BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI OLAHAN PISANG DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH. Skripsi

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

IV. METODE PENELITIAN


IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

METODOLOGI PENELITIAN

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup besar, sehingga bisa menjadi daerah pemasaran yang potensial bagi

BPSPROVINSI JAWATIMUR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTRIK USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM AMALIA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU

ANALISIS PENENTUAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PENGRAJIN KERIPIK TEMPE CIPTO ROSO KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS

III. OBJEK DAN METEDOLOGI PENELITIAN. salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri Kerupuk. PD Tenda Biru

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. di sektor pertanian, peternakan, kelautan, tambang, dan lain-lain. Namun pada

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas wilayah 100,47 km 2 dan berjarak 19 m dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorntalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Luhu, Desa Hulawa, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat, Desa Dulohupa, Desa Dulamayo Selatan, Desa Dulamayo Barat. Untuk mengetahui luas geografis desa-desa di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Geografis Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Luas (Km 2 ) Area Persentase (%) 1 Bulila 0,74 1,27 2 Mongolato 0,96 1,64 3 Luhu 2,12 3,63 4 Hulawa 2,04 3,49 5 Pilohayanga 2,06 3,52 6 Dulamayo Selatan 22,00 37,46 7 Dulamayo Barat 25,02 42,81 8 Pilohayanga Barat 2,00 3,42 9 Dulohupa 1,50 2,57 Jumlah 54,38 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 1, di atas dapat diketahui bahwa desa yang memiliki luas area yang paling luas adalah Desa Dulamayo Barat sebesar 25,02 Km 2 atau sebesar 42,81%. Sedangkan yang paling kecil yaitu Desa Bulila sebesar 0,74 Km 2 atau sebesar 1,27%. 4.1.2 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Telaga menurut desa-desa yang ada dapat dilihat pada Tabel 2, dibawah ini.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Jumlah Penduduk Persentase (%) 1 Bulila 2381 11,85 2 Mongolato 2635 13,12 3 Luhu 3772 18,77 4 Hulawa 3675 18,29 5 Pilohayanga 2350 11,70 6 Dulamayo Selatan 1285 6,40 7 Dulamayo Barat 1047 5,21 8 Pilohayanga Barat 1320 6,57 9 Dulohupa 1626 8,09 Jumlah 21091 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 2, di atas terlihat banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Telaga pada tiap-tiap desa. Adapun desa yang penduduknya lebih banyak adalah Desa Luhu, penduduk di Desa ini mencapai 3,772 jiwa (18,77%), dan desa yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 1,047 jiwa (5,21%). Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Kepadatan Penduduk per km 2 Persentase (%) 1 Bulila 3,175 25,58 2 Mongolato 2,803 22,58 3 Luhu 1,788 14,40 4 Hulawa 1,833 14,77 5 Pilohayanga 940 7,57 6 Dulamayo Selatan 89 0,72 7 Dulamayo Barat 42 0,34 8 Pilohayanga Barat 660 5,32 9 Dulohupa 1,084 8,73 Jumlah 1741,68 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa adanya perbedaan kepadatan penduduk di Kecamatan Telaga untuk tiap-tiap desa. Hal ini disebakan oleh program

pemekaran Desa. Desa yang penduduknya lebih padat yaitu Desa Bulila yang mencapai 3,175 km 2 (25,58%) sedangkan desa yang kepadatan penduduknya relatif kecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 42 km 2 (0,34%). 1.1.3 Industri Industri rumah tangga yang ada di Kecamatan Telaga yang memproduksi tahu/tempe sebesar 33 industri dan untuk mengetahui jumlah industri tahu/tempe di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 4, dibawah ini. Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Industri di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Minyak kelapa Roti/kue kering Gula merah Tahu/ tempe 1 Bulila - 2-5 2 Mongolato 2 4 - - 3 Luhu 2 18 - - 4 Hulawa - - - 2 5 Pilohayanga - - - - 6 Dulamayo selatan 13 14 55-7 Dulamayo barat 10-12 - 8 Dulohupa - - - - Jumlah 27 38 67 7 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Berdasarkan Tabel 4, di atas dapat dilihat bahwa industri rumah tangga yang memproduksi tahu dan tempe yang ada di Kecamatan Telaga yang paling banyak yaitu pada Desa Bulila dengan jumlah 5 industri dan yang paling sedikit yaitu yang ada di desa Hulawa dengan jumlah 2 industri. akan tetapi industri tempe yang masih melakukan proses produksi hanya 3 industri yaitu 2 industri berada di Desa Hulawa dan satu industri berada di Desa Bulila. 4.2 Sejarah Industri Tempe Industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga berjumlah tiga industri yaitu :

1. Usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona Usaha Ibu Saona merupakan usaha yang hanya memproduksi tempe. Usaha ini didirikan pada Tahun 2009 di Desa Hulawa Kecamatan Telaga induk, dengan modal awal Rp 500.000. Pada awalnya Ibu Saona memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai dalam sehari 5 Kg dengan berkembangnya usaha Ibu Saona sekarang sudah memproduksi 50 Kg kedelai dalam sehari. Dari ketiga industri yang ada di Kecamatan Telaga, tempe yang diproduksi oleh Ibu Saona menggunakan 2 kemasan yaitu tempe dalam kemasan daun dan plastik. usaha tempe Ibu Saona yang ada di Kecamatan Telaga, usaha tempe Bapak Sulasti dan Bapak Darwoto. 2. Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti didirikan pada Tahun 1992 di Desa Bulila Kecamatan Telaga dengan modal awal Rp 600.000. Bapak Sulasti memproduksi tempe 100 kg/hari berbahan baku kedelai yang dibeli dari palu melalui jalur lintas darat dan adapun dalam proses produksi dibantu oleh dua karyawan yang dari pertama berdirinya usaha tempe Tahun 1992 sampai Tahun 2012 sekarang ini. Berbeda dengan usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona, Bapak Sulasti hanya menggunakan satu kemasan saja yaitu kemasan plastik. 3. Usaha yang dimiliki Bapak Darwoto Usaha yang didirikan oleh Bapak Darwato merupakan usaha yang bergerak dibidang pengolahan pangan yaitu kedelai diolah menjadi tempe. Usaha Bapak Darwato telah berjalan selama 12 tahun di Desa Hulawa Kecamatan Telaga. Mulai dari didirikannya usaha pada tahun 2000 sampai saat ini usaha Bapak Darwoto semakin berkembang dan mengalami peningkatan jumlah produksi yaitu dari 20 bungkus dengan bahan yang digunakan 6 kg kedelai menjadi 500 bungkus dengan bahan baku yang digunakan 100 kg setiap harinya. Dalam menjalankan usahanya Bapak Darwoto dibantu oleh tiga karyawan yang berasal dari luar keluarga.

4.3 Analisis Keuntungan Keuntungan yang akan dianalisis pada penelitian ini rata-rata dari ketiga industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga. 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi produk. Misalnya penyusutan alat, pajak, air, listrik. Untuk rata-rata biaya tetap untuk produksi tempe dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Biaya Tetap Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga, 2012 1 2 3 4 No Jenis biaya tetap Jumlah (Rp/Bulan) Penyusutan alat 7.046.583 Pajak 8.338,19 Listrik 571.666,67 Air 16.666,67 Jumlah 7.643.254,53 Sumber: Data dioah,2012l Berdasarkan Tabel 5, di atas dapat dilihat bahwa sumber biaya tetap industri rumah tangga tempe terbesar berasal dari penyusutan alat yaitu sebesar Rp 7.046.583 selama satu bulan, dan yang paling kecil berasal dari pajak sebesar Rp 8.338,19. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya variabel seperti tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya bahan bakar. Yang semuanya dinyatakan dalam satuan rupiah. Untuk mengetahui jumlah biaya variabel industri tempe dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Variabel Tempe pada Industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Jenis biaya Fisik Satuan Harga (Rp) 1 Biaya bahan baku tempe - Kacang 2.000 kg 7.000 kedelai - Ragi 30 kg 12.000 tempe - Tepung 175 kg 6.000 - Arlut 30 kg 20.000 2 Bahan bakar - Minyak tanah 3 Kemasan - Plastik - Daun Jumlah(Rp) 14.000.000 360.000 1.050.000 600.000 15 Liter 11.000 165.000 30 30 Kg Kg 13.000 15.000 390.000 450.000 Total biaya(rp) 16.010.000 165.000 840.000 4 Upah TK 5 Orang 1.000,000 1.000.000 S Total 18.015.000 Sumber: Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 6, di atas dapat dilihat bahwa biaya bahan baku pembuatan tempe yaitu sebesar Rp. 16.010.000 untuk masing-masing industri yang terdiri atas biaya bahan bakar yang dikeluarkan pengusaha dalam satu bulan sebesar Rp 165.000 biaya yang dikeluarkan dalam proses pengemasan plastik sebesar Rp 840.000, kemasan daun dengan jumlah Rp 450.000. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha industri rumah tangga tempe yaitu sebesar Rp 1.000.000 selama satu bulan.

3. Total biaya Total biaya adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi tempe selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Usaha Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga No Jenis biaya total Total biaya(rp/bulan) Persentase(%) 1 Biaya tetap 7.643,254.53 29,79 2 Biaya Variabel 18.015.000 70,21 Jumlah 25.658.254,53 100 Sumber : Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan pengusaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga untuk pembuatan tempe selama satu bulan sebesar Rp. 25.658.254,53 Untuk pembuatan tempe berasal dari biaya variabel yaitu Rp. 18.015.000 atau sebesar 70,21%. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp. 7.643.254,53 atau sebesar 29,79%. 4.4 Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan pengusaha industri rumah tangga tempe merupakan perkalian antara total produk tempe yang dihasilkan dalam satu bulan produksi dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Penerimaan Tempe pada industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Nama Produksi (Bungkus/ Bulan) Harga Penerimaan (Rp) 1. Saona 15.000 2.000 30.000.000 2. Sulasti 30.000 2.000 60.000.000 3. Darwoto 15.000 2.000 30.000.000 Jumlah 60.000 6.000 120.000.000 Rata-rata 20.000 2.000 40.000.000 Sumber : Data Diolah, 2012 Bedasarkan Tabel 8, dapat dilihat rata-rata jumlah produksi tempe dalam penelitian ini adalah Rp 20.000 bungkus dengan rata-rata jumlah penerimaan Rp 40.000.000. Keuntungan yang diperoleh dari produksi tempe merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan tempe dapat dilihat pada Tabel 9, dibawah ini. Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Usaha Tempe pada Indutri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Uraian Nilai 1 Penerimaan 40.000.000,00 2 Total Biaya 25.658.254,53 Pendapatan 14.341.745,47 Sumber : Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 9, di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan sebesar Rp. 40.000.000. Total biaya sebesar Rp 25.658.254,47. Dimana penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga tempe lebih besar dibandingkan dengan total biaya. Sehingga pendapatan dari usaha tempe yaitu 14.341.745,47 dalam satu bulan artinya pendapatan dari usaha tempe cukup besar

4.5 Analisis Kelayakan Kelayakan usaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, dimana perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata penerimaan industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga sebesar Rp. 40.000.000 sedangkan jumlah total biaya selama satu bulan sebesar Rp. 25.658.254,53. Untuk mengetahui berapa besar efisiensi yang diperoleh oleh industri tempe dapat diketahui dengan total penerimaan dibahagi dengan total biaya sehingga diperoleh R/C rasio pada industri tempe sebesar 1,5 R/C > 1 sehingga layak untuk dikembangkan artinya setiap biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan tempe sebesar Rp 1, maka penerimaan akan meningkat sebesar Rp 1,5. 4.6 Distribusi Bahan Baku Tempe 1. Bahan Baku Tempe Adalah Kedelai Memproduksi tempe digunakan bahan baku pokok yaitu kedelai. Pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe menandakan bahwa dalam usaha tempe sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe yaitu bahan dasar utama yang digunakan untuk memproduksi tempe, apabila bahan baku kurang tersedia, maka akan berdampak pada terhambatnya produksi tempe yang akan dihasilkan oleh produsen. Kegiatan industri rumah tangga dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya alam lokal seperti rumah tangga berbahan baku tempe. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan distribusi kedelai tempe pada industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga yaitu pengusaha memeperoleh bahan baku untuk pembuatan tempe dari petani kedelai bahkan ada

juga yang didistribusi dari Sulawesi Tengah (Palu). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar distribusi bahan baku tempe dibawah ini : Produsen Petani Pengecer Pengusaha Tempe Saluran II Petani Saluran I Gambar 3. Distribusi Bahan Baku Tempe Kedelai Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga terdiri dari distribusi langsung dan tidak langsung. Saluran I merupakan distribusi langsung yaitu petani langsung menjual kedelai kepada pengusaha tempe, sedangkan saluran 2 merupakan saluran tidak langsung dimana dalamm distribusi kedelai petani produsen menggunakan peran pedagang pengecer yang berasal dari Gorontalo untuk menyalurkan kedelai kepada pengusaha tempe. Pemasaran untuk menyalurkan tempe dari produsen ke konsumen pada industri tempe masih merupakan masalah. Masalah utama yang dihadapi para pengrajin tempe adalah biaya produksi yang semakin tinggi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadikan harga kedelai dan harga bahan-bahan seperti kemasan baik plastik maupun daun, ragi dan minyak tanah menjadi naik. Kenaikan harga barang-barang tersebut telah menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar. Kondisi ini sangat dirasakan oleh para pengrajin tempe yang mempunyai modal pas-pasan sehingga jalan keluar yang terbaik untuk bertahan dalam industri tempe adalah dengan mengurangi volume produksi. Pemasaran tempe yang ada di Kecamatan Telaga berbeda-beda, ada pemasaran yang langsung dan ada pula pemasaran tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu tempe langsung di jual ke konsumen yang berada sekitar pabrik tempe sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu tempe dipasarkan melalui peran pedagang perantara yaitu tempe dipasarkan ke pasar oleh pengrajin itu sendiri, selain itu tempe

juga dipasarkan menggunakan perantara yaitu pedagang sayur. Pedagang sayur menjual tempe langsung menemui konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini Pengusaha Tempe Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 4 Distribusi Pemasaran Produk Tempe Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa pemasaran tempe yang terbentuk yaitu pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu pengusaha tempe memasarkan langsung tempe kepada konsumen yang berada disekitar pabrik tempe, sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu dalam memasarkan tempe pengusaha menggunakan peran pedagang pengecer seperti pedagang sayur untuk memasarkan tempe hingga sampai ketangan konsumen. 4.7 Pengujian hipotesis Industri tempe merupakan industri kecil yang mampu menyerap sejumlah besar tenaga kerja baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun yang terkait dengan perdagangan bahan yang merupakan masukan maupun produk hasil olahan. Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga dan keuntungan usaha tempe pada industri rumah tangga. Pada hasil penelitian usaha tempe yang ada di Kecamatan Telaga memperoleh bahan baku tidak hanya di Gorontalo akan tetapi ada juga yang berasal dari luar Gorontalo dan pengusaha industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga rata-rata memperoleh keuntungan sebesar 13281745.47 sehingga layak untuk dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nina (2010) ), tentang Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan (Maret, 2010) sebesar Rp 5.164900, sedangkan penerimaan rata-rata diperoleh setiap produsen adalah Rp 5.807300/bulan. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 12,44%, industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan selama ini sudah efisien dan penerimaan juga sudah menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas bahwa hipotesis hasil penelitian ini diterima karena industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga menguntungkan.