PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

dokumen-dokumen yang mirip
Penanganan Penyimpanan Kentang Bibit (Solanum tuberosum L.) di Bandung. Storage Handling of Potato Tuber as Seed (Solanum tuberosum L.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

PENANGANAN PENYIMPANAN KENTANG BIBIT (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT OLEH: AFIFAH FARIDA JUFRI A

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Hikmah Farm. Prestasi Kerja Penulis Karyawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek teknis

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PASCA PANEN BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

Produksi Benih Kentang ( Solanum tuberosum L.)

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Pengaruh Cahaya dan Tempat Penyimpanan Bibit Kentang di Gudang terhadap Pertunasan dan Serangan Hama Penyakit Gudang

3. METODE DAN PELAKSANAAN

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

kg/hk kg/hk Kebun Kiara Jeuntas 19/02/2009 Penanaman stek kentang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

No. 03 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

Pengembangan Kentang di Negara Asia (Ringkasan Jawaban terhadap Kuisioner UNECE )

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

Penanganan Hasil Pertanian

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KHOIRUL UMMAH A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

Transkripsi:

45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan dari direktur utama, internal audit, direktur produksi, direktur administrasi dan keuangan, direktur penjualan, kepala kebun sampai kepala gudang. Mandor dan karyawan harian lepas diisi oleh masyarakat sekitar yang bukan anggota keluarga. Peranan keluarga di Hikmah Farm sangat besar dalam mengambil keputusan bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan keluarga adalah lebih cepat dalam mengambil keputusan dan kebijakan karena jabatanjabatan penting dipegang oleh keluarga yang loyal terhadap perusahaan milik keluarganya. Hikmah Farm sedang mengalami kendala dalam pergantian kepemimpinan perusahaan. Hikmah Farm saat ini sedang mengalami kekosongan jabatan untuk posisi manajer marketing, manajer keuangan, manajer R&D, dan manajer humas. Kekosongan yang dialami oleh perusahaan disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia untuk mengisi posisi tersebut. Hikmah Farm sedang dalam masa transisi menuju perubahan dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang dikelola dengan manajemen modern dan professional. Produksi Kentang Bibit Produksi kentang bibit Hikmah Farm mencapai 1 000 ton/tahun. Hikmah Farm memproduksi kentang bibit mulai G1 sampai G4. Varietas yang diproduksi adalah 75% varietas Granola, 20% Nadia dan 5% varietas lain. Kentang bibit yang dihasilkan Hikmah Farm adalah kentang bibit bersertifikat. Proses produksi mulai dari penanaman di lapang hingga penyimpanan di gudang mendapat pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH).

46 Bibit G0 diperoleh melalui aklimatisasi planlet kentang di green house. Bibit G1 diperoleh dari penanaman bibit G0 di screen house, sedangkan bibit G2, G3 dan G4 diperoleh dari penanaman bibit generasi sebelumnya dan ditanam di lapangan. Produksi bibit G0 dan G1 memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif karena bibit tersebut merupakan induk untuk pembibitan selanjutnya. Kesehatan tanaman dan umbi hasil untuk pembibitan sangat diperhatikan agar bibit dapat digunakan sampai generasi ke-4. Bibit yang tidak sehat akan menurunkan produksi dari generasi selanjutnya. Secara teoritis produksi bibit dari generasi ke generasi akan mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena daya tahan bibit terhadap penyakit untuk generasi selanjutnya semakin rendah sehingga tanaman mudah terserang hama dan penyakit (Gildemacher et al., 2007). Produksi kentang bibit Hikmah Farm di kebun Kiara Jeuntas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi dan Produktivitas Kentang Bibit varietas Granola di Kebun Kiara Jeuntas. Total Luas Lahan Bibit Produktivitas persentase Generasi Produksi (ha) Afkir (kg/ha) Afkir (%) (kg) 0.78 G2 16 823.19 303.19 21 568.19 1.8 0.8 G3 12 997.96 310.96 16 247.45 2.39 2 G4 39 562.4 777.4 19 781.20 1.96 Sumber : Hasil Pengamatan di Lapang Kentang bibit G2 dihasilkan dari kentang G1. Kentang bibit G3 dihasilkan dari penanaman G2 dan kentang bibit G4 dihasilkan dari penanaman G3. Tabel 9 menunjukkan bahwa G2 memiliki produktivitas yang paling tinggi yaitu sebesar 21 568.19 kg/ha. G3 memiliki produktivitas terendah yaitu 16 247.45 kg/ha. Rendahnya produksi bibit G3 dibandingkan G4 antara lain disebabkan oleh penggunaan bibit G2 yang terinfeksi penyakit, cara penanaman yang kurang baik dan keadaan lingkungan saat tanam yang kurang menuntungkan. Pada Tabel 9 juga dapat dilihat bahwa persentase bibit afkir pada G3 lebih tinggi dari bibit lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bibit yang digunakan ketika

47 menanam memiliki kualitas yang rendah. Selain itu ketika panen G3 banyak umbi yang dibuang karena busuk dan tidak layak untuk panen. Persentase Umbi Terserang Hama dan Penyakit Penyortiran dilakukan terhadap umbi yang akan dijadikan bibit untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit. Sortasi bibit merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan sebelum dan selama bibit disimpan di gudang baik di suhu dingin atau di suhu ruang. Sortasi bibit merupakan kegiatan memisahkan umbi yang sehat dan umbi yang mengalami kerusakan akibat kerusakan mekanik dan serangan hama dan penyakit. Penyortiran untuk kentang bibit dilakukan mulai dari lapangan hingga ke gudang. Kerusakan umbi selama penyimpanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tumpukan umbi selama penyimpanan, suhu penyimpanan dan sirkulasi udara. Umbi yang disimpan dengan tumpukan yang lebih tinggi menyebabkan sirkulasi udara kurang baik sehingga gudang menjadi lebih lembab. Udara yang lembab akan mendukung perkembangan hama dan penyakit. Secara teoritis gudang dengan suhu kamar (18 0-25 0 C) memberikan kondisi yang baik bagi perkembangan hama dan penyakit gudang. Gudang dengan suhu dingin (4 0 C) dapat menekan perkembangan patogen. Persentase jumlah umbi yang terserang hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 10. Suhu simpan Tabel 10. Persentase Umbi yang Terserang Hama dan Penyakit Selama 4 Bulan di Suhu Kamar dan Suhu dingin. Jumlah umbi yang rusak Jumlah umbi awal 4 8 12 16 MSS MSS MSS MSS.umbi.. Suhu Kamar Suhu dingin Keterangan : Hasil Pengamatan di gudang MSS = Minggu setelah simpan Total Persentase (%) 170 10 10 5 3 28 16.47 167 5 3 8 5 21 12.57 Tabel 10 menunjukkan bahwa persentase kerusakan umbi selama penyimpanan di suhu kamar lebih tinggi (16.47%) daripada penyimpanan umbi di

48 suhu dingin (12.57%). Pada minggu ke-16 setelah penyimpanan, jumlah umbi yang mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit berkurang, hal ini karena selama 3 bulan pertama dilakukan sortasi terhadap umbi yang mengalami kerusakan oleh hama dan penyakit. Berdasarkan pengamatan kerusakan umbi terutama disebabkan oleh hama penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella Zell.), penyakit busuk kering (Fusarium spp.), penyakit busuk lunak (Erwinia carotovora) dan penyakit busuk mata (Ralstonia solanacearum). Serangan hama Phthorimaea operculella Zell berasal dari lapangan. Telur yang menempel di mata umbi akan menetas dan akan memakan mata tunas umbi. Hama penggerek umbi kentang ini lebih sering ditemui pada musim kemarau. Perkembangan bakteri Erwinia carotovara akan lebih cepat bila kondisi ruangan lebih panas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bibit yang diinkubasikan pada temperature antara 25 0-30 0 C mampu mempercepat perkembangan infeksi bakteri Erwinia spp (Perombelon, 1976). Kerusakan bibit yang paling banyak ditemui disebabkan oleh Ralstonia ssolanacearum. Menurut Sequeira dan Graham (1977) bahwa penyakit bakteri yang paling berbahaya adalah R. solanacearum yang menyerang pada fase awal dan tidak dapat dideteksi dengan mata telanjang. Kentang yang telah disortasi akan diperiksa kembali oleh BPSBTPH untuk mendapatkan sertifikat dan disimpan di suhu dingin dan suhu ruang. Kentang akan disimpan di suhu dingin apabila permintaan terhadap bibit rendah tetapi produksi bibit tinggi. Hal ini untuk memperpanjang masa dormansi agar tunas muncul tepat waktu, yaitu pada saat akan tanam. Penyimpanan umbi kentang di suhu ruang dilakukan ketika produksi bibit rendah dan permintaan bibit tinggi. Pengaruh Suhu Simpan dan Diameter Umbi terhadap Masa Dormansi Umbi Umbi kentang yang telah dipanen akan mengalami masa dormansi dimana umbi tidak akan bertunas untuk waktu tertentu. Selama masa dormansi umbi kentang dapat disimpan sampai umbi bertunas dan dapat menjadi bibit kentang yang siap tanam.

49 Cara penyimpanan umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu bibit. Cara penyimpanan yang kurang tepat dapat mempercepat kehilangan bobot umbi dan mutu akibat serangan hama dan penyakit selama penyimpanan. Umbi bibit kentang dapat disimpan di gudang bersuhu ruang dan suhu dingin. Hikmah Farm memiliki dua gudang penyimpanan yaitu gudang bersuhu dingin (4 0 C) dan gudang bersuhu ruang (18 0-25 0 C). Penyimpanan kentang di suhu dingin (4 0 C) dapat memperpanjang masa dormansi kentang sedangkan umbi yang disimpan di gudang bersuhu ruang akan lebih cepat bertunas. Menurut Beukema dan Zaag (2007), penyimpanan umbi kentang pada suhu dingin dapat menunda pertunasan sampai 12 bulan sedangkan penyimpanan pada suhu 18 0-25 0 C umbi akan bertunas setelah 3-4 bulan. Selama kegiatan magang, diamati perkembangan pertunasan umbi yang disimpan di suhu dingin dan suhu ruang. Varietas yang diamati adalah varietas granola generasi ke- 3 (G3). Pengamatan dilakukan setiap empat minggu selama empat bulan pada 10 umbi dengan setiap satu umbi merupakan satu ulangan. Penggunaan umbi 10 umbi tersebut karena persediaan yang terbatas. Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa umbi yang disimpan pada suhu kamar mulai bertunas pada minggu ke 12 sedangkan umbi yang disimpan pada suhu dingin belum bertunas hingga minggu ke 16. Jumlah umbi dengan ukuran diameter > 55 mm yang bertunas telah mencapai 100% pada minggu ke- 16 sedangkan umbi dengan diameter 45-55 mm baru mencapai 90%. Umbi dikatakan telah bertunas ketika tunas telah muncul pada mata tunas apikal (mata tunas yang berada diujung umbi) dan umbi dikatakan telah bertunas 100% ketika seluruh umbi yang diamati telah bertunas. Umbi yang disimpan di suhu kamar lebih cepat bertunas karena proses respirasi yang tinggi sehingga terjadi perombakan cadangan makanan. Perombakan cadangan makanan tersebut akan mendorong pertumbuhan tunas. Suhu yang lebih dingin menyebabkan kegiatan respirasi yang terjadi pada umbi lebih rendah sehingga pertumbuhan tunas akan membutuhkan waktu yang lebih lama (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Selama penyimpanan, bobot umbi akan mengalami penurunan. Umbi kentang terdiri dari 80% air. Kehilangan bobot dapat disebabkan oleh kehilangan

50 air. Air dalam umbi lebih mudah hilang di suhu ruang daripada di suhu dingin melalui proses evaporasi. Evaporasi umbi kentang akan lebih besar terjadi pada suhu kamar daripada suhu dingin (Beukema dan Zaag, 2007). Penurunan bobot setelah tumbuh tunas menjadi lebih besar karena proses respirasi dan evapotranspirasi akan menjadi lebih tinggi. Perbedaan penurunan bobot akibat suhu penyimpanan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penurunan Bobot Umbi Varietas Granola G3 Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan. Perlakuan Penurunan bobot umbi 4 MSP 8 MSP 12 MSP 16 MSP...gram....... Suhu Dingin 1.95 a 2.35 a 1.6 a 2.3 a Suhu Kamar 3.5 b 2.95 b 3.05 b 4.45 b Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% MSP = Minggu Setelah Perlakuan Penurunan bobot umbi dari 4-16 MSP antara umbi yang disimpan di suhu dingin dan suhu ruang berbeda nyata. Umbi yang disimpan di suhu kamar mengalami kehilangan bobot yang lebih besar daripada umbi yang disimpan di suhu dingin. Kehilangan bobot yang paling besar pada penyimpanan suhu ruang terjadi pada minggu ke-16 yaitu sebesar 4.45 gram. Hal ini karena pada minggu ke-16 tunas pada umbi telah muncul. Pertumbuhan tunas tersebut semakin meningkatkan respirasi dan evaporasi. Peningkatan respirasi dan evaporasi tersebut akan meningkatkan kehilangan cadangan makanan dan air pada umbi sehingga bobot umbi akan berkurang. Penurunan bobot umbi yang disimpan di suhu dingin tidak mengalami penurunan yang signifikan dari 4-16 MSP. Suhu dingin yang rendah dapat menekan kegiatan respirasi dan evaporasi pada umbi sehingga bobot umbi yang hilang rendah. Penurunan bobot tidak berbeda nyata jika dilihat dari ukuran umbi. Data dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penurunan Bobot Umbi Varietas Granola G3 Bedasarkan Ukuran Umbi (Diameter) Penurunan bobot umbi 4 MSP 8 MSP 12 MSP 16 MSP.gram.. Diameter (mm) > 55 2.9a 2.8a 2.55a 3.3a 45-55 2.55a 2.5a 2.1a 3.45a

51 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% MSP = Minggu Setelah Perlakuan Pada Tabel 12 dapat dilihat penurunan bobot umbi berdasarkan diameter umbi dari 4-16 MSP tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena perbedaan ukuran umbi yang tidak terlalu berbeda yaitu diameter > 55 mm untuk ukuran L (besar) dan 45-55 mm untuk ukuran M (sedang). Pengaruh Metode Penyimpanan Umbi Kentang terhadap Pertumbuhan Tunas Umbi kentang akan mulai bertunas setelah masa dormansi berakhir. Lama masa dormansi kentang dipengaruhi oleh varietas kentang, umur umbi saat panen, keadaan lingkungan saat tanam dan kondisi simpan umbi (Beukema dan Zaag, 2007). Masa dormansi dapat dipercepat dengan menyimpan umbi pada suhu yang lebih tinggi (18 0-25 0 C), menyimpan umbi dengan suhu yang berganti dan menggunakan perlakuan kimia. Penyimpanan umbi dengan suhu berganti yaitu umbi disimpan di suhu dingin dengan waktu tertentu kemudian menyimpan umbi tersebut pada suhu yang tinggi. Pematahan dormansi dengan perlakuan kimia dapat menggunakan giberelin (GA 3 ) atau gas karbon disulfide (CS 2 ). Pematahan dormansi menggunakan suhu dan perlakuan kimia mempengaruhi jumlah tunas dan pertumbuhan tunas. Jumlah tunas yang muncul akan mempengaruhi jumlah batang pada tanaman. Penyimpanan umbi pada suhu ruang (Metode Simpan I) diharapkan mempercepat pertumbuhan tunas dan memiliki jumlah tunas yang banyak. Penyimpanan pada suhu berganti (Metode Simpan III) diharapkan dapat menekan pertumbuhan tunas ketika penyimpanan di suhu dingin dan kecepatan tumbuh tunas akan menjadi lebih cepat ketika umbi dipindah ke suhu tinggi. Kecepatan pertumbuhan tunas tersebut diduga karena umbi yang mengalami stress lingkungan simpan akan mempengaruhi kegiatan respirasi dan mendorong pertumbuhan tunas. Penyimpanan menggunakan CS 2 (Metode Simpan II) diharapkan dapat mengurangi jumlah tunas yang muncul akibat adanya fenomena dominasi apikal.

52 Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa umbi yang disimpan dengan metode simpan I (suhu kamar) mulai bertunas setelah 1 MSP dan mencapai 100% setelah 3 MSP, umbi yang disimpan dengan metode simpan III (suhu berganti) mulai bertunas pada 2 MSP dan mencapai 100% pada 3 MSP, dan umbi yang diberi gas CS 2 (metode penyimpanan II) mulai bertunas pada 3 MSP dan mencapai 100% pada 7MSP yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Waktu Muncul Tunas pada Umbi yang disimpan berdasarkan Metode Simpan Waktu muncul tunas (MSP) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Metode Simpan I (Suhu kamar 4 bulan) Metode Simpan II ( suhu kamar 2 bulan + Gas CS2) Metode Simpan III (Suhu kamar2 bulan + suhu dingin 3 bulan)...%... 60 70 100 0 0 10 60 70 90 100 100 0 20 100 Pada Tabel 13 juga dapat dilihat bahwa metode simpan II (gas) terlihat paling berhasil memperlambat munculnya tunas dibandingkan dua metode penyimpanan lainnya. Meskipun demikian dari percobaan ini belum dapat ditarik kesimpulan yang konklusif bahwa penyebab nya adalah akibat pemberian gas CS 2 semata. Hal ini disebabkan oleh berbedanya lama penyimpanan umbi dalam ketiga metode penyimpanan tersebut. Jumlah tunas yang dihasilkan oleh umbi yang mendapat perlakuan metode simpan I (suhu ruang selama empat bulan) dan umbi yang mendapat perlakuan metode simpan III (disimpan dengan suhu berganti) memiliki jumlah tunas yang tidak berbeda nyata yaitu 8 dan 7 tunas. Umbi yang mendapatkan perlakuan Metode Simpan II (gas) memiliki jumlah tunas yang nyata lebih sedikit (6 tunas) daripada dua perlakuan lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil ini diduga akibat Gas CS 2 yang merangsang pertumbuhan tunas apikal sedangkan pertumbuhan tunas apikal akan menghambat pertumbuhan tunas samping.

53 Tabel 14. Pengaruh Metode Simpan terhadap pertumbuhan tunas pada 8 MSP** Pertumbuhan Tunas* Perlakuan Jumlah Panjang Penurunan Bobot Tunas Tunas Umbi (gram) (tunas) (cm) Metode Simpan I 8b 1.2b 1.44b (Suhu kamar 4 bulan) Metode Simpan II 6a 0.73a 2ab (Suhu kamar 2 bulan + Gas CS2) Metode Simpan III (Suhu kamar2 bulan + suhu dingin 3 bulan) 7b 1.17b 2.66b Keterangan : *) Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%; **) 8 MSP = 8 Minggu Setelah Perlakuan. Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan dengan cara mengamati bibit yang telah 8 minggu disimpan pada suhu kamar setelah sebelumnya bibit tersebut mendapat perlakuan metode simpan. Pada tabel 14 juga dapat dilihat bahwa panjang tunas yang dihasilkan oleh metode simpan II nyata lebih pendek daripada metode simpan lainnya. Hal ini karena umbi yang disimpan dengan metode simpan II mulai bertunas pada minggu ketiga sehingga mempengaruhi pertumbuhan panjang tunas. Jumlah tunas dan panjang tunas tidak mempengaruhi penurunan bobot umbi. Pada tabel dapat dilihat penurunan bobot umbi terhadap ketiga metode simpan tidak berbeda nyata.