BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

Analisis Program Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin. Analysis Economic Empowermence of Poor House Hold. Ahmad Alam 1, Titik Sumarti 2

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA BANJARAN. BAB I ANGGOTA BUMDES Pasal 1

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

Hasil Wawancara Dengan Bapak Syaifullah (Penanggung jawab Misykat) Sabtu, 29 April 2017 Di kediaman pak Syaifullah Tlogosari Semarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan juga bergerak dalam bidang perekonomian. Sesuai dengan tujuan

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

TRANSKIP WAWANCARA. : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

Kewirausahaan Alternatif Permodalan

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

LAMPIRAN 1. Asosiasi Kata Program SPP. No Kata dari Responden Penjelasan

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

BAB III DESKRIPSI FAKTOR PERPINDAHAN ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA MDJI AGUNG SYARIAH KENDAL KE LEMBAGA KEUANGAN KONVENSIONAL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2013

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

Daftar Pertanyaan Kuesioner

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBIAYAAN BAZ KOTA MOJOKERTO TERHADAP USAHA PESERTA PUSYAR

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KABUPATEN CILACAP ULANGAN UMUM SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 LEMBAR SOAL MATA DIKLAT : MATEMATIKA

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

B A B 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEROLEHAN MODAL DALAM MENINGKATKAN USAHA DI DESA SEI MEMPURA KECAMATAN MEMPURA KABUPATEN SIAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia perbankan saat ini menunjukkan betapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB VI PENUTUP. produktif, adaptasi produk, kapasitas produksi, dokumen ekspor, dan biaya

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

PANDUAN SURVEI LAPANGAN KKN TEMATIK TAHUN 2018

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG

Lampiran I Wawancara Dengan Pemilik Kue Bawang Bu Ani. 1. Berapa modal. merintis usaha. sebelum. melakukan. 2. Apa bentuk. investasi.

BAB IV PENGELOLAAN SIMPANAN WADIAH YAD DHAMANAH PADA PRODUK SIMPANAN PENDIDIKAN DI KSPPS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pertanyaan Bagi Pihak Manager BMT Batik Mataram Yogyakarta

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

MEMANFAATKAN JASA PEGADAIAN

Menciptakan Kesempatan

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum kelurahan Simpang Baru Kondisi Geografis Kelurahan Simpang Baru

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan yang. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari anggotanya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Program Pendampingan UMKM Syari ah Oleh Akademisi dan Praktisi (PUSPA)

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bank Rakyat Indonesia Unit Bangah, menurut UU No. 7 Tahun 1992

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

IX. PROFIL IBU YANG MENDAPATKAN KREDIT

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN

BAB VI PERMASALAHAN YANG DI HADAPI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

Transkripsi:

40 BAB V IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM MISYKAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PEMBERDAYAAN Proses pelaksanaan program Misykat dinilai berdasarkan tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Ukuran proses pelaksanaan program yang menerapkan proses pemberdayaan adalah dengan menjumlahkan skor total pada tahap-tahap pelaksanaan program Misykat yang diperoleh dari masing-masing responden. Pelaksanaan program dikategorikan baik, apabila total skor penilaian responden 28, cukup (22 27) dan kurang bila skor 21. Berikut adalah Tabel 8 yang menunjukkan tingkat pelaksanaan program Misykat berdasarkan penilaian peserta program. Tabel 8. Tingkat Pelaksanaan Program Misykat Berdasarkan Penilaian Peserta Program, Kelurahan Loji, 2009. Kategori Jumlah Responden N % Baik : 28 22 84,62 Cukup : 22 27 3 11,54 Kurang : 21 1 3,85 Total 26 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar (84,62 persen) peserta program menyatakan bahwa pelaksanaan program Misykat dinilai sudah berjalan dengan baik. Hal ini karena Pendamping program Misykat melakukan tahapan dalam pelaksanaan program pemberdayaan yaitu: tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Ada pun penjelasan ketiga tahapan tersebut yaitu:

41 5.1 Tahapan Dialog Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel 9 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program Misykat pada tahapan dialog. Tabel 9. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program Pada Tahapan Dialog, Kelurahan Loji, 2009. Tahapan Dialog Jawaban Ya n (%) Tidak n (%) Pendataan rumah tangga 24 (92,3) 2 (7,7) Proses musyawarah untuk pembentukan 22 (84,6) 4 (15,4) kerjasama Artikulasi tantangan atau masalah yang 24 (92,3) 2 (7,7) dihadapi Identifikasi sumber potensi usaha 23 (88,5) 3 (11,5) Penentuan arah usaha 24 (92,3) 2 (7,7) Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan dialog dinilai sudah berjalan dengan baik. Hal ini karena pada awal pelaksanaan program Pendamping program melibatkan peserta program dalam proses pendirian program seperti: 1) sosialisasi program kepada calon angota (1-3 pertemuan), 2) proses pendataan rumah tangga yang berhak menerima program berupa penyebaran, 3) pengembalian formulir pendaftaran, 4) survei dan wawancara calon anggota, dan 5) musyawarah dari Pendamping program dengan rumah tangga mengenai sumber potensi yang mereka miliki. Peserta program pun diberikan kebebasan untuk memilih usaha apa yang akan mereka jalankan serta diberikan kebebasan dalam mengembangkan usaha yang telah mereka miliki baik modal, pemasaran produk, maupun

42 pengembangan jenis usahanya. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: Pertama kali program Misykat ka Loji, Ibu-ibu pengajian di data dan diberikan perkenalan mengenai program Misykat. Teras Ibu-ibu diajak musyawarah mengenai usaha naon wae anu tiasa dikembangkeun, upami Ibu mah nyandak usaha jualan kridit sembako, alhamdulillah sampai sekarang masih jalan (Ibu Ent) Kegiatan sosialisasi program Misykat terhadap tokoh masyarakat khususnya aparat pemerintah sangat kurang. Hal ini ditandai dari hasil wawancara terhadap ketua RW 11 Pak Doni yang diangkat oleh masyarakat tahun 2007, wilayah dimana program Misykat ini direalisasikan. Beliau memberikan keterangan bahwa tidak tahu adanya program Misykat di RW 11. Hal yang sama juga dialami oleh aparat Kelurahan Loji termasuk Lurah Loji sendiri beliau tidak tahu adanya program Misykat di wilayah tempat beliau bekerja, seperti penuturan Ketua RW 11 dan Pak Lurah Loji berikut ini: Saya belum tahu diwilayah saya ada program Misykat, dan nama Misykat juga baru dengar sekarang. Saya hanya tahu disini ada rumah singgah DPU DT. Dulu Bapak pernah ketemu dengan penghuni rumah DPU DT tersebut, tapi mereka tidak pernah cerita bahwa ada program Misykat. (Pak Dn: Ketua RW 11) Penuturan Kepala Lurah mengenai program Misykat: Bapak baru tahu bahwa di Loji ada program Misykat, dan itu pun tahunya baru sekarang dari ade, dan seingat Bapak belum ada sosilisasi dari pihak DPU DT menghadap ke Bapak atau minta izin melaksanakan program di daerah Loji ( Pak Sytn: Ketua Lurah Loji)

43 5.2 Tahapan Penemuan Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel 10 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program Misykat pada tahapan penemuan. Tabel 10. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program Pada Tahapan Penemuan, Kelurahan Loji, 2009. Tahapan Penemuan Jawaban Ya (n) Tidak (n) Pemahaman sistem sumber: a. Asal program 9 (34,6) 17 (65,4) b. Sumber modal 25 (96,2) 1 (3,8) Analisis kapasitas sumber: a. Potensi program 24 (92,3) 2 (7,7) b. Keaktifan dalam pendampingan 24 (92,3) 2 (7,7) c. Frekuensi menghadiri pendampingan 18 (69,2) 8 (30,8) Menyusun solusi pemecahan masalah 22 (84,6) 4 (15,4) Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan penemuan dinilai sudah berjalan dengan baik. Hal ini karena rumah tangga peserta program diberikan pengetahuan mengenai sistem program Misykat seperti asal program dan sumber modal pinjaman, sehingga mereka bisa memahami program Misykat. Musyawarah untuk menganalisis potensi wirausaha dari hasil identifikasi sumber potensi usaha dan mengambil keputusan mengenai usaha apa yang mereka akan jalankan. Pada tahapan penemuan ada fenomena tentang pemahaman peserta program Misykat mengenai sumber modal usaha dimana banyak diantara peserta program (65,4 persen) yang tidak mengetahui sumber modal usaha berasal dari zakat, kebanyakan mereka menjawab modal usaha berasal dari sumbangan dari donatur diluar dana zakat. Hal ini diduga karena sosialisasi program Misykat

44 hanya dilakukan diawal program saja yaitu sebanyak 1-3 kali pertemuan pada tahun 2006 dan ketika ada pergantian anggota Misykat. Sehingga sosialisasi mengenai program Misykat sebaiknya dilakukan juga minimal setahun dua kali sehingga pengetahuan mereka akan program Misykat semakin baik. Peserta program Misykat setiap satu pekan sekali diberikan pendampingan rutin yang diisi kegiatan seperti menabung (tabungan cadangan dan tabungan berencana), pembayaran iuran wajib (iuran anggota dan iuran kas wajib majlis), dan yang paling penting lagi pemberian materi pendidikan mengenai aqidah, wirausaha, ekonomi rumah tangga, kebersihan, dan kerjasama (solidaritas). Sehingga mereka bisa bertanggung jawab dengan program Misykat yang sedang mereka jalankan dan pada pendampingan ini dibahas juga bagaimana mengatasi permasalahan seputar usaha yang sedang mereka jalankan. Namun dalam proses pendampingan rutin ini ada juga peserta yang tidak hadir (30,8 %). Ada pun alasan mereka jarang hadir dipertemuan pekanan ini cukup beragam seperti: 1) kesibukan bekerja karena mereka sudah tidak usaha mandiri tapi bekerja disuatu perusahaan atau menjadi pembantu rumah tangga, 2) menengok keluargaa yang sakit atau meninggal dunia. 3) merasa malu karena tidak bisa membayar cicilan pinjaman walau pun Pendamping program Misykat sudah memberikan pengertian bahwa tidak bisa membayar utang jangan sampai membuat mereka tidak hadir dalam pertemuan pendampingan rutin. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: saya mah tidak hadir dalam pertemuan pekanan karena malu sudah lama tidak bisa membayar cicilan pinjaman, sedangkan usaha yang saya jalankan sekarang ini tidak seberapa hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari itu pun kadang tidak cukup, ditambah suami saya sekarang sudah tidak bekerja (Ibu Rs).

45 5.3 Tahapan Pengembangan Proses pelaksanaan program Misykat dapat dikatakan baik jika melalui tahapan pemberdayaan yaitu tahapan dialog, penemuan dan pengembangan. Tabel 11 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap pelaksanaan program Misykat pada tahapan pengembangan. Tabel 11. Penilaian Peserta Program Misykat Terhadap Pelaksanaan Program Pada Tahapan Pengembangan, Kelurahan Loji, 2009. Tahapan Pengembangan Jawaban Ya (n) Tidak (n) Mengaktifkan sumber 22 (84,6) 4 (15,4) Memperluas kesempatan: a. Kesempatan mengembangkan usaha 24 (92,3) 2 (7,7) b. Kebebasan melakukan pinjaman modal diluar program Misykat 8 (30,8) 18 (69,2) Mengakui temuan-temuan atau memberikan 25 (96,2) 1 (3,8) penghargaan bagi peserta yang beprestasi Mengintegrasikan kemajuan-kemajuan 19 (73,1) 7 (26,9) Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program menyatakan bahwa pelaksanaan program Misykat pada tahapan pengembangan dinilai sudah berjalan dengan baik. Hal ini karena rumah tangga peserta program Misykat diberikan kebebasan untuk mengembangkan usaha yang dimiliki baik modal maupun pengembangan jenis usahanya melalui pengoptimalan potensi usaha yang mereka miliki, contohnya Ibu Ijah memutuskan untuk usaha kripik pisang karena suaminya berjualan pisang. Para peserta program Misykat memperoleh pinjaman modal dari Misykat setelah mereka mengikuti pendampingan lebih dari delapan kali dan terlebih dahulu mereka harus membuat profosal pengajuan pinjaman modal untuk usaha. Besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan jumlah modal yang dibutuhkan oleh peserta program. Mereka yang mau mengajukan modal harus dalam bentuk

46 kelompok, dan tiap kelompok sebanyak 5 orang yang terdiri dari empat orang anggota dan satu orang ketua kelompok. Model pemberian dana bergulir ini mengunakan pola 2-2 1 yaitu dua anggota pertama mengajukan pinjaman modal, kemudian disusul dua orang anggota lagi yang mengajukan pinjaman modal dan terakhir adalah ketua kelompok. Pemberian dana bergulir dari pola 2 ke 2 berikutnya yakni 1 bulan. Pengembalian pinjaman modal ini dilapangan terjadi kendala yang disebabkan karena usaha yang mereka jalankan ada yang gulung tikar akibat modal yang telah dipinjamkan oleh Misykat dipake biaya sekolah anaknya, dan ada juga yang terjerat reintenir. Peserta program Misykat juga diberikan kebebasan untuk melakukan pinjaman modal diluar program Misykat seperti ke BMT dan Bank, namun para peserta program Misykat masih sedikit (30,8 persen) yang melakukan penambahan modal usaha dengan meminjam modal usaha kepada dua lembanga keuangan mikro tersebut. Hal ini karena mereka takut tidak bisa melunasi uang pinjamannya dan lembaga keuangan mikro tersebut biasanya mensyaratkan adanya jaminan. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: Ibu mah tidak berani meminjam uang ke Bank takut tidak bisa melunasinya, pinjaman ke Misykat juga belum lunas. Ibu jadi malu belum bisa melunasinya (Ibu Rs) Ironisnya ada sebagian dari peserta program Misykat yang meminjam uang kepada rentenir dengan alasan mereka terdesak dengan kebutuhan seharihari khususnya biaya sekolah anaknya, sehingga menyebabkan usaha yang telah

47 mereka rintis menjadi gulung tikar. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat: Pelaksanaan program Misykat sudah berjalan dengan baik, namun Ibu-ibu peserta program biasanya tidak sabar dengan cobaan yang ada. Ibu Diah dulu punya usaha jualan gorengan, sekarang sudah tidak jualan lagi karena terjerat rentenir. Padahal di Misykat sudah diberikan ilmu bahwa minjam ka rentenir mah tidak boleh karena mengandung riba yang hukumnya haram (Ibu Entn) Pada tahapan pengembangan ini pengintegrasian kemajuan-kemajuan usaha yang telah mereka capai melalui kerjasama dalam membangun usaha berjalan baik (73,1 persen), sebagai contoh berdirinya kelompok usaha telor asin yang terdiri dari 5 orang. Kelompok ini memproduksi telor asin yang dipasarkan ke lingkungan tempat tinggal mereka. Pada tahap penemuan ini juga dilaksanakan pemberian penghargaan kepada rumah tangga peserta program jika mereka menunjukkan prestasi selama program berlangsung, seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat berikut: waktu pendampingnya Teh Ita dan Teh Esti mah, setiap bulan sekali kita suka diberikan hadiah jika terpilih sebagai peserta yang berprestasi, contonya Ibu Yayah dulu pernah dapat jam dinding karena rajin datang ke pengajian pekanan. Tapi ayaeuna mah belum ada lagi pembagian hadih seperti itu (Ibu Rs)