawancara yang lebih baik serta merasa lebih aman untuk melatih teknik wawancara yang perlu diperbaiki dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian mengenai pasien simulasi lainnya mempelajari mengenai efektivitas penggunaan pasien simulasi sebagai sumber pembelajaran dibandingkan dengan pasien sesungguhnya, kualitas feedback pasien simulasi serta
4 pengaruhnya terhadap penguasaan penguasaan keterampilan (Bokken et al., 2008). Menurut Bokken et al. (2009), penelitian mengenai dampak feedback pasien simulasi terhadap proses pembelajaran keterampilan klinis mahasiswa telah cukup banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya mengakui bahwa pasien simulasi perlu diberikan pelatihan terlebih dahulu agar pasien simulasi tersebut siap memberikan feedback yang konstruktif kepada mahasiswa, akan tetapi aspek pelatihan tersebut hanya sedikit sekali disinggung dalam artikel penelitian yang ada. Bokken et al. (2009) juga menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai bagaimana bentuk pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pasien simulasi dalam memberikan feedback konstruktif. Dua model pelatihan feedback untuk pasien simulasi yang banyak digunakan selama ini adalah model WinDix (2006) dan model Howley et al. (2005). Model Howley et al. hanya menitikberatkan pada pelatihan feedback konstruktif untuk pasien simulasi, sedangkan model Windix menggabungkan pelatihan pemberian feedback konstruktif dengan pelatihan skenario. Penggunaan pasien simulasi dalam proses pembelajaran keterampilan klinis di Indonesia sendiri masih cukup terbatas. Selain itu, Indonesia memiliki perbedaan karakteristik dengan negara luar tempat penelitian feedback pasien simulasi banyak dilakukan. Pola komunikasi dokter-pasien yang lebih paternalistik (Claramita et al., 2011) serta adanya kesenjangan pada kedudukan sosial antara dokter dengan pasien yang cukup besar (Claramita et
5 al., 2011; Suhoyo et al., 2014) dapat menjadi hal yang menghalangi dampak pemberian feedback pasien simulasi terhadap pembelajaran mahasiswa. Hal tersebut juga dapat mengurangi efektivitas model pelatihan pemberian feedback konstruktif yang sudah banyak dipakai selama ini. Dengan demikian, perlu dilakukan adaptasi dan modifikasi dari model pelatihan pemberian feedback konstruktif agar sesuai dengan konteks Indonesia. Model pelatihan yang ingin diadaptasi oleh peneliti adalah model Howley et al. (2005). I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk pelatihan pemberian feedback konstruktif yang dapat diterapkan di FKUAJ? 2. Apakah pelatihan pemberian feedback konstruktif dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien simulasi dalam memberikan feedback konstruktif kepada mahasiswa? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pelatihan terhadap kemampuan pasien simulasi dalam memberikan feedback konstruktif kepada mahasiswa FKUAJ yang mengikuti skills lab wawancara psikiatri.
6 Tujuan khusus: 1. Mengetahui dampak pelatihan terhadap pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif menggunakan soal pre- dan post-test 2. Mengetahui dampak pelatihan terhadap keterampilan pasien simulasi dalam memberikan feedback konstruktif menggunakan kuesioner Maastricht Assessment of Simulated Patient (MaSP) 3. Mendapatkan bentuk pelatihan pemberian feedback konstruktif yanga dapat diterapkan di FKUAJ dengan mengevaluasi proses pelaksanaan pelatihan dan dampak pelatihan terhadap kemampuan PS memberikan feedback konstruktif I.4. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis: Menambah bukti di bidang pendidikan kedokteran mengenai dampak pelatihan terhadap kemampuan pasien simulasi memberikan feedback konstruktif. Manfaat praktis: a. Meningkatkan peran pasien simulasi dalam pendidikan kedokteran dalam pembelajaran keterampilan klinis b. Meningkatkan keterampilan komunikasi dan interpersonal mahasiswa melalui feedback yang diberikan oleh pasien simulasi
7 c. Sebagai masukan kepada pihak tim blok dan pihak fakultas mengenai dampak pemberian feedback pasien simulasi terhadap proses pembelajaran keterampilan klinis untuk menyusun strategi pembelajaran di skills lab d. Mendapatkan format pelatihan pemberian feedback bagi pasien simulasi yang dapat diterapkan untuk waktu yang akan datang I.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pemberian feedback dalam pembelajaran keterampilan klinis telah banyak dilakukan sebelumnya. Howley dan Martindale (2009) meneliti mengenai efek pemberian oral feedback dari pasien standar terhadap persepsi mahasiswa dalam mempelajari keterampilan klinis. Penelitian tersebut menemukan terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran klinis antara kelompok yang mendapatkan oral feedback dengan yang tidak, serta feedback yang diberikan oleh pasien standar setelah diberikan pelatihan pemberian feedback efektif memiliki kualitas yang sangat baik. Persamaan dengan penelitian ini adalah dilakukan pelatihan pemberian feedback konstruktif kepada pasien simulasi serta dilakukan pengukuran terhadap kualitas dari feedback pasien simulasi, sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah: a. Pelatihan pemberian feedback konstruktif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ) untuk melatih kemampuan observasi pasien dalam memberikan umpan balik yang
8 konstruktif dan tidak menggunakan teknik therapeutic communication (bagian ke 2 dari modul pelatihan) b. Penelitian ini tidak mengaitkan pemberian feedback konstruktif terhadap nilai keterampilan mahasiswa Park et al. (2011) meneliti mengenai pengaruh feedback pasien simulasi terhadap performa mahasiswa serta persepsi mahasiswa mengenai learning outcome serta pengalaman belajar yang didapat dari pasien simulasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah pasien simulasi yang digunakan samasama belum memiliki pengalaman dalam memberikan feedback konstruktif sebelumnya sehingga dilakukan sesi pelatihan kepada PS sebelum penelitian dilakukan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah: a. Pasien simulasi dalam penelitian Park et al. dilatih menggunakan model WinDix (3 jam pelatihan check list observasi keterampilan klinis dan 3 jam pelatihan pemberian feedback konstruktif) sedangkan penelitian ini menggunakan modul pelatihan yang diadaptasi dari model Howley et al. (2005) yang hanya mengkhususkan pada pelatihan pemberian feedback konstruktif b. Pada penelitian ini, pasien simulasi tidak digunakan untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa Blake et al., 2000 meneliti mengenai dampak pemberian feedback oleh pasien simulasi terhadap keterampilan anamnesis mahasiswa serta apakah
9 dampak tersebut akan bertahan setelah intervensi. Dari penelitian tersebut didapatkan peningkatan signifikan dari hasil pre-test dan post-test pada kelompok yang mendapatkan feedback dan perbedaan tersebut bertahan pada pengukuran berikutnya. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan feedback pasien simulasi dalam pembelajaran keterampilan klinis, sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini feedback pasien yang diberikan kepada mahasiswa tidak menitikberatkan pada permasalahan teknis keterampilan akan tetapi lebih menitikberatkan pada kemampuan interpersonal mahasiswa. Fadhillah dan Maardjikoen (2014) meneliti mengenai perbandingan antara penilaian tutor dengan penilaian pasien simulasi dalam keterampilan komunikasi mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa penilaian dari pasien simulasi cenderung lebih tinggi daripada penilaian tutor. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan PSQ untuk melatih pasien simulasi, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini pasien simulasi hanya memberikan feedback formatif kepada mahasiswa sedangkan performa mahasiswa tetap dinilai oleh instruktur.