III. METODE PENELITIAN. Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka,

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negara dengan jumlah pengangguran paling tinggi di seluruh dunia.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pembentukan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan

PENDEKATAN VECTOR ERROR CORRECTION MODEL UNTUK ANALISIS HUBUNGAN INFLASI, BI RATE DAN KURS DOLAR AMERIKA SERIKAT

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

Universitas Indonesia. Respon tingkat..., Adi Gemilang Gumiwang, FE UI, 2009

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Selang periode runtun waktu. Bulanan Tahun Dasar PDB Triwulanan Miliar rupiah. M2 Bulanan Persentase

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara pasar modal Amerika (DJIA), Jepang (N225) dan Cina (SCI) terhadap

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat

Transkripsi:

49 III. METODE PENELITIAN 3.. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) bulanan dari Januari 2003 sampai dengan Desember 20. Data yang digunakan adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, data SBI, data SBIS, data nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, data Inflasi, data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan data Jakarta Islamic Index (JII). Tabel 6. Data yang Digunakan Dalam Penelitian No Jenis Data Sumber Data Satuan Data NAB RDS Bapepam Rupiah 2 Data SBI BI Persen 3 Data SBIS BI Persen 4 Data Kurs BI Rupiah 5 Data Inflasi BPS Persen 6 Data IHSG BEI - 7 Data JII BEI -

50 3.2. Variabel dan Definisi Operasional berikut: Peubah yang digunakan bersama definisi operasionalnya adalah sebagai a. NAB merupakan data Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. b. SBI merupakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia untuk periode satu bulan. c. SBIS merupakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah untuk periode satu bulan. d. Kurs (ex-rate) merupakan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar AS. e. Inflasi merupakan perubahan harga tiap bulannya dalam bentuk persen. f. IHSG merupakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. g. JII merupakan indeks harga 30 perusahaan terbaik berbasis syariah. 3.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data Untuk menganalisis variabel makroekonomi terhadap kinerja reksa dana syariah akan dianalisis dengan menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). kemudian apabila terdapat kombinasi linear antara variabel non-stasioner yang terkointegrasi pada ordo yang sama maka perlu dilakukan pengujian kointegrasi, maka model VAR akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) menjadi Cointegrated SVAR atau biasa dikenal dengan istilah

5 Vector Error Correction Model (VECM). Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian adalah Microsoft Excel 2007 untuk mengelompokan data dan selanjutnya diolah menggunakan program Eviews 6. 3.3.. Metode Vector Autoregression (VAR) Pada tahun 980, Christopher Sims memperkenalkan sebuah macroeconomics framework yang menjanjikan, yakni Vector Autoregression (VAR). Stock dan Watson dalam Firdaus (200) memaparkan bahwa jika sebelumnya univariate autoregression merupakan sebuah persamaan tunggal (single-equation) dengan model linier variabel tunggal (single-variable linear model), dimana nilai sekarang dari masing-masing variabel dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, maka VAR merupakan sebuah n-persamaan (n-equation) dengan n-variabel (n-variable), dimana masing-masing variabel dijelaskan dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, serta nilai saat ini dan masa lampaunya (current and past values). Dengan demikian, dalam konteks ekonometrika modern VAR termasuk ke dalam multivariate time series analysis (Firdaus, 200). VAR menyediakan cara yang sistematis untuk menangkap perubahan yang dinamis dalam multiple time series, serta memiliki pendekatan yang kredibel dan mudah dipahami bagi pendeskripsian data, forecasting (peramalan), inferensi struktural, serta analisis kebijakan. Alat analisis yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, forecasting (peramalan), inferensi struktural, serta analisis kebijakan dilakukan melalui empat macam penggunaannya, yakni Forecasting, Impulse

52 Response Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan Granger Causality Test. Forecasting merupakan ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel. Sementara Impulse Response Function (IRF) adalah melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan prediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu. Sedangkan Granger Causality Test bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Seperti halnya model ekonometrika lainnya, VAR juga meliputi serangkaian proses spesifikasi dan identifikasi model. Spesifikasi model VAR meliputi pemilihan variabel dan banyaknya selang yang digunakan dalam model (Firdaus, 200). Sedangkan identifikasi model adalah melakukan identifikasi persamaan sebelum melakukan estimasi model. Dalam proses identifikasi akan ditemui beberapa kondisi. Kondisi overidentified akan diperoleh jika jumlah informasi yang dimiliki melebihi jumlah parameter yang ingin diestimasi. Sementara kondisi exactly identified atau just identified akan tercapai jika jumlah informasi dan jumlah parameter yang diestimasi sama. Kemudian, jika jumlah informasi kurang dari jumlah parameter yang akan diestimasi akan menciptakan kondisi yang disebut underidentified. Proses estimasi hanya dapat dilakukan dalam keadaan overidentified dan exactly identified atau just identified. Dalam pemilihan selang optimal yang dipakai dapat memanfaatkan kriteria

53 informasi seperti Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), maupun Hannan-Quinn Criterion (HQ). Enders (2004) mengemukakan bahwa bentuk sistem VAR standar (reducedform) yang digunakan secara luas atau umum pada saat ini berasal dari bentuk sistem VAR primitif yang memiliki sejumlah kelemahan. Adapun bentuk sederhana dari sistem VAR yang primitif ditunjukkan oleh sistem bivariate sederhana sebagai berikut : y t = b 0 - b 2 z t + γ z t- + γ 2 z t- + ε yt (3.) z t = b 20 b 2 y t + γ 2 y t- + γ 22 z t- + ε zt (3.2) Kedua persamaan di atas menunjukkan bahwa y t dan z t saling memengaruhi satu sama lain. Misalnya b 2 merupakan efek serentak (contemporaneous effect) dari perubahan z t terhadap y t dan γ 2 merupakan efek dari perubahan z t- terhadap y t. Oleh karena itu, maka persamaan (3.) dan (3.2) bukanlah persamaan dalam bentuk reduced-form karena y t memiliki efek serentak terhadap z t dan z t memiliki efek serentak terhadap y t. Namun dari bentuk persamaaan primitif di atas dapat diperoleh bentuk transformasi VAR ke dalam bentuk standar (reduced-form). Adapun persamaan umum VAR adalah sebagai berikut (Enders, 2004) : y t = A 0 + A y t- + A 2 y t-2 + + A p y t-p + e t (3.3)

54 dimana : y t = vektor berukuran (n-) yang berisikan n variabel yang terdapat di dalam sebuah model VAR A 0 = vektor intersep berukuran (n-) A t = matriks koefisien/ parameter berukuran (n. n) untuk setiap i =,2,..,p e t = vektor error berukuran (n. ) Model VAR dalam bentuk standar di atas jika dituliskan dalam bentuk persamaan bivariate adalah sebagai berikut : y t = a 0 + a y t- + a 2 z t- + e t (3.4) z t = a 20 + a 2 y t- + a 22 z t- + e 2t (3.5) atau dalam bentuk notasi matriks VAR adalah sebagai berikut : yt a = zt a 0 20 a + a 2 a2 yt a 22 t z e + e t 2t (3.6) Sehingga untuk model multivariate seperti yang dilakukan di dalam penelitian ini, model VAR menjadi seperti berikut : ΔNAB t = β 0 + β ΔNAB t- + β 2 ΔNAB t-2 + β 2 ΔSBI t- + β 22 Δ SBI t-2 + β 3 ΔSBIS t- + β 32 ΔSBIS t-2 + β 4 ΔER t- + β 42 ΔER t-2 + β 5 ΔINF t- + β 52 ΔINF t-2 + β 6 ΔIHSG t- + β 62 ΔIHSG t-2 + β 7 ΔJII t- + β 72 ΔJII t-2 + e t (3.7)

55 ΔSBI t = β 20 + β 2 ΔNAB t- + β 22 ΔNAB t-2 + β 22 ΔSBI t- + β 222 ΔSBI t-2 + β 23 ΔSBIS t- + β 232 ΔSBIS t-2 + β 24 ΔER t- + β 242 ΔER t-2 + β 25 ΔINF t- + β 252 ΔINF t-2 + β 26 ΔIHSG t- + β 262 Δ IHSG t-2 + β 27 Δ JII t- β 272 Δ JII t-2 + e 2t (3.8) ΔSBIS t = β 30 + β 3 ΔNAB t- + β 32 ΔNAB t-2 + β 32 ΔSBI t- + β 322 ΔSBI t-2 + β 33 ΔSBIS t- + β 332 ΔSBIS t-2 + β 34 ΔER t- + β 342 ΔER t-2 + β 35 ΔINF t- + β 352 ΔINF t-2 + β 36 ΔIHSG t- + β 362 Δ IHSG t-2 + β 37 Δ JII t- + β 372 Δ JII t-2 + e 3t (3.9) ΔER t = β 40 + β 4 ΔNAB t- + β 42 ΔNAB t-2 + β 42 ΔSBI t- + β 422 ΔSBI t-2 + β 43 ΔSBIS t- + β 432 ΔSBIS t-2 + β 44 ΔER t- + β 442 ΔER t-2 + β 45 ΔINF t- + β 452 ΔINF t-2 + β 46 ΔIHSG t- + β 462 Δ IHSG t-2 + β 47 Δ JII t- + β 472 Δ JII t-2 + e 4t (3.0) ΔINF t = β 50 + β 5 ΔNAB t- + β 52 ΔNAB t-2 + β 52 ΔSBI t- + β 522 ΔSBI t-2 + β 53 ΔSBIS t- + β 532 ΔSBIS t-2 + β 54 ΔER t- + β 542 ΔER t-2 + β 55 ΔINF t- + β 552 ΔINF t-2 + β 56 ΔIHSG t- + β 562 Δ IHSG t-2 + β 57 Δ JII t- + β 572 Δ JII t-2 + e 5t (3.) ΔIHSG t = β 60 + β 6 ΔNAB t- + β 62 ΔNAB t-2 + β 62 ΔSBI t- + β 622 ΔSBI t-2 + β 63 ΔSBIS t- + β 632 ΔSBIS t-2 + β 64 ΔER t- + β 642 ΔER t-2 + β 65 ΔINF t- + β 652 ΔINF t-2 + β 66 ΔIHSG t- + β 662 Δ IHSG t-2 + β 67 Δ JII t- + β 672 Δ JII t-2 + e 6t (3.2) ΔJII t = β 70 + β 7 ΔNAB t- + β 72 ΔNAB t-2 + β 72 ΔSBI t- + β 722 ΔSBI t-2 + β 73 ΔSBIS t- + β 732 ΔSBIS t-2 + β 74 ΔER t- + β 742 ΔER t-2 + β 75 ΔINF t- + β 752 ΔINF t-2 + β 76 ΔIHSG t- + β 762 Δ IHSG t-2 + β 77 Δ JII t- + β 772 Δ JII t-2 + e 7t (3.3)

56 Dimana : NAB : Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah SBI : Sertifikat Bank Indonesia SBIS : Sertifikat Bank Indonesia Syariah ER : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS INF : Inflasi IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan JII : Jakarta Islamic Index Model VAR dikembangkan sebagai solusi atas kritikan terhadap model persamaan simultan (Nachrowi, 2006), yaitu :. Spesifikasi dari sistem persamaan simultan terlalu berdasarkan pada agregasi dari model keseimbangan parsial, tanpa memperhatikan pada hasil hubungan yang hilang (omitted interrelation). 2. Struktur dinamis pada model seringkali dispesifikasikan dengan tujuan untuk memberikan restriksi yang dibutuhkan dalam mendapatkan identifikasi dari bentuk struktural. Menurut McCoy dalam Nachrowi (2006), untuk mengatasi kritikan tersebut terutama untuk menentukan variabel endogen dan eksogen, pendekatan VAR berusaha membiarkan data tersebut berbicara ( let the data speak for themselves )

57 dengan membuat semua variabel berpotensi menjadi variabel endogen. Dalam kerangka VAR setiap variabel, baik dalam level maupun first difference, diperlakukan secara simetris di dalam sistem persamaan yang mengandung regressor set yang sama. Menurut Gujarati (2003), keunggulan metode VAR dibandingkan dengan metode ekonometrika konvensional adalah :. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang kompleks (multivariat), sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di dalam persamaan itu. 2. Uji VAR yang multivariat bisa menghindarkan parameter yang bias akibat tidak dimasukkannya variabel yang relevan. 3. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam sistem persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogen. 4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan teori ekonomi yang sering muncul termasuk gejala perbedaan palsu (spurious variable) di dalam model ekonometrika konvensional terutama pada persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang salah. Namun, model VAR juga memiliki banyak kritik akibat memiliki beberapa kelemahan. Menurut Gujarati (2003), kelemahan VAR antara lain :

58. Model VAR lebih bersifat ateori karena tidak memanfaatkan informasi dari teori-teori terdahulu. 2. Karena tidak menitikberatkan pada peramalan (forecasting), maka model VAR dianggap tidak sesuai untuk implikasi kebijakan. 3. Tantangan terberat VAR adalah pemilihan panjang lag yang tepat. 4. Semua variabel yang digunakan dalam model VAR harus stasioner. 5. Koefisien dalam estimasi VAR sulit untuk diinterpretasikan. 3.3.2. Metode Vector Error Correction Model (VECM) Vector Error Correction Model atau VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi (Enders, 2004). Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner pada level, tetapi terkointegrasi. VECM kemudian memanfaaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya. Karena itu, VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Kointegrasi adalah terdapatnya kombinasi linier antara variabel yang non stasioner yang terkointegrasi pada ordo yang sama (Enders,2004). Setelah dilakukan pengujian kointegrasi pada model yang digunakan, maka dianjurkan untuk memasukkan persamaan kointegrasi ke dalam model yang digunakan. Pada data time series kebanyakan memiliki tingkat stasioneritas pada perbedaan pertama (first

59 difference) atau I(). Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hilangnya informasi jangka panjang, maka dalam penelitian ini digunakan model VECM apabila ternyata data yang digunakan memiliki derajat stasioneritas I(). Secara umum model VECM (k-) adalah sebagai berikut : y t k = i yt + 0 + t + yt + t (3.4) dimana : Δy t = y t y t- k- = ordo VECM dari VAR i = matriks koefisien regresi (b,.,b i) μ 0 = vektor intercept μ = vektor koefisien regresi t = time trend α = matriks loading β = vektor kointegrasi y = variabel yang digunakan dalam analisis

60 Sehingga dalam penelitian ini menjadi NABt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i + ijiit i + t (3.5) SBIt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i ijiit i t (3.6) + + SBISt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i ijiit i t (3.7) + + ERt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i ijiit i t (3.8) + + INFt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i + ijiit i + t (3.9)

6 IHSGt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i + ijiit i + t (3.20) JIIt = k- k- k- inab t i + t i + isbi isbist i + k- k- ier t i + iinft i + k- k- iihsg t i + ijiit i + t (3.2) 3.3.3. Pengujian Pra Estimasi 3.3.3.. Uji Stasioneritas Data Dalam mengestimasi sebuah model yang akan digunakan, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah uji stasioneritas data atau disebut dengan unit root test. Menurut Gujarati (2003), data yang stasioner akan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi di sekitar nilai rata-ratanya. Untuk itu, pengujian stasioneritas data sangat penting dilakukan apabila menggunakan data time series dalam analisis. Hal tersebut dikarenakan data time series pada umumnya mengandung akar unit (unit root) dan nilai rata-rata serta variansnya berubah sepanjang waktu. Nilai yang mengandung unit root atau non-stasioner, apabila dimasukkan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana, maka kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya atau disebut sebagai spurious estimation (Nachrowi, 2006).

62 Untuk menguji ada atau tidaknya akar unit pada data yang digunakan, maka dalam penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Menurut Gujarati (2003), uji stasioneritas data dengan menggunakan uji Dickey-Fuller, dimulai dari sebuah proses autoregresi orde pertama, yaitu : Y t = ρy t- + μ t (3.22) dimana : μ t = white noise error term dengan mean nol dan varians konstan Kondisi di atas disebut sebagai random walk, dimana variabel Y t ditentukan oleh variabel sebelumnya (Y t- ). Oleh karena itu jika nilai ρ = maka persamaan (3.22) mengandung akar unit atau tidak stasioner. Kemudian persamaan (3.22) dapat dimodifikasi dengan mengurangi Y t- pada kedua sisi persamaan, sehingga persamaan (3.22) dapat diubah menjadi : Y t Y t- = ρy t- Y t- + μ t = (ρ-)y t- + μ t (3.23) maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : ΔY t = δy t- + μ t (3.24) dimana : δ = (ρ-) Δ = perbedaan pertama (first difference)

63 Oleh karena itu hipotesis pada persamaan (3.28), H 0 : δ = 0 melawan hipotesis alternatifnya atau H : δ < 0. Nilai H 0 : δ = 0 akan menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak stasioner, sementara H : δ < 0 menunjukkan persamaan tersebut mengikuti proses yang stasioner. Jadi apabila kita menolak H 0 maka artinya data time series tersebut stasioner, dan sebaliknya. Pada persamaan (3.28) diasumsikan bahwa error term (μ t ) tidak berkorelasi. Dalam kasus error term-nya berkorelasi maka contoh persamaan yang dapat diuji stasioneritas melalui Augmented Dickey-Fuller (ADF) dapat ditulis sebagai berikut (Gujarati, 2003) : ΔY t = β t + β 2 t + δy t- + α i Y m t - i + t (3.25) dimana : ε t = pure white noise error term ΔY t- = (Y t- - Y t-2 ), ΔY t-2 = (Y t-2 - Y t-3 ), dan seterusnya. Dalam kasus persamaan seperti ini pengujian hipotesis yang dilakukan masih sama dengan sebelumnya yaitu H 0 adalah δ = 0 (tidak stasioner) dengan hipotesis alternatifnya adalah H adalah δ < 0 (stasioner). Artinya jika H 0 ditolak dan menerima H maka data kita stasioner dan begitu juga sebaliknya. Uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data time series bersifat stasioner atau tidak adalah dengan menguji uji Ordinary Least Square (OLS) dan melihat nilai t statistik dari estimasi δ.

64 Jika δ adalah nilai dugaan dan S δ adalah simpangan baku dari δ maka uji statistik memiliki rumus sebagai berikut : thit = (3.26) S Apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai statistik ADF (dalam nilai kritikal persen, 5 persen, atau 0 persen), maka keputusannya adalah tolak H 0 atau dengan kata lain data bersifat stasioner dan begitu juga sebaliknya. 3.3.3.2. Pengujian Lag Optimal Langkah penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model VAR adalah penentuan jumlah lag yang optimal yang digunakan dalam model. Pengujian panjang lag yang optimal dapat memanfaatkan beberapa informasi yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), maupun Hannan-Quinn Criterion (HQ). Untuk dapat menentukan lag ini, maka langkah sebelumnya adalah menentukan nilai determinan dari kovarian residual ( Ω ) yang dapat dihitung sebagai berikut (Eviews 6 User s Guide) : ' Ω = det e t e t (3.27) T p t dimana p adalah angka parameter dari tiap persamaan dalam VAR. Selanjutnya, log likelihood value dengan mengasumsikan distribusi normal (Gaussian) dapat dihitung :

65 T = k 2 ( + log 2 ) + log Ω (3.38) dimana k adalah banyaknya parameter yang diestimasi dan T adalah jumlah observasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan nilai AIC, SC maupun HQ dan dipilih nilai yang terkecil. Dalam penelitian ini, untuk menentukan lag optimal digunakan perhitungan AIC. Rumus perhitungannya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : AIC -2(l/T) + (k/t) SC -2(l/T) + k log(t)/t HQ -2(l/T) + 2k log(log(t))/t (3.29) 3.3.3.3. Uji Stabilitas VAR Metode yang digunakan dalam melakukan analisis pengaruh guncangan variabel makroekonomi terhadap perkembangan reksadana syariah di Indonesia adalah analisis impuls respon (IRF) dan analisis peramalan dekomposisi ragam galat (FEVD). Sistem persamaan VAR yang telah terbentuk harus diuji stabilitasnya terlebih dahulu sebelum kedua analisis tersebut dilakukan, melalui VAR stability condition check. Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Model VAR tersebut dianggap stabil jika semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada

66 di dalam unit circle atau jika nilai absolutnya lebih kecil dari satu sehingga IRF dan FEVD yang dihasilkan dianggap valid (Windarti, 2004). 3.3.3.4. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi merupakan lanjutan dari uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi. Uji kointegrasi dimaksudkan untuk mengetahui perilaku data dalam jangka panjang antar variabel terkait apakah berkointegrasi atau tidak seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi. Untuk dapat melakukan uji kointegrasi, harus yakin terlebih dahulu bahwa variabel-variabel yang terkait dalam pendekatan ini mempunyai derajat integrasi yang sama atau tidak. Implikasi pentingnya jika dua variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, misal: X=() dan Y= (2), maka kedua variabel tersebut tidak dapat berkointegrasi. Cara pengujiannya adalah dengan menguji residualnya berintegrasi atau tidak. Apabila residualnya berintegrasi, berarti data tersebut sudah memenuhi prasyarat dalam pembentukan dan estimasi model dinamis. Untuk melakukan uji kointegrasi dilakukan dengan beberapa macam uji, yaitu: Engle-Granger test (EG), Augmented Engle-Granger (AEG) test, dan Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW). Namun, pada penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan Cointegrating Regression Durbin-Watson (CRDW). Caranya adalah dengan meregresi variabel dependen dengan variabel independen, setelah nilai DW diketahui, maka DW dibandingkan. Apabila nilai DW hitung lebih besar dari DW tabel maka variabel tersebut telah berkointegrasi, yang

67 artinya antar variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang terjadi hubungan yang equilibrium (Gujarati,2003). Dalam penelitian ini untuk menguji apakah kombinasi variabel yang tidak stasioner terkointegrasi dapat diuji dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen, yang ditunjukkan oleh persamaan matematis berikut ini : Δy t = β 0 + πy t- + + e t ( 3.30 ) Persamaan tersebut terkointegrasi jika trace statistic > critical value. Dengan demikian H kointegrasi. Kita tolak H0= non-kointegrasi dengan hipotesis alternatifnya H0 atau terima H jika trace statistic > critical value, yang artinya terjadi kointegrasi. Tahapan analisis dilanjutkan dengan analisis Vector Error Correction Model (VECM) setelah jumlah persamaan yang terkointegrasi telah diketahui. 3.3.4. Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas granger dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas diantara variabel-variabel yang ada di dalam model. Uji ini untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas (independent variable) meningkatkan kinerja forecasting dari variabel tidak bebas (dependent variable). Pertanyaan yang sering ada dalam analisis time series tidak hanya satu atau lebih variabel ekonomi yang dapat memperkirakan variabel ekonomi lainnya. Pengujian hubungan sebab akibat, sebagaimana dimaksudkan oleh granger, dengan menggunakan F-test untuk menguji apakah lag informasi dalam variabel Y

68 memberikan informasi statistik yang signifikan tentang variabel X dalam menjelaskan perubahan X. Jika tidak, maka Y tidak ada hubungan sebab akibat granger dengan X. 3.3.5. Innovation Accounting 3.3.5. Impulse Response Function Estimasi dengan menggunakan VECM untuk lebih lanjut dapat dilihat dari IRF. IRF menunjukkan bagaimana respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap guncangan dalam variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. Fungsi dari impulse response ini untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu apabila terjadi guncangan atau shock suatu variabel. Fungsi yang kedua adalah untuk mengetahui besarnya nilai guncangan terhadap variabel yang ada. Analisis fungsi impuls respon (Impulse Response Function) atau disingkat dengan IRF dalam analisis ini dilakukan untuk menilai respon dinamik variabel Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah terhadap adanya guncangan SBI, SBIS, nilai tukar (exchange rate), inflasi, indeks harga saham gabungan (IHSG), dan Jakarta Islamic Index (JII). Impulse Response Function sementara itu bertujuan untuk mengisolasi suatu guncangan agar lebih spesifik artinya suatu variabel yang dapat dipengaruhi oleh shock atau guncangan tertentu. Apabila suatu variabel tidak dapat dipengaruhi oleh shock, maka shock spesifik tersebut tidak dapat diketahui melainkan shock secara umum.

69 3.3.5.2. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya adalah FEVD. Metode ini mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR. Metode ini dapat melihat kekuatan dan kelemahan masingmasing variabel dalam memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang (Nachrowi, 2006). Metode ini merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah terjadinya shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain dapat dilihat dengan menghitung presentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain. Dapat diketahui melalui FEVD secara pasti faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu. 3.4. Model Penelitian Analisis pengaruh variabel ekonomi terhadap perkembangan reksa dana syariah di Indonesia dilihat dengan menggunakan variabel data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, data SBI, data SBIS, data nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, data Inflasi, data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan data Jakarta Islamic Index (JII). Model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut :

70 log_ NAB a0 SBI b0 SBIS c0 log_ ER = d 0 + INF e0 log_ IHSG f 0 log_ JII 0 g aa2a3a4a5a6a7a8a9 a 2a 22a 23a 24a 25a 26a 27a 28a a3a32a33a34a35a36a37a38a 4 42 43 44 45 46 47 48 a a a a a a a a a a5a52a53a54a55a56a57a58a 6 62 63 64 65 66 67 68 a a a a a a a a a 7 72 73 74 75 76 77 78 a a a a a a a a a 29 39 49 59 69 79 log_ NABt SBIt i SBISt i log_ ERt i INFt i log_ IHSGt log_ JIIt i i e e e + e e i e e t 2t 3t 4t 5t 6t 7t Dimana : Log_NAB : Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah SBI : Sertifikat Bank Indonesia SBIS : Sertifikat Bank Indonesia Syariah Log_ER : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS INF : Inflasi Log_IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan Log_JII : Jakarta Islamic Index Semua data estimasi yang dipergunakan dalam VAR adalah dalam bentuk logaritma natural sesuai dengan pendapat Sims dalam Enders (2004), kecuali data yang sudah dalam bentuk persen atau data tersebut memiliki koefisien yang negatif (sangat kecil) yang tidak mungkin untuk diubah dalam bentuk logaritma natural. Salah satu alasannya adalah untuk memudahkan analisis, karena baik dalam impulse response maupun variance decomposition, pengaruh shock dilihat dalam standar

7 deviasi yang dapat dikonversi dalam bentuk persentase. Semua variabel adalah variabel endogen dalam metode VAR, sehingga dalam model penelitian ini dapat dilihat hubungan saling ketergantungan antara semua variabel.