Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

BAB II LANDASAN TEORI

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Simulasi Konduktivitas Panas pada Balok dengan Metode Beda Hingga The Simulation of Thermal Conductivity on Shaped Beam with Finite Difference Method

Pengaruh Karakteristik Logam Dalam Elemen Pemanas Terhadap Waktu Pengeringan Kayu

METODOLOGI PENELITIAN

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Pengaruh Karakteristik Logam Dalam Elemen Pemanas Terhadap Waktu Pengeringan Kayu

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

ANALISA NUMERIK DISTRIBUSI PANAS TAK TUNAK PADA HEATSINK MENGGUNAKAN METODA FINITE DIFFERENT

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

PENGANTAR PINDAH PANAS

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS. Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir*

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Metode elemen batas untuk menyelesaikan masalah perpindahan panas

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

SIFAT ISOLATOR PANAS PAPAN SEKAM PADI DENGAN VARIASI RESIN DAN UKURAN PARTIKEL

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

STUDI HEAT LOSSES PADA ISOBARIC ZONE REAKTOR HYL III DIRECT REDUCTION PLANT PT. KRAKATAU STEEL

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Kepadatan dan Ketebalan Terhadap Sifat Isolator Panas Papan Partikel Sekam Padi

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

KARAKTERISTIK ALIRAN PANAS DALAM LOGAM PENGHANTAR LISTRIK THE CHARACTERISTICS OF HEAT FLOW IN AN ELECTRICAL METAL CONDUCTOR

PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

9/17/ KALOR 1

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

BAB 5 SIMULASI DAN ANALISIS HASIL

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

Transkripsi:

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: wafha.qhilanis@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk menentukan distribusi suhu pada tanur Carbolite STF 15/180/301 dalam keadaan tunak. Pendekatan numerik yang digunakan adalah metode elemen hingga dengan kisi segi tiga. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data faktual, dengan kondisi suhu di heater berkisar 573,15-973,15 K. Data ini digunakan sebagai input untuk simulasi. Hasil simulasi distribusi suhu dalam tabung keramik pada tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan setelan suhu 573,15 K memiliki kisaran suhu 558,122-574,65 K, suhu 673,15 K memiliki kisaran suhu 668,436-688,4 K, suhu 773,15 K memiliki kisaran suhu 760,451-785,6 K, suhu 873,15 K memiliki kisaran suhu 860,048-886,55 K, sedangkan suhu 973,15 K memiliki kisaran suhu 963,189-990,55 K. Pola hasil simulasi menunjukkan panas menyebar dari elemen pemanas bawah dan atas ke ujung kiri dan kanan tabung keramik. Kata Kunci: Suhu, Metode Elemen Hingga, Tanur Carbolite STF 15/180/301 1. Pendahuluan Pemanasan adalah suatu proses penambahan atau meningkatnya suhu yang diberikan pada suatu benda atau medium, baik yang bersifat konduktor, semikonduktor, maupun isolator. Distribusi atau perpindahan panas yang mencakup perpindahan energi terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara dua benda atau material. Disamping itu distribusi panas pada suatu benda atau material berpengaruh pada konduktifitas termal bahan yang dimiliki oleh suatu benda atau material tersebut. Ilmu perpindahan kalor (heat transfer) banyak diterapkan pada kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang industri. Tabung tanur Carbolite STF (Single Tube Furnace) 15/180/301 adalah suatu piranti alat yang digunakan untuk melakukan pemanasan terhadap material-material zat padat. Tanur ini memiliki efisiensi panas yang baik dengan suhu maksimum yang dihasilkan sebesar 1000 1500. Pada suhu tersebut beberapa material zat padat dapat melebur atau mencair. Panas yang mengalir pada tanur ini melalui proses konduksi dengan tanur yang berbentuk tabung keramik sepanjang 60 cm dan pemanas yang menggunakan heating element sepanjang 18 cm. Dalam penelitian ini disimulasikan distribusi suhu dalam tanur tabung Carbolite STF 15/180/301 dan parameter-parameter yang mempengaruhi proses pemanasan tersebut menggunakan metode elemen hingga dimana domain permasalahan didiskritisasi menggunakan elemen segitiga. 2. Landasan teori Perpindahan panas atau disebut juga distribusi panas adalah proses berpindahnya panas dari benda yang mempunyai suhu tinggi ke suhu lebih rendah. Salah satu jenis perpindahan panas adalah konduksi yang merupakan suatu proses yang jika dua benda suhunya disentuhkan dengan yang lainnya maka akan terjadilah perpindahan panas (Kreith, 2005). Laju perpindahan kalor konduksi dituliskan pada persamaan (1) (Yunus, 2009). T q ka x (1) Dimana q adalah laju perpindahan kalor (watt), T gradien suhu pada arah aliran kalor, x A adalah luas penampang bahan (m 2 ) dan k adalah konduktivitas termal bahan (watt/m. o C). Tanda negatif diberikan agar memenuhi hukum termodinamika yaitu kalor merupakan energi dalam transit yang mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah (Holman, 1997). Tanur Carbolite STF (Single Tube Furnace) model 15/180/301 berbentuk tabung keramik sepanjang 60 cm dan pemanas yang menggunakan heating element sepanjang 18 cm (Carbolite, 2008). Gambar Tube Furnace 40

Carbolite STF 15/180/301 dapat dilihat pada Gambar 2a. Tipe STF ini merupakan pilihan tanur yang paling komprehensif yang tersedia. Sumber pemanas tanur tipe ini terbuat dari silikon karbida, molibdenum disilicide, dan kromit lanthanum. Proses penggunaan tanur ini hanya dengan teknik pembakaran yang sederhana dan mempunyai aplikasi yang canggih sehingga akurat dan pemanasan yang seragam (http//www.carbolite.com). Tabel 1. Spesifikasi Tanur yang dijadikan Objek Penelitian (http//www.carbolite.com,) Sistem keadaan steady state (kondisi tunak) yaitu suhu tidak berubah terhadap waktu. Kondisi khusus pada aliran kalor satu dimensi kondisi (steady state) tanpa pembangkit panas di berikan oleh persamaan berikut (Yunus, 2009) : T x 2 0 2 (2) Sedangkan untuk kondisi tunak (steady state) dua dimensi diberikan oleh persamaan berikut: T x T y Tipe/jenis 2 2 0 2 2 STF 15/180/301 Suhu maksimum ( ) 1500 Panjang tabung (mm) 600 Panjang pemanas (mm) 180 Diameter tabung dalam (mm) 25/50 Panjang seragam (mm - ) - Power (kw) 1.5 Pengukuran luar tidak termasuk tabung (h x w x d mm) 500/600/375 Waktu panas (menit) - Jenis termokopel Berat (kg) 29 (3) Konsep dasar metode elemen hingga adalah konsep diskritisasi yaitu membagi suatu benda menjadi benda-benda yang berukuran lebih kecil. Konsep Dasar dari metode elemen hingga adalah (Katili, 2006): 1. Menjadikan domain permasalahan menjadi elemen-elemen diskrit. 2. Menggunakan elemen-elemen untuk memperoleh solusi pendekatan terhadap permasalahan-permasalahan perpindahan panas dan sebagainya. Bentuk elemen hingga yang dapat digunakan untuk memodelkan kasus yang akan dianalisis adalah elemen segi tiga untuk pendekatan linier. Elemen linier pada tipe ini memiliki sisi berupa garis lurus dan memiliki dua titik node yang masing-masing pada ujungnya disebut elemen garis linier. Dengan domain diskritisasi menggunakan segmen garis (linier satu dimensi), elemen segi tiga (linier dua dimensi) dan elemen segi banyak (nonlinier dua atau lebih dari dua dimensi). Gambar 1. Elemen 2 dimensi segi tiga Langkah-langkah dalam penggunaan elemen hingga (Reddy, 2005) adalah sebagai berikut: 1. Membagi (diskritisasi) domain menjadi kumpulan elemen kecil berhingga dan membangun jaringan (meshing) elemen hingga dari elemen-elemen hasil diskitisasi. 2. Membangun formulasi variasional yang sesuai dengan persamaan diferensial parsial yang diberikan, yaitu dengan: a. Mengasumsikan bahwa solusi hampiran dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari fungsi hampiran yang dibuat b. Menurunkan atau memilih fungsi hampiran yang ada. 3. Menentukan solusi numerik persamaan yang telah dibangun. Secara umum persamaan poison dapat dituliskan dalam bentuk persamaan : 2 T F( q1, q2) 0 (4) Integral residu dari persamaan ini adalah sebagai berikut : 41

2 2 T T R W F( r, z) d 2 2 x y (5) Dengan menggunakan integral parsial, mengaplikasikan syarat batas dan meminimumkan residu, persamaan (5) dapat dihasilkan lagi menjadi lebih sederhana sebagai berikut: w N w N x x y y ( e) ( e) R d WF d (6) Notasi ( e) pada persamaan (6) mengindikasikan bahwa persamaan (6) hanya berlaku untuk elemen ke - e. Dalam notasi matriks persamaan (6) dapat dituliskan sebagai berikut: ( e) ( e) ( e) ( e) R K T f (7) Setelah didapatkan elemen-elemen untuk matriks k dan f, subtitusikan matriks tersebut kedalam persamaan (5). Untuk hasil terbaik kita pilih residunya sama dengan nol sehingga solusi T disetiap garis, dapat dihitung dengan cara : 1 T k f (8) 3. Metodologi 3.1 Skema Tabung Tanur Gambar 3 (a) dan (b) merupakan gambar tanur Carbolite, skema tanur dalam 2D dan batang tabung keramik yang merupakan objek penelitian dari kajian ini. T ( x, y, 0) Garis 2 ( x 0 2, 2 ; y 0 ) (9) T ( x, y, 0) Garis 4 ( x 2, 2 3,8; y 0) (10) T ( x, y, 0) Garis 6 ( x 3, 8 6; y 0 ) (11) T ( x, y, 0) Garis 1 ( x 0; y 0 0, 25) (12) T ( x, y, 0) Garis 3 ( x 0 2,2; y 0,25) (13) T ( x, y, 0) Garis 5 ( x 2 3,8; y 0, 25) (14) T ( x, y, 0) Garis 7 ( x 3, 8; y 0, 2 5) (15) T ( x, y, 0) Garis 8 ( x 6; y 0 0, 25) (16) 3.3 Penentuan Syarat Batas (SB) Syarat batas yang diterapkan pada objek penelitian adalah tipe Dirichlet. Tipe Dirichlet diterapkan pada semua sisi tabung. Nilai tipe Dirichlet menggunakan nilai suhu hasil pengukuran secara langsung pada titik ke-2 hingga ke-6 menggunakan termometer digital, sementara pada titik ke-1 dan 8 menggunakan suhu ruangan. Suhu pada heater saat dilakukan pengukuran tersebut telah ditetapkan sebelumnya yakni 573,15 K - 973,15 K dengan interval 373,15 K. Sehingga simulasi ini akan dibagi kedalam 5 kondisi dimana setiap kondisinya akan merepresentasikan satu keadaan distribusi temperatur. (a) (b) Gambar 2. (a) Tanur Carbolite STF 15/180/301 ; (b) Skema tanur dalam 2D 42

Gambar 3. Ukuran dan posisi pengambilan data suhu pada geometri tabung 3.4 Penentuan solusi numerik distribusi suhu dalam keadaan tunak menggunakan elemen hingga Hal pertama yang dilakukan dalam proses ini adalah mendiskritisasi domain permasalahan yang berupa tabung keramik berukuran 60 x 0,25 cm menggunakan elemen segitiga. Ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. Proses meshing domain permasalahan Tahapan yang harus dilalui pada metode elemen hingga ini adalah: 1. Menentukan bentuk variasional dari persamaan Laplace. 2. Membagi domain permasalahan menggunakan bentuk segitiga sama kaki. Setiap titik sudut pada segitiga disebut juga node. Setiap node akan memiliki sebuah nilai yang menyatakan ukuran suhu pada plat. 3. Menentukan nilai suhu pada tepi node (penentuan ini disesuaikan dengan kondisi yang diamati sebagai syarat batas). Penentuan suhu ini menyatakan distribusi suhu yang mempengaruhi tiap node pada syarat batas. 4. Membentuk matriks lokal dengan menghitung luas elemen segitiga serta kombinasi linier dari masing-masing node pada elemen. 5. Membentuk matriks global, yaitu matriks yang merupakan rangkaian (untaian) matriks lokal. Pada langkah ini akan dihasilkan sebuah Sistem Persamaan Linier (SPL). 6. Memodifikasi SPL dengan memasukan syarat batas yang digunakan. 7. Menyelesaikan SPL menggunakan metode elemen hingga 4. Hasil Simulasi Dan Analisis Pada bagian ini dibahas mengenai hasil model pola distribusi suhu dari sebuah piranti alat pemanas Carbolite STF 15/180/310 dengan menggunakan metode elemen hingga (elemen segi tiga). Penentuan distribusi suhu solusi elemen hingga segitiga ini menggunakan syarat batas dirichlet nilai awal (initial value), ialah nilai suhu awal ditentukan untuk masingmasing sisi tabung yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang dicobakan seperti yang telah dijelaskan pada bagian ke-3. Perhitungan suhu didalam tabung diwakilkan oleh tiap elemen segitiga acak dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar elemen hingga. Penentuan titik-titik pengukuran didasari pada Gambar 3 di atas. Sementara suhu di kanan dan kiri tabung untuk setiap kondisi sama dengan suhu ruangan dan aliran panas masuk dari dinding keramik. 43

Tabel 2. Hasil pengukuran faktual dengan termometer digital: Kondisi Suhu (K) Suhu Hasil Pengukuran Dititik ke- (K) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 573,15 337,35 337,35 574,65 574,65 334,1 334,1 2 673,15 343,85 343,85 688,4 688,4 343,2 343,2 3 773,15 350,15 350,15 785,6 785,6 349,55 349,55 4 873,15 361,7 361,7 886,55 886,55 360,3 360,3 5 973,15 369,1 369,1 990,55 990,55 368,75 368,75 Pada Tabel 2 adalah suhu hasil pengukuran pada titik ke-2, 3, 4, 5, 6 dan 7 sedangkan titik ke-1 dan 8 menggunakan suhu ruangan. 4.1 Kondisi 573,15 K Gambar 5 (a) menunjukkan hasil simulasi Carbolite STF 15/180/301 dalam kondisi tunak (tak bergantung waktu) pada kondisi 1 dimana tanur disetel pada suhu 573,15 K. Dalam Gambar 5 (a) memperlihatkan kondisi 1 ini namun pada titik-titik tertentu suhu pada kondisi 1 berkisar 558,122 574,65 K. Gambar 6 (a) menunjukkan penampang kondisi 1 dimana nilai suhu yang diambil adalah 0.125). Dari Gambar 6 (a) ini terlihat bahwa 558,122 K. 4.2 Kondisi 673,15 K Gambar 5 (b) menunjukkan hasil simulasi Carbolite STF 15/180/301 dalam kondisi tunak (tak bergantung waktu) pada kondisi 2 dimana tanur disetel pada suhu 673,15 K. Dalam Gambar 5 (b) memperlihatkan kondisi 2 ini namun pada titik-titik tertentu suhu pada kondisi 2 berkisar pada 668,436 688,4 K. Gambar 6 (b) menunjukkan penampang kondisi 2 dimana nilai suhu yang diambil adalah 0.125). Dari Gambar 6 (b) ini terlihat bahwa 668,436 K. 4.3 Kondisi 773,15 k Gambar 5 (c) menunjukkan hasil simulasi Carbolite STF 15/180/301 dalam kondisi tunak (tak bergantung waktu) pada kondisi 3 dimana tanur disetel pada suhu 773,15 K. Dalam Gambar 5 (c) memperlihatkan kondisi 3 ini namun pada titik-titik tertentu suhu pada kondisi 3 berkisar pada 760,451 785,6 K. Gambar 6 (c) menunjukkan penampang kondisi 3 dimana nilai suhu yang diambil adalah 0.125). Dari Gambar 6 (c) ini terlihat bahwa 44

760,451 K. 4.4 Kondisi 873,15 K Gambar 5 (d) menunjukkan hasil simulasi Carbolite STF 15/180/301 dalam kondisi steady state (tak bergantung waktu) pada kondisi 4 dimana tanur disetel pada suhu 873,15 K. Dalam Gambar 5 (d) memperlihatkan kondisi 4 ini namun pada titik-titik tertentu suhu pada kondisi 4 berkisar pada 860,048 886,55 K. Gambar 6 (d) menunjukkan penampang kondisi 4 dimana nilai suhu yang diambil adalah 0.125). Dari Gambar 6 (d) ini terlihat bahwa 860,048 K. 0.125). Dari Gambar 6 (e) ini terlihat bahwa 963,189 K. Dari kelima kondisi tersebut memperlihatkan bahwa panas menyebar dari kedua pemanas atas dan bawah lalu menyebar ke kiri dan kanan tabung. Distribusi suhu yang dihasilkan relatif memberikan penyelesaian pendekatan terhadap kondisi penyebaran suhu di dalam tabung keramik dalam kondisi yang sebenarnya. Ini menandakan kalau metode elemen hingga segitiga didalam perangkat lunak Comsol 4 Multiphysic dapat digunakan dalam penentuan pola distribusi suhu pada tabung keramik Carbolite STF (Single Tube Furnace) 15/180/301. 4.5 Kondisi 973,15 K Gambar 5 (e) menunjukkan hasil simulasi Carbolite STF 15/180/301 dalam kondisi tunak (tak bergantung waktu) pada kondisi 5 dimana tanur disetel pada suhu 973,15 K. Dalam Gambar 5 (e) memperlihatkan kondisi 5 ini namun pada titik-titik tertentu suhu pada kondisi 5 berkisar pada 963,189 990.55 K. Gambar 6 (e) menunjukkan penampang kondisi 5 dimana nilai suhu yang diambil adalah 45

(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 6. Hasil Simulasi Distribusi Suhu pada (a) Kondisi 573,15 K, (b) Kondisi 673,15 K, (c) Kondisi 773,15 K, (d) Kondisi 873,15 K, dan (e) Kondisi 973,15 K 46

(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 7. Penampang Horizontal Distribusi Suhu pada (a) Kondisi 573,15 K, (b) Kondisi 673,15 K, (c) Kondisi 773,15 K, (d) Kondisi 873,15 K, dan (e) Kondisi 973,15 K 47

5. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi distribusi suhu dalam tabung keramik pada tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan setelan suhu 573,15 K memiliki kisaran suhu 558,122-574,65 K, suhu 673,15 K memiliki kisaran suhu 668,436-688,4 K, suhu 773,15 K memiliki kisaran suhu 760,451-785,6 K, suhu 873,15 K memiliki kisaran suhu 860,048-886,55 K, sedangkan suhu 973,15 K memiliki kisaran suhu 963,189-990,55 K, sementara pola distribusi suhu di dalam tabung keramik Carbolite STF (Single Tube Furnace) 15/180/301 menunjukkan suhu yang dikeluarkan dari elemen pemanas bawah dan elemen pemanas atas menyebar ke ujung kiri dan kanan. DAFTAR PUSTAKA Apriansyah, 2008, Simulasi Distribusi temperatur Keadaan Tunak (Steady State) Pada Lempeng 2 Dimensi dengan Menggunakan Metode Cellular Automata. Jurusan Fisika FMIPA UNTAN, Pontianak. (Skripsi S1) Carbolite, 2008, Installation, Operation and Maintenance Instructions, STF Manual, England. Holman, J.P., 1997, Perpindahan Panas, Jasfi,E. (alih bahasa), Erlangga, Jakarta. http//www.carbolite.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2014. Katili, I., 2006, Metode Elemen Hingga, Program UI, FEAP, FTUI, Depok. Kreith, Frank, 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Arko Prijono (alih bahasa),jakarta : Penerbit Erlangga. Reddy, 2005, Solutions Manual for An Introduction to The Finite Element Method, Mc Graw Hill International Edition, New York. Yunus, A. D., 2009, Perpindahan Panas dan Massa, Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Darma Persada, Jakarta. 48