PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA"

Transkripsi

1 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Vandri Ahmad Isnaini, S.Si., M.Si Program Studi Pendidikan Fisika IAIN STS Jambi Abstrak Pada bidang studi keilmuan fisika diperlukan seperangkat alat-alat praktek sebagai pendukung dalam pembuktian dari teori-teori keilmuan fisika. Diantaranya teori perpindahan panas pada bahan padat, dibutuhkan suatu alat berupa alat ukur konduktivitas panas yang dapat menggambarkan proses hantaran panas didalam bahan yang kemudian nilai konduktivitas panas pada bahan tersebut dapat terukur. Pembuatan alat ukur konduktivitas panas terdiri dari dua sistem termal berbeda dimana sampel ditempatkan diantara dua sistem ini, kemudian sistem sistem ini dibatasi oleh isolasi panas dari bahan batu bata castable. Alat ini kemudian diuji dengan sampel bahan padat Tembaga (Cu), Alumunium (Al) dan Alumina (Al 2 O 3 ). Kata kunci : panas, konduktivitas, media praktek, isolasi panas. 1. Pendahuluan Dibidang keilmuan fisika dikenal adanya aliran panas atau konduktivitas panas, dimana setiap medium yang di alirinya memiliki nilai konduktivitas panas berbeda-beda. Untuk mengetahui nilai dari konduktivitas panas ini maka diperlukan sebuah alat yang dapat mengukur nilai dari konduktivitas panas secara akurat. Akan tetapi dalam pembuatan alat ini, keakuratan nilai konduktivitas panas ini susah didapat, dikarenakan adanya beberapa faktor penyebab. Diantaranya adalah lepasnya panas dari alat ukur ke lingkungan luar disaat pengukuran. Dengan mengatur parameter pembuatan alat seperti bahan dasar pembuatan alat, ukuran alat yang harus presisi dan adanya usaha untuk mengisolasi panas pada pengukuran agar suhu yang tercatat tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Penentuan nilai konduktivitas panas dari suatu bahan sangat diperlukan dalam bidang keilmuan fisika dasar, yaitu untuk mempelajari sifat medium atas faktor aliran panas. Begitu juga bidang fisika material atau pada bidang industri material. Contohnya dalam pembuatan microprocessor, dibutuhkan bahan semikonduktor yang mempunyai karakteristik panas yang sesuai dengan proses kerja dari microprocessor tersebut. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan 117

2 Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat sebuah alat pengukur konduktivitas panas bahan dengan keakuratan yang sangat tinggi. 2. Pengertian Panas Panas adalah zat alir yang bersifat kalorik yang terdapat di dalam setiap benda dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Antoine Laurent Lavoisier. Berdasarkan teori inilah satuan dari panas adalah kalori atau kilo kalori sebagai satuan terbesarnya. Kemudian semakin berkembangnya teknologi, Count Rumford dan Prescolt Joule melakukan percobaan aliran panas, dimana ada dua sistem yang salah satunya memiliki panas yang lebih tinggi, kemudian dua sistem ini dihubungkan, maka akan terjadi aliran panas atau perpindahan panas. Kemudian mereka berkesimpulan bahwa perpindahan panas ini adalah perpindahan energi yang satuannya adalah Joule. Satuan ini masih sering digunakan untuk menyatakan kandungan energi yang dimiliki makanan, dimana satu kalori sama dengan 4,18 joule (Zemansky, 1994). Di dalam keilmuan teknik satuan panas dikenal juga dengan Satuan Termal Inggris (British Thermal Unit) atau (Btu), yang didefenisikan sebagai panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu pon air dari 63 o F ke 64 o F. Nilai konversi dari Btu adalah 1 kcal = 1000 cal = 3,968 Btu (Wikipedia.org, 2012). Panas merupakan energi yang dapat berpindah atau bisa juga didefenisikan sebagai sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Karena itu, satuan yang digunakan untuk mengukur panas sama dengan satuan energi. Dimana satu joule adalah energi yang digunakan ketika gaya satu Newton memindahkan suatu benda searah gaya sejauh satu meter. Hubungan panas terhadap beberapa faktor penentu yang mempengaruhi besarnya panas yang diberikan kepada suatu sistem, yaitu: 1. Hubungan panas dengan kenaikan suhu. Panas yang diberikan (Q) sebanding dengan nilai kenaikan suhunya ( T ). Semakin tinggi panas yang diberikan kedalam sistem maka nilai kenaikan suhu pada sistem tersebut akan semakin besar. Q T 2. Hubungan panas dengan massa. Panas yang diberikan (Q) sebanding dengan massa zat (m). Untuk pencapaian suhu tertentu, semakin besar massa dari suatu sistem, maka nilai panas yang harus diberikan adalah semakin besar juga. Q m 3. Hubungan panas dengan kalor jenis zat. Panas yang diberikan (Q) sebanding dengan kalor jenis zat (c). Q c 118

3 Edu Physic Vol. 3, Tahun Kesetimbangan Termal Keadaan dua sistem setimbang adalah suatu keadaan sistem yang memiliki nilai suhu internalnya tetap selama kondisi eksternalnya tidak ada perubahan suhu. Pada percobaan yang ditunjukkan Gambar 1 menunjukkan bahwa keadaan setimbang dari dua sistem bergantung pada sistem lain yang berada didekatnya dan dipengaruhi oleh sifat dinding pemisahnya (Dittman, 1986). Dinding pemisah dari sitem ini dapat dibagi menjadi dua menurut sifat hantaran panasnya, yaitu : 1. Dinding pembatas adiabat. Dinding pembatas adiabat adalah dinding pembatas yang daya hantar panasnya tidak bagus atau konduktivitas panasnya kecil. Contohnya adalah kayu, beton, asbes dan karet. 2. Dinding pembatas diaterm. Dinding pembatas diaterm adalah dinding pembatas yang daya hantar panasnya sangat bagus atau nilai konduktivitas panasnya tinggi. Contohnya adalah lempengan logam. Gambar 1. Dua sistem termal yang dibatasi oleh dinding adiabat dan diaterm. Dalam percobaan dua sistem (sistem A dan sistem B) yang dibatasi oleh dinding pembatas adiabat tidak terjadi perpindahan energi atau panas, ini dikarenakan dinding pembatas terbuat dari bahan yang memiliki konduktivitas panas yang kecil. Keadaan setimbang hanya terjadi pada sistem A saja atau sistem B saja, dimana kesetimbangan panasnya hanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya bukan dipengaruhi oleh sistem lain yang berada didekatnya. Sedangkan untuk percobaan yang menggunakan dinding diaterm terjadi adanya perpindahan energi atau panas dari sistem A ke sistem B (dikondisikan nilai suhu pada sistem A lebih tinggi daripada sistem B). Dinding diaterm dapat menghantarkan panas dari sistem A ke sistem B dengan baik. Proses ini akan berjalan terus menerus sampai keadaan dari dua sistem ini telah mencapai setimbang (sistem A dan sistem B telah memiliki suhu yang sama). 119

4 Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat 4. Rumus Menghitung Panas Kalor atau panas yang diberikan kepada suatu sistem dilambangkan dengan Q yang dianggap sebagai perubahan nilai tertentu yang dihasilkan di dalam sebuah benda selama proses tertentu. Jadi, jika temperatur dari satu kilogram air dinaikkan suhunya dari 14 o C sampai 15 o C dengan memanaskan air tersebut, maka dapat dikatakan bahwa satu kilokalori kalor telah ditambahkan kepada benda tersebut (Dittman, 1986). Setiap benda atau zat memiliki nilai yang berbeda dalam kuantitas panas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kenaikan temperatur dalam satu kilogram massa. Perbandingan banyaknya kalor Q yang diberikan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak T dinamakan kapasitas kalor (Heat capacity) dari benda tersebut yang dilambangkan dengan C; Q C T Kapasitas kalor ini dapat diartikan sebagai tenaga dalam bentuk panas yang harus ditambahkan untuk menaikkan temperatur benda sebanyak satu derajat. Untuk nilai kalor jenis suatu benda dirumuskan dengan kapasitas kalor per satuan massa (m) dari sebuah benda. Kalor jenis ini disebut juga dengan spesific heat, yaitu karakteristik sifat panas dari bahan penyusun yang membentuk benda tersebut. Q c m T Satuannya adalah : J J c atau c o o Kg C Kg K Maka dari hubungan diatas dapat disimpulkan bahwa kalor (Q) yang diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu sebanding dengan massa (m), sebanding dengan kalor jenis zat (c), dan sebanding juga dengan kenaikan suhunya ( T ). Kalor yang dibutuhkan benda satuannya adalah Joule. Q mc T Massa dari suatu benda dianggap m = 1 kg dan kenaikan suhunya sebesar T = 1 o C, maka diperoleh, Q mc T o Q (1 Kg) c(1 C), maka, Q c Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kalor yang diberikan (Q) sama dengan kalor jenis (c) sehingga dapat didefenisikan bahwa kalor jenis suatu zat 120

5 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg massa benda sebesar 1 o C. 5. Perpindahan Kalor Kalor secara alami berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Dan perpindahan ini akan berhenti apabila keadaan suhu dari kedua benda ini telah mencapai kesetimbangan. Pada saat proses perpindahan kalor, keadaan akhir dari kalor tersebut tidak bisa diketahui. Namun pada proses perpindahan panas laju aliran Q dapat diketahui sebagai nilai yang merupakan fungsi waktu. 2 Q Qd 1 Nilai akhir dari Q dapat ditentukan apabila fungsi waktu 2 1telah berlalu atau dapat diartikan bahwa proses perpindahan kalor telah selesai (mencapai keadaan kesetimbangan)(dittman, 1986). Perpindahan panas menurut sifat hantarannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Perpindahan panas secara konduksi. Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas melalui zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Proses ini dapat dilihat pada percobaan sebuah batang logam yang salah satu ujungnya diletakkan pada nyala api, dan salah satu ujung lainnya dipasang sensor suhu. Setelah beberapa waktu, pada sensor suhu akan mengalami peningkatan nilai suhu. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya aliran panas secara konduksi dari ujung logam yang kena nyala api ke arah ujung logam yang ada sensor suhunya. Namun dalam proses aliran panas ini, partikel bahan penyusun dari logam tersebut tidak mengalami perpindahan. Panas berpindah diakibatkan oleh adanya interaksi dari partikel partikel penyusun logam tersebut. Perpindahan panas secara konduksi hanya terjadi pada suatu benda apabila sebahagian dari benda tersebut memiliki suhu yang berbeda. Dimana arah aliran panasnya selalu dari bagian benda yang suhunya lebih tinggi ke bagian benda dengan suhu lebih rendah. 2. Perpindahan panas secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas melalui zat dimana proses ini disertai dengan perpindahan partikel dari zat tersebut. Perpindahan partikel zat ini diakibatkan oleh perbedaan massa jenis zat karena adanya perbedaan suhu diantara partikel partikel dalam sistem ini. Contoh dari proses ini adalah pada percobaan pemanasan air dan pemanasan udara pada ruangan. 121

6 Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat 3. Perpindahan panas secara radiasi (pancaran) Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara (medium). Proses ini merupakan pancaran energi secara terus menerus dari permukaan suatu benda yang merupakan sumber panas. Jenis dari energi ini adalah energi yang memancar melalui gelombang elektromagnet, dapat melalui ruang hampa udara dan bergerak dengan kecepatan cahaya. Energi yang dipancarkan oleh suatu benda, per satuan waktu dan per satuan luas bergantung pada sifat permukaan benda tersebut. Pada suhu rendah nilai dari radiasinya kecil dan panjang gelombang elektromagnetnya bernilai besar, begitu juga dengan keadaan sebaliknya (Zemansky, 1994). Contohnya adalah pancaran panas dari Matahari sampai ke permukaan Bumi. Panas yang di pancarkan dari Matahari bergerak melalui ruang hampa dan kemudian masuk ke dalam atmosfer (udara) Bumi. Pada saat melewati atmosfer Bumi panas ini akan diserap oleh udara dan energinya makin mengecil sampai ke permukaan Bumi. 6. Hantaran Kalor (Heat Conduction) Perpindahan panas atau energi yang timbul karena perbedaan temperatur di antara bagian bagian yang berdekatan dari sebuah benda dinamakan hantaran kalor (heat conduction). Percobaan dua buah benda yang dipisahkan oleh suatu bidang batas yang bersifat diaterm membuktikan bahwa Q adalah sebanding dengan T dan sebanding dengan luas penampang A untuk suatu perbedaan temperatur T yang diberikan. Dimana Q adalah sebanding dengan T x, dengan syarat T dan x bernilai kecil, adalah ketebalan lempeng. Q T A t x Didalam kasus limit ketebalan lempeng yang sangat kecil dx, dan terdapat suatu perbedaan temperatur yang dilambangkan dengan dt, maka didapatkan hukum hantaran kalor, dimana aliran kalor H dapat dilihat pada rumus di bawah ini; dt H ka dx Dengan H adalah aliran kalor yang mempunyai satuan kal/detik dan dapat didefenisikan sebagai banyaknya perpindahan kalor per satuan waktu dt yang melalui luas benda (A), kemudian nilai dari dinamakan gradien dx temperatur (suhu) dan k adalah sebuah konstanta perbandingan yang dinamakan konduktivitas termal (thermal conductivity). 122 x

7 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 Sebuah benda yang mempunyai konduktivitas termal yang bernilai besar adalah benda yang mempunyai sifat penghantar panas yang baik, dan benda yang mempunyai konduktivitas termal yang bernilai kecil adalah penghantar kalor yang buruk, atau sebuah isolator termal yang baik. Dalam kata lain konduktor panas yang sempurna bernilai k dan isolator panas yang sempurna adalah k 0 (Zemansky, 1994). Nilai dari k bergantung pada temperatur pada suatu benda, akan tetapi k dapat diambil sebagai konstanta diseluruh zat jika perbedaan temperatur pada bagian bagian penyusun benda tersebut tidak terlalu besar. Persamaan konduktivitas termal dapat dipakai kepada sebuah tongkat yang panjangnya L dan luas penampangnya A yang didalamnya telah dicapai suatu keadaan setimbang (steady state). Pada keadaan itu temperatur di setiap titik adalah konstanta terhadap waktu. Gambar 2. Penghantaran kalor melalui sebuah batang penghantar yang diisolasi. Jika nilai H adalah sama di semua penampang logam penghantar, sehingga nilai k dan luas A akan bernilai tetap, maka nilai gradien temperatur dt adalah sama di semua penampang logam penghantar. Jadi, Nilai T akan dx berkurang secara linier sepanjang tongkat tersebut. dt ( T2 T1) dx L Maka, rumusan H, T2 T1 H ka L Rumusan ini dapat diambil kesimpulan bahwa konduktivitas termal adalah sebagai arus panas (negatif) per satuan luas yang tegak lurus pada arah 123

8 Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat aliran, dan per satuan gradien suhu (Zemansky, 1994). Nilai negatif dari gradien temperatur adalah tanda arah aliran panasnya. Dalam sistem cgs, satuan aliran panas adalah satu kalori per detik (1 kal dtk -1 ), satuan luas adalah satu sentimeter kuadrat (cm 2 ), dan satuan gradien temperatur adalah satu derajat celcius per sentimeter (1 o C cm -1 ). Logam memiliki sifat konduktivitas panas yang bagus sedangkan yang non logam memiliki konduktivitas panas yang buruk. 7. Tahap Pembuatan Alat Dimulai dengan tahap perancangan bentuk dari alat ukur konduktivitas panas dengan menggunakan software Corel Draw 12. Setelah gambar dan ukuran-ukurannya telah diperhitungkan, maka alat dibuat menurut sketsa di bawah ini dengan memakai berbagai peralatan bengkel, seperti : 1. Mesin gergaji Mesin gergaji digunakan untuk pemotongan-pemotongan logam Al untuk pemanas dan untuk logam ukur. 2. Mesin Bor Mesin bor digunakan untuk melubangi logam-logam ukur untuk penempatan termokopel. 3. Mesin Bubut Mesin bubut digunakan untuk pembentukan logam-logam supaya sesuai dengan ukuran badan dari alat ukur konduktivitas kalor bahan. 4. Mesin gerinda Mesin gerinda digunakan untuk memperhalus permukaan bahanbahan pembuatan alat. 5. Alat potong Alat potong digunakan untuk pemotongan plat-plat logam bahan pembuatan alat konduktivitas kalor bahan. 6. Kikir Kikir digunakan untuk memperhalus permukaan logam. 7. Mata bor Mata bor digunakan untuk pisau dari mesin bor 8. Sarung tangan Sarung tangan digunakan untuk keselamatan kerja. 124

9 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 C D B L 1 A T 1 T 2 T 3 L 2 F E Gambar 3. Desain alat ukur konduktivitas panas bahan. Keterangan gambar : A = Pemanas dari kawat nikelin B = Batang logam dari bahan alumunium C = Batu bata tahan panas (castable) D = Papan fiber (fiberglass) E = Kaki-kaki F = Sampel L 1 = Logam I (sistem termal I) L 2 = Logam II (sistem termal 2) T 1 = Termokopel I (suhu awal) T 2 = Termokopel II (Suhu akhir) = Termokopel III (Suhu rata-rata logam II) T 3 Untuk menggunakan alat ukur ini dibutuhkan beberapa alat penunjang, seperti : 1. Alat ukur suhu digital Alat ini digunakan untuk pengukuran suhu secara elektronik. Dimana alat ini bekerja atas respon dari termokopel yang ditanam pada alat ukur. 2. Slide Regulator Digunakan untuk pengatur tegangan yang memberikan arus pada pemanas alat konduktivitas panas bahan. Semakin tinggi tegangan yang diberikan akan semakin tinggi panas yang dihasilkan oleh pemanas dari kawat nikelin. 125

10 T suhu (celcius) T suhu (celcius) Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat 8. Hasil Percobaan Alat Ukur Konduktivitas Panas 8.1. Untuk sampel Al Data yang didapat : T 1 = 76,4 o C T 2 = 64 o C T 3 = 53,4 o C Penurunan suhu yang melewati T 3 untuk mengetahui gradien dt/dt dengan grafik suhu berbanding waktu; y = x Series1 Linear (Series1) t waktu (detik) Gambar 4. Grafik waktu terhadap penurunan suhu untuk percobaan sampel Al. Gradien dari persamaan y = -0,162x + 57,147 adalah 0,162 o C/s dengan nilai konduktivitas panas k sampel alumunium sebesar 0,625 W/m o C Untuk Sampel Cu Data yang diperoleh : T 1 = 85,5 o C T 2 = 60,1 o C T 3 = 50,6 o C Penurunan suhu yang melewati T 3 untuk mengetahui gradien dt/dt dengan grafik suhu berbanding waktu; y = x Series1 Linear (Series1) 20 Gambar 5. Grafik waktu terhadap penurunan waktu untuk percobaan sampel Cu t waktu (detik)

11 T suhu (celcius) Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 Gradien untuk persamaan y = -0,3307x + 58,123 adalah 0,330 o C/s dengan nilai konduktivitas panas k sampel tembaga sebesar 0,603 W/m o C Untuk Sampel Keramik Alumina Al 2 O 3. Data yang didapat : T 1 = 75,5 o C T 2 = 44,2 o C T 3 = 32 o C Penurunan suhu yang melewati T 3 untuk mengetahui gradien dt/dt dengan grafik suhu berbanding waktu; y = x Series1 Linear (Series1) t waktu (detik) Gambar 6. Grafik waktu terhadap penurunan suhu untuk percobaan sampel Al 2 O 3. Gradien dari persamaan y = - 0,0491x + 36,372 adalah 0,0491 o C/s dengan nilai konduktivitas panas k sampel tembaga sebesar 0,959 W/m o C. Gambar 7. Alat ukur konduktivitas panas. 127

12 Vandri Ahmad Isnaini, Pembuatan Alat 9. Kesimpulan Pada percobaan perpindahan kalor dengan menggunakan alat ukur konduktivitas panas dapat membuktikan baha kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan suhu ( t ), massa zat (m), dan kalor jenis zat (c). Dimana pada praktek percobaan alat ini didapat nilai konduktivitas panas bahan sampel Al sebesar 0,625 W/m o C, untuk sampel Cu sebesar 0,603 W/m o C dan untuk sampel Al 2 O 3 sebesar 0,959 W/m o C. Alat ukur konduktivitas panas yang dirancang pada penelitian ini merupakan tipe prototype yang harus disempurnakan lagi agar mendapatkan nilai pengukuran yang lebih akurat lagi terutama untuk mengisolasi panas agar tidak lepas ke udara luar. 10. Daftar Pustaka 1. Dittman, R., Zemansky, M. (1986), Kalor dan Termodinamika, Penerbit ITB, Bandung. 2. Halliday D. (1985), Fisika, Erlangga, Jakarta. 3. Ozisik N., M. (1985), Heat Transfer A Basic Approach, McGraw Hill, Inc, New York. 4. Tt, (2012), British Thermal Unit, wikipedia.org. 5. Tye R., R. (1969), Thermal Conductivity, vols. 1 and 2, Academic, New York. 6. Vlack V., Laurence H. (1992), Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam), Erlangga, Jakarta. 7. Zemansky, S. (1994), Fisika Untuk Universitas 1, Binacipta, Jakarta. 128

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMA BERBAGAI OGAM DENGAN METODE GANDENGAN A. Tujuan Percobaan. Memahami konsep konduktivitas termal. 2. Menentukan nilai konduktivitas termal berbagai logam dengan metode

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l SUHU DAN KALOR A. Perpindahan Kalor Kalor juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses inilah yang disebut perpindahan kalor/ panas/ energi. Ada tiga jenis perpindahan kalor, yaitu:

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi. HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) ZAHROTUN NISA 1413100014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN Momentum, Vol. 9, No. 1, April 213, Hal. 13-17 ISSN 216-7395 ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN Sucipto, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Wahid

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL. Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM KONDUKTIVITAS TERMAL Fajar Sidik Irianto 1*, M.Dzulfikar 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh Tengah X/22, sampangan, semarang

Lebih terperinci

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L KALOR Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau wujud benda berubah. Beberapa pengertian

Lebih terperinci

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam II. DASAR TEORI III. Kalor itu sendiri sering kita identikkan dengan panas,

Lebih terperinci

3. Untuk menghitung TARA KALOR LISTRIK digunakan persamaan H t (T a T m ) = a I 2 R t Dimana Tara kalor listrik = 1/a

3. Untuk menghitung TARA KALOR LISTRIK digunakan persamaan H t (T a T m ) = a I 2 R t Dimana Tara kalor listrik = 1/a HUKUM JOULE I. TEORI James Prescott Joule (1818-1889) ialah seorang ilmuwan Inggris yang merumuskan Hukum Kekekalan, yaitu "Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan." Ia adalah seorang ilmuwan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu KALOR Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES Ersi Selparia *, Maksi Ginting, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor. 59 60 system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitati pertukaran kalor. KALOR. Energi termal, atau energi dalam, U, mengacu pada energi total semua molekul pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - KALOR - - KALOR Definisi Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan Nama : Ahmad Sulaiman NIM : 5202414055 Rombel :2 PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan energi yang berpindah antar

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL Disusun Oleh : Brigita Octovianty Yohana W 125100601111030 Jatmiko Eko Witoyo 125100601111006 Ravendi Ellyazar 125100600111006 Riyadhul

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA Firmansyah Burlian, M. Indaka Khoirullah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Kalor dan Suhu Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sebuah gunung es mempunyai kalor yang lebih

Lebih terperinci

PEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING.

PEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kendaraan roda empat merupakan salah satu alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat. Salah satu komponen alat transportasi tersebut adalah pegas daun yang mempunyai

Lebih terperinci

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 5) Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C,

Lebih terperinci

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR KALOR (HEAT) Peta konsep (Concept map) Kalor Memerlukan kalor Memerlukankalor ASAS BLACK kalor padat Melepaskan kalor cair Melepaskan kalor gas Mengubah wujud zat KALOR Mengubah wujud zat.. Bergantung

Lebih terperinci

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan.

SUHU DAN PANAS. Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN PANAS SUHU DAN PANAS Apakah itu hari musim panas?atau musim dingin malam beku. Tubuh perlu disimpan dengan suhu yang konstan. SUHU DAN KESETIMBANGAN TERMAL Konsep suhu berakar pada ide-ide kualitatif

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan KALOR A. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB 7 SUHU DAN KALOR

BAB 7 SUHU DAN KALOR BB 7 SUHU DN OR 65 66 Peta onsep 67 7. PENGUURN TEMPERTUR Temperatur biasanya dinyatakan sebagai fungsi salah satu koordinat termodinamika lainnya. oordinat ini disebut sebagai sifat termodinamikannya.

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR10FIS02UAS Doc. Version: 2016-07 halaman 1 01. Seseorang berdiri di depan cermin datar sehingga ia dapat melihat keseluruhan bayangannya. Jika cermin

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas penurunan model persamaan panas dimensi satu. Setelah itu akan ditentukan penyelesaian persamaan panas dimensi satu secara analitik dengan metode

Lebih terperinci

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan

Lebih terperinci

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 270 Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi Intan Nurul Rokhimi 1, Pujayanto 2 Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA

Lebih terperinci

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT Ahmad Khoiri, Nur Afni Sari, Vivi Noviyanti Progam Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains Al-Qur an Jawa Tengah di Wonosobo Noviyantivivi91@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

1. Dua batang logam P dan Q disambungkan dengan suhu ujung-ujung berbeda (lihat gambar). D. 70 E. 80

1. Dua batang logam P dan Q disambungkan dengan suhu ujung-ujung berbeda (lihat gambar). D. 70 E. 80 1. Dua batang logam P dan Q disambungkan dengan suhu ujung-ujung berbeda (lihat gambar). Apabila koefisien kondutivitas Q, logam P kali koefisien konduktivitas logam Q, serta AC = 2 CB, maka suhu di C

Lebih terperinci

Arus Listrik dan Resistansi

Arus Listrik dan Resistansi TOPIK 5 Arus Listrik dan Resistansi Kuliah Fisika Dasar II TIP,TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM ikhsan_s@ugm.ac.id Arus Listrik (Electric Current) Lambang : i atau I. Yaitu:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Termometri dan Kalorimetri

Termometri dan Kalorimetri Termometri dan Kalorimetri 1 Termometri adalah cara penentuan temperatur/suhu Kalorimetri/Kalorimeter cara penentuan jumlah panas Hygrometri/Hygrometer cara penentuan kelembaban udara Suhu adalah ukuran

Lebih terperinci

KALORIMETRI A. Pendahuluan

KALORIMETRI A. Pendahuluan KALORIMETRI A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Kalorimetri adalah salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang menghitung energi panas atau kalor. Dalam praktikum kalorimetri media cair yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. Alat dan Bahan 1. Kalorimeter 2. Termometer 3. Gelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan kebutuhan energi listrik semakin besar. Namun, energi listrik yang diproduksi masih belum memenuhi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan Xpedia Fisika Kapita Selekta Set 07 Doc. Name: XPFIS0107 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan... (A) Panas (B) Suhu

Lebih terperinci

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi panas surya (Matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MODUL 3 KALORIMETER Tanggal Praktikum : 6 Desember 2014 NAMA : Ikhsan Purnomo NIM : 123.12.013 PRODI : TMM 12 INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG 1. Judul Praktikum Kalorimeter

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH) TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 1. Perhatikan grafik pemanasan 500 gram es berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-9.1.png Jika kalor

Lebih terperinci