BAB V Field Work (Kerja Lapangan)

dokumen-dokumen yang mirip
Kerja Lapangan (Field work)

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

LATIHAN SOAL ILMU UKUR TANAH. Oleh: YULI KUSUMAWATI, S.T., M.T.

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Bab IV. Pengantar Peluang. Pengantar Peluang. Eksperimen. Aturan Menghitung Kombinasi Permutasi. Keluaran Eksperimen

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

TUJUAN : INFASTRUKTUR : JARINGAN JALAN JARINGAN IRIGASI JARINGAN RAWA PEMUKIMAN

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

SHAFT PLUMBING PEMINDAHAN MERIDIAN/KOORDINA MELALUI BUKAAN VERTIKAL

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

1. AB = 16 cm, CE = 8 cm, BD = 5 cm, CD = 3 cm. Tentukan panjang EF! 20 PEMBAHASAN : BCD : Lihat ABE : Lihat AFE : Lihat

DAFTAR ISI Nida Uddini Amatulloh,2014

BAB II LANDASAN TEORI

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

PETA LAPANGAN Oleh : Drs, Basuki Soen

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

STATISTICS WEEK 7. By: Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

Contohnya adalah sebagai berikut :

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa

Pembagian kuadran azimuth

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

C. B dan C B. A dan D

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

Sisi-Sisi pada Bidang Trapesium

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R

UNIVERSITI SAINS MALAYSIA

BAB. I Kompas Geologi

Memiliki kelemahan terlalu panjang jalannya padahal berujung pada S a, produksi D A juga menyebabkan kerumitan.

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7


TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014


Bab IV. Mekanisme paling sederhana yang dipelajari adalah mekanisme. engkol-peluncur segaris seperti pada gambar 4.1

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

TUGAS ILMU UKUR TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. BAB I PENDAHULUAN 1

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

7. Himpunan penyelesaian dari 2(x 3) 4(2x + 3) adalah... a. x -1 c. X 1 e. x -3 b. x 1 d. x -3

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

LAMPIRAN A KLUSTER SOM DAN VALIDASI RMSSTD. Berikut ini merupakan source code algoritma SOM kluster 3 kluster 6:

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB III METODE PENELITIAN

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SURVEYING (CIV -104)

1. Jika nilai a = 27 dan b =64, maka nilai paling sederhana dari

LATIHAN SOAL ILMU UKUR TAMBANG. Oleh: YULI KUSUMAWATI, S.T., M.T.

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

- - KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Petunjuk pengisian : Kerjakanlah soal-soal di bawah ini disertai dengan caranya!

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Proses Enkripsi Dekripsi

Menghitung Volume Kubus dan Balok dan Menggunakannya dalam Pemecahan Masalah

UJIAN NASIONAL SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2004/2005

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

PEMBUATAN LAPORAN PEMBUKUAN SIMPAN PINJAM

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR. a. Unsur-Unsur Vektor. b. Notasi Vektor

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

Elektrostatik. atom netral bila jumlah proton = jumlah elektron

Pernahkah kamu mengunjungi Kraton Yogyakarta? Jika sudah, pernahkan kamu melihat bangunan dan benda dibawah ini?

Transkripsi:

BAB V Field Work (Kerja Lapangan) 5.1. Compass Traversing Dalam pengukuran compasss traversing ini, setiap bearing (sudut arah) dan setiap kurva garis ukur, dapat diukur arahnya dengan kompas, terhadap magnetic meridian, biasanya sebagai sudut arah diukur terhadap utara magnetic searang jarum jam (azimuth whole circle bearing) Pada theodolit traversing (pemetaan dengan alat optik) sudut-sudut bearing dapat pula diambil dengan menghitung perbedaan sudutnya terhadap garis ukur yang pertama. Keuntunqan dari compass traversing 1) Alat yang digunakan ringan dan mudah dibawah (hanya pita ukur dan kompas)

2) Pengukuran dapat Iebih cepat 3) Setiap bearing tidak tergantung pada bearing dari observasi sebelumnya sehingga kesalahan tidak bertumpuk Kelemahan 1) Pembacaannya kadang-kadang tidak teliti, sehingga penggunaannya compass traverse ini amat terbatas (hanya untuk survei-survei pelengkap dalam survei besar). 2) Sering terjadi adanya pengaruh magnit setempat (local attraction). Survei Pendahuluan Survei pengenalan lapangan dalam kompas traverse ini periu dilakukan untuk menentukan posisi dari titik (station) pengamatan. Harap diperhatikan : a. Titik pengamatan dengan kompas harus jauh dari bangunan benda-benda yang dapat mempengaruhi jarum kompas. Misal : pagar babi, gardu listrik, dll. b. Garis ukur (traverse log) yang pendek tidak perlu dihindari. c. Azimuth garis ukur dipilih sebaik mungkin sehingga dapat mewakili titik-titik penting di lapangan untuk dapat menggambarkan keadaan medan ke dalam ke atas gambar. d. Garis ukur dan azimuth akan merupakan poligon terbuka atau poligon tertutup. e. Penempatan patok pada titik-titik penting. Observasi Pada waktu pengukuran sudut arah dengan kompas, supaya diusahakan dalam keadaan horizontal, agar jarum kompas dapat leluasa bergerak. Pada titik pertama kompas melalui Vizir diarahkan pada titik kedua. Pembacaan dari titik ke 1 ke titik 2 disebut pembacaan pergi (ferward bearing). Setelah pindah ke titik 2, dibaca lagi azimuth ad titik 2 ke titik 1 sebagai ceking. Pembacaan ini disebut pembacaan pulang (back bearing). Seharusnya selisih antara pembacaan pergi dengan pembacaan pulang ini sama dengan 180.

Pengaruh setempat (local attraction) Pengaruh setempat terhadap jarum kompas, dapat disebabkan oleh pengaruh benda - benda yang terbuat dari besi, metal. Pengaruh ini perlu diperhatikan : a) bearing/ azimuth dari AB = 50 (dibaca di A) kalau membaca bearing di E seharusnya arah ini akan menunjukkan 180 + 50 = 230. b) Tetapi ternyata pada waktu dibaca di B pembacaan azimuth tersebut = 220 c) Dari kedua observasi ini jelas ada pengaruh terhadap jarum kompas (ada loc. attraction) Tetapi tidak diketahui dimana da pengaruh local attraction ini. Kalau jelas ada pengaruh sebanyak ini di titik A, maka setiap pembacaan di A harus dikurangi 10 atau kalau locall attraction ini jelas di B maka setiap pembacaan di B harus ditambah 10 sehingga kesalahan dapat dibatalkan. Dari contoh di atas dapat dilihat prinsip dalam menghilangkan effek dari local attraction tersebut. 1) Koreksi yang sama hams dilakukan terhadap flap pembacaan pada stasiun berikutnya.

2) Pembacaan pergi dan pembacaan pulang dari satu garis setelah dikoreksi harus berbeda 180 Di bawah ini ada satu contoh cara untuk menghilangkan efek dari local attraction dengan graphical plot dan adjustment Garis Ukur Panjang Azimuth Az. Akhir Setelah Koreksi dalam m W.C.B di koreksi AB 85 601/2-61/4 541/4 BA 2301/4 +4 2341/4 BC 91 258 +4 362 (=2 ) CB 182 0 182 CD 154 1481/4 0 1481/4 DC 3281/4 0 3281/4 DE 119 219 0 219 ED 441/2-51/2 39 EA 98 3161/4-51/2 3103/4 AE 137-61/4 1303/4 Catatan : 1. bearing dari tiap-tiap garis ukur diamati 2 kali 2. hanya dalam kasus garis CD yang selisihnya 180 dengan demikian di titik C dan D yang tidak terpengaruh local attraction 3. pada gars DE = 219, ED seharusnya 29 (selisihnya 180 ). Oleh karena itu semua perrbacaan dari E harus dikoreksi dengan - 5 1 / 2, EA = 316W - 5 1 / 2 = 310 3 / 4 4. pada garis EA = 310 3 / 4. AE harus 130 3 / 4 tetapi 139, oleh karena itu semua pembacaan dari A harus dikoreksi dengan -6 1 / 4 AB = 6 1 / 2-54 1 / 4. 5. AB = 54 1 / 4, BA harusnya = 234 1 / 4 Y. tetapi 230 1 / 4 oleh karena itu semua pembacaan dari B harus dikoreksi = 4. BC = 358 + 4 = 362 (2 ) 6. BC = 2, CB seharusnya 182 sehingga tidak perlu dikoreksi

Graphical plot dan adjusment dari kompas traverse yang tertutup. Catatan : Bearing untuk koreksi, harus diamati dari titik pokoknya, bukan dari tengah- tengah garis. Koreksi hanya dilakukan bila memang diakibatkan oleh pengaruh jarum kompas, bukan disebabkan oleh kesalahan pembaca Kalau kesalahan yang disebabkan kesalahan membaca, hasil pembacaan dirata-rata dan hal ini bukan merupakan koreksi. Plotting hasil pengukuran Setelah hasil pengukuran dikoreksi garis-garis ukur diskalakan dan bearing (wcb)