I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perdagangan, industri, pertania

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

Perekonomian Suatu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian

Kerja sama ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam

PEMASARAN INTERNASIONAL

Teori-teori Ekonomi Bisnis Internasional

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

EKONOMI INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi dalam arti ekonominya, menandakan semakin terbukanya perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional, serta investasi asing langsung. Situasi ini pun dianggap menjadi suatu peluang bagi seluruh negara di dunia, baik untuk negara maju maupun negara berkembang. Globalisasi dapat menjadi sarana bagi suatu negara untuk dapat memperluas pangsa pasarnya, baik dalam hal perdagangan internasional maupun investasi. Pada kenyataanya, fenomena globalisasi tidak hanya memberikan peluang, tapi juga memberikan ancaman. Bagi negara-negara maju globalisasi mungkin telah mendatangkan berkah bagi mereka. Kondisi berbeda dirasakan di negara-negara berkembang, dimana globalisasi belum memberikan manfaat yang banyak, bahkan ada pula yang menimbulkan bencana untuk negaranya (Damanhuri, 2010). Pada akhirnya, situasi ini mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia internasional. Integrasi ekonomi yang terjadi antar negara-negara di dunia, biasanya diiringi oleh munculnya kerjasama atau kesepakatan dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial dan budaya. Sejumlah perjanjian kerjasama baik perjanjian bilateral maupun regional, khususnya dalam bidang ekonomi, telah dibuat sebagai upaya mencapai integrasi ekonomi yang lebih kuat. Menurut

2 Purwanto (2011), sesuai laporan WTO (World Trade Organization), perkembangan dunia internasional setelah perang Dunia II diwarnai oleh fenomena maraknya perjanjian ekonomi regional di berbagai belahan dunia menuju ke arah globalisasi. Hingga tahun 2006 terdapat sekitar 200 perjanjian ekonomi regional di seluruh dunia yang berjalan efektif dan masih ada sejumlah lagi dalam taraf negosiasi. Saat ini, ada tiga kerjasama ekonomi regional terbesar di dunia. Pertama, European Community (EC) yang merupakan bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan Eropa. Kedua, North American Free Trade Area (NAFTA), yaitu bentuk integrasi ekonomi untuk negara-negara di kawasan Amerika Utara. Serupa dengan negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara, negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga membentuk organisasi di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dikenal dengan nama Association of South East Asian Nations (ASEAN). Saat ini ASEAN mencoba untuk memperluas lagi kerjasamanya dengan negara-negara lain seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, New Zealand, Australia, dan India, yang kemudian disebut sebagai kawasan ASEAN+6. Integrasi ekonomi erat kaitannya dengan liberalisasi perdagangan yang merupakan ciri dari kondisi perekonomian yang semakin mengglobal. Integrasi ekonomi juga telah memperluas kesempatan bagi negara-negara di dunia dalam berinvestasi. Situasi ini tentunya akan memengaruhi iklim investasi dunia, khususnya investasi dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI), yang saat ini banyak dipilih oleh para investor. Kedua kegiatan ekonomi ini, menurut para ekonom, dianggap mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi

3 suatu negara, khususnya untuk negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka. Liberalisasi perdagangan atau kegiatan perdagangan bebas mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan ini dapat mendatangkan pendapatan untuk suatu negara yang dapat menambah cadangan devisa. Peningkatan cadangan devisa akan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Namun ada pula hal yang perlu diwaspadai dari kegiatan ekonomi ini. Perdagangan bebas menyebabkan adanya ketergantungan antar negara yang terlibat dalam kegiatan ini. Kondisi tersebut dapat menimbulkan contagion effect yang pada akhirnya akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi di negara lain. Contohnya yaitu peristiwa krisis Asia tahun 1997 serta krisis finansial global tahun 2007. Peristiwa krisis Asia berawal dari terdevaluasinya mata uang Baht Thailand, sementara krisis finansial global muncul sebagai akibat dari terjadinya subprime mortgage di Amerika Serikat. Kedua peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh negara di dunia akan pentingnya menguatkan serta meningkatkan kerjasama intra regionalnya. Liberalisasi perdagangan bukan satu-satunya kegiatan ekonomi yang berkembang setelah terjadinya integrasi ekonomi. Kegiatan investasi, khususnya FDI, juga dapat meningkat jumlahnya setelah dilakukannya integrasi ekonomi di berbagai negara. Karakter dari aliran modal jangka pendek yang bersifat volatile, menyebabkan pemerintah di negara maju maupun negara berkembang mengalihkan fokus mereka yang awalnya menarik aliran modal jangka pendek beralih untuk menarik masuk aliran FDI (Miankhel et al, 2009). Ini dikarenakan FDI mempunyai dampak jangka panjang untuk negara penerima, dimana dalam

4 FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, maupun manajemen. Sridharan et al (2009) juga berpendapat bahwa FDI memberikan keuntungan bukan hanya untuk investor, namun juga bagi negara penerima investasi itu sendiri. Investor asing mendapat keuntungan dengan memanfaatkan aset mereka dan sumber daya secara efisien melalui FDI, sementara negara penerima mendapat keuntungan dengan memperoleh teknologi serta dapat terlibat dalam produksi internasional dan jaringan perdagangan. Dengan kata lain, FDI juga berpotensi dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi di host country. Seperti halnya perdagangan internasional, perlu disadari pula bahwa FDI tidak hanya berdampak positif terhadap perekonomian, namun dapat pula berdampak negatif. Menurut Oktaviani et al (2010) pada awalnya FDI dapat memperbaiki posisi devisa di host country, tetapi dalam jangka panjang dampaknya dapat berbalik dan menyebabkan pengurangan dari devisa itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena adanya impor besar-besaran dari barang-barang setengah jadi serta barang modal ke host country. Kondisi ini juga diperburuk oleh adanya pengiriman kembali keuntungan hasil bunga serta royalti. Selain itu, FDI juga menyebabkan turunnya investasi domestik, karena kalah bersaing dengan modal asing. FDI dan perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang muncul sebagi akibat dari semakin terbukanya perekonomian global. Keduanya dapat menjadi pendorong bagi proses pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Banyak negara yang menggunakan kedua strategi ini sebagai upaya dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, antara FDI-led growth maupun

5 export-led growth memberikan dampak yang berbeda di berbagai negara. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian dan dijadikan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan ekonomi dalam menentukan strategi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, khususnya untuk negara-negara maju dan negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, maupun Amerika Utara yang akan dibahas dalam penelitian ini. Tabel 1.1 Negara-Negara yang Termasuk Kategori Negara Maju dan Negara Berkembang No. Negara Income Group Kategori Negara 1. Indonesia Lower middle income Negara Berkembang 2. Malaysia Upper middle income Negara Berkembang 3. Singapura High income: non-oecd Negara Maju 4. Thailand Upper middle income Negara Berkembang 5. Filipina Lower middle income Negara Berkembang 6. Jepang High income: OECD Negara Maju 7. Cina Upper middle income Negara Berkembang 8. Korea Selatan High income: OECD Negara Maju 9. India Lower middle income Negara Berkembang 10. Australia High income: OECD Negara Maju 11. New Zealand High income: OECD Negara Maju 12. Perancis High income: OECD Negara Maju 13. United Kingdom High income: OECD Negara Maju 14. Jerman High income: OECD Negara Maju 15. Kanada High income: OECD Negara Maju 16. United States High income: OECD Negara Maju 17. Meksiko Upper middle income Negara Berkembang Sumber: World Bank, 2010 Secara umum, menurut Todaro dan Smith (2003), untuk menentukan suatu negara termasuk dalam kategori negara maju atau negara berkembang, dapat dilihat dari tingkat pendapatan nasionalnya. Suatu negara yang termasuk kategori

6 negara berkembang adalah negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan rendah (low income), menengah-bawah (lower-middle income), dan menengahatas (upper-middle income). Sementara negara dengan pendapatan tinggi (high income) termasuk dalam kategori negara maju. Tabel 1.1 diatas menjadi acuan untuk menentukan negara-negara mana saja yang termasuk ke dalam negara maju dan negara mana saja yang termasuk ke dalam kategori negara berkembang di dalam penelitian ini. 1.2 Perumusan Masalah Globalisasi telah membuat negara-negara dunia seolah menjadi tanpa batas. Barang dan jasa serta modal mengalir begitu deras dari satu negara ke negara lainnya setelah terjadinya globalisasi. Globalisasi membuat ukuran pasar menjadi semakin luas. Negara yang memiliki keunggulan kompetitif semakin dapat memperkaya negaranya, sementara negara yang tidak siap dalam menghadapi persaingan dalam pasar global akan semakin terpuruk (Oktaviani dan Novianti, 2009). FDI dan perdagangan internasional merupakan bagian dari globalisasi ekonomi saat ini. Pada Tabel 1.2 dapat kita lihat perkembangan dari pertumbuhan ekonomi, FDI net inflows, dan ekspor dunia dari tahun 2000 sampai 2010. Pada tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa sejak tahun 2008, persentase pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan dan mencapai puncak penurunannya di tahun 2009. Begitu pula terjadi penurunan dari perkembangan FDI net inflows dan ekspor dunia pada tahun 2009. Penurunan tersebut merupakan dampak dari terjadinya krisis finansial global yang terjadi di tahun 2007. Merosotnya

7 pertumbuhan ekonomi, dan juga indikator ekonomi lainnya di tahun 2009 telah memberikan informasi kepada negara-negara di dunia bahwa saat ini faktor eksternal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi di suatu negara. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi, FDI Net Inflows, dan Ekspor di Dunia Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen per tahun) FDI Net Inflows (persen dari GDP) Ekspor Barang dan Jasa (persen dari GDP) 2000 4.28 5.03 24.74 2001 1.63 2.78 24.11 2002 1.96 2.25 23.99 2003 2.66 1.75 24.19 2004 4.09 1.84 25.69 2005 3.55 2.64 26.71 2006 4.06 3.20 28.10 2007 3.96 4.18 28.65 2008 1.49 3.09 29.46 2009-2.33 2.29 25.47 2010 4.21 2.08 27.86 Sumber: World Bank, 2010 Banyak negara yang berupaya meningkatkan aliran masuk FDI serta pangsa ekspornya dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif. Salah satu negara berkembang yang mengalami peningkatan dalam inwards FDI adalah India. Menurut data International Financial Statistics dalam Jayachandran dan Seilan (2010), jumlah inwards FDI India pada tahun 2000 yaitu sebesar US$ 2.32 miliar, dan kemudian mengalami peningkatan di tahun 2005 menjadi US$ 6.59 miliar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan negara maju, seperti United States (US). Pada tahun 2007, nilai inwards FDI US mencapai US$ 2.1 triliun yang sebelumnya berada di posisi US$ 1.8 triliun pada tahun 2006 (Jackson,

8 2008). Kegiatan perdagangan internasional, khusunya ekspor, juga mengalami peningkatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Berdasarkan data dari World Bank, Jerman mempunyai share ekspor barang dan jasa terhadap GDP di tahun 2000 sebesar 33.38 persen, dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 46.83 persen. Thailand yang termasuk dalam kategori negara berkembang juga mengalami peningkatan dalam share ekspornya terhadap GDP. Pada tahun 2000 share ekspor barang dan jasanya sebesar 66.78 persen dari GDP, kemudian meningkat menjadi 71.25 persen di tahun 2010. FDI dan perdagangan internasional telah dijadikan suatu strategi oleh negara-negara di dunia dalam mempercepat proses pertumbuhan ekonomi negara mereka. Namun, dampak dari FDI serta perdagangan internasional tidaklah sama antar satu negara dengan negara lainnya, terutama antara negara maju dan negara berkembang. Negara maju dan negara berkembang mempunyai kondisi perekonomian yang berbeda. Negara maju memiliki tingkat kesejahteraan, tingkat produktivitas, kualitas sumber daya manusia, dan standar hidup yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Sehingga, kebijakan ataupun strategi ekonomi yang diterapkan untuk negara maju, tidak dapat disamakan atau bahkan secara langsung diterapkan di negara berkembang. Pemerintah negara berkembang, perlu melakukan berbagai pertimbangan dan penyaringan untuk menentukan kebijakan maupun strategi yang tepat dalam mencapai tujuan-tujuan ekonominya, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang positif. Pada model pertumbuhan neoklasik, dikatakan pula bahwa jumlah kapital serta tenaga kerja mempunyai dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal ini pula yang perlu menjadi bahan pertimbangan bagi

9 pemerintah di seluruh dunia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya dari sisi tenaga kerja dan modal. Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan dianalisis ataupun dikaji pada penelitian ini, yaitu: 1. Apakah ada hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi? 2. Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth, atau sebaliknya, pada kasus negara maju? 3. Apakah FDI-led growth jauh lebih baik dibandingkan export-led growth, atau sebaliknya, pada kasus negara berkembang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terkait dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah: 1. Menganalisis hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara maju antara FDI-led growth atau export-led growth. 3. Menganalisis cara yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang antara FDI-led growth atau export-led growth.

10 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi penulis, pembaca, maupun para pembuat kebijakan, diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama berada di bangku perkuliahan serta dapat menambah wawasan baru. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pembaca serta dapat dijadikan bahan rujukan atau acuan untuk penelitan selanjutnya. 3. Bagi para pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, dan angkatan kerja, dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga akan membandingkan strategi yang paling baik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi antara FDI-led growth atau export-led growth pada kasus negara maju dan negara berkembang. Negaranegara maju dan berkembang yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu, negara-negara di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6 yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Cina, New Zealand, Australia, dan India. Negara-negara ASEAN lainnya tidak disertakan dalam penelitian ini karena

11 adanya keterbatasan dalam memperoleh data untuk negara-negara tersebut. Negara-negara Uni Eropa diwakili oleh Perancis, Jerman, dan United Kingdom, sementara negara-negara di kawasan Amerika Utara, diwakili oleh United States, Kanada, dan Meksiko.