HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dominan adalah sumber daya manusia (DepKes RI 2002).

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini merupakan studi belah

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP ORGANISASI PPNI DI RUMAH SAKIT UMUM BAJAWA KABUPATEN NGADA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PENGGUNA YANKESTIS DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SYECH YUSUF KAB.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa variabel. Dengan teknik korelasi dapat diketahui hubungan variasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selama lebih kurang 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2013.

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP INTERNA DI RSUD DAYA KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN KADER DALAM REVITALISASI POSYANDU DI DESA SUKAMURNI KABUPATEN BEKASI TAHUN Andri Salman ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENGARUH PELAYANAN BIDAN DELIMA TERHADAP KEPUASAN KLIEN DI WILAYAH KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Transkripsi:

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 203 Paulinus Masa Sato, Adriani Kadir 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar (AlamatRespondensi: masasatopaulinus@gmail.com/08534665) ABSTRAK Beban kerja merupakan sejumlah tugas - tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu ( Depkes RI, 202). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuia hubungan antara pendokumentasian asuhan keparawatan,jumlah jam kerja dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana Kecamatan Soa Kabupaten Ngada Propinsi NTT. Jenis penelitian cross sectional. Sampel ditarik dengan menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis statistic menggunakan uji chi- square, yang disajikan dalam bentuk tabel. Dari hasil olah data diperoleh bahwa ada hubungan antara pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana dengan nilai p= 0,009. Ada hubungan antara jumlah jam kerja perawat dalam sebulan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana dengan nilai p = 0,002. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendokumentasian askep, jumlah jam kerja dalam sebulan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Puskesmas Waepana Puskesmas harus meningkatkan pendokumentasian askep dan menambah jumlah jam kerja dalam sebulan Kata kunci : Beban kerja, Jumlah perawat PENDAHULUAN Beban kerja merupakan sejumlah tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Pada tenaga keperawatan beban kerja dipengaruhi oleh fungsinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan serta kapasitasnya untuk melakukan fungsi tersebut. Beban kerja seorang perawat dapat dihitung dari waktu efektif yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi bebannya. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai perawat yang melaksanakan tugas dan fungsi asuhan keperawatan serta waktu yang telah digunakan (Depkes RI,202). Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisis beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugastugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Nursalam 203 : 49). Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat menganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktifitas perawat. Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2008, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indoonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. 379

Namun perawat di rumah sakit swasta dengan gaji lebih baik ternyata mengalami stress kerja lebih besar dibanding perawat di rumah sakit pemerintah yang berpenghasilan rendah. Sementara hasil penelitian yang dilakukan International Council of Nurses (ICN) menunjukkan, peningkatan beban kerja perawat dari empat pasien jadi enam orang telah mengakibatkan 4% peningkatkan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di Puskesmas. Ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah perawat per pasien dalam sehari. Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja. Aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan kepala ruang, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang dapat mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien (Adipradana, 2008 :98). Sedangkan berdasarkan data awal yang di ambil di Puskesmas Waepana kualifikasi tenaga perawat yang tersedia sebanyak 30 orang, yang berdasarkan lulusan, Ners (Ns) sebnyak orang, Sarjana ( S) sebanyak 2 orang, Diploma IV orang, Diploma (D3) sebanyak 26, hal ini tentunya masih jauh dari jumlah yang diharapkan dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah kecamatan Soa adalah sebanyak 3.93 Jiwa, dengan ratarata kunjungan perhari adalah 75-50 pasien (Data Sekunder, Puskesmas Waepana 203). BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi, dan Sampel Metode penelitian ini adalah metode deskripftif analitik dengan pendekatan Cross Sectional dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan beban kerja berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan, jumlah jam kerja dalam sebulan terhadap jumlah perawat. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Waepana Kecamatan Soa Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di puskesmas Waepana yang berjumlah 30 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Total Sampling. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual. Selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for windows, dengan urutan sebagai berikut :. Editing. Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Koding Kegiatan pemberian kode numeric atau angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Selanjutnya dibuat daftar variable sesuai dengan yang ada dalam instrument penelitian. Selanjutnya untuk mempermudah pemasukan data, maka dibuat formulir koding. 3. Entry data Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontigensi. Analisis Data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Dalam tahap ini diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data diolah dengan softwer proses computer yaitu :. Analisis Univariat : dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. 2. Analisis bivariat : dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan uji chi square. HASIL PENELITIAN. Analisis Univariat. Tabel. Distribusi Responden Menurut Umur di Puskesmas Waepana Tahun 203 Umur n % 2-30 tahun 3-40 tahun 4-50 tahun 22 6 2 73.3 20.0 6.7 380

Berdasarkan tabel di atas dari 30 responden yang diteliti, diketahui bahwa sebagian responden berada pada golongan umur 2-30 tahun, yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) dan paling sedikit berada pada golongan umur 4-50 Tahun, yaitu 2 orang (6,7%). Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Waepana Tahun 203 Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 5 25 6.7 83.3 Berdasarkan tabel 2 di atas dari 30 responden yang diteliti, terdapat 5 orang (6,7%) responden yang berjenis kelamin laki laki dan 25 (83,3%) responden yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Waepana Tahun 203 Tingkat Pendidikan n % D3 Keperawatan D4 Keperawatan S Keperawatan S Kep + Ners 27 90.0 3.3 3.3 3.3 Berdasarkan tabel 3 di atas dari 30 responden yang diteliti terdapat 27 orang (90,0%) responden yang berpendidikan D3 Keperawatan, dan sisanya D4 Keperawatan, S Keperawatan, serta S Keperawatan + Ners masing-masing orang ( 3,3%) responden. Tabel 4 Distribusi Jumlah Perawat Berdasarkan Asumsi Responden di Puskesmas Waepana Tahun 203/ Jumlah Perawat n % Cukup Kurang 9 36.7 63.3 Berdasarkan tabel 4 di atas dari 30 responden yang diteliti, yang mengatakan jumlah perawat cukup sebanyak orang (36,7%) responden dan yang mengatakan kurang sebanyak 9 orang (63,3%) responden. Tabel 5 Distribusi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan oleh Responden di Puskesmas Waepana Tahun 203 Pendokumentasian n % Askep Terlaksana Tidak Terlaksana 8 2 60.0 40.0 Berdasarkan tabel 5 di atas dari 30 responden yang diteliti, yang melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 8 orang (60,0%) responden dan yang tidak melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan sebanyak 2 orang (40,0%) responden. Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Jam Kerja Dalam Sebulan di Puskesmas Waepana Tahun 203 Jlh Jam Kerja Dalam n % Sebulan Efisien Tidak Efisien 6 4 53.3 46.7 Berdasarkan tabel 6 diatas dari 30 responden yang diteliti, yang mengatakan jumlah jam kerja dalam sebulan efisien sebanyak 6 orang (53,3%) responden dan yang mengatakan jumlah jam kerja dalam sebulan tidak efisien sebanyak 4 orang (46,7%) responden. 2. Analisis Bivariat Tabel 7. Distribusi Hubungan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dengan Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Di Puskesmas Waepana Tahun 203 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Cukup Kurang Total n % n % n % Terlaksana 0 33,3 8 26,7 8 60,0 Tidak Terlaksana 3,3 36,7 2 40,0 Total 36,7 9 63,3 30 00 p = 0,009 Berdasarkan data pada tabel 7 dari 30 responden yang diteliti, terdapat 8 orang (60,0%) responden yang melaksanakan pendokumentasian askep, diantaranya 0 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 8 orang (26,7%) responden yang 38

mengatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 2 orang (40,0%) responden yang tidak melaksanakan pendokumentasian askep, orang (36,7%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan orang (3,3%) responden yang mengatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,009 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Tabel 8. Hubungan Jumlah Jam Kerja Dalam Sebulan Dengan Jumlah Perawat Menurut Asumsi Responden Di Puskesmas Waepana Tahun 203 Jumlah Perawat Menurut Asumsi Jumlah Jam Responden Kerja Dalam Cukup Kurang Total Sebulan n % n % n % Efisien 0 33,3 6 20,0 6 53,3 Tidak 3,3 3 43,3 4 46,7 Total 36,7 9 63,3 30 00 p = 0,002 Berdasarkan data pada tabel 8 dari 30 responden yang diteliti, terdapat 6 orang (53,3) responden yang mengatakan jumlah jam kerja efisien, diantaranya 0 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 6 orang (20,0%) responden yang mangatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 4 orang (46,7%) responden yang mengatakan jumlah jam kerja tidak efisien, diantaranya 3 orang (43,3%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan hanya orang (3,3%) responden yang menyatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,002 < α (0,05) sehingga Ho ditolak. Jadi ada hubungan Jumlah jam kerja dalam sebulan. PEMBAHASAN. Analisis hubungan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat menurut asumsi responden Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar perawat 8 orang (60,0%) responden yang melaksanakan pendokumentasian askep sebagian besar diantaranya 0 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 8 orang (26,7%) responden yang mengatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 2 orang (40,0%) responden yang tidak melaksanakan pendokumentasian askep, orang (36,7%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan orang (3,3%) responden yang mengatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chy square test diperoleh nilai p = 0,009 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinana masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan mapupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan (A.Aziz Alimul Hidayat, 203:). Perhitungan jumlah perawat yang bekerja harus disesuaikan dengan sasaran masyarakat yang dilayani dalam wilayah kerja Puskesmas tersebut. Kebutuhan tenaga di ruangan rawat inap inap tentu berbeda dengan kebutuhan tenaga perawat di unit Rawat jalan, perawat Rawat Jalan selain melaksanakan tugas jaga di polik juga harus melaksanakan tugas Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) mencakup Home Care dan pelayanan lainnya. Untuk Puskesmas Waepana Kecamatan Soa, rumus penghitungan jumlah tenaga keperawatan dapat menggunakan metode Ful Time Equivalent (FTE), Konsep FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam setahun artinya bekerja selama 40 jam/ minggu atau 2.080 jam dalam dalam periode 52 minggu (Finkler dan Kovner, 2000 dalam bruce J.Fried.et.al, 2005). Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif maupun waktu non produktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan tungkat ketergantungannya karena akan mempengaruhi jumlah jam perawatan yang dibutuhkan (Nursalam 203:47-48). 2. Analisis hubungan jumlah jam kerja dalam sebulan dengan jumlah perawat menurut asumsi responden 382

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar perawat 6 orang (53,3) responden yang mengatakan jumlah jam kerja efisien sebagian besar diantaranya 0 orang (33,3) responden mengatakan bahwa jumlah perawat cukup, dan 6 orang (20,0%) responden yang mangatakan jumlah perawat kurang. Terdapat 4 orang (46,7%) responden yang mengatakan jumlah jam kerja tidak efisien, diantaranya 3 orang (43,3%) responden mengatakan jumlah perawat kurang dan hanya orang (3,3%) responden yang menyatakan jumlah perawat cukup. Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test diperoleh nilai p = 0,002 < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan Jumlah jam kerja dalam sebulan. Seseorang yang bekerja secara terus menerus pada suatu ketika akan mengalami kelelahan, baik pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik maupun pekerjaan yang menuntut kerja otak. Kelelahan dapat berupa kelelahan fisik dan mental dan saat itulah orang membutuhkan istirahat sebelum tenaganya habis (Suma mur, 2009:363). Lama seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-0 jam. Sisanya (4-8 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, evektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahakan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecendrunganuntuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidak puasan. Dalam seminggu seorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu kemungkina besar untuk timbulnya halhal yang negative bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Makin panjang waktu kerja dalam seminggu, makin besar kecendrungan terjadinya hala-hal yang tidak diinginkan (Suma mar 2009:363). KESIMPULAN. Ada hubungan antara pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana 2. Ada hubungan antara jumlah jam kerja perawat dalam sebulan dengan jumlah perawat di Puskesmas Waepana. 3. Jumlah perawat dengan jumlah pasien belum seimbang. SARAN. Bagi Perawat Puskesmas Waepana, agar selalu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. 2. Bagi Puskesmas Waepana, agar kembali melakukan revisi penghitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat sehingga ketercukupan perawat di semua lini terpenuhi, dengan ini beban kerja perawat akan merata dan tidak berlebihan. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada agar dalam penempatan tenaga perawat perlu mempertimbangkan dan memperhatikan jumlah beban kerja dalam hal ini pasien dan sasaran masyarakat yang dilayani secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA A.Aziz Alimul Hidayat, 203, Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, -8 Adipradana, 2008, Pelayanan Keperawatan Terhadap Pasien, Alfabeta, Bandung Agus Kuntoro, 200, Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Muha Medika, Yogyakarta, 22 Berita Indonesia.Com, 2008, Evolusi Perkembangan Sistem Pelayanan Kesehatan Data Sekunder, Puskesmas Waepana 203 Departemen Kesehatan RI, 202, Pusat Data dan Informasi Kesehatan Indonesia, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 202, Profil Kesehatan Indonesia (http://www.depkes.go.id), Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo., 20, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo., 202, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. 383

Nursalam,203, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan Profesional, Jakarta,32-49. Salemba Medika, Profil Puskesmas Waepana, 202. Suara Pembaruan.Com, 2008, Hubungan Perawat Dengan Pasien Sugiyono, 2009, Pengantar Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Suma mur, 2009, Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Cv Sagung Seto, Jakarta, 362-363 Wilson, 20, Fakta Beban Kerja Perawat, ( http ://eprints.undip 20.ac.id) 384