BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

Case Processing Summary

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Distribusi Nilai Pre Test pada Kelas Kontrol. siswa. Jumlah soal yang diberikan peneliti kepada siswa sebanyak 40 soal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANGKET MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN TARIKH ISLAM. Saya selalu hadir tepat waktu ketika pelajaran Tarikh Islam di mulai. 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

LAMPIRAN. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test. Case Processing Summary. sebelum perlakuan % %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

QUISIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Penerapan Strategi True or False terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa. kelas eksperimen ( kelas VII.3 ) berjumlah 36 orang, dan pada kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. sebagaimana yang diharapkan. Adapun yang dimaksud dari desain penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dan (3) Hasil Penelitian, (4) Pembahasan. Berikut ini akan dibahas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Bab IV pada laporan penelitian ini berisi mengenai hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh, nantinya diolah dengan SPSS. A. Hasil dan Analisis Penelitian Pengajaran modul sudah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014. Pengajaran ini menghasilkan data nilai hasilx belajar dan hasil observasi selama kegiatan. 1. Deskriptif Pengajaran Modul Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengajaran modul terhadap hasil belajar matematika. Kelas kontrol pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 2, kelas ini diberikan pembelajaran konvensional. Kelas XI IPA 2 diberikan penjelasan mengenai materi dan PR tetapi tidak diberikan modul. Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 3, kelas ini diberikan pengajaran modul. Siswa kelas XI IPA 3 diberikan modul tetapi tidak diberikan penjelasan secara menyeluruh seperti pembelajaran umumnya. Siswa hanya diberikan penjelasan secara individu jika membutuhkan. Penjelasan yang diberikanpun tidak secara menyeluruh tetapi hanya sedikit. Siswa kelas ini dituntut untuk dapat belajar secara mandiri. Pembelajaran pada masing-masing kelas dilakukan dalam 9 jam pelajaran yang terbagi dalam 5 pertemuan. Pertemuan ke-6 dilakukan tes untuk melihat pengaruhnya. Pembelajaran yang dilakukan pada masing-masing kelas direncanakan dalam RPP dan diketahui oleh guru pelajaran matematika. RPP secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran. Perlu dilakukan observasi terhadap guru yang mengajar untuk melihat tindakan guru pada saat mengajar apakah sesuai dengan tindakan yang direncanakan dalam RPP. Observasi ini dilakukan oleh guru pelajaran matematika dengan mengisi lembar observasi yang disediakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Tabel 4.1 menunjukkan hasil observasi yang dilakukan selama pengajaran berlangsung. Tabel 4.1. Observasi Kegiatan Pengajaran Modul No Kegiatan Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Kegiatan Pendahuluan 1. Guru memberikan salam dan mengabsen siswa. 2. Guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya. x x 3. Guru menyampaikan tujuan mempelajari materi yang hendak x 27

28 No Kegiatan Pertemuan 1 2 3 4 5 6 dipelajari. 4. Guru menjelaskan bagian-bagian modul, petunjuk pengisian, serta pengajaran modul. x x x x Kegiatan Inti 5. Guru memberikan penjelasan mengenai proses pembelajaran hari ini. 6. Guru menginstruksikan siswa untuk memulai atau melanjutkan modul. 7. Guru berkeliling dan mengecek kondisi siswa. 8. Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang belum paham secara perseorangan. 9. Guru mengingatkan siswa untuk tidak tergesa-gesa. 10. Guru menegur siswa yang ramai atau tidak mengerjakan modul. 11. Guru segera memberikan soal tes evaluasi sub-bab pada siswa yang sudah selesai. x x x 12. Guru segera meminta siswa untuk mempelajari ulang sub-bab pada modul yang dipelajarinya jika belum tuntas KKM 75. Kegiatan Penutup 13. Guru meminta siswa untuk menghentikan kegiatan karena waktu mempelajari modul sudah selesai. 14. Guru mengkonfirmasi pemahaman siswa pada sub-bab yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Lembar observasi yang dimunculkan pada Tabel 4.1 ini dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 8 Mei 2014. Jadwal pelajaran matematika waktu itu hanya 1 jam pelajaran. Waktu yang tersedia dimanfaatkan untuk membagikan modul dan menjelaskannya. Seluruh siswa nampak antusias. Hal ini nampak dari rasa penasaran siswa, bahkan beberapa siswa tidak mau merusak atau memberikan nama pada modulnya. Siswa diberikan penjelasan mengenai bagian-bagian modul dan bagaimana pengajaran modul yang diharapkan. Siswa nampak memperhatikan dan tidak menyampaikan pertanyaan. Sebagai perkenalan awal, siswa diminta untuk mengerjakan kompetensi dasar terlebih dahulu. Guru berkeliling memastikan dan melihat pengerjaan masing-masing siswa. Siswa banyak bertanya tentang penyelesaian soal tersebut, adapula yang bertanya untuk memastikan jawabannya. Siswa yang bertanya kemudian diberikan sedikit penjelasan untuk mengingat cara menyelesaikan soal-soal tersebut. Siswa yang sudah selesai, dihimbau untuk mengoreksikan jawabannya di meja guru. Awalnya meja guru hanya dihampiri oleh seorang

29 siswa tetapi semakin lama banyak siswa berkumpul untuk mengoreksikan jawabannya. Guru melihat kondisi ini kemudian meminta siswa untuk mengoreksikan jawabannya satu per satu. Siswa yang mengoreksi juga dihimbau untuk segera kembali ke meja masing-masing untuk melanjutkan materi modul. Alokasi waktu yang singkat membuat sejumlah siswa tidak sempat untuk mengoreksikan jawabannya. Guru menutup pelajaran dengan meminta siswa untuk mempelajari modul di rumah terlebih dahulu. Guru memberi kesempatan bagi siswa yang belum mengoreksikan jawabannya untuk mengoreksikannya pada pertemuan berikutnya. Guru kemudian keluar kelas sambil sebelumnya memberikan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada 10 Mei 2014. Alokasi waktu yang tersedia adalah 2 jam pelajaran. Guru memasuki kelas dengan memberi salam pembuka dan mengabsen siswa. Guru mengingatkan kembali bahwa pembelajaran hari ini menggunakan modul serta sedikit menjelaskan kembali. Guru meminta siswa untuk mulai mempelajari modulnya. Guru mempersiapkan kunci jawaban tes evaluasi di meja guru. Guru berkeliling, kondisi kelas ramai. Siswa laki-laki suka mengobrol dengan temannya, sehingga guru harus berkali-kali memperingatkan. Kelompok siswa yang diam, mengerjakan dan mempelajari modulnya tanpa bertanya. Siswasiswa ini sudah bisa mengerjakan latihan dengan benar. Guru lebih sering membantu siswa perempuan yang mendapat nilai terendah pada pretest. Kondisi kelas selama pelajaran ramai terkendali. Siswa yang sudah menyelesaikan soal latihannya diberikan soal tes evaluasi. Beberapa siswa melanjutkan mengerjakan tes evaluasi sedangkan siswa yang lainnya masih mengerjakan latihan soal. Siswa yang belum selesai terpacu melihat siswa yang lain. Siswa-siswa tersebut berusaha menyelesaikan soal latihannya dengan cepat. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada 13 Mei 2014. Pelajaran matematika pada hari tersebut beralokasi 2 jam pelajaran. Memasuki kelas, siswa tampak ramai. Ketika guru meminta siswa untuk melanjutkan modul, beberapa siswa nampak menolak. Siswa meminta untuk diberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum mengerjakan modul. Siswa yang ramai nampak tidak mau melanjutkan modulnya bahkan untuk membukanya. Guru memberikan penjelasan mengenai penelitian ini dan tujuan dari penelitian. Guru meminta siswa untuk memaklumi dan siswa mau menerima penjelasan tersebut. Kondisi kelas menjadi lebih terkendali dan seluruh siswa mau lanjut menyelesaikan modulnya. Guru meminta siswa

30 yang sudah selesai mengerjakan soal latihan untuk mulai mengerjakan soal evaluasi. Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei 2014. Pelajaran matematika pada hari itu dilaksanakan dua jam terakhir sebelum pulang sekolah. Kondisi kelas ketika guru masuk adalah ramai. Siswa tidak memperhatikan ketika guru masuk dan menyapa siswa. Ketika siswa diminta belajar untuk melanjutkan modul masing-masing, siswa yang pendiam saja yang mendengarkan. Guru jadi harus menegur satu persatu siswa supaya segera memulai modulnya. Kondisi menjadi lebih kondusif untuk belajar setelah guru menegur. Selama mempelajari dan mengerjakan latihan modul, guru berkeliling. Guru terutama memperhatikan seorang siswa yang sering mendapat nilai terendah pada ulangan harian. Guru memperhatikan dengan sesekali menjelaskan dan mengecek jawabannya. Guru mengingatkan siswa untuk tidak terburu-buru atau terlalu lambat menyelesaikan modul. Guru juga menghimbau bagi siswa yang sudah menyelesaikan bagian modulnya, untuk melanjutkan ke bagian modul berikutnya. Akhir jam pelajaran, guru mengingatkan siswa untuk mempelajari modulnya. Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei 2014. Sama dengan pertemuan sebelumnya, pelajaran matematika pada hari itu dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran. Kondisi kelas ramai tetapi kondusif. Hal ini nampak dari kondisi siswa yang mudah diatur. Siswa diingatkan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes pada jam pelajaran terakhir. Awalnya siswa menolak tapi akhirnya mau. Siswa hanya takut untuk menerima soal-soal yang sulit seperti bayangan mereka. Guru menjelaskan bahwa soal yang diberikan nantinya terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Guru menjelaskan pula bahwa pada satu jam pelajaran sebelumnya, siswa bisa belajar atau bertanya kepada guru terlebih dahulu. Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Mei 2014. Pelajaran matematika pada hari ini dialokasikan 2 jam pelajaran. Guru masuk ke kelas dan mendapati seluruh siswa sedang belajar. Guru menyapa dan mengabsen. Guru berkeliling dan menjelaskan bagian yang susah dipahami oleh siswa secara individu. Guru memastikan seluruh siswa sedang belajar. Menjelang 1 jam pelajaran terakhir, guru meminta siswa bersiap untuk tes. Siswa memasukkan modulnya ke dalam tas dan mengeluarkan alat tulisnya. Tes dimulai dengan tenan. Guru memperingatkan sebelumnya supaya siswa mengerjakan soalnya masing-

31 masing. Setelah bel berakhirnya pelajaran, seluruh siswa mengumpulkan hasil jawaban mereka ke meja guru. Pengajaran modul secara menyeluruh menunjukkan perubahan. Kondisi kelas cukup kondusif. Siswa menjadi dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri. Siswa tidak diberikan materi dari guru melainkan melalui membaca dan memahami materi itu sendiri dari modul. 2. Analisis Hasil Belajar Analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui persebaran data sedangkan analisis inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis. a. Analisis Deskriptif Analisis deskripsi yang dilakukan meliputi minimum (nilai terendah), maximum (nilai tertinggi), mean (rata-rata). Analisis deskripsi dilakukan pada seluruh data yaitu data pretest dan pascatest. Pengujian data dibedakan berdasarkan kelasnya masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk melihat persebaran data hasil belajar siswa pada masing-masing kelas. Menggunakan SPSS, analisis deskriptif data pretest kelas eksperimen nampak pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Statistik Pretest Kelas Eksperimen N Valid 36 Missing 0 Mean 68.89 Minimum 48 Maximum 84 Tabel 4.2. menunjukkan banyak data yang valid atau diproses sebanyak 36 dan tidak ada data yang missing (hilang). Hal ini berarti seluruh data yang dimasukkan dapat diproses. Mean kelas eksperimen adalah 68,89. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 48. Nilai ini terpaut 36 poin dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa. Data pretest kelas eksperimen juga disajikan dalam histogram. Histogram tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 4.1.

32 Gambar 4.1. Histogram Data Pretest Kelas Eksperimen Setelah diberikan tindakan berupa pengajaran modul, diperoleh data pascatest. Data pascatest kelas eksperimen kemudian dianalisis juga sehingga diperoleh hasil analisis berupa tabel. Tabel 4.3 menunjukkan analisis data tersebut. Tabel 4.3. Statistik Pascatest Kelas Eksperimen N Valid 36 Missing 0 Mean 85.08 Minimum 60 Maximum 100 Tabel 4.3 menunjukkan jumlah data yang diproses sama dengan jumlah data yang diproses pada data pretest yaitu 36. Mean kelas eksperimen adalah 85,08. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60. Nilai ini terpaut 40 poin dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa yakni 100. Data pretest kelas eksperimen juga disajikan dalam histogram. Histogram tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 4.2.

33 Gambar 4.2. Histogram Data Pascatest Kelas Eksperimen Membandingkan data pretest dan dan pascatest dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada sampel setelah diberikan tindakan. Analisis secara lengkap sudah dijelaskan sebelumnya pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Nampak adanya perubahan pada mean sebelum dan sesudah. Mean sebelumnya adalah 68,89 kemudian meningkat menjadi 85,25. Terdapat selisih sebesar 16,36 poin, nilai ini cukup besar. Minimum yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 12 poin, dari 48 menjadi 60. Maximum yang dilampauipun mengalami peningkatan 16 poin dari 84 menjadi 100. Analisis deskriptif tidak hanya dilakukan pada data kelas eksperimen tetapi juga pada data kelas kontrol. Data yang diperoleh sebelum diberikan tindakan adalah data pretest. data pretest kelas kontrol dianalisis dan hasilnya dinyatakan dalam Tabel 4.4.

34 Tabel 4.4 Statistik Data Pretest Kelas Kontrol N Valid 32 Missing 0 Mean 72.38 Minimum 50 Maximum 90 Tabel 4.4. menunjukkan banyak data yang valid atau diproses sebanyak 32 dan tidak ada data yang missing (hilang). Hal ini berarti seluruh data yang dimasukkan dapat diproses. Mean kelas kontrol adalah 72,38. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50. Nilai ini terpaut 40 poin dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa yakni 90. Data pretest kelas eksperimen juga disajikan dalam histogram. Histogram tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Histogram Data Pretest Kelas kontrol Setelah diberikan tindakan berupa pengajaran modul, diperoleh data pascatest. Data pascatest kelas eksperimen kemudian dianalisis juga sehingga diperoleh hasil analisis berupa tabel. Tabel 4.5 menunjukkan analisis data tersebut.

35 Tabel 4.5 Statistik Pascatest Kelas Kontrol N Valid 32 Missing 0 Mean 83.03 Minimum 66 Maximum 100 Tabel 4.3 menunjukkan jumlah data yang diproses sama dengan jumlah data yang diproses pada data pretest yaitu 32. Mean kelas kontrol adalah 83,03. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 66. Nilai ini terpaut 34 poin dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai siswa yakni 100. Data pretest kelas eksperimen juga disajikan dalam histogram. Histogram tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 4.4. Gambar 4.4. Histogram Data Pascatest Kelas Kontrol Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 menunjukkan data pretest dan pascatest pada kelas kontrol. Berdasarkan pada data dalam kedua tabel, nampak adanya perubahan pada mean, minimum, dan maximum-nya. Mean kelas kontrol naik menjadi 83,12 dari sebelumnya 72,38. Terdapat

36 peningkatan pada rata-rata kelasnya. Minimum yang diperoleh pada pretest adalah 50 kemudian meningkat menjadi 66. Terdapat peningkatan 16 poin. Maximum yang berhasil dilampaui siswa adalah 90 pada pretest dan meningkat 10 poin menjadi 100 pada pascatest. Secara keseluruhan nampak adanya peningkatan pada kelas kontrol walaupun tidak banyak. b. Analisis Inferensial Analisis inferensial pada penelitian ini adalah independet t-test. Sebelum dilakukan pengujian tersebut, dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Data pretest dianalisis dengan analisis inferensial dengan tujuan untuk melihat kondisi awal dari kedua kelas yang diambil. Pertama dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Berbantu SPSS, diperoleh output berupa tabel dan gambar. Tabel pertama adalah Tabel 4.6. Kelas Tabel 4.6. Case Processing Summary Data Pretest Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Pretest Kelas_Kontrol 32 100.0% 0.0% 32 100.0% Kelas_Eksperimen 36 100.0% 0.0% 36 100.0% Kelas Tabel 4.6. menunjukkan bahwa hasil belajar pretest dibagi dalam kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah data pretest dari kelas kontrol yang dinyatakan valid sebanyak 32 atau 100%. Jumlah data pretest dari kelas eksperimen yang dinyatakan valid ada 36 atau 100%. Kolom missing seluruhnya bernilai 0. Hal ini berarti dari 100% data yang masuk dari masing-masing kelas, 100% pula data yang bisa diproses. Tidak ada data yang hilang (missing) selama proses. Hasil analisis dilanjutkan dengan tabel berikutnya, tabel 4.7. Tabel 4.7. Tests of Normality Data Pretest Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Pretest Kelas_Kontrol.151 32.060.947 32.119 Kelas_Eksperimen.161 36.019.953 36.128 a. Lilliefors Significance Correction Tabel 4.3 ini berisi pengujian normalitas menurut para ahli. Terdapat dua uji berbeda yang muncul. Karena jumlah sampel pada

37 masing-masing kelas terbilang kecil < 50, maka menggunakan uji normalitas menurut Shapiro-Wilk. Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Sig. pada uji normalitas berdasarkan Shapiro- Wilk dengan nilai probabilitas 0.05. Nilai Sig. pada kelas kontrol adalah 0.119 dan pada kelas eksperimen adalah 0.128. Kedua nilai Sig. ini menunjukkan angka yang lebih dari 0.05, maka dapat dikatakan kedua kelompok sampel tersebut berdistribusi normal. Kenormalan data dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. kedua gambar adalah grafik Q-Q plot. Gambar 4.5. Normal Q-Q Plot of Pretest dari Kelas Kontrol Gambar 4.6. Normal Q-Q Plot of Pretest dari Kelas Eksperimen

38 Plot pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 terlihat tersebar disekitar garis diagonal yang ada. Garis diagonal di setiap gambar menunjukkan kondisi ideal dari data yang berdistribusi normal. Plot yang ada menggambarkan data yang ada. Kondisi yang terjadi pada kedua gambar menunjukkan bahwa data yang diperoleh mendekati distribusi normal. Uji normalitas dan gambar grafik menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, analisis kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dapat dilihat pada output berikutnya yaitu pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Test of Homogeneity of Variance Data Pretest Levene Statistic df1 df2 Sig. Pretest Based on Mean.236 1 66.629 Based on Median.379 1 66.540 Based on Median and with adjusted df.379 1 65.982.540 Based on trimmed mean.300 1 66.586 Tabel 4.8 adalah tabel yang akan menunjukkan apakah kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama. Jika diperhatikan pada kolom Sig. secara berturut kebawah nilai yang ditunjukkan adalah 0.629, 0.540, 0.540, 0.586. Keempat nilai Sig. ini lebih besar dari 0.05, maka dapat dikatakan data-data tersebut berasal dari populasi yang bervarian sama. Dapat pula dikatakan bahwa sampel pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang mempunyai varian sama. Uji prasyarat yang dilakukan pada data pretest menyatakan bahwa analisis data dapat dilanjutkan dengan uji independent t-test. Independent t-test dengan bantuan SPSS menghasilkan output berupa dua buah tabel, yaitu Tabel 4.9 dan Tabel 4.10. Tabel 4.9. Group Statistics Data Pretest Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pretest Kelas_Kontrol 32 72.38 9.513 1.682 Kelas_Eksperimen 36 68.89 8.782 1.464 Tabel 4.9 merupakan tabel yang memuat analisis deskripsi dari data kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data kelas kontrol yang diproses adal 32 dengan rata-rata hitung 72.38. Standar deviasi dari data tersebut adalah 9.513 dengan standar error meannya 1.682.

39 Pretest Equal variances assumed Equal variances not assumed data kelas eksperimen yang berhasil diproses ada 36 dan rata-rata hitungnya adalah 68.89. standar deviasi dari dari data kelas ini adalah 8.782 dan standar error mean 1.464. Output data ini sama dengan output data pada uji prasyarat. Analisis dilanjutkan dengan output kedua yaitu Tabel 4.10. Tabel 4.10. Independent Samples Test Data Pretest Levene's Test for Equality of Variances F Sig. T df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper.236.629 1.571 66.121 3.486 2.219 -.944 7.916 1.564 63.488.123 3.486 2.229 -.969 7.941 Tabel 4.10 memuat dua tahapan pengujian. Tahapan pertama adalah menguji apakah varians dari kedua sampel dianggap sama dengan menggunakan uji Levene. Tahapan ini dilihat pada kolom Levene s test for equality of variances. Tahapan kedua adalah melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata populasi. Tahapan ini dapat dilihat dalam kolom t-test for equality of means. Tahapan ini bisa dilakukan jika sudah ditentukan variansi dari populasi dianggap sama ( equal variances assumed) atau dianggap tidak sama ( equal variances not assumed). Uji Levene menunjukkan nilai F hitung dari data adalah sebesar 0.236 dengan nilai Sig. 0.629. Nilai probabilitas ini > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua varians populasi adalah identik. Hasil ini sama dengan uji homogenitas pada Tabel 4.8. Karena variansi populasinya identik, maka untuk analisis berikutnya hanya melihat pada baris equal variances assumed. Uji T menunjukkan nilai t hitung yaitu sebesar 1.571 dengan nilai signifikan 0.121. Sig. yang digunakan adalah Sig. 2-tailed atau uji dua sisi sehingga nilai ini tidak langsung dibandingkan dengan 0.05. Nilai

40 Sig. yang diperoleh dibagi dua terlebih dahulu, sehingga menjadi 0.60. Begitu pula dengan pembandingnya, 0.05 dibagi dua menjadi 0.025. Nilai akhir Sig. ini kemudian dibandingkan dengan 0.025 dan menunjukkan bahwa nilai probabilitas > 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua rata-rata populasi adalah identik. Bisa juga dikatakan bahwa nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Data yang dianalisis menunjukkan bahwa data pretest dinyatakan tidak berbeda. Hal ini berarti uji hipotesis dapat dilanjutkan dengan menganalisa data pascatest. Analisis diawali dengan uji normalitas dan homogenitas sama seperti sebelumnya. Menggunakan SPSS, diperoleh output berupa tabel dan gambar. Kelas Tabel 4.11. Case Processing Summary Data Pascatest Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Pascatest Kelas_Kontrol 32 100.0% 0.0% 32 100.0% Kelas_Eksperimen 36 100.0% 0.0% 36 100.0% Tabel 4.11. menunjukkan bahwa hasil belajar pascatest dibagi dalam kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah data pascatest dari kelas kontrol yang dinyatakan valid sebanyak 32 atau 100%. Jumlah data pascatest dari kelas eksperimen yang dinyatakan valid ada 36 atau 100%. Kolom missing seluruhnya bernilai 0. Hal ini berarti dari 100% data yang masuk dari masing-masing kelas, 100% pula data yang bisa diproses. Tidak ada data yang hilang (missing) selama proses. Hasil analisis dilanjutkan dengan tabel berikutnya, tabel 4.12. Kelas Tabel 4.12. Tests of Normality Data Pascatest Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pascatest Kelas_Kontrol.163 32.031.923 32.026 Kelas_Eksperimen.206 36.000.910 36.006 a. Lilliefors Significance Correction Tabel 4.12 ini berisi pengujian normalitas menurut para ahli. Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Sig. pada uji normalitas berdasarkan Shapiro-Wilk dengan nilai probabilitas 0.05. Nilai Sig. pada kelas kontrol

41 adalah 0.026 dan pada kelas eksperimen adalah 0.006. Kedua nilai Sig. ini menunjukkan angka yang kurang dari 0.05, maka dapat dikatakan kedua kelompok sampel tersebut berdistribusi tidak normal. Ketidaknormalan data dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. kedua gambar adalah grafik Q-Q plot. Gambar 4.7. Normal Q-Q Plot of Pascatest dari Kelas Kontrol Gambar 4.8. Normal Q-Q Plot of Pascatest dari Kelas Eksperimen Dengan uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data pascatest pada masing-masing kelompok sampel berdistribusi tidak normal. Hal ini nantinya akan mempengaruhi pada pengolahan data,

42 karena tidak diperbolehkan menggunakan independent t-test. Data ini nantinya harus diolah dengan statistik non-parametrik. Output berikutnya adalah tabel 4.13 yaitu tabel yang akan menjelaskan mengenai homogenitas data. Tabel 4.13. Test of Homogeneity of Variance Data Pascatest Levene Statistic df1 df2 Sig. Pascatest Based on Mean 1.495 1 66.226 Based on Median.897 1 66.347 Based on Median and with adjusted df.897 1 65.894.347 Based on trimmed mean 1.473 1 66.229 Tabel 4.13 adalah tabel yang akan menunjukkan apakah kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama. Jika diperhatikan pada kolom Sig. secara berturut kebawah nilai yang ditunjukkan adalah 0.226, 0.347, 0.347, 0.229. Keempat nilai Sig. ini lebih besar dari 0.05, maka dapat dikatakan data-data tersebut berasal dari populasi yang bervarian sama. Dapat pula dikatakan bahwa sampel pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang mempunyai varian sama. Pengujian pada data ini berbeda dengan pengujian pada data sebelumnya. Data ini dinyatakan tidak berdistribusi normal dengan uji Shapiro-Wilk sehingga harus menggunakan statistik non-parametrik untuk menganalisisnya. Uji non-parametrik yang digunakan adalah Whitney-Mann dimana data harus diubah bentuk menjadi data ordinal. Data pascatest yang dianalisis adalah data pascatest setelah diubah menjadi bentuk ordinal. Pengujian ini dapat melalui SPSS. Output dari analisis data ini ada dua yaitu Tabel 4.14 dan Tabel 4.15. Tabel 4.14. Ranks Data Pascatest kelas N Mean Rank Sum of Ranks Ordinal_Pascatest Kelas_Kontrol 32 32.05 1025.50 Kelas_Eksperimen 36 36.68 1320.50 Total 68 Tabel 4.14 memberikan informasi mengenai jumlah data yang diproses pada masing-masing kelas. Data pascatest dari kelas kontrol ada 32 sedangkan dari kelas eksperimen ada 36 sehingga totalnya 68. Ratarata rank untuk kelas kontrol adalah 32,05 dan rata-rata rank untuk

43 kelas eksperimen adalah 36,68. Jumlah seluruh rank dari kelas kontrol adalah 1025.50 sedangkan dari kelas eksperimen adalah sebesar 1320.50. Pembacaan output dilanjutkan dengan intrepetasi dari tabel 4.15. Tabel 4.15. Test Statistics a Data Pascatest Ordinal_Pascatest Mann-Whitney U 497.500 Wilcoxon W 1025.500 Z -.980 Asymp. Sig. (2-tailed).327 a. Grouping Variable: kelas Tabel 4.15 menjelaskan mengenai nilai Mann-Whitney U dari data yaitu 497,500. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) menunjukkan angka 0,327. Jika dibandingkan dengan 0.05 maka nilai tersebut > 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada kedua kelas. B. Pembahasan Pengajaran modul yang dilaksanakan pada kelas XI IPA 3 sudah disesuaikan dengan sintaks yang ada dan alokasi waktu yang disediakan. Hasil observasi terhadap guru sudah dimunculkan dalam Tabel 4.1. Terdapat beberapa aktivitas yang tidak dilakukan guru pada beberapa pertemuan. Aktivitas yang ada dan tidak dilakukan pada beberapa pertemuan antara lain adalah guru mereview materi pertemuan sebelumnya, guru menyampaikan tujuan dari mempelajari materi yang hendak dipelajari, guru menjelaskan bagian-bagian modul, petunjuk pengisian serta pengajaran modul, guru segera memberikan soal tes evaluasi sub-bab pada siswa yang sudah selesai. Pertemuan pertama guru tidak melakukan review materi sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama, guru hanya mengenalkan modul pada siswa. Alokasi waktu pada pertemuan pertama hanya satu jam pelajaran sehingga guru lebih berkonsentrasi untuk mengenalkan modul serta menjelaskan tentang pengajaran modul. Guru selain tidak mereview juga tidak menyampaikan tujuan mempelajari materi yang hendak dipelajari. Hal ini dirasa kurang perlu karena pada pertemuan kali itu siswa belum mulai mempelajari materi. Hampir serupa, pertemuan kedua guru juga tidak melakukan review karena pada pertemuan sebelumnya siswa hanya mengerjakan tes kemampuan dasar. Siswa belum sempat membaca materi modul sehingga review tidak dilaksanakan.

44 Pertemuan ketiga dan seterusnya, guru tidak lagi menjelaskan bagianbagian modul, petunjuk serta pengajaran modul. Hal ini dilakukan karena siswa dirasa sudah paham akan modul dan pengajaran modul. Penjelasan yang berlebihan hanya akan menghabiskan waktu. Kegiatan lain yang tidak dilaksanakan pada setiap pertemuan adalah guru tidak memberikan soal tes evaluasi sub-bab pada siswa yang sudah menyelesaikan modul. Kegiatan ini tidak dilaksanakan mulai dari pertemuan keempat. Hal ini dilakukan karena alokasi waktu yang terbatas. Guru melihat kondisi siswa pada pertemuan sebelumnya dan mendapati bahwa waktu untuk siswa mempelajari modul, menyelesaikan latihan soal, dan menyelesaikan tes evaluasi sub-bab sangat singkat. Kegiatan siswa padat sehingga beberapa siswa yang kurang pandai menjadi terburu-buru. Hal ini kurang sesuai dengan pengajaran modul, karena seharusnya pengajaran modul memberikan ruang bagi siswa untuk belajar dengan kecepatannya masing-masing. Berdasarkan pada keadaan yang terjadi dan konsep dasar dari pengajaran modul, maka guru memutuskan untuk tidak memberikan tes evaluasi sub-bab mulai dari pertemuan keempat. Sebagai ganti dari tidak diberikannya tes evaluasi sub-bab, maka soal latihan pada modul harus dikoreksi. Soal latihan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa sehingga siswa yang dapat melanjutkan modul adalah siswa yang sudah tuntas KKM pada soal latihan. Selain karena kegiatan siswa yang padat, soal latihan yang terdapat di dalam modul sudah banyak dan bervariasi sehingga tes evaluasi dirasa sudah tidak perlu. Siswa pada awal pengajaran modul nampak tertarik tetapi akhirnya siswa menjadi bosan. Siswa menuntut untuk dijelaskan terlebih dahulu. Kondisi ini tidak sesuai dengan kegiatan dalam pengajaran modul sehingga guru tidak melakukannya. Guru hanya menjelaskan secara perorangan. Siswa akhirnya menjadi sering bertanya, sedikit-sedikit bertanya pada guru. Hal yang ditanyakan siswa beragam, baik tentang materi, cara mengerjakan latihan soal, termasuk menanyakan jawaban yang diperoleh sudah benar atau belum. Kondisi ini membuat guru harus aktif berkeliling dari satu meja ke meja yang lainnya. Siswa yang pendiam dan bisa memahami modul justru tidak bertanya. Siswa-siswa ini lebih banyak diam di kelas dan berusaha memahami modul sendiri. Kendati demikian kondisi kelas cukup ramai, beberapa siswa lebih suka mengobrol. Hal ini membuat guru harus menegur beberapa kali. Guru menjadi lebih sering memperingatkan siswa untuk mengerjakan modul masing-masing. Guru berusaha memaksimalkan pengajaran modul di kelas dengan menyesuaikan kegiatan pengajaran modul yang ada dengan kondisi kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari pengajaran modul terhadap hasil

45 belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar siswa setelah dilakukannya pengajaran modul menunjukkan perubahan baik pada nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh serta rata-rata kelas. Kendati demikian peningkatan yang terjadi tidak menunjukkan adanya pengaruh dari pengajaran modul. Hasil analisis yang ada menunjukkan bahwa pengajaran modul tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari siswa sendiri dan dari luar diri siswa. Faktor-faktor dalam diri siswa ada beragam dan salah satunya adalah minat siswa. Minat siswa kelas XI IPA 3 dalam belajar matematika kurang. Hal ini nampak pada sikap siswa yang malas-malasan dan susah diatur. Siswa malas untuk membaca materi modul dan memilih untuk langsung mengerjakan latihan soal. Akibatnya siswa merasa kesulitan ketika mengerjakan latihan soal yang banyak. Lebih lanjut, siswa menjadi malas untuk mengerjakan latihan soal dan lebih sering bertanya kepada guru. Hal ini sama saja dengan siswa masih tergantung terhadap guru. Siswa yang malas mengerjakan memilih untuk lebih banyak mengobrol dengan temannya. Keadaan ini membuat guru harus berulangkali memperingatkan dan menegur siswa untuk melanjutkan modulnya. Kondisi ini berindikasi pada kurangnya tanggung jawab siswa. Hal ini tidak sesuai dengan keuntungan modul yang dikemukakan oleh Nasution. Menurutnya pengajaran modul dapat membuat guru dan siswa saling bekerja sama dan merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dari pengajaran modul. Namun hal ini sulit untuk dilaksanakan karena bagi siswa, belajar sendiri memerlukan disiplin tinggi. Siswa harus sanggup mengatur waktu dan menahan diri dari godaan-godaan teman. Disamping itu, siswa yang pasif selama pengajaran sebelumnya akan mengalami kesulitan untuk beralih dengan cara yang baru. Siswa masih memandang guru sebagai sumber utama materi sedangkan pada pengajaran modul guru tidak memberikan materi (Nasution, 1982:207-218). Berdasarkan penelitian yang sudah ada, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suradi dan Wena, dkk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dari siswa yang diberikan pengajaran modul dan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Wena, dkk mengembangkan modul yang digunakannya dengan metode elaborasi sehingga sintaks dan pengajarannya pun berbeda. Hasil yang diperoleh dengan pengkolaborasian tersebut adalah pengajaran modul dapat meningkatkan hasil belajar matematika secara signifikan. Wena, dkk meminimalisir kelemahan dari pengajaran modul yang dirasa siswa dengan mengkolaborasikan pengajaran modul dan metode elaborasi sehingga pengajarannya tidak terkesan monoton. Kelemahan dari

46 pengajaran modul ini dapat diminimalisir dengan cara mengkolaborasikan pengajaran modul dengan model, metode, atau strategi yang ada. Model yang cukup mampu meminimalisir adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Tipe ini membuat siswa masuk dalam kelompok dan berbagi pikiran dengan anggota kelompok yang lainnya. Kondisi ini membuat siswa dapat saling berbagi sehingga kontribusi guru menjadi berkurang. Permasalahan yang dihadapi siswa disamping proses pengajarannya yang monoton dan membosankan juga kesulitan dalam berubah menjadi lebih aktif. Pembelajaran umumnya hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan membuat siswa menjadi pasif, tapi pengajaran modul menuntut siswa untuk aktif dalam memperoleh materinya. Kondisi ini terjadi juga pada kelas XI IPA 3. Artinya guru telah lupa mengantisipasi permasalahan ini. Guru langsung memberikan pengajaran modul seketika tanpa masa transisi sehingga siswa menjadi kaget. Siswa yang merasa nyaman dengan pembelajaran biasa menjadi malas dan bosan.