BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

ISSN Ennita R., dkk. : Pengaruh Perawatan Ortodontik Cetat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasien pada awal pemakaian gigi tiruan lengkap sering terjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehingga akan menentukan eksistensi seseorang dalam

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

PENGARUH PERAWATAN ORTODONSI CEKAT TAHAP ALIGNMENT

Konsep Dasar Artikulasi

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

ANIS SILVIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi salah satunya

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

MODEL TERAPI PERILAKU PENDERITA MALOKLUSI BIBIR SUMBING

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/ WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Ibu/ Sdri :... Orang tua/ Wali Ananda :... Alamat :...

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan intrauterin ke ekstrauterin (Dewi, 2011). Pada dasarnya bayi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. berkomunikasi lisan dalam lingkungan. Gangguan wicara atau tuna wicara adalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dari payudara ibu. Menyusui secara ekslusif adalah pemberian air susu

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Maj Ked Gi Ind. Desember 2015; 1(2): e-issn

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh Van Den Akker et al (2004), menunjukan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dari keparahan deviasi dan adanya faktor kombinasi diantaranya masalah

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengucapan adalah ekspresi suara dan verbal dari bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) menyatakan bahwa kemampuan manusia dalam berbicara sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, sosial, fungsi neuromotor dan sensorik, serta tumbuh kembang (Stewart dkk., 1982). Mekanisme bicara merupakan proses yang sangat rumit, terdiri dari mekanisme pernapasan, fonasi, resonansi dan artikulasi (Utomo, 2008). Proses modulasi suara menjadi pengucapan dengan cara mengubah bentuk rongga tenggorokan, mulut dan hidung serta pergerakan lidah (Youmans, 2012). Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika dan penampilan seseorang, serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan ataupun bicara. Penelitian pada pelajar dengan maloklusi memiliki kesulitan dalam pengucapan fonem dental dibandingkan pelajar dengan oklusi normal. Tingkat keparahan gangguan pengucapan berbanding lurus dengan keparahan maloklusi (Fymbo, 1957 cit. Johnson dan Sandy, 1999). Kesalahan dalam pengucapan dapat terjadi karena adanya kelainan bentuk dan struktur jaringan keras dan lunak rongga mulut (cavum oris) sebagai organ bicara, seperti maloklusi gigi, kelainan lidah dan kelainan palatum (Utomo, 2008). Posisi gigi mempengaruhi kelainan artikulasi pengucapan sekitar 50-60%. Kebanyakan studi hanya melaporkan kasus-kasus maloklusi berat seperti 1

hubungan oklusi klas III, anterior openbite, peningkatan overjet dan spacing dengan gangguan pengucapan, sedangkan prevalensi terbanyak adalah maloklusi angle klas 1 berjejal ringan (Johnson dkk., 1999). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Foster dan Day (1974) cit. Susilowati dan Sulastry (2007) menemukan bahwa penderita maloklusi klas 1 sebesar 44%, klas 2 divisi 1 sebesar 27%, kelas 2 divisi 2 sebesar 18%, klas 3 (sejati) 3 %, dan klas 3 (postural) sebesar 0,3%. Menurut Winoto (1989) cit. Susilowati dan Sulastry (2007) prevalensi kasus maloklusi klas 1 berjejal ringan terbanyak di Indonesia sebesar 80 %. Marsono (2013) membedakan bunyi berdasarkan ada tidaknya hambatan pada alat bicara (artikulasi) menjadi bunyi vokal dan konsonan. Fonem vokal dipengaruhi ukuran dan bentuk cavum oris (Stewart dkk., 1982). Faktor penting yang membedakan bunyi vokal dengan bunyi lainnya adalah volume cavum oris. Bentuk cavum oris dapat bervariasi menyesuaikan perubahan palatum, lidah, pipi dan gigi (Gasser, 2009). Bentuk cavum oris akan secara perlahan berubah menyesuaikan bunyi-bunyi vokal yang diucapkan karena sifatnya lebih dinamis (Hass, 2010). Bunyi vokal kualitasnya juga ditentukan tiga faktor yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan dan bentuk bibir pada pembentukan vokal tersebut (Moeliono dkk,. 1988). Salahsatu jenis fonem vokal adalah vokal tertutup, dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. Pengucapan vokal tertutup menunjukkan cavum oris dalam keadaan tertutup atau sedikit menutup, seperti pada pengucapan vokal /i/ dan /u/ (Marsono, 2013). Pengucapan fonem konsonan terbentuk karena adanya hambatan pada titik artikulasi. 2

Salahsatu titik artikulasi adalah gigi. Fonem konsonan yang artikulatornya gigi adalah konsonan hambat letup linguodental (/t/, /d/) dan konsonan geseran laminoalveolar (/s/). (Marsono, 2013). McDonald dan Avery (2000) menyatakan bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang pertama kali dikuasai anak. Kebanyakan anak dapat mengucapkan bunyi vokal dengan baik pada usia 3-3,5 tahun. Sebuah studi menunjukkan bahwa maturasi pengucapan bunyi konsonan anak belum lengkap sampai dengan usia 8 tahun. Tedjasaputra (2013) menambahkan faktor usia mempengaruhi kelancaran berbicara karena organ bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) pada usia awal kehidupan belum lengkap atau belum berkembang sempurna. Pengucapan juga dipengaruhi oleh adanya kelainan organ pengucapan, gangguan mental, gangguan pendengaran dan faktor lingkungan (Prahl-Andersen dkk., 1995). Beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah dengan melihat pengaruh ukuran lidah terhadap pengucapan. Kelemahan dari penelitian ini, karena lidah merupakan jaringan lunak maka sangat sulit diukur secara pasti ukurannya (Oliver dan Evans, 1986). Kelainan pengucapan juga sering diteliti berdasarkan perubahan titik-titik artikulasi, seperti deepbite, openbite, spacing (Johnson dan Sandy, 1999), mengukur model cetakan dengan mengukur lebar interpremolar, lebar intermolar, panjang lengkung dan tinggi palatum (Takada dkk., 1980). Titik-titik artikulasi merupakan bagian kecil dari cavum oris, sehingga penelitian dengan pengukuran volume cavum oris mengurangi resiko biasnya penelitian akibat bervariasinya susunan gigi dalam cavum oris (Oliver dan Evans, 1986). Usia merupakan salahsatu 3

faktor yang menentukan volume cavum oris. Saat usia 12 tahun anak laki-laki dan perempuan mengalami kecepatan pertumbuhan yang sama, tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih dulu berakhir dibandingkan laki-laki (Prahl-Andersen dkk., 1995). Penelitian yang dilakukan Oliver dan Evans (1986) mengukur volume atau dimensi cavum oris dengan cara melapisi model studi hasil cetakan pada bagian permukaan labial dan bukal gigi dengan malam (wax), kemudian diisi dengan air dan air tersebut diukur sebagai volume cavum oris dengan satuan milliliter. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan dimensi rongga mulut yang lebih kecil dari normal menyebabkan kelainan artikulasi. Pengukuran volume cavum oris yang dilakukan Mogi dkk. (2000) adalah dengan cara mengisi air ke dalam cavum oris subjek dengan bantuan syringe, jumlah air yang dapat dimasukkan ke dalam cavum oris dalam keadaan gigi oklusi dan tanpa tekanan pada pipi dan bibir dianggap sebagai volume cavum oris. Kelemahan dari metode ini adalah volume air bercampur dengan volume saliva dan volume air tertelan subjek. Sears dan Zemansky (1962) menyatakan pengucapan dapat diukur dengan frekuensi. Frekuensi gelombang bunyi adalah jumlah getaran yang dilakukan dalam satu detik dan diukur dalam satuan Hertz. Dalam suara bicara yang dihasilkan manusia, dapat dianalisa suara berupa frekuensi yang telah terinferensi oleh organ suara tambahan, antara langit-langit, lidah dan gigi. Frekuensi suara bisa dilihat secara visual dengan sistem komputerisasi. 4

B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latarbelakang di atas dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana hubungan antara volume cavum oris dengan frekuensi gelombang suara pengucapan vokal (/i/, /u/), linguodental (/t/, /d/), bidental (/s/) pada maloklusi angle klas I berjejal ringan? C. Keaslian penelitian Oliver dan Evans (1986) melakukan penelitian tentang pengaruh dimensi cavum oris dari volume air yang terisi pada cetakan, kemudian dilihat pengaruhnya terhadap artikulasi pengucapan secara subyektif. Pada subyek dilakukan perekaman suara dan diperdengarkan kepada siswa terapi pengucapan untuk dinilai gangguan pengucapan, kualitas suara, kecepatan, fluensi, pitch dan intonasi. Penelitian ini melihat hubungan antara volume cavum oris dengan frekuensi gelombang suara pengucapan vokal (/i/, /u/), linguodental (/t/, /d/), bidental (/s/) pada maloklusi angle klas I berjejal ringan, yang sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara volume cavum oris dengan frekuensi gelombang suara pengucapan vokal (/i/, /u/), linguodental (/t/, /d/), bidental (/s/) pada maloklusi angle klas I berjejal ringan. 5

E. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan di bidang kedokteran gigi secara umum dan secara khusus di bidang ilmu kedokteran gigi anak tentang hubungan antara volume cavum oris dengan frekuensi gelombang suara pengucapan vokal (/i/, /u/), linguodental (/t/, /d/), bidental (/s/) pada maloklusi angle klas I berjejal ringan (kajian pada anak perempuan usia 12-13 tahun). 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan penelitian lebih lanjut. 6