III. METODELOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN GAYO LUES Economic Value Analysis on Forest Resources at Gayo Lues

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Batasan Penelitian Lingkup Wilayah Penelitian Batasan Nilai Ekonomi yang dihitung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

METODOLOGI PENELlTlAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

IV. METODE PENELITIAN

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun

III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Kabupaten Gayo Lues memiliki 11 kecamatan, 25 mukim, dan 144 desa atau kampung. Nama kecamatan dan luas secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

Lampiran 2. Instansi/Lembaga Sebagai Responden

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada

III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh, khususnya pada sumberdaya hutan, dan desa-desa sekitar hutan. Sebagai desa sampel ditentukan 11 desa, dan pada setiap kecamatan mewakili 1 desa, yaitu yang mewakili kondisi keseluruhan desa di sekitar kawasan hutan (berdasarkan arahan fungsi hutan). Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini selama 12 bulan untuk pengambilan data dilapangan dimulai dimulai dari Juni 2009 sampai dengan Juni 2010. Rincian desa-desa sampel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2, dan peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 2. Desa-Desa Lokasi Penelitian No Desa Sampel Kecamatan 1. Palok Blangkejeren 2. Kuta Panjang Kuta Panjang 3. Tungel Rikit Gaib 4. Tongra Terangun 5. Pertik Pining 6. Akang Siwah Blang Pegayon 7. Sangir Debun Gelang 8. Leupuh Gumpang Putri Betung 9. Panosan Sepakat Blang Jerango 10. Perlak Tripe Jaya 11. Kenyaran Pantan Cuaca 3.2. Ruang Lingkup Penelitian a. Melakukan penilaian ekonomi sumberdaya hutan yang meliputi nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan dan nilai non penggunaan. Nilai penggunaan langsung yang dinilai adalah; kayu, kayu bakar, pakan ternak, dan nilai wisata (rekreasi). Nilai penggunaan tidak langsung meliputi; nilai hidrologi (air domestik/rumah tangga, air pertanian/sawah, dan air sebagai pembangkit listrik), nilai produksi (peladang), dan nilai serapan karbon. Sedangkan nilai pilihan yang dimaksud disini adalah manfaat potensial dari sumber daya hutan untuk kepentingan dimasa yang akan datang. Selanjutnya nilai non penggunaan yang dinilai adalah nilai keberadaan hutan Gayo lues.

28 b. Melakukan analisis persepsi masyarakat dalam kaitannya dengan keberadaan dan pengelolaan hutan Gayo Lues. c. Melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang dengan kewenangan pengelolaan hutan Gayo Lues. d. Melakukan survey dan wawancara terhadap masyarakat (masyarakat sekitar hutan), dan para pihak/stakeholders lainnya, yaitu pihak pemerintah provinsi Aceh dan Kabupaten Gayo Lues, lembaga non pemerintah, LSM, perguruan tinggi, pelaku ekonomi/pengusaha, pemerintah ditingkat desa dan tokoh masyarakat pada setiap desa sampel, yang didasarkan kepada beberapa aspek pertanyaan yang berkaitan dengan keberadaan hutan Gayo Lues. e. Melakukan analisis strategis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam rangka menyusun arahan strategis program pengembangan pengelolaan hutan Gayo Lues. f. Merumuskan strategi pengelolaan sumberdaya hutan Gayo Lues. 3.3. Data, Parameter dan Cara Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data-data primer dan data-data sekunder. Untuk setiap jenis data yang akan dikumpulkan disajikan pada Tabel 3. Selain itu juga dikumpulkan data-data keadaan umum wilayah penelitian, karakteristik sumberdaya hutan, dan karakteristik masyarakat di desa-desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah; (1) wawancara secara mendalam (depth interview), metode ini diterapkan dengan penggunaan alat bantu berupa daftar pertanyaan. Pertanyaan dibuat dan disusun sebagai interview guide yang sifatnya fleksibel. (2) Wawancara berstruktur (structure interview), metode ini dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan (quesioner). Daftar pertanyaan disusun dengan mengkombinasikan pertanyaan-pertanyan yang bersifat tertutup dan terbuka, dan (3) pengamatan/pengukuran secara langsung di lapangan.

29 Tabel 3. Data dan Parameter No Parameter Data Primer Data Sekunder I. Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan 1. Nilai Biomasa (NB) a. Kayu Potensi kayu (m 3 ) Harga kayu masing-masing Jenis-jenis kayu yang diproduksi jenis di Pasaran (Rp/m 3 ) c. Kayu Bakar Volume kayu bakar yang dikumpulkan persatuan waktu Waktu yang dicurahkan Rata-rata konsumsi kayu bakar/kapita/hari Rata-rata komsumsi kayu bakar//hari untuk batu-bata d. Pakan Ternak Jumlah pencari hijauan pakan ternak Volume hijauan pakan ternak yang dikumpulkan per satuan waktu (kg) Waktu yang dicurahkan (jam) 2. Nilai Rekreasi (NR) 3. Nilai Hidrologi (NH) Biaya perjalanan masing-masing responden dari masing-masing zona Jumlah pengunjung berdasarkan zona Upah buruh harian (Rp/jam) Jumlah KK pemakai kayu bakar Harga pasar kayu bakar Upah buruh harian (Rp/jam) Jumlah ternak pemakan hijauan pakan ternak Konsumsi hijauan pakan ternak kg/ekor/hari Jumlah penduduk di masingmasing zona a. Sektor rumah tangga Jumlah kebutuhan air (m 3 /hari). Sumber air yang digunakan Biaya pengadaan air Jumlah KK yang kebutuhan airnya dari kawasan hutan b. Sektor pertanian Biaya pengadaan air (Rp/ha/tahun) Produksi rata-rata (ton/ha/tahun) c. Air tenaga Kebutuhan solar/hari Listrik Kapasitas mesin Daya yang dihasilkan 4. Nilai Produksi (NP) a. Perladangan Luas garapan (ha) Jenis komoditas dan produksi Biaya produksi (Rp) Keadaan sosial ekonomi peladang Konsumsi air masing-masing petani responden (m 3 /ha/tahun) Luas Sawah yang diairi dari kawasan hutan Karakteristik sumber dan aliran air yang ada dilokasi penelitian. Harga solar/liter Luas areal perladangan (ha) Harga-harga komoditas b. Getah Pinus Potensi getah pinus (kg atau ton) Harga getah pinus (Rp/kg) 5. Nilai Kesejukan (NK) Biaya pengadaan 1 unit AC Biaya perawatan AC luas kawasan hutan

30 Tabel lanjutan 6. Nilai Serapan Karbon (NSK) 7. Nilai Plestarian (NP) Potensi tanaman/pohon (jenis, diameter, dan tinggi pohon) Potensi serasah dan tanaman bawah Potensi karbon hutan Kab. Gayo Lues (mulai serasah, anakan, semak dan sampai tingkat pohon) WTP Citra landsat tahun 1999 dan 2009 Harga karbon (Rp/ton) Luas kawasan hutan WTP 8. Nilai Pilihan (NPL) WTP WTP 9. Nilai Keberadaan (NK) WTP WTP II. Persepsi Masyarakat Data hasil wawancara dan jawaban responden masyarakat terhadap beberapa aspek pertanyaan III. Analisis Kebijakan Peraturan Perundangan (Undang- Undang, Perpres, Permenhut, dan Ingub/Pergub Aceh) IV. Analisis Strategis (SWOT) Pengelolaan SDH Gayio Lues Data hasil wawancara dan jawaban dari masyarakat/para pihak Data bobot dan rating 3.4. Pendugaan Nilai Ekonomi Total Hutan Gayo Lues Metode penghitungan nilai ekonomi hutan tergantung pada komponen nilai ekonomi yang akan dinilai. Untuk nilai ekonomi kayu, getah pinus, dan kayu bakar batu-bata digunakan metode langsung (berdasarkan harga pasar yang berlaku diwilayah penelitian). Untuk nilai ekonomi air pembangkit listrik digunakan metode kontingensi (solar sebagai barang pengganti). Sementara untuk nilai pilihan, nilai pelestarian dan nilai keberaradaan didekati berdasarkan kesediaan membayar (willingness to pay). Sedangkan untuk nilai ekonomi ekowisata digunakan travel cost method, dan nilai ekonomi peladang, nilai ekonomi air rumah tangga dan air pertanian, nilai ekonomi pakan ternak, dan nilai kayu bakar rumah tangga; digunakan metode kontingensi berdasarkan curahan waktu dan biaya pengadaan yang digunakan. Khusus untuk komponen-komponen nilai ekonomi yang tidak mempunyai harga pasar dilakukan pendekatan berdasarkan kesedian membayar dari para responden. Sebagai responden dalam

31 penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar kawasan hutan Gayo Lues. Desa-desa sampel ditentukan secara purposive, sebagaimana tercantum pada Tabel 2, sedangkan pengambilan sampel responden dilakukan secara acak. Jumlah sampel (responden) adalah sebanyak 20 orang setiap desa. Selanjutnya sebagai populasi untuk masing-masing nilai ekonomi yang dihitung sebagai berikut ; a. Penentuan nilai kayu bakar, nilai hijauan pakan ternak, nilai air rumah tangga, nilai air untuk pertanian (sawah) adalah masyarakat desa yang wilayah desanya berbatasan dengan kawasan hutan. b. Untuk penentuan nilai perladangan, populasi yang digunakan adalah para peladang yang berladang di dalam kawasan hutan. c. Dalam penentuan nilai wisata (rekreasi), populasi yang digunakan adalah jumlah pengunjung yang masuk ke tempat rekreasi selama tahun 2009. d. Untuk nilai serapan karbon, dilakukan berdasarkan survey vegetasi dan potensi, dan analisis laboratorium (khusus untuk tumbuhan bawah dan serasah), sedangkan harga karbon yang digunakan dalam penghitungan nilai ekonomi karbon adalah berdasarkan harga/skema perdagangan karbon yang berlaku. e. Untuk nilai kayu adalah para pengusaha dan Dinas Kehutanan Gayo Lues, Untuk mendapatkan potensi kayu, dan getah pinus, diperoleh dari data sekunder yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues. Sedangkan untuk menduga nilai dari kayu bakar, pakan ternak diambil masingmasing 20 responden setiap desa. Samnpel yang digunakan untuk menduga nilai air domestik (rumah tangga), sebanyak 20 responden/desa. Mengingat tingkat pendapatan rumah tangga masyarakat bervariasi, sehingga akan mempengaruhi dan menentukan tingkat konsumsi air, maka penentuan sampel dilakukan secara acak pada berbagai modus pengguna air. Penentuan nilai ekonomi air untuk pertanian (sawah), sampel yang digunakan 20 responden setiap desa. Selanjutnya untuk penentuan nilai kegiatan perladangan digunakan 20 responden (KK) setiap desa. Pendugaan nilai ekonomi wisata (rekreasi) dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang terdapat pada pengelola rekreasi, dan

melakukan wawancara dengan para guide. Setiap pengunjung dibedakan kedalam kelompok-kelompok berdasarkan zona-zona daerah asalnya. Selanjutnya supaya memiliki azas keterwakilan, dari masing-masing zona, maka dalam pengambilan contoh dilakukan secara terencana. Oleh karena itu untuk kemudahan dalam penentuan zona atau daerah asal setiap pengunjung, maka seluruh pengunjung pada saat pengambilan sampel dilakuan secara sensus. Untuk setiap daerah asalnya ditentukan sebanyak 5 15 orang responden. Penentuan nilai ekonomi hutan Gayo Lues yang meliputi total kesediaan membayar, biaya pengeluaran dan surplus konsumen didasarkan pada kesediaan untuk membayar dari konsumen untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang diperoleh dari sumberdaya hutan. Penentuan nilai ekonomi perladangan, nilai air untuk kebutuhan rumah tangga, nilai air untuk pertanian, nilai pakan ternak, dan nilai kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga, dilakukan dengan menggunakan kurva permintaan Marshal yang tahapannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) dengan harga (biaya pengadaan) dan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya dengan model sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +...+ β n X n Dimana : Y = permintaan atau konsumsi (satuan/kapita) X 1 = harga atau biaya pengadaan (Rp/satuan) β 0,1,2..n = intersep β 1,1,2,3...n = koefisien regresi = Peubah bebas/faktor sosial ekonomi X 2,3.n Penentuan model terbaik dilakukan dengan menggunakan metode Stepwise regression dengan perangkat lunak Minitab. b. Menentukan intersep baru β 0 Fungsi permintaan dengan peubah bebas X 1 dalam keadaan faktor lain (X 2, X 3,.., X n ) tetap. penghitungannya adalah sebagai berikut: 32 Maka cara Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +...+ β n X n Y = (β 0 + β 2 X 2 +...+ β n X n ) + β 1 X 1 Y = β 0 + β 1 X 1 c. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X 1 menjadi peubah tak bebas dengan Y sebagai peubah bebas.

33 Y = β 0 + β 1 X 1 X 1 = d. Menduga rata-rata kesediaan membayar (utility) dengan menggunakan persamaan berikut : Dimana : U = Rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis f (Y) = Fungsi permintaan a = Rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y) e. Menentukan nilai X 1 (harga barang/biaya pengadaan) pada saat Y dengan cara memsubstitusikan nilai Y pada persamaan : X 1 = f. Menentukan rata-rata nilai yang dikorbankan oleh konsumen dengan cara mengalikan X 1 (hasil langkah e) dengan Y. g. Penghitungan nilai total kesediaan membayar, surplus konsumen, dan harga yang dibayarkan dengan cara menggandakan nilai pada point (d) dengan pengganda untuk populasi. Selanjutnya nilai ekonomi hutan Gayo Lues yang dihitung dalam penelitian ini merupakan fungsi dari nilai penggunaan langsung (NPL) yaitu berupa nilai ekonomi biomassa (NB) meliputi; nilai kayu, nilai kayu bakar, nilai pakan ternak, nilai penggunaan tidak langsung (NPTL) meliputi; nilai rekreasi (NR), nilai hidrologi NH (air domestik/rumah tangga, air pertanian/sawah, dan air untuk pembangkit listrik), nilai produksi (NP) meliputi; nilai peladang, dan nilai karbon (NSK), dan nilai pilihan (NP L ), serta nilai keberadaan (NK) sumberdaya hutan. Nilai ekonomi hutan Gayo Lues secara keseluruhan diformulasikan sebagai berikut: NT = NPL + NPTL + NP L + NNP NT = NB + (NH + NP + NSK) + NP L + NK br Dimana : NT = Nilai totak sumberdaya hutan NPL = Nilai penggunaan lamgsung NPTL = Nilai penggunaan tidak langsung NP L = Nilai pilihan NNP = Nilai non penggunaan NB = Nilai biomasa

34 NH = Nilai hidrologi NP = Nilai produksi NSK = Nilai serapan karbon = Nilai Keberadaan NK br 3.4.1. Nilai Biomasa a. Nilai ekonomi kayu Penentuan nilai ekonomi kayu didekati berdasarkan harga pasar di lokasi penelitian, dan dikalikan dengan potensi kayu yang ada di hutan Gayo lues: NEK = PK x HK NEK = Nilai ekonomi kayu PK = Potensi kayu HK = Harga kayu di pasaran. b. Nilai ekonomi kayu bakar 1) Nilai ekonomi kayu bakar rumah tangga Mengingat tidak terdapat harga pasar, maka untuk mengetahui nilai ekonomi kayu bakar dilakukan pendekatan dengan menggunakan metode kontingensi, yaitu berdasarkan pada curahan waktu yang digunakan untuk mengumpulkan kayu bakar dengan formula sebagai berikut: U HKB = Harga kayu bakar Cwi = Curahan waktu (jam) pencari ke i PKB i = Jumlah kayu bakar yang dihasilkan pencari ke i U = Upah buruh harian (Rp/jam) Dalam penggunaan metode kontingensi, kepada masyarakat (responden) akan ditanyakan jumlah maksimum uang yang bersedia dibayarkan untuk mendapatkan jumlah volume tertentu kayu bakar. Untuk mendapatkan harga maksimum dilakukan dengan cara tawar menawar. Total nilai ekonomi kayu bakar didasarkan pada konsumsi kayu bakar per kapita, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang kayu bakarnya bersumber dari kawasan hutan. Dalam hal ini digunakan rumus sebagai berikut : NKB = RNKB x P

35 Dimana : NKB = Nilai kayu bakar (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen) RNKB = Rata-rata nilai kayu bakar (Rp/kapita/tahun) P = Jumlah penduduk yang kayu bakarnya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menemukan presentasi jumlah penduduk desa yang menggunakan kayu bakar yang bersumber dari kawasan hutan dilakukan sampling penduduk desa contoh secara acak dengan intensitas sampling 1 %. 2) Nilai ekonomi kayu bakar batu bata Penentuan nilai ekonomi kayu bakar untuk kebutuhan industri batu bata didekati berdasarkan harga pasar di lokasi penelitian dan dikalikan dengan potensi kebutuhan kayu bakar yang digunakan untuk industri batu bata. 3.4.2. Nilai pakan ternak Penentuan harga hijauan pakan ternak diduga melalui pendekatan biaya pengganti berdasarkan curahan waktu yang dipergunakan untuk mengumpulkan hijauan pakan ternak tersebut. Penentuan harga berdasarkan curahan waktu menggunakan formula sebagai berikut: U HPT i = Harga hijauan pakan ternak = biaya pengadaan oleh rumah tangga ke i (Rp/satuan) CW i = Curahan waktu (jam) pencari ke i VPT i = Volume hijauan pakan ternak yang dihasilkan pencari ke i U = Upah buruh harian (Rp/jam) Dalam penggunaan metode kontingensi, kepada masyarakat (responden) akan ditanyakan jumlah maksimum uang (Rp) yang bersedia dibayarkan untuk mendapatkan jumlah satuan tertentu (volume dan berat) pakan yang diberikan kepada ternaknya (dikonsumsi). Harga maksimum dicapai melalui tawar menawar. Total nilai ekonomi hijauan pakan ternak didasarkan pada konsumsi pakan (kg atau m 3 ) per ekor ternak per tahun, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah ternak setara kambing/domba dewasa di lokasi penelitian yang pakannya bersumber dari kawasan hutan, dengan rumus sebagai berikut :

NPT = RNPT x P Dimana : NPT = Nilai pakan ternak (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen) RNPT = Rata-rata nilai pakan ternak (Rp/ekor/tahun) P = Jumlah ternak (setara kambing/domba dewasa) yang pakannya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menemukan presentasi jumlah penduduk desa yang memanfaatkan pakan ternak yang bersumber dari kawasan hutan dilakukan sampling penduduk desa contoh secara acak dengan intensitas sampling 1 %. 36 3.4.3. Nilai Rekreasi Penentuan nilai wisata (rekreasi) diduga dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) yang meliputi biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggalnya ke tempat rekreasi, dan seluruh pengeluaran untuk tujuan wisata selama dalam perjalanan dan di dalam tempat rekreasi. Untuk mengetahui kurva permintaan, dibuat model permintaan yang merupakan hubungan antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk daerah asal (zona) pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan fungsi permintaan sama dengan uraian sebelumnya. a. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) dalam hal ini kunjungan per 1000 penduduk dari masing-masing zona dengan biaya perjalanan (X1) dan variabel soial lainnya. Dimana : Y X 1 β 0,1,2..n β 1,1,2,3...n X 2,3.n Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +...+ β n X n = jumlah kunjungan per 1000 penduduk = biaya perjalanan rata-rata = intersep = koefisien regresi = Peubah bebas/faktor sosial ekonomi Jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana : JK 1000i = jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dari zona i JS i = jumlah sampel pengunjung yang tersensus dari zona i JS r = jumlah total sampel yang disensus JP TNGL = jumlah kunjungan ke TNGL JP i = jumlah penduduk zona i 37 b. Menentukan intersep baru β 0 fungsi permintaan dengan peubah bebas lain (X 2, X 3,.., X n ) tetap. Maka cara penghitungannya adalah sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +...+ β n X n Y = (β 0 + β 2 X 2 +...+ β n X n ) + β 1 X 1 Y = β 0 + β 1 X 1 c. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X 1 dengan Y sebagai peubah bebas. menjadi peubah tak bebas Y = β0 + β 1 X 1 X 1 = d. Menduga rata-rata total biaya perjalanan per 1000 penduduk dari seluruh zona dengan menggunakan persamaan berikut : Dimana : U = rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis f (Y) = fungsi permintaan a = rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y) e. Menentukan nilai X 1 (biaya perjalanan) pada saat Y rata-rata dengan cara memsubstitusikan nilai Y rata-rata pada persamaan : X 1 = f. Menentukan rata-rata nilai yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan dengan cara mengalikan X 1 rata-rata (hasil langkah e) dengan Y rata-rata. g. Menentukan surplus konsumen per 1000 penduduk, yaitu Surplus Konsumen = Total Kesediaan Membayar - Nilai yang dibayarkan h. Penentuan total nilai ekonomi wisata (rekreasi), penentuan total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen wisatawan yang berkunjung ke tempat rekreasi dengan mengkonversi nilai tersebut dengan

total jumlah penduduk diseluruh zona pengunjung, ditentukan berdasarkan formula sebagai berikut: 38 TNW = Total Nilai Ekonomi Wisata 3.4.4. Nilai Hidrologi a. Nilai air rumah tangga (NA rt ) Konsumsi air rumah tangga (domestik) meliputi air untuk kebutuhan minum dan memasak, air untuk mandi dan mencuci, serta air untuk kakus. Harga air rumah tangga didasarkan pada pendekatan biaya pengadaan, yaitu korbanan yang harus dikeluarkan, untuk dapat mengkonsumsi/menggunakan air tersebut. Untuk menentukan harga air berdasarkan pendekatan biaya pengadaan digunakan rumus sebagai berikut: HArt BPA rt K rt = Harga/biaya pengadaan air responden ke I (Rp/satuan) = Biaya pengadaan air rumah tangga ke I = Jumlah kebutuhan air rumah tangga ke I Total nilai ekonomi air rumah tangga didasarkan pada konsumsi air domestik per kapita, sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang air rumah tangganya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menentukan total nilai penggunaan air rumah tangga digunakan rumus sebagai berikut: NA rt = RNA rt x P NA rt = Nilai air rumah tangga (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan, dan surplus konsumen) RNA rt = Rata-rata nilai air rumah tangga (Rp/kapita/tahun) P = Jumlah penduduk di sekitar kawasan hutan b. Nilai air pertanian Areal pertanian yang dihitung nilai airnya adalah sawah-sawah yang sumber airnya berasal dari dan merupakan fungsi dari keberadaan sumberdaya

39 hutan (bukan sawah tadah hujan). Penentuan harga air dilakukan dengan pendekatan biaya pengadaan. Penentuan harga berdasarkan pendekatan biaya pengadaan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: HAPi = Harga/biaya pengadaan air sawah responden ke i (Rp/ha/tahun) Bpi = Biaya untuk mengalirkan air sawah responden ke i (Rp/tahun) Li = Luas sawah yang diairi responden ke i (ha) Total nilai ekonomi air pertanian didasarkan pada luas panen (ha/tahun) sehingga pengganda yang digunakan adalah luas panen sawah per tahun yang airnya bersumber dari kawasan hutan. Untuk menentukan total nilai penggunaan air pertanian digunakan rumus sebagai berikut: NA p = RNA p x LS NA p = Nilai air pertanian (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen) RNA p = Rata-rata nilai air pertanian (Rp/ha/tahun) LS = Luas sawah di sekitar kawasan hutan yang sumber airnya dari kawasan hutan. c. Nilai air pembangkit listrik Penentuan nilai ekonomi air untuk pembangkit tenaga listrik didasarkan pada analisis biaya dan manfaat dengan metode biaya pengganti yaitu biaya yang harus dikorbankan untuk pengadaan solar sebagai pengganti jasa air yang digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, dalam hal ini untuk mendapatkan nilai air tersebut digunakan rumus sebagai berikut: NEAL = BL x JKK NEAL = Nilai ekonomi air listrik BL = Biaya untuk memperoleh listrik (Rp/KK) JKK = Jumlah KK 3.4.5. Nilai Perladangan Untuk penentuan nilai ekonomi dari kegiatan perladangan, didekati berdasarkan biaya pengadaan/pengolahan lahan, dengan formula sebagai berikut:

40 HLi = Harga lahan bagi resonden ke i (Rp/ha) BPi = Biaya pengadaan/pengolahan lahan oleh responden ke i (Rp/tahun) Li = Luas lahan garapan responden ke i (ha/tahun) Selanjutnya sebagai angka pengganda yang digunakan dalam penentuan nilai ekonomi perladangan adalah luas lahan perladangan yang terdapat dalam kawasan hutan Gayo Lues. 3.4.6. Nilai Ekonomi Getah Pinus Nilai ekonomi getah pinus didekati berdasarkan pendekatan langsung, yaitu melalui harga pasar yang berlaku di wilayah penelitian. Dalam penelitian ini data potensi pohon pinus/ha, dan potensi getah pinus diperoleh berdasarkan data yang terdapat pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: NGP = Vgp x Hgp NGP = Nilai Getah Pinus (Rp/kg) Vgp = Volume getah pinus yang diproduksi (kg) Hgp = harga getah pinus diwilayah penelitian (Rp/kg) 3.4.7. Nilai Ekonomi Karbon Untuk mengetahui nilai ekonomi karbon dari hutan Gayo Lues terlebih dahulu harus diketahui biomasa dan potensi karbon yang terdapat pada sumberdya hutan tersebut. Biomassa di atas permukaan tanah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode tidak langsung (non destruktif) dan metode langsung (destruktif). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa vegetasi pohon yang berdiameter 2 cm, sedangkan untuk menduga biomassa serasah dan tumbuhan bawah menggunakan metode destruktif. Pengukuran biomassa tingkat pohon, tumbuhan bawah dan serasah dilakukan berdasarkan tipe tutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, hutan pinus, hutan rakyat dan semak belukar). Jumlah sampel plot untuk masing-masing jenis tutupan lahan adalah 20 plot contoh.

41 Proses pengukuran biomasa dilakukan berdasarkan pool sebagai berikut: a. Biomassa Pohon Pohon yang diukur disini adalah pohon yang berdiameter > 30 cm pada ketinggian 1,3 meter dengan metode non destruktif. Peubah yang diukur adalah jenis pohon, jumlah jenis, diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi pohon. Plot contoh berukuran 20 m x 20 m (400 m 2 ). b. Biomassa Pancang, dan Tiang Pancang dan tiang yang diukur adalah tanaman yang berdiameter 2 30 cm. Peubah yang diukur adalah jenis pohon, jumlah jenis, diameter, dan tinggi pohon. Plot contoh berukuran 10 m x 10 m (100 m 2 ). c. Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah Pendugaan biomasa tumbuhan bawah, dan serasah dilakukan dengan penggunaan metode secara langsung (destruktif), yaitu dengan cara mengambil secara langsung tumbuhan bawah, dan serasah pada petak ukur berukuran 1 m x 1 m yang ditempatkan dalam PCP di setiap lokasi penelitian. Petak ukur tersebut ditempatkan di dalam PCP sebanyak 4 tempat secara sistematik. Semua vegetasi tumbuhan bawah, dan serasah yang ada dalam petak ukur 1 m x 1 m tersebut diambil dan ditimbang untuk mendapatkan berat basah. Dari bobot basah total tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, untuk dikering ovenkan pada suhu 80 0 C selama 48 jam, untuk memperoleh berat kering, dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan biomassanya. d. Biomassa Kayu Mati/Necromas Kayu mati yang diukur dibedakan ke dalam dua jenis yaitu kayu mati yang masih berdiri dan kayu mati yang sudah rebah. Diameter kayu mati yang diambil > 10 cm. Plot pengukuran kayu mati sebesar 25 x 10 m atau sama dengan ukuran pohon. Pengolahan dan analisis data vegetasi hasil pengukuran lapang dilakukan estimasi biomassa pohon (kg/pohon) dengan menggunakan persamaan allometrik seperti tertera pada Tabel 4.

42 Tabel 4. Persamaan Allometrik Estimasi Biomassa Pohon Jenis pohon Estimasi Biomasa pohon, kg/pohon Sumber Pohon bercabang 2,62 BK = 0,11ρ D Ketterings, 2001* Sengon 2,831 BK = 0,0272 D Sugiharto, 2002* Pinus 2,6576 BK = 0,0417 D Waterloo, 1995* *=Dalam Hairiah K, dan Rahayu S, (2007) Dimana : B = biomassa pohon (Kg/pohon) D = Diameter pohon setinggi dada (1,3 m) ρ = BJ Kayu (gr/cm 3 ) Penentuan besarnya kandungan karbon vegetasi di atas permukaan tanah diduga dengan menggunakan rumus Brown (1997), dimana 50 % dari kandungan biomassa vegetasi hutan tersusun atas karbon. Berikut rumus persamaan untuk menentukan besarnya kandungan karbon vegetasi di atas permukaan tanah : Karbon kayu = 50 % x B Dimana : B = biomassa vegetasi hutan (Kg/ha) Penentuan nilai karbon dalam penelitian ini difokuskan berdasarkan tutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, hutan pinus, hutan rakyat dan semak belukar), dan berdasarkan arahan fungsi hutan (Taman Nasional Gunung Leuser, hutan lindung, hutan produksi, dan areal penggunaan lain). Untuk memperoleh potensi karbon pada setiap tutupan lahan, dimana potensi karbon/ha pada setiap tutupan lahan dikalikan dengan luas lahan setiap tutupan lahan tersebut. Kemudian nilai ekonomi karbon untuk masing-masing tutupan lahan didapatkan dengan cara mengkonversi potensi karbon tersebut menjadi CO2 equivalen. Selanjutnya potensi CO2 equivalen digandakan dengan harga karbon (Rp/ton). 3.4.8. Nilai Pelestarian Nilai ekonomi pelestarian dari ekositem hutan Gayo Lues, berupa flora, fauna, plasma nutfah, dan komponen-komponen lainnya, ditentukan berdasarkan pendekatan kesediaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat untuk membiayai upaya pelestarian sumberdaya hutan Gayo Lues, dengan formula sebagai berikut :

43 NP el JP = Nilai pelestarian sumberdaya hutan = Jumlah penduduk dalam wilayah penelitian 3.4.9. Nilai Pilihan Nilai pilihan adalah kesediaan seseorang membayar untuk menjaga atau melindungi nilai/manfaat potensial dari sumberdaya hutan untuk kepentingan pemanfaatan masa depan. Penentuan nilai potensial dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: NP il = Nilai pilihan sumberdaya hutan JP = Jumlah penduduk dalam wilayah penelitian. 3.4.10. Nilai Keberadaan Nilai keberadaan merupakan kesediaan membayar untuk menjaga keberadaan sumberdaya hutan atas manfaat spiritual, estetika dan kultural.. Penentuan nilai keberadaan dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: NK eb JP = Nilai keberadaan sumberdaya hutan = Jumlah penduduk dalam wilayah penelitian 3.5. Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Kebijakan yang dianalisis dalam penelitian ini berupa peraturan perundang-undangan (Undang-undang, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Kehutanan, serta Peraturan dan Instruksi Gubernur Aceh yang terkait dengan keberadaan dan pengelolaan hutan Gayo Lues). Analisis kebijakan ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) (Bungin, 2007), yaitu suatu teknik analisis untuk mendapatkan deskripsi hubungan antara isi teks produk kebijakan dengan pelaksanaan pengelolaan hutan di lapangan. Dengan

analisis ini akan diperoleh gambaran mengenai permasalahan terkait dengan kewenangan pengelolaan huta Gayo Lues. 44 3.6. Analisis Persepsi Untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam kaitannya dengan keberadaan dan pengelolaan hutan Gayo Lues, kepada para responden diajukan beberapa pertanyaan seperti tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Pertanyaan kepada Responden/Masyarakat No Pertanyaan 1. Manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat 2. Pentingnya melestarikan sumberdaya hutan 3. Pemberdayaan/penyuluhan kepada masyarakat 4. Larangan perambahan dan pengambilan sumberdaya alam dari hutan 5. Pentingnya kejelasan batas kawasan hutan 6. Pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan 7. Pengelolaan sumberdaya hutan oleh pihak lain Selanjutnya berdasarkan jawababan responden tersebut diberi peringkat dengan menggunakan Skala Likert. Setiap responden diminta untuk menilai terhadap pertanyataan yang diajukan dengan kemungkinan jawaban seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Peringkat Skala Likert dan Nilai Skor Persepsi No Peringkat Skala Likert Nilai Skor 1 Sangat setuju 5 2 Setuju 4 3 Ragu-ragu 3 4 Tidak setuju 2 5 Sangat tidak setuju 1 Sumber : Singarimbun dan Effendi 1987. Selanjutnya seluruh jawaban responden skornya dirata-ratakan, sehingga diperoleh rata-rata persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan. Rata-rata jawaban responden tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kategori Skala Likert, yaitu kategori persepsi tinggi (Skala Likert 4,00 5,00), persepsi sedang (Skala Likert 3,00 3,99), dan persepsi rendah (Skala Likert 1,00 2,99).

45 3.7. Analisis Strategis Analisis strategis pengeloaan hutan Gayo Lues (pengelolaan hutan alam campuran, pengelolaan hutan pinus, pengelolaan hutan kemiri rakyat, dan pengembangan ekowisata) dilakukan analisis SWOT, yang mengacu pada Marimin (2004), dan Rangkuti (2008). Penentuan bobot dan rating dari setiap variabel faktor internal dan eksternal berdasarkan masukan dari responden. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah mewakili dari instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, pelaku ekonomi, dan tokoh masyarakat. Secara keseluruhan jumlah responden 44 orang. Rincian lembaga dan jumlah responden untuk setiap lembaga disajikan pada Lampiran 2. Analisis faktor strategis meliputi analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal. Untuk analisis faktor internal digunakan matrik faktor strategi internal (IFAS = internal strategic factors analysis summary), sedangkan untuk analisis faktor eksternal digunakan matrik faktor strategi eksternal (EFAS = external strategic factors analysis summary). Setelah faktor-faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) pengelolaan hutan Gayo Lues teridentifikasi, selanjutnya disusun suatu tabel matrik IFAS dan EFAS untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal dan eksternal tersebut, dan tahapan penyusunannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman pengelolaan sumberdaya hutan Gayo Lues. b. Penentuan peringkat masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman pengelolaan sumberdaya hutan berdasarkan pendapat responden, dengan skala 1 4 (pengaruh kecil sedang besar sangat besar). c. Memberikan bobot dan rating dari masing-masing variabel faktor-faktor tersebut berdasarkan masukan dan pendapat dari responden/stakeholder dengan menggunakan AHP dan skala Likert. Skala ini dimulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis pengelolaan sumberdaya hutan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total yaitu 1.

46 d. Nilai pengaruh setiap variabel strategis peluang dan ancaman (eksternal), dan variabel kekuatan dan kelemahan (internal) ditentukan dengan mengalikan nilai bobot dengan nilai rating dari masing-masing variabel tersebut. e. Berdasarkan data poin (d), kemudian disusun diagram dan matrik SWOT, untuk menentukan arahan strategi pengelolaan hutan Gayo Lues.