VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Teknik Budidaya Tanaman Durian

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

MEMBUAHKAN TANAMAN BUAH DALAM POT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Cara Menanam Cabe di Polybag

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Transkripsi:

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER 6.1. Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lengkeng Diamond River, baik dari segi permintaan, penawaran maupun harga yang ditetapkan perusahaan, juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. 6.1.1.1. Peluang Pasar Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan diperkirakan akan semakin meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat utuk mengkonsumsi buah untuk pemenuhan gizi juga memenuhi permintaan masyarakat terhadap buah. Peluang untuk melakukan pengusahaan lengkeng Diamond River masih sangat besar, karena permintaan pasar untuk buah lengkeng di Indonesia semakin tinggi sehingga jumlah impor lengkeng di Indonesia mencapai ± 20.000 ton/tahun, dibanding dengan produksi lokal sebesar ± 2.691,10 ton/tahun, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang pasar untuk menyerap lengkeng produksi lokal masih sangat besar dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap lengkeng impor. 6.1.1.2. Strategi Pemasaran Untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya, maka perusahaan memerlukan suatu strategi yang disebut dengan Marketing Mix (bauran pemasaran). Bauran pemasaran tersebut mencakup strategi 4P yaitu : Products (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). 1) Products (Produk) Produk yang ditawarkan adalah lengkeng dataran rendah jenis Diamond River. Jenis varietas yang digunakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan lengkeng jenis lokal, diantaranya penampilan fisik buah lebih

menarik, memiliki rasa yang manis dan harga jual yang tinggi. Lengkeng Diamond River dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen. 2) Price (Harga) Harga lengkeng Diamond River yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan harga lengkeng Diamond River di pasaran yaitu Rp. 20.000,- /kg dengan harga di pasaran sekitar Rp. 16.000,-/kg. Penetapan harga tersebut berdasarkan perhitungan harga pokok produksi, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan produksi lengkeng Diamond River dan harga ini dianggap layak berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan. Dari segi harga, lengkeng varietas Diamond River bisa bersaing dengan varietas lengkeng dataran tinggi dan buah lainnya di pasaran karena jumlah permintaan yang semakin meningkat. 3) Place (Tempat) Tempat atau lokasi penjualan yang sesuai untuk lengkeng Diamond River adalah tempat yang sering didatangi oleh konsumen. Pemasaran lengkeng Diamond River di lakukan melalui supermarket maupun toko buah. Dengan menjual seluruh hasil produksi ke distributor, memudahkan penyebaran dan dapat memperkenalkan lengkeng Diamond River yang di produksi. Sudah adanya pasar yang jelas memudahkan penjualan tanpa harus takut bahwa produk lengkeng Diamond River tidak terjual. 4) Promotion (Promosi) Kegiatan promosi dilakukan untuk memberikan suatu penawaran terhadap produk buah lengkeng yang menyangkut kualitas. Melalui kegiatan promosi ini diharapkan produk yang ditawarkan dapat terjual dan memiliki kepastian pelanggan. Promosi yang dilakukan dapat berupa partisipasi dalam berbagai pameran produk pertanian maupun pengenalan langsung kepada konsumen. Dengan promosi yang dilakukan tersebut, masyarakat dapat mengenal produk lengkeng Diamond River produksi lokal yang ditawarkan. Berdasarkan analisis peluang pasar di atas dan strategi pemasaran yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pasar maka pengusahaan 49

lengkeng Diamond River layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar lengkeng Diamond River jika dilihat dari sisi permintaan, penawaran dan harga. Hal ini dapat dilihat dari produk lengkeng Diamond River yang dihasilkan dan harga yang ditetapkan perusahaan dapat diterima oleh pasar, serta adanya promosi yang dilakukan untuk menarik calon konsumen yang lebih luas. 6.1.2. Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis lengkeng Diamond River mencakup lokasi usaha, besarnya skala usaha, dan proses produksi yang digunakan. Berikut ini adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis. 6.1.2.1. Lokasi Usaha Keberhasilan suatu usaha di bidang pertanian sangat dipengaruhi oleh lokasi usaha tersebut dilakukan karena dalam usaha bercocok tanam, lokasi yang digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh komoditi tersebut. Begitupun dengan pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan PT. Mekar Unggul sari. Perusahaan harus mengetahui bagaimana kriteria tumbuh serta berproduksi dengan baik di lokasi tersebut. Pada Tabel 11 dapat dilihat ketinggian, suhu, curah hujan dan ph tanah di lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman lengkeng Diamond River. Tabel 10. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan ph tanah pada Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River No Uraian Satuan Lokasi Usaha Syarat Tumbuh 1 Ketinggian Mdpl 70 0-400 2 Suhu ºC 25 20-33 3 Curah Hujan Mm/tahun 2.000-4.000 2.500-7.000 4 ph Tanah ph 4,5-6,0 4,5 6,5 Sumber : Kondisi Geografis Kecamatan Cileungsi (2009) dan Penebar Swadaya (2005) Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa lokasi pengusahaan lengkeng Diamond River memenuhi syarat tumbuh tanaman lengkeng berdasarkan 50

ketinggian, suhu, curah hujan, dan ph tanah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tanaman lengkeng Diamond River dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lokasi usaha. Gambar 2. Kebun Lengkeng 6.1.2.2. Skala Usaha PT. Mekar Unggul Sari mulai mengusahakan lengkeng Diamond River sejak tahun 2006. Pengusahaan tersebut diusahakan dalam kebun koleksi seluas 15.000 m 2 dengan tujuan awal sebagai tanaman koleksi. Namun seiring pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan bisa dijadikan salah satu komoditi bisnis perusahaan, maka pengusahaannya dialihkan menjadi tanaman produksi pada Desember 2008. Saat ini jumlah tanaman yang sedang diusahakan berjumlah 255 pohon. 6.1.2.3. Teknik Produksi Teknik produksi tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Jika teknik produksi yang dilakukan tepat, maka akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Teknik produksi yang dilakukan terhadap tanaman lengkeng Diamond River tidak berbeda dengan produksi tanaman buah lainnya. Teknik produksi lengkeng Diamond River mencakup pembibitan, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Dari semua prosedur tersebut perusahaan telah melakukan teknik produksi dengan baik sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur. Mulai dari pembibitan sambung susu yang dilakukan sendiri di nursery PT. Mekar 51

Unggul Sari, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Pemeliharaan lengkeng Diamond River dilakukan dengan pemupukan, pengairan, penyiangan, penggemburan tanah, pengendalian hama terpadu, pemangkasan, dan pembungkusan buah. 6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng 1. Pemilihan lokasi Pemilihan lokasi dilakukan untuk mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit endemis, lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan subur serta banyak mengandung humus. 2. Persiapan lahan Sebelum dilakukan penanaman, tanah perlu diolah terlebih dahulu agar menjadi gembur. Tanah harus memiliki struktur yang baik serta memperbaiki aerasi tanah. Dibuat lubang 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 80 x 80 x 80 cm. Lubang diangin-anginkan selama 1 minggu (bila drainase baik), bila drainase kurang baik 2-3 minggu. Disiapkan media, tanah gembur : pupuk kandang : pasir = 1: 2 : 1 3. Pemilihan bibit Bibit yang digunakan sebaiknya hasil perbanyakan vegetatif yang dimaksudkan untuk memangkas waktu berbuah yang cukup lama apabila bibit yang digunakan dari biji/generatif. Gambar 3. Bibit Lengkeng Diamond River 52

4. Penanaman Bibit dibiarkan dulu hingga terlihat segar dan tidak ada daun yang berguguran. Polybag bibit digores dengan silet tajam, keluarkan bibit dan tanahnya, bila tanah terlalu gembur diberi sedikit tekanan, bila tanah terlalu keras medianya sedikit digaruk / digemburkan. Letakkan pada lubang dan timbun dengan media yang telah disiapkan. Perlu diperhatikan agar sambungan bibit tidak tertutup tanah. 5. Pemupukan Pupuk yang digunakan pada Taman Wisata Mekarsari untuk tanaman lengkeng adalah pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis 75 kg per tahun untuk tiap-tiap pohon. Pupuk jenis ini dipilih karena kandungan biogas (nitrogen) yang diperlukan untuk tanaman sangat tinggi. Digunakannya pupuk-pupuk kimia dikarenakan untuk merangsang tanaman agar berbuah secara serempak. Sebelum dilakukan pemupukan, dibuat terlebih dahulu lubang disekitar tajuk pohon dengan kedalaman 10-20 cm. Sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm. Lalu pupuk kandang ditaburkan di dalam lubang-lubang tersebut dan kembali di timbun dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua tahun sekali setelah masa panen. 6. Pengairan Tanaman disiram secara teratur 2 hari sekali. Pada tanaman dewasa dapat dilakukan stress air selama kurang lebih 2 minggu untuk merangsang pembungaan, lalu selanjutnya kembali disiram secara teratur. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki yang menampung air khusus untuk penyiraman tanaman. 7. Pemangkasan Percabangan yang optimal sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas tanaman. Pemangkasan pertama dapat dilakukan sekitar 2 bulan setelah tanam. Tanda tanaman yang siap dipangkas adalah: daun menua dan 53

batang berwarna kecoklatan. Tanaman dipangkas 5-10 cm dari ujung pucuk, 2 cm dari ruas batang terdekat. Tinggi tanaman sedapatnya dipertahankan 2,5 3 m untuk memudahkan perawatan dan pemanenan. Tunas air juga harus dibuang, karena tunas air menyebabkan tanaman rimbun dan lembab sehingga dapat mengundang hama. 8. Pengendalian OPT Lengkeng seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River yaitu Kelelawar pemakan buah, dan ulat pemakan daun. Untuk mencegah serangan kelelawar, pentil buah dibrongsong dengan brongsong yang dibuat khusus. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River yaitu : bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia sp. Hama dan penyakit pada lengkeng Diamond River dapatdikedalikan dengan menyemprotkan pestisida secara rutin yaitu satu bulan sekali, dan pemangkasan. Gambar 4. Pembrongsongan Buah Lengkeng 9. Panen Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna kulit, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah 54

dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau bambu. Lengkeng termasuk buah nonklimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis. Gambar 5. Lengkeng Siap Panen 10. Pasca panen Pasca panen dilakukan untuk mendapatkan buah lengkeng dalam kondisi yang prima dan berkualitas setelah melalui proses transportasi, sortasi dan pengemasan. Analisa produksi akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian, dan apabila telah berjalan lancar dan tepat untuk dilakukan, dan bahwa perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisikondisi sebenarnya, sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil seperti yang diperkirakan (Kadariah, 1986). Berdasarkan dari hasil analisis produksi, dapat dikatakan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh PT. Mekar Unggul Sari adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah dalam kegiatan pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut karena peralatan yang digunakan relatif sederhana seperti produksi pertanian pada umumnya. 55

6.1.3. Aspek Manajemen PT Mekar Unggul Sari selaku pengelola PT. Mekar Unggul Sari dipimpin oleh seorang Direktur Utama dibantu oleh seorang General Manager yang bertugas memimpin operasional harian perusahaan, bertanggung jawab atas jalannya roda perusahaan, memberikan pertimbangan atas kinerja perusahaan serta mengontrol dan mengevaluasi hasil perencanaan perusahaan. General Manager dibantu oleh Marketing dan Public Relation serta sekretaris. General Manager juga dibantu oleh seorang penasehat atau pengawas yaitu Advisor, selain itu General Manager juga dibantu oleh Legal yang bertugas memberikan bantuan atau masukan tentang masalah hukum. General manajer membawahi 4 divisi, yaitu : Divisi Komersil, Divisi Operasional, Divisi Akuntansi dan Keuangan, dan Divisi Riset dan Pengembangan. Untuk pengusahaan lengkeng Diamond River dibawah Divisi Riset dan Pengembangan, yaitu bagian kebun dan produksi. Divisi Research and Development bertanggung jawab terhadap kegiatan penelitian, produksi, pemeliharaan, dan koleksi kebun bibit tanaman. Dalam menjalankan tugasnya kepala divisi dibantu oleh staf ahli yang bertugas untuk mencari pengetahuan atau teknik baru yang berkembang saat ini dan selanjutnya diserahkan kepada bagian penelitian untuk ditindak lanjuti. Divisi research dan development membawahi bagian penelitian dan diklat ( pendidikan dan latihan ), dan bagian kebun dan produksi. Adapun tugas bagian kebun buah dan produksi untuk kegiatan produksi secara keseluruhan, termasuk kebun produksi komersial seperti budidaya melon dengan sistem tabulampot dan hidroponik dan kebun koleksi seperti buah-buahan langka. Kemampuan manajemen perusahaan hanya dapat dievaluasi secara subyektif, namun keberhasilan manajemen perusahaan apabila pengambilan keputusan dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Kadariah, 1986). Terpenuhinya fungsi manajemen dalam PT. Mekar Unggul Sari yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengendalian membuat usaha ini layak untuk dijalankan, karena semua aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis telah dijalankan. 56

6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pembangunan PT. Mekar Unggul Sari bertujuan sebagai sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia dan sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata. Pengusahaan lengkeng Diamond River sebagai salah satu bentuk upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan wisata dan pelestarian. Pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan usaha ini juga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sebanyak dua orang. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan tersebut, maka pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan. 6.2. Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif diusahakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period. 6.2.1. Arus Penerimaan (inflow) Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Berdasarkan pengalaman perusahaan pemanenan lengkeng Diamond River dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni-Juli dan Desember-Januari. Tanaman lengkeng Diamond River dapat berbuah sekitar 18 bulan dari penanaman bibit, sehingga penerimaan penjualan lengkeng Diamond River terjadi pada tahun kedua. Penerimaan dari penjualan tersebut masih rendah dibandingkan dengan tahun berikutnya. Jumlah produksi lengkeng Diamond River berbeda setiap tahun, hal ini karena faktor umur tanaman lengkeng Diamond River. Diperkirakan pada saat tanaman lengkeng berumur 10 tahun, jumlah produksi lengkeng Diamond River mencapai produksi maksimal. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk lengkeng Diamond River berbeda dengan harga jual di pasaran. Penetapan harga jual 57

lengkeng Diamond River tersebut adalah Rp 20.000,-/kg dengan harga pasaran Rp 10.000.-/kg. Penjualan hasil produksi lengkeng Diamond River sepenuhnya dilakukan melalui supermarket buah dan di wahana lengkeng. Jumlah prakiraan produksi tahun ke 2-15 dari penerimaan penjualan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Lengkeng Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m 2 di PT. Mekar Unggul Sari No. Tahun Ke- Jumlah Harga Satuan Total Penerimaan Per Penjualan (Kg) (Rp) Tahun (Rp) 1 3 2.550 20.000 51.000.000 2 4 7.650 20.000 153.000.000 3 5 7.650 20.000 153.000.000 4 6 10.200 20.000 204.000.000 5 7 10.200 20.000 204.000.000 6 8 12.750 20.000 255.000.000 7 9 15.300 20.000 306.000.000 8 10 25.500 20.000 510.000.000 9 11 25.500 20.000 510.000.000 10 12 25.500 20.000 510.000.000 11 13 20.400 20.000 408.000.000 12 14 12.750 20.000 255.000.000 13 15 7.650 20.000 153.000.000 Total 3.672.000.000 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009) 6.2.2. Arus Biaya (Outflow) 6.2.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek. Biaya ini meliputi biaya penggarapan tanah, biaya pembibitan, dan pembelian peralatan pertanian. PT. Mekar Unggul Sari memproduksi sendiri bibit lengkeng Diamond River di nursery perusahaan, sehingga perlu dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan. Pembibitan sendiri dilakukan untuk menghemat biaya pembelian bibit secara langsung dikarenakan varietas Diamond River merupakan varietas dari Malaysia yang memiliki harga dan biaya yang tinggi apabila harus mengimpor seluruh bibit tersebut. Perusahaan cukup membeli bibit induk sebanyak 5 buah dengan harga Rp 1.500.000,- per 58

pohon. Untuk menghasilkan bibit tanaman baru, 1 pohon induk dapat menghasilkan 50 bibit tanaman baru dengan metode sambung pucuk (grafting). Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembibitan selain bibit induk diantaranya : 1) Bibit batang bawah yang diperoleh dari perusahaan pembibitan di Jakarta. Jenis bibit yang digunakan sebagai batang bawah yaitu lengkeng jenis lokal (sugiri) 2) Polybag, 3) Media tanam dan pupuk kompos yang diproduksi sendiri oleh perusahaan, 4) Tali plastik/rafia dan plastik es mambo sebagai pengikat sambungan. 5) Batang bambu untuk menyangga bibit-bibit yang telah disambung agar tidak patah karena goyang dan jatuh. Dalam pembibitan sambung pucuk ini diperlukan beberapa tenaga kerja harian yang bertugas sebagai berikut : 1) Pembibitan, yaitu tenaga kerja tersebut melakukan pembibitan sambung pucuk dengan menyambungkan bibit batang bawah dengan bibit batang atas. Dibutuhkan keahlian dan ketelitian untuk melakukan kegiatan pembibitan ini, karena mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan nantinya. 2) Pemeliharaan bibit, yaitu tenaga kerja tersebut bertugas untuk menyiram, merawat dan membersihkan bibit dari serangan gulma yang mengganggu pertumbuhan bibit yang diusahakan. Pembersihan gulma dilakukan setiap satu bulan sekali. Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 255 bibit tanaman lengkeng Diamond River adalah Rp 9.490.500,- biaya tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan membeli seluruh bibit dari luar negeri seharga Rp.382.500.000,- meskipun membutuhkan proses dan beberapa tahapan. Rincian biaya pembibitan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 13. 59

Tabel 12. Rincian Biaya pembibitan Lengkeng Diamond River Uraian Jumlah Satuan Nilai/Unit (Rp) Nilai Total (Rp) Alat dan Bahan 1. Bibit Induk 5 unit 1.500.000 7.500.000 2. Bibit Batang Bawah 255 unit 3.000 765.000 3. Polybag 3 kg 17.000 51.000 4. Pupuk Kompos 150 kg 1.000 150.000 5. Media Tanam 150 kg 1.000 150.000 6. Tali Plastik/Rafia 255 unit 700 178.500 7. Bambu 30 batang 7.500 225.000 8. Plastik es 3 kg 7.000 21.000 Tenaga Kerja 1. Pembibitan 9 HOK 25.000 225.000 2. Pemeliharaan Bibit 4 HOK 25.000 100.000 3. Panen Bibit 5 HOK 25.000 125.000 Total Biaya 9.490.500 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009) Investasi yang diperlukan dalam pengusahaan lengkeng Diamond River selain biaya untuk pembibitan yaitu : 1) Cangkul, arit, dan garpu untuk persiapan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman dan penggemburan tanah. 2) Sprayer digunakan untuk menyiram tanaman dan penyemprotan pestisida. 3) Ember, keranjang besar dan kecil untuk tempat peralatan atau sebagai tempat wadah serbaguna. 4) Mesin diesel untuk menyedot air guna keperluan penyiraman. 5) Gunting stek digunakan untuk memangkas tanaman dan panen buah lengkeng Diamond River. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan lengkeng Diamond River adalah Rp. 212.331.500,-. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan olehperusahaan dapat dilihat di Tabel 13. 6) Sepatu boot untuk digunakan pegawai kebun dalam pengusahaan lengkeng Diamond River. 7) Mobil tangki dan kendaraan operasional berupa motor roda tiga. Mobil tangki air digunakan sebagai tempat penampungan air yang diambil dari danau di area PT. Mekar Unggul Sari dan kendaraan operasional digunakan untuk alat transportasi pengusahaan lengkeng Diamond River. 60

Rincian biaya investasi pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 13. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada lahan seluas 15.000 m 2 No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya 1 Pembibitan Unit 255 9.490.500 2 Bangunan Unit 30.000.000 1 30.000.000 3 Arit Unit 22.000 4 88.000 4 Cangkul Unit 50.000 4 200.000 5 Garpu Unit 50.000 4 200.000 6 Gunting Stek Unit 180.000 2 360.000 7 Selang Air Meter 4.000 200 800.000 8 Keranjang Kecil Unit 12.000 2 24.000 9 Keranjang Besar Unit 60.000 3 180.000 10 Sprayer Unit 400.000 2 800.000 11 Mesin Diesel Unit 5.000.000 1 5.000.000 12 Ember Unit 10.000 1 10.000 13 Sepatu Boot Unit 90.000 2 180.000 14 Mobil Tangki Unit 150.000.000 1 150.000.000 15 Kendaraan Operasional unit 15.000.000 1 15.000.000 Total 212.332.500 6.2.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional pengusahaan lengkeng diamond river. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 1) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan lengkeng diamond river meliputi gaji manajer kebun, biaya air, dan biaya transportasi. a) Gaji Manajer Kebun Pengusahaan lengkeng diamond river pada PT. Mekar Unggul Sari berada di bawah bagian kebun dan produksi. Pada bagian ini hanya terdapat satu manajer yang bertanggung jawab terhadap pengusahaan 61

lengkeng diamond river dan dua orang pegawai yang bertugas melakukan perawatan tanaman lengkeng diamond river. b) Gaji Pegawai Tetap Perusahaan memperkerjakan masyarakat sekitar perusahaan sebanyak dua orang untuk merawat tanaman lengkeng diamond river mulai dari penyiraman, penyiangan, pemangkasan, pengendalian hama terpadu, pemupukan, sampai tahap panen dan pasca panen. c) Telepon Perushaan melakukan komunikasi menggunakan telepon untuk seluruh kegiatan usahanya. Penggunaan telepon dalam pengusahaan lengkeng diamond river sebagai alat koordinasi dengan bagian administrasi dan keuangan perusahaan menyangkut dengan segala kebutuhan dalam pengusahaan lengkeng diamond river. d) Biaya Administrasi Biaya administrasi meliputi segala kebutuhan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh manajer kebun untuk melakukan laporan hasil pengusahaan lengkeng diamond river e) Sewa Tanah Perusahaan menyewa tanah seluas 15000 m 2 yang digunakan sebagai lahan pengusahaan lengkeng diamond river yang disewa selama masa proyek yaitu 15 tahun. f) Biaya Listrik Penggunaan listrik pada pengusahaan lengkeng diamond river digunakan pada kantor manajer kebun untuk melakukan kegiatan administrasi pengusahaan lengkeng diamond river. Rincian biaya tetap pengusahaan lengkeng diamond river yang dikeluarkan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 15. 62

Tabel 14. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River Dengan Luas Lahan 15.000 m 2 untuk 1 Tahun. No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya 1 Gaji Manajer Bulan 3.500.000 12 42.000.000 2 Biaya Telepon Bulan 150.000 12 1.800.000 3 Biaya Listrik Bulan 250.000 12 3.000.000 4 Sewa Tanah Ha 5.000.000 1,5 7.500.000 5 Biaya Administrasi Bulan 1.000.000 12 12.000.000 6 Gaji Pegawai (2 orang) Bulan 1.200.000 12 28.800.000 Total 95.100.000 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009) 2) Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya pada pengusahaan lengkeng Diamond River meliputi biaya pupuk kompos, media tanam, pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida, kemasan dan tenaga kerja harian. a. Pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida, kemasan dan pembungkus buah. Pada tahun pertama pengusahaan lengkeng Diamond River, dosis pemupukan dan pemberian pestisida berbeda dengan tahun berikutnya. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk kandang dilakukan 2 kali dalam setahun dan harga pupuk kandang adalah Rp 100/kg. selain pupuk kandang, perusahaan juga memberikan pupuk kimia sebagai perangsang tanaman agar berbuah serempak dan harga pupuk kimia adalah 3000,- /liter. Sedangkan untuk mengendalikan hama yang dapat merugikan pengusahaan lengkeng Diamond River, perusahaan melakukan penyemprotan pestisida secara rutin yaitu sebulan sekali dan harga pestisida Rp 400,-/liter. Untuk mengemas lengkeng Diamond River diperlukan kemasan berupa kantung jaring yang terbuat dari plastik seharga Rp. 50,-/buah. Jumlah kemasan yang dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah yang diproduksi setiap tahun. Apabila tanaman lengkeng Diamond River sudah mengeluarkan buah, maka dilakukan pembungkusan untuk melindungi dari serangan hama kelelawar 63

dengan harga Rp 100/meter. Dosis pemberian pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida kemasan beserta pembungkus buah yang dibutuhkan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15. Rincian Dosis Pemberian Pupuk Kandang, Pupuk Anorganik, Pestisida, Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam Pengusahaan Lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari. No Uraian Satuan Tahun 1 2 3 4-15 1 Pupuk Kandang Kg 12.750 12.750 19.125 19.125 2 Pupuk Anorganik Liter 1.020 2.550 2.550 2.550 3 Pestisida Liter 13.500 30.600 30.600 30.600 4 Kemasan Buah 7.650 25.500 5 Pembungkus Buah Meter 2.550 3.825 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009) 6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River Berdasarkan hasil perhitungan cashflow yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Mengenai hasil analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River, maka diperoleh nilai untuk empat kriteria kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan selama 15 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 16. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT. Mekar Unggul Sari No Kriteria Kelayakan Nilai 1 Net Present Value (Rupiah) 351.589.711 2 Net B/C 1,72 3 Internal Rate Rerurn (Persen) 13,00 4 Payback Period (Tahun) 9,66 Berdasarkan hasil finansial di atas dapat dilihat bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711,- yang artinya proyek ini layak untuk dijalankan. NPV tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River akan memberikan keuntungan sebesar Rp 351.589.711,- selama tahun analisis dengan tingkat diskonto (discount 64

rate) yang berlaku yaitu 9%. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dalam pengusahaan lengkeng Diamond River ini diperoleh Net B/C >1 yaitu 1,72 yang menyatakan pengusahaan lengkeng Diamond River ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C ini menunjukkan selama 15 tahun pengusahaan lengkeng Diamond River dalam luas lahan 15.000 m 2 setiap pengeluaran Rp 1,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,72. Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 13,00 persen, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5%. Payback Period yang diperoleh sebesar 9,66 tahun, yang berarti pengusahaan lengkeng Diamond River pada lahan seluas 15.000 m 2 memiliki waktu pengembalian modal selama 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan. 6.2.4. Analisis Swiching Value Analisis sensitivitas yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial usaha lengkeng Diamond River ini adalah switching value. Switching value digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi atau yang dapat disebut dengan ambang batas kelayakan usaha. Komponen yang perubahan yang dianalisis adalah penurunan harga jual lengkeng Diamond River, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi lengkeng Diamond River. Hasil analisis switching value usaha lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 17. Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari. Keterangan Batas Maksimal (%) Penurunan Harga Jual 22,47 Kenaikan Biaya Variabel 136,27 Penurunan Hasil Produksi 22,47 65

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari masih dapat dipertahankan pada saat harga turun maksimum 22,47 persen. Sehingga, harga lengkeng Diamond River menjadi Rp. 15.506,-/kg. jadi, penurunan harga yang terjadi pada saat ini yaitu Rp. 16.000 di tingkat pedagang tetap membuat usaha lengkeng Diamond River ini tetap layak untuk dijalankan. Kenaikan biaya variabel maksimum adalah sebesar 136,27 persen. Produksi pengusahaan lengkeng Diamond River masih dapat dikatakan layak apabila tidak melebihi batas penurunan hasil produksi, yaitu sebesar 22,47 persen. Hasil analisis switching value menghasilkan NPV positif, IRR sama dengan Discount Factor, Net B/C sama dengan satu dan PP sama dengan umur proyek. Hasil penghitungan analisis switching value dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Berdasarkan hasil analisis switching value di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan hasil produksi dengan penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi lengkeng Diamond River merupakan hal yang sangat sensitif. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha lengkeng Diamond River. Diperlukan upaya-upaya untuk mengantisipasi sensitivitas seperti : perbaikan mutu produksi, penanganan hasil produksi yang lebih optimal, dan pemanfaatan sarana dan prasarana produksi yang menunjang kebutuhan pelaksanaan produksi secara optimal. 66