IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

dokumen-dokumen yang mirip
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

III KERANGKA PEMIKIRAN

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

PERENCANAAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Lanjutan Unsur-Unsur Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I. PENDAHULUAN. [April 2010] 1 Pertmumbuhan Penduduk Indonesia Masih Besar.

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dinamika Sosial Ekonomi Perdesaan dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya pada Berbagai Agroekosistem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pembangunan Agribisnis di Indonesia

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

REVITALISASI PERTANIAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Transkripsi:

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya sendiri. Kontribusi pendapatan usaha integrasi tanamanternak (padi, sapi dan kompos) terhadap pendapatan total rumahtangga petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. 2. Alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga, kontribusi pendapatan dan alokasi pengeluaran rumahtangga petani sistem integrasi tanaman-ternak relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non sistem integrasi. 3. Keputusan petani untuk mengadopsi program sistem integrasi tanamanternak cenderung lebih dipengaruhi oleh usaha sapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah penggunaan kompos, alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi dan pendapatan usaha sapi, serta frekuensi keikutsertaan anggota rumahtangga petani dalam kegiatan organisasi tani. 4. Keputusan produksi padi dan sapi dipengaruhi oleh penggunaan sarana masing-masing produksi seperti jumlah benih/bibit, jumlah pupuk, jumlah pakan, serta penggunaan tenaga kerja keluarga dan pendapatan usahatani. 5. Terdapat keterkaitan keputusan dalam hal alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi dan usaha sapi, serta curahan tenaga kerja keluarga di luar usahataninya sendiri.

181 6. Alokasi pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi dan investasi dipengaruhi utamanya oleh pendapatan total rumahtangga petani. 7. Kombinasi kenaikan harga output dan harga input produksi berdampak positif terhadap peningkatan penggunaan waktu kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani. Kenaikan harga output secara efektif dapat mengkompensasi kenaikan harga input produksi dan berdampak pada peningkatan pendapatan total rumahtangga petani. 8. Kombinasi kenaikan jumlah kredit usaha (padi serta sapi) dan kenaikan harga sarana produksi memberikan dampak yang realtif kecil terhadap pendapatan total rumahtangga petani. Jumlah kredit usahatani sebagai sumber anggaran belum dapat mengkompensasi kenaikan harga sarana produksi. 9. Kombinasi kenaikan tingkat suku bunga kredit dan harga output padi dan sapi memberikan dampak terhadap peningkatan total pendapatan rumahtangga petani yang relatif besar. Kenaikan harga output secara efektif dapat mengkompensasi kenaikan tingkat suku bunga kredit usahatani dan berdampak pada peningkatan pendapatan total rumahtangga petani. 10. Dampak kenaikan upah tenaga kerja dan curahan tenaga kerja keluarga pada usaha di luar usahatani mengakibatkan terjadinya realokasi penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha padi yang menurun dan penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi meningkat. Pendapatan dari luar usahatani tidak dapat mengkompensasi pendapatan dari usahatani sehingga pendapatan total rumahtangga petani menurun.

182 11. Dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap ekonomi rumahtangga petani sistem integrasi tanaman-ternak dan non sistem integrasi memberikan pola yang searah, dimana petani sistem integrasi tanaman-ternak memberikan dampak yang relatif lebih besar dibandingkan dengan petani non sistem integrasi. 9.2. Implikasi Kebijakan Berbagai temuan dalam penelitian ini telah memunculkan beberapa implikasi kebijakan dalam upaya meningkatkan alokasi kerja, kontribusi pendapatan dan alokasi pengeluaran rumahtangga petani sistem integrasi tanaman-ternak. Hal ini disarankan adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan peningkatan harga sarana produksi (pengurangan subsidi) yang dibarengi dengan kenaikan harga output (harga pembelian pemerintah). Kebijakan kenaikan harga output dapat menkompensasi peningkatan harga sarana produksi, sehingga dapat meningkatkan produksi usahatani dan penyerapan tenaga kerja keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan total rumahtangga petani. 2. Kebijakan peningkatan harga sarana produksi (pengurangan subsidi) diimbangi dengan alternatif upaya insentif lain, seperti pemberian kredit usahatani dengan tingkat suku bunga yang layak. Pemberian kredit usahatani dilaksanakan dengan volume yang sesuai dan peluncuran kredit sesuai dengan musim tanam. Kegiatan usahatani memerlukan dana kredit untuk menambah ketersediaan modal usaha rumahtangga petani. Upaya penyediaan dana kredit usahatani dapat berlangsung secara

183 berkesinambungan apabila dilakukan oleh lembaga keuangan yang sesuai dengan kondisi perdesaan. Oleh karena itu penyediaan dana kredit usahatani tidak cukup hanya dipecahkan dengan menyalurkan kredit namun perlu disertai dengan upaya pengembangan lembaga keuangan mikro di perdesaan. 3. Kebijakan kenaikan tingkat suku bunga kredit usahatani dapat berjalan efektif jika diimbangi dengan kenaikan harga output yang memiliki dampak lebih responsif terhadap peningkatan pendapatan total rumahtangga petani. 4. Perlunya perbaikan sarana dan prasarana yang memadai sehingga penggunaan tenaga kerja keluarga dapat dialokasikan dengan baik untuk kegiatan usahatani. Hal ini dapat meliputi penyediaan sarana pada kawasan usaha padi yang juga tersedia sarana pengadaan usaha sapi sehingga mampu memberikan pengadaan sarana input sampai ke pemasaran produk. Demikian pula halnya dengan penyediaan pasar output yang terintegrasi antara usaha padi dan usaha sapi. 9.3. Saran Penelitian Lanjutan 1. Hasil studi menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha kompos belum bersifat komersial dan kontribusinya terhadap pendapatan total rumahtangga petani masih relatif kecil. Seluruh kompos yang dihasilkan pada penelitian ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi lahan pertanian yang dimiliki petani yang relatif tidak terlalu luas. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan dasar pembuatan kompos belum dilaksanakan secara optimal, sehingga perlu penyuluhan yang

184 intensif terhadap pentingnya penggunaan kompos. Identifikasi kendalakendala yang dihadapi oleh rumahtangga petani dalam hal pemanfaatan kompos menjadi sangat penting. 2. Masih sangat terbatasnya informasi ekonomi dalam pengembangan model ekonomi rumahtangga petani pada sistem integrasi usahatani, selain padi menjadi kendala tersendiri bagi penulis saat harus merujuk kepada penelitian terdahulu. Perlu dilakukan penelitian pada pengembanganpengembangan program integrasi yang sudah ada secara multi komoditas, seperti misalnya usaha perkebunan sawit yang terintegrasi dengan usaha ternak (sapi dan unggas), usaha jagung dengan usaha ternak (sapi dan unggas), usaha perkebunan kopi kakao atau lada dengan usaha ternak (domba dan kambing), dan lain sebagainya. Hal ini menarik untuk dilakukan karena pada kenyataannya, rumahtangga petani jarang sekali mengusahakan lahannya secara monokultur. Oleh karena itu, penting juga adanya dukungan kebijakan dan legitimasi dari pemerintah untuk melakukan usaha integrasi ini secara lintas departemen/sektoral yang akan efektif meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Perlunya penelitian lanjutan berupa pengembangan model dan analisis secara disagregasi untuk alokasi penggunaan tenaga kerja dari anggota keluarga (suami keluarga, istri dan anak), maupun berdasarkan aspek gender (laki-laki dan perempuan) pada sistem integrasi tanaman-ternak. 4. Perlu dikaji lebih lanjut tentang aspek inovasi kelembagaan petani pada sistem integrasi tanaman-ternak terkait dengan unit wilayah atau spasial, maupun dalam konteks kelompok petani. Hal ini menarik untuk diamati

185 karena adanya perbedaan pengelolaan sumberdaya pada usaha padi dan usaha sapi. Demikian pula dengan peran masing-masing pelaku usaha dalam kelembagaan tersebut, baik swasta, pemerintah maupun masyarakat sendiri mulai dari penyediaan sarana produksi sampai pada aspek pemasaran. 5. Perlunya kajian lebih lanjut untuk pemberian kredit usahatani sebagai salah satu sumber modal kegiatan usaha rumahtangga petani. Pengembangan model dan analisis secara rinci tentang keputusan (perilaku) ekonomi rumahtangga petani terhadap jumlah kredit yang diterima petani menjadi sangat penting untuk dilakukan di masa-masa yang akan datang. Hal ini erat kaitannya dengan penguatan kelembagaan keuangan mikro/kecil dan menengah di perdesaan.