PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

6.2. Alur Penelitian Selanjutnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) OF ANTIBIOTICS USE ON INPATIENTS CHILDREN IN SARI MEDIKA CLINIC AMBARAWA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

SUMARI SIDIK NIM a087

Prosentase Penggunaan Amoksisilin secara Rasional untuk Swamedikasi Salesma

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

Oleh : NIM : M SURAKARTAA commit to user

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN METODE GYSSENS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

Keywords: lower respiratory infection, usage, antibiotics evaluation

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN BRONKITIS KRONIK DAN BRONKITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT TUGAS AKHIR

* Dosen FK UNIMUS. 82

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN FARINGITIS ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

INTISARI. Ahmad Rajidin 1 ; Riza Alfian 2 ; Erna Prihandiwati 3

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: LUSI DIANA ALBERTIN S K

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% di Bagian Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung

Transkripsi:

1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1), Hamidah Sri Supriati 2) Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado, 95115 Program Studi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Manado, 95115 ABSTRACT Rational use of antibiotics have to comply several criteria like the appropriate patients, appropriate indication, appropriate drug, appropriate dose, and appropriate duration. This study was aimed to evaluate the rational utilizing of antibiotics in the treatment of chronic bronchitis in outpatients installation of RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This research is a descriptive study with retrospective data aggregation based on medical records. Research conducted on 18 medical record of chronic bronchitis patient with 22 antibiotics usage. The result showed, that evaluation of rational use of antibiotics to the appropriate patient as much as 22 antibiotics (100%), appropriate indication as much as 22 antibiotics (100%), appropriate drug as much as 10 antibiotics (45,46%), appropriate dose as much as 22 antibiotics (100%), and appropriate duration as much as 20 antibiotics (90,9%). The most used antibiotic in the treatment of chronic bronchitis is cefadroxil (44,45%). Keywords : Rational, Antibiotics, Chronic Bronchitis, Outpatients ABSTRAK Penggunaan antibiotik yang rasional harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat lama pemberian. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik pada pengobatan bronkitis kronik di Instalasi Rawat Jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada data rekam medik. Penelitian dilakukan terhadap 18 data rekam medik penderita bronkitis kronik dengan 22 pemberian antibiotik. Hasil penelitian menunjukan evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien sebanyak 22 pemberian antibiotik (100%), tepat indikasi sebanyak 22 pemberian antibiotik (100%), tepat obat sebanyak 10 pemberian antibiotik (45,46 %), tepat dosis sebanyak 22 pemberian antibiotik (100%), dan tepat lama pemberian sebanyak 20 pemberian antibiotik (90,9%). Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan untuk pengobatan bronkitis kronik adalah sefadroksil (44,45%). Kata kunci: kerasionalan, antibiotik, bronkitis kronik, rawat jalan 16

PENDAHULUAN Di negara berkembang seperti Indonesia, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Ditinjau dari 10 penyakit terbanyak pada rawat jalan, di Indonesia penyakit saluran pernafasan menempati urutan kedua pada tahun 2007 dan menjadi urutan pertama pada tahun 2008 (Depkes RI, 2009). Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013, ISPA di Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2007 sampai tahun 2013 telah mengalami peningkatan sebesar 4,18% (Kemenkes, 2013). Bronkitis kronik merupakan salah satu bentuk dari ISPA. Bronkitis kronik terjadi apabila terdapat batuk produktif yang persisten sedikitnya tiga bulan berturut-turut selama minimal dua tahun berurutan (Corwin, 2009). Walaupun penyebab tersering dari bronkitis kronik adalah merokok, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah spesies Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Moraxella catarrhalis dan Streptococcus pneumoniae (Jawetz, 2001). Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensivitas (Smeltzer dan Bare, 2001). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai masalah, diantaranya meluasnya resistensi, timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati, meningkatkan beban ekonomi pelayanan kesehatan, efek samping yang lebih toksik dan kematian (Johnston, 2012). Oleh karena itu perlu adanya penggunaan antibiotik yang rasional. Selain penentuan diagnosis yang tepat, sangat diperlukan agar penggunaan obatnya juga bisa rasional yaitu: tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan tepat lama pemberian (Dwi, 1995). Meningkatnya penderita bronkitis kronik di Sulawesi Utara serta berbagai masalah seperti resistensi dan kejadian superinfeksi yang dapat timbul akibat pemberian antibiotik yang tidak rasional mendorong penulis untuk meneliti kerasionalan penggunaan antibiotik pada pengobatan bronkitis kronik pasien rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan November 2014 sampai Februari 2015. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada data rekam medik. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ialah data rekam medik seluruh pasien dengan diagnosis utama bronkitis kronik yang di rawat jalan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 juni 2013 sampai 30 juni 2014. Adapun jumlah populasi yang didapat sebanyak 29 pasien. Sampel dalam penelitian ini ialah data rekam medik terpilih dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 pasien 17

Kriteria Kerasionalan a. Tepat pasien b. Tepat indikasi c. Tepat obat d. Tepat dosis e. Tepat lama pemberian Pengumpulan Data Pengumpulan data dimulai dengan penelusuran data dari laporan unit rekam medik untuk pasien yang berusia 18-55 tahun dengan diagnosis bronkitis kronik yang di rawat jalan periode 1 Juni 2013 sampai 30 Juni 2014. Data yang didapat kemudian dibuat tabulasi yang meliputi nomor, nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosis, terapi antibiotik, cara pemberian, dosis dan lama pemberian. Analisis Data Data penggunaan antibiotik pada penderita bronkitis kronik yang di rawat jalan di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode juni 2013 sampai juni 2014 dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang kerasionalan dalam penggunaan antibiotik yang diterima pasien selama menjalani perawatan. Adapun standar pengobatan yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini yakni Canadian Guidelines for The Management of Acute Exacerbations of Chronic Bronchitis, Pharmacotherapy Handbook 7 th Edition, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Saluran Pernapasan, Management of Respiratory Tract Infections, dan Drug Information Handbook. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Karakterstik Jenis Kelamin Penelitian terkait distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dilakukan pada 18 pasien yang menderita bronkitis kronik yang dirawat jalan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Periode Juni 2013-Juni 2014. Jenis Kelamin Bronkitis kronik terjadi akibat dari beberapa faktor pendukung termasuk merokok (Dipiro, J.T., et al., 2009). Menurut Ikawati Z. (2011) ada kecenderungan peningkatan prevalensi penyakit paru obstruktif kronik pada wanita karena meningkatnya jumlah wanita yang merokok. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penderita bronkitis kronik 55.56% berjenis kelamin perempuan. Data Pengobatan Terapi Antibiotik Jumlah Penderita (n) Presentase (%) Laki-laki 8 44,44 Perempuan 10 55,56 Total 18 100 Terapi antibiotik yang diberikan pada penderita bronkitis kronik berupa antibiotik tunggal. Data hasil penelitian terkait pemberian terapi antibiotik yang 18

diberikan pada penderita bronkitis kronik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Terapi Antibiotik yang diberikan pada Pasien yang Menderita Bronkitis Kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Periode Juni 2013-Juni 2014. Terapi antibiotik awal Terapi antibiotik lanjutan Jumlah penderita Persentas e (%) Sefadroksil - 8 44,45 Sefiksim - 3 16,70 Levofloksasin - 1 5,55 Siprofloksasin - 1 5,55 Sefuroksim - 1 5,55 Sefadroksil Eritromisin 1 5,55 Sefadroksil Azitromisin 1 5,55 Sefiksim Sefadroksil 1 5,55 Sefuroksim Azitromisin 1 5,55 Total 18 100 Berdasarkan data mengenai terapi antibiotik yang diberikan pada penderita bronkitis kronik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diketahui bahwa penggunaan antibiotik sefadroksil pada terapi antibiotik awal tanpa terapi antibiotik lanjutan memiliki persentase tertinggi yakni sebesar 44,45%, diikuti oleh antibiotik sefiksim yakni sebesar 16,70%. Terapi antibiotik yang disertai dengan terapi lanjutan semuanya memiliki persentase yang sama besar yakni sebesar 5,55%. Golongan sefalosporin sering digunakan karena spektrum luas dari sefalosporin yang memiliki keuntungan dalam meningkatkan efektifitas terapi dan keamanan terapi, terutama untuk sefalosporin generasi kedua dan ketiga (Brunton, L., et al., 2004). Sefadroksil memiliki aktivitas antibakteri yang meliputi bakteri gram positif berbeda dengan sefuroksim dan sefiksim yang merupakan antibiotik sefalosporin generasi kedua dan ketiga yang lebih aktif terhadap bakteri gram negatif. Berdasarkan data terdapat pasien yang menerima terapi antibiotik golongan fluoroquinolon yakni levofloksasin dan siprofloksasin. Golongan fluoroquinolon merupakan terapi alternatif untuk pengobatan bronkitis kronik jika prevalensi H. Influenzae yang resistensi terhadap amoksisilin lebih besar dari 20% (Dipiro, J. T., et al 2009). Terdapat juga pasien yang menerima terapi sefuroksim sebagai terapi awal dan azitromisin sebagai terapi lanjutan. Hal ini dianggap sudah tepat karena sesuai dengan pilihan terapi antibiotik yang dianjurkan untuk terapi antibiotik awal maupun terapi antibiotik lanjutan pada pengobatan bronkitis kronik. eritromisin yang merupakan antibiotik golongan makrolida generasi pertama tidak dianjurkan dalam pengobatan bronkitis kronis. Cara Pemberian Berdasarkan data hasil penelitian mengenai cara pemberian antibiotik yang diberikan pada pasien yang menderita bronkitis kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diketahui bahwa cara pemberian antibiotik semuanya dilakukan melalui pemberian peroral. Hal ini dikarenakan pemberian obat melalui oral adalah yang paling mudah, murah, dan paling aman. Untuk pasien yang di rawat jalan pemberian obat secara peroral dianggap lebih sesuai karena memudahkan pasien dalam penggunaan obat. Evaluasi Kerasionalan Evaluasi kerasionalan dilakukan meliputi beberapa kriteria kerasionalan yaitu, tepat pasien, tepat indikasi, tepat 19

obat, tepat dosis, dan tepat lama pemberian. Hasil dari evaluasi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.1.3 Tabel 4.1.3 Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Penderita Bronkitis Kronik yang Dirawat Jalan di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou periode Juni 2013-Juni 2014. Kriteria Kerasionalan Jumlah Penggunaaan Antibiotik Tidak Presentase (%) Tidak Tepat Pasien 22 0 100 0 Tepat Indikasi 22 0 100 0 Tepat Obat 10 12 45,46 54,54 Tepat Dosis 22 0 100 0 Tepat Lama Pemberian 20 2 90,9 9,1 Pada ketepatan pasien didapat hasil 100% tepat pasien. Berdasarkan 18 data rekam medik pasien bronkitis kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diketahui pasien tidak memiliki riwayat alergi, penyakit penyerta serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita dan lanjut usia. Sehingga antibiotik yang diberikan pada pasien bronkitis kronik tersebut aman digunakan. Pemberian antibiotik pada pasien yang menderita bronkitis kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 100% tepat indikasi. Terapi obat dianggap tidak perlu apabila pada pasien tidak terdapat indikasi yang jelas. Indikasi bronkitis kronik dapat berupa batuk, dahak yang purulen dan sesak nafas. Pemberian antibiotika untuk pengobatan bronkitis kronik diawali dengan pemberian antibiotik untuk terapi empiris dengan indikasi adanya gejala klinik maupun keluhan pasien yang mengarah pada infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, tujuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi (Kemenkes, 2011) Pemberian terapi antibiotik pada pasien bronkitis kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 45,46% tepat obat. Walaupun terapi antibiotik disarankan pada pengobatan pasien dengan bronkitis kronik, tetapi pada pemberian terapi perlu diperhatikan jenis antibiotik yang diberikan. Berdasarkan standar terapi yang digunakan yakni Canadian Guidelines for The Management of Acute Exacerbations of Chronic Bronchitis dan Pharmacotherapy Handbook jenis antibiotik yang disarankan untuk pengobatan bronkitis kronik yakni antibiotik golongan makrolida generasi kedua, antibiotik golongan sefalosporin generasi kedua dan ketiga serta antibiotik golongan fluoroquinolon. Sefadroksil merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama yang kurang aktif terhadap bakteri gram negatif. Eritromisin termasuk dalam antibiotik golongan makrolida generasi pertama yang memiliki aktivitas antimikroba meliputi bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (Depkes, 2005). Berdasarkan standar pengobatan yang digunakan pemberian antibiotik sefadroksil dan eritromisin dikelompokan pada pemberian antibiotik yang tidak tepat obat. Pada ketepatan dosis yang didapat adalah 100% tepat dosis. Evaluasi ketepatan dosis dilakukan dengan membandingkan jumlah dosis yang diberikan kepada pasien dengan beberapa standar terapi yang digunakan sebagai 20

acuan dalam perhitungan dosis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dosis antibiotik yang diberikan pada pasien sesuai dengan rentang dosis yang dianjurkan literatur yang digunakan sebagai standar pengobatan. Berdasarkan data yang diperoleh lama pemberian antibiotik yang diberikan pada pasien bronkitis kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sebesar 90,9% sudah tepat. Hal ini terjadi karena pada 2 pasien pemberian antibiotik yang diberikan lebih singkat dari yang disarankan yakni 5-14 hari. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 18 data rekam medik pasien yang menderita bronkitis kronik di Instalansi Rawat Jalan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2013 sampai Juni 2014, evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien sebesar 100%, tepat indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 45,46 %, tepat dosis sebesar 100%, dan tepat lama pemberian sebesar 90,9%. Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan untuk pengobatan bronkitis kronik ialah sefadroksil, yakni sebesar 44,45%. DAFTAR PUSTAKA Brunton L.L., Lazo J.S., Parker K.L. Goodman., Gilman s. 2006. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th ed. McGraw- Hill, New York. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Saluran Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Dipiro, J.T., Wells, G.B., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2009. Pharmacotherapy Handbook. 7th ed. The Mc.Graw Hill Company, USA. Dwi, P. 1995. Penggunaan Antibiotika Rasional. Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Bursa Ilmu, Yogyakarta. Jawetz, Melnick., Adelberg s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke- 20. Salemba Medika, Jakarta. Johnston, L. 2012. Rational use of antibiotics in respiratory tract infections. Medpharm, SAfrPharmJ. 79 (4): 34 39. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-8 Vol.2. EGC, Jakarta. 21