EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015

2 1

3 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 EVALUATION USE OF ANTIBIOTICS ARI NON PNEUMONIA PATIENTS CHILDREN IN INSTALLATION OUTPATIENT IN X HOSPITAL DEMAK AT 2013 Ririn Dyah Ayu Aprilia, Tanti Azizah Sujono Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tomol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta Telp. (0271) ABSTRAK Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik yang meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan tepat indikasi pada pasien ISPA non-pneumonia anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak pada Tahun Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien anak yang terdiagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis), pasien anak rawat jalan, identitas pasien, jenis antibiotik, dosis, rute, frekuensi, durasi, dan mendapatkan antibiotik. Jumlah kasus sebanyak 100 pasien dengan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang meliputi karakteristik pasien, diagnosis dokter, dan terapi yang diberikan. Dari 100 kasus diperoleh hasil 25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman pengobatan berdasarkan acuan standar WHO 2001 dan setelah dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien sebesar 100%. Kata Kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Akut, non-pneumonia, Pasien Anak, Rawat Jalan, Rumah Sakit ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attacks the respiratory from the nose to the lungs as sinuse/cavity around the nose, and pleural cavity of the middle ear. The purpose of this study was to evaluate the rationality use of antibiotics that includes right drug, right dose, right patient and right indication in patients with ARI non-pneumonia in children Outpatient Installation X Hospital Demak in Criteria of inclusion in this study is pediatric patients diagnosed of Acute Respiratory Infections (ARI) non-pneumonia with type classified (tonsillitis and pharyngitis), outpatient, pediatric patients, patient identity, given antibiotics, dosage, method of use, frequency and duration, get antibiotics. Total of cases 100 patients with purposive sampling method. The analysis is a descriptive analysis, which includes the characteristics of the patient, the doctor's diagnosis, and treatment given. Of the 100 cases the results of 25% was obtained in accordance with the guidelines of treatment and 75% did not correspond to the reference standard treatment guidelines based on the WHO 2001 and after assessed according to the criteria 4T obtained results accuracy indicated a 100%, precision medicine by 25%, the accuracy of the dose by 25%, and accuracy of patients 100%. Keywords: Acute Respiratory Infections, Child Patient, Hospital, non-pneumonia,outpatient 1

4 PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau yang sering disebut ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Setiap tahunnya rata-rata hampir empat juta orang meninggal disebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia rata-rata tingkat mortalitasnya cukup tinggi terutama dinegara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah (Depkes RI, 2007). Perencanaan dalam penggunaan antibiotik dan pengontrolan kejadian resistensi antibiotik dilakukan untuk mencegah kejadian resistensi antibiotik. Untuk mengetahui distribusi penggunaan antibiotik dan dalam rangka pencegahan kejadian resistensi antibiotik, diperlukan data-data yang berasal dari hasil studi penggunaan antibiotik selama beberapa tahun. Pola penggunaan peresepan antibiotik yang tidak tepat dapat berakibat pada resistensi antibiotik, sehingga perlu dilakukan strategi penggunaan antibiotik untuk mencegah kejadian resitensi antibiotik tersebut (Janknegt et al, 2000). Dampak dari pemakaian antibiotik yang tidak tepat dapat berakibat timbulnya resistensi antibiotik, meningkatkan toksisitas, meningkatnya efek samping antibiotik tersebut, dan biaya pengobatan yang meningkat (Kakkilaya, 2008). Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi klinik adalah penggunaan antimikroba yang irasional, penggunaan antimikroba yang sering, penggunaan antimikroba baru yang berlebihan, penggunaan antimikroba dalam jangka waktu yang lama, kemudahan transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi yang buruk, dan kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat (Setiabudi, 2007). Cara mengatasi penggunaan antibiotik secara rasional yaitu melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit secara sistemis dilaksanakan secara teratur di rumah sakit ataupun di pusat-pusat kesehatan masyarakat, dan melakukan intervensi untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik (Wilianti, 2009). Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan misalnya di Rumah Sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun masyarakat luas (Depkes, 2000). Penggunaan obat untuk anak-anak merupakan hal khusus yang berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem di dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Sesuai dengan alasan tersebut maka dosis obat, formulasi, hasil pengobatan dan efek samping obat yang timbul sangat beragam sepanjang masa anak-anak. Pemakaian obat pada anak-anak belum diteliti secara 2

5 luas, sehingga hanya terdapat sejumlah kecil obat yang telah diberi izin untuk digunakan pada anak-anak yang memiliki bentuk sediaan yang sesuai (Prest, 2003). Dari hasil penelitian sejenis Giovanni (2010) Dengan Judul Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Konjungtivitis Di Bagian Mata Rumah Sakit X Semarang Tahun 2010 Diketahui bahwa ketepatan obat sebesar 3,7% dan ketidak tepatan obat sebesar 96,3%. Ketepatan jenis antibiotika dinilai dari efektivitas, toksisitas, harga, dan spektrumnya dibandingan antibiotika lainnya. Dari 26 catatan medik yang tidak tepat jenis antibiotika, seluruhnya tergolong kategori IV A (ada antibiotika lain yang lebih efektif) dan kategori IV B (ada antibiotika lain yang kurang toksik). Sebanyak 11 catatan medik masuk kategori IV C (ada antibiotika lain yang lebih murah). Dilihat dari uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik yang meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan tepat indikasi pada pasien ISPA non-pneumonia anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak pada Tahun METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian non-eksperimental atau observasional yaitu penelitian berdasarkan data-data yang sudah ada tanpa melakukan perlakuan terhadap subyek uji dengan rancangan analisa secara deskriptif non-analitik yaitu untuk memperoleh gambaran penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak. 2. Definisi Operasional Penelitian a. Evaluasi pengobatan yaitu analisa pemakaian antibiotik yang disesuaikan dengan ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis yang diberikan kepada pasien. b. Tepat indikasi yaitu kesesuaian pemberian antibiotik dengan indikasi yang dilihat dari diagnosis utama yang tercantum dalam kartu rekam medis pasien. c. Tepat obat yaitu pemilihan obat sesuai drug of choice standar terapi antibiotik panduan dari WHO tahun d. Tepat pasien yaitu pemberian obat yang sesuai kondisi fisiologi anak dan tidak ada kontraindikasi. e. Tepat dosis yaitu pemberian obat dengan besarnya dosis, rute, frekuensi dan lama pemberian. 3

6 f. Antibiotik yaitu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis) pada anak di Rumah Sakit X Demak. g. Peresepan di Rumah Sakit X Demak yaitu permintan tertulis dari dokter dan tenaga paramedis lain untuk pasien kepada apotek setelah pasien tersebut diperiksa. Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak yaitu pasien yang didiagnosis menderita ISPA non-pneumonia di Rumah Sakit Rumah Sakit X Demak dengan usia mulai dari 2 sampai dengan 12 tahun (Prest, 2003). 3. Alat dan Bahan a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pharmacetical Care Untuk Penyakit Saluran Pernafasan Akut dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005, serta buku-buku standar terapi antibiotik panduan dari WHO tahun 2001 yaitu Model Prescribing Information Drug Use in Bacterial Infection untuk analisa ketepatan dosis, frekuensi, dan durasi, serta literatur yang relevan. b. Bahan Bahan penelitian yang digunakan yaitu buku status pasien anak rawat jalan dan lembar catatan medis (medical record) yang berisi data karakteristik pasien (jenis kelamin, umur anak 2-12 tahun (Prest, 2003), berat badan, penyakit lain), dan profil penggunaan antibiotika (antibiotik yang digunakan). Untuk diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Rumah Sakit X Demak Tahun Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia yang memenuhi kriteria inklusi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak selama tahun Kriteria inklusi : a. Pasien anak yang terdiagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis). b. Pasien anak rawat jalan. c. Data yang terdapat pada kartu rekam medis meliputi : 1) Identitas pasien (jenis kelamin, berat badan, umur pada anak 2-12 tahun (Prest, 2003)). 2) Jenis antibiotik yang diberikan, dosis, cara pemakaian, frekuensi, dan lama pemberian. 4

7 3) Data dari bulan Januari sampai April 2013 d. Mendapatkan antibiotik. 5. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Demak. 6. Jalannya Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Demak. Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut : a. Tahap pertama, mengurus surat izin atau surat pengantar dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian. b. Tahap kedua, ke diklat Rumah Sakit X Demak guna mendapat izin atau persetujuan untuk melakukan penelitian. c. Tahap ketiga, penelusuran data : 1) Proses penelusuran data dimulai dari observasi catatan rekam medik Rumah Sakit X Demak berdasarkan laporan catatan rekam medik di instalasi rawat jalan dilakukan pengelompokan pasien anak dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia. 2) Pencatatan data meliputi nomor rekam medis, jenis jaminan, jenis kelamin, berat badan, umur, jenis obat, dosis, cara pakai, frekuensi, lama pemberian, diagnosis, penyakit lain. d. Tahap keempat, pengolahan data pasien dan penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat jalan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Rumah Sakit X Demak. 7. Analisis Data Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yang meliputi karakteristik pasien (nama, umur, berat badan, jenis kelamin), diagnosis dokter, dan terapi yang diberikan (jenis antibiotik yang diberikan, dosis, cara pemakaian, frekuensi dan lama pemberian), dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T yakni : a. Tepat indikasi : melihat kesesuaian pemberian antibiotik kepada pasien dengan diagnosis yang diderita selama menjalani rawat jalan. 5

8 b. Tepat obat : membandingkan antibiotik pada rekam medik dengan antibiotik pada standar terapi untuk penyakit ISPA dari WHO tahun c. Tepat dosis : membandingkan dosis, frekuensi dan durasi antibioik pada rekam medik dengan dosis, frekuensi dan durasi antibiotik pada standar terapi untuk penyakit ISPA dari WHO tahun d. Tepat pasien : melihat kesesuaian pemberian antibiotik kepada pasien dengan keadaan dan kondisi klinis pasien. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelusuran penelitian diambil data sebanyak 100 kasus dari 519 kasus dengan cara pengambilan acak data rekam medis dari bulan januari sampai bulan desember pada tahun 2013 dan pasien anak yang terdiagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis) di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Sunan Kalijaga Demak. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin pasien dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 diketahui setelah pengambilan acak, pasien laki-laki lebih banyak dengan jumlah 66% dari pasien perempuan dengan jumlah 34% (Tabel 1). Pasien dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak dikelompokan sesuai umur menurut Sumantri (2005) secara garis besar ada 5 fase perkembangan dalam hidup manusia yaitu fase prenatal (sebelum lahir), fase infant (bayi), yaitu fase perkembangan mulai lahir sampai umur 1-2 tahun diketahui sebanyak 23%, fase childhood (anak-anak) adalah fase perkembangan mulai umur > 2 tahun sampai tahun diketahui sebanyak 77%, fase ini diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu early childhood (anak kecil) antara > 2-6 tahun sebanyak 51%, dan later childhood (anak besar) antara > 6-12 tahun sebanyak 26% (Tabel 1). 6

9 Diagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu tonsilitis dan faringitis karena data tersebut paling banyak terdapat di data rekam medis pasien anak ISPA non-pneumonia, dengan pengambilan data acak, jumlah faringitis sebanyak 64% dan jumlah tonsilitis sebanyak 36% (Tabel 1). Tabel 1. Persentase pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan jenis kelamin, umur, diagnosis penyakit di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun Karakteristik Pasien Jumlah Persentase (%) (N=100) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur infant 1-2 tahun early childhood > 2-6 tahun later childhood > 6-12 tahun Diagnosis Penyakit Faringitis Tonsilitis Pola Peresepan ISPA Non-Pneumonia Dalam praktek yang terjadi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak pada pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dijumpai peresepan dengan tujuan masing-masing seperti anti radang untuk mengurangi peradangan, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, antibiotika sebagai terapi kausatif. Distribusi obat yang digunakan pada terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi obat yang digunakan pada terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) nonpneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Persentase (%) (N=100) 1. Antibiotika Sefadroksil Sefiksim 8 8 Amoksisillin Eritromisin Analgetik-antipiretik Parasetamol Ibuprofen Antiradang Deksametason Anti alergi CTM Dexteem plus Ekspetoran OBH Anti asma dan bronkodilator Salbutamol Ambroxol Vitamin C Elkana sirup

10 Alasan antibiotik masih digunakan dalam terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi, tetapi pemilihan antibiotik harus disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Cara dan lama pemberian juga harus disesuaikan serta memberikan efek samping yang seminimal mungkin (Azwar, 2005). Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari beberapa antibiotika yang digunakan untuk terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia Sefadroksil adalah jenis antibiotika yang paling banyak digunakan di Instalasi Rawat Jalan Rumah X Demak sebanyak 67 kasus (67%). Dalam terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia tidak mudah untuk mengetahui penyebabnya, biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Dari survei di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak, menunjukkan bahwa kebiasaan pasien yang tidak langsung berobat ketika telah muncul gejala-gejala, maka pasien baru akan datang ke tenaga medis setelah dirasa belum sembuh kira-kira 5 hari sampai satu minggu. Penggunaan obat yang rasional mencakup tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat pasien dan waspada efek samping. Resep-resep yang ada di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak diteliti kesesuaiannya dengan pedoman acuan standar WHO 2001 karena Rumah Sakit X Demak belum menpunyai standar pelayanan medis untuk penyakit ISPA. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa ketepatan indikasi untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 semua resep tepat indikasi karena semua kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia mendapatkan antibiotik. Tabel 3. Ketepatan indikasi untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Tepat indikasi No. Kasus Frekuensi Persentase (%) 1. Tepat 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, Tidak tepat Total kasus

11 Tabel 4. Ketepatan obat untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Tepat obat No. Kasus Frekuensi Persentase (%) 1. Tepat 02, 07, 12, 19, 25, 26, 27, 28, 30, 42, 45, 49, 51, 55, 63, 64, 66, 68, 72, 78, 79, 83, 86, 94, Tidak tepat 01, 03, 04, 05, 06, 08, 09, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20 21, 22, 23, 24, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 65, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 80, 81, 82, 84, 85, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 97, 98, Total kasus Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa ketepatan obat untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 yang tepat obat sebesar 25% dan yang tidak tepat obat 75%. Ketepatan obat sebesar 25% disebabkan penggunaan antibiotik amoksisilin dan eritromisin. Ketidaktepatan obat sebesar 75% disebabkan antibiotik yang diberikan pada peresepan kebanyakan adalah sefadroksil monohidrat. Pada acuan standar WHO 2001 tidak terdapat antibiotik sefadroksil monohidrat sedangkan Rumah Sakit X Demak belum menpunyai standar pelayanan medis untuk penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia. Sebuah penelitian yang telah dilakukan Kalman (2013) dengan membandingkan efikasi dan keamanan sefadroksil monohidrat oral (30 mg / kg QD atau 15 mg / kg BID) dengan penisilin V oral (8, 10, atau 15 mg / kg BID, TID, atau QID) dalam pengobatan grup A beta-hemolitik streptokokus (GABHS) faringitis dan tonsilitis. Sebanyak pasien berusia 19 tahun telah dievaluasi, 1406 pasien dievaluasi menggunakan kriteria bakteriologis, dan pasien dianggap sepenuhnya dievaluasi untuk keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat respon lebih baik secara signifikan (P < 0,05) dengan sefadroksil monohidrat dibandingkan dengan penisilin V untuk menyembuhkan keseluruhan (91,8% vs 81,3%), obat bakteriologis (92,6% vs 81,4%), dan kekambuhan bakteriologis (4,2% dibandingkan 10,5%), tingkat kesembuhan klinis serupa secara statistik (90,5% vs 90,2%). Kriteria analisis bakteriologis mengungkapkan tingkat kesembuhan bakteriologis 95,8% dibandingkan 88,7% (P < 0,05) dan tingkat kekambuhan bakteriologis 4,9% dibandingkan 7,1% untuk sefadroksil monohidrat dan penisilin V. Efek samping yang berhubungan dengan pemberian obat terjadi jarang dan tidak berbeda secara signifikan antara kelompok perlakuan (P > 0,05). Kepatuhan terhadap sefadroksil monohidrat setidaknya sebaik dengan penisilin V. Penisilin saat ini obat pilihan dalam 9

12 pengobatan GABHS faringitis dan tonsilitis. Berdasarkan informasi yang digambarkan dalam penelitian ini, sefadroksil monohidrat merupakan alternatif yang sangat baik penisilin V dalam pengobatan oral GABHS faringitis dan tonsilitis. Tabel 5. Ketepatan dosis untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Tepat dosis Kesesuaian No. Kasus Frekuensi Persentase (%) 1. Tepat dosis dan frekuensi 02, 07, 12, 19, 25, 26, 27, 28, 30, 42, 45, 49, 51, 55, 63, 64, 66, 68, 72, 78, 79, 83, 86, 94, Tidak tepat dosis dan frekuensi 01, 03, 04, 05, 06, 08, 09, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20 21, 22, 23, 24, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 65, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 80, 81, 82, 84, 85, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 97, 98, Total kasus Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa ketepatan dosis untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 yang tepat dosis sebanyak 25% dan yang tidak tepat dosis sebanyak 75%. Perhitungan durasi tidak diikutsertakan dalam ketepatan dosis karena keterbatasan data yang diambil. Data rekam medis yang diambil hanya saat pasien anak ISPA non-pneumonia kontrol pertama kali sehingga perhitungan ketepatan dosis disesuaikan dengan besaran dosis dan frekuensi. Tabel 6. Ketepatan pasien untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Tepat pasien No. Kasus Frekuensi Persentase (%) 1. Tepat 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, Tidak tepat Total kasus Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketepatan pasien untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 semua resep tepat pasien karena antibiotik yang diresepkan tidak ada kontraindikasi pada pasien anak dan sesuai dengan kondisi fisiologi pasien anak. 10

13 Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kesesuaian pedoman pengobatan untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak 25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman pengobatan. Tabel 7. Kesesuaian pedoman pengobatan untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) nonpneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun No. Penggunaan Jenis Obat Frekuensi Persentase (%) 1. Sesuai dengan pedoman pengobatan Tidak sesuai dengan pedoman pengobatan Total kasus Dari hasil penelitian tentang pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 dari 100 kasus, 25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman pengobatan berdasarkan acuan standar WHO 2001 dan setelah dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien sebesar 100%. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 dari 100 kasus, 25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman pengobatan berdasarkan acuan standar WHO 2001 dan setelah dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien sebesar 100%. 2. Saran a. Bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanan disarankan menyediakan standar pelayanan medis terutama untuk penyakit ISPA. b. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang evaluasi antibiotik penyakit ISPA dengan menggunakan metode prospektif yaitu studi penelitian dimana karakteristik lain dari peserta dipantau dalam jangka waktu tertentu kemudian saat kejadian peristiwa tersebut dicatat. 11

14 DAFTAR ACUAN Azwar, B., 2005, Bijak Mengkonsumsi Obat Flu, Penerbit PT. Kawan Pustaka, Depok. Depkes RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 2005, Pharmacetical Care Untuk Penyakit Saluran Pernafasan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Depkes RI, 2007, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, (diakses Maret 2014) Giovanni, G. T., 2010, Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Konjungtivitis Di Bagian Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang. Jankgnet, R., Lashof, A. O., Gould, I.M., Van der Meer, J. W. M., 2000, Antibiotic Use in Ducth Hospital , Journal of Antimicrobial Chemotherapy 45, Kakkilaya, S., 2008, Rational Medicine: Rational use of antibiotics, (diakses 16 maret 2015) Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Anak-Anak Dalam Aslam M., Tan K., C., Dan Prayitno A., (editor), Farmasi Klinik Menuju pengobatan yang Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Efek Media Komputindo, Jakarta. Setiabudi, R., 2007, Pengantar Antimikroba., dalam Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi. Dan Elysabeth., Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. World Health Organization, 2001, WHO Model Prescribing Information Drug Use in Bacterial Infection, WHO, Geneva,

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKSMAS BASIRIH BARU BANJARMASIN Nurul Mardhatillah 1 ; Aditya MPP 2 ; Akhmad Fakhriadi 3 Infeksi saluran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3 ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA BALITA TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Herliani 1, Noor Aisyah 2, Rony 3 herliani168@gmail.com aisyah.no2r@gmail.com rhaderi17@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia

Lebih terperinci

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat (Antibiotic prescription of children outpatient in BLUD RS Ratu Zalecha Martapura:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bersifat non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien diare di Puskesmas

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S ABSTRAK RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Nurul Faijah 1 ; Roseyana Asmahanie 2 ; Apt

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Erwin Fakhrani 3 Ketepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT KLATEN TAHUN 2010

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT KLATEN TAHUN 2010 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT KLATEN TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AKMALLIA PUSPA DEWI J500080062 FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Lisa Citra N. Kuluri 1), Fatimawali

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT (ISPaA) DI PUSKESMAS KECAMATAN KUNDURAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: TESAR ZULMI ANTORO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan lebih dari seperempat masyarakat Indonesia pernah mengalami infeksi pernafasan, dengan prevalensi infeksi

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Puspita Sari*, Oktoviandri Saputra** * Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Oleh : OCTY JEN CAMILA K 100 080 040 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rasionalitas obat (ketepatan pengobatan) adalah pemakaian obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis (Saraswati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak akan menjadi penerus bangsa, dengan punya anak yang sehat dan cerdas maka akan kuatlah bangsa tersebut. Selain itu kesehatan anak merupakan masalah besar yang

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: LUSI DIANA ALBERTIN S K

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: LUSI DIANA ALBERTIN S K EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT (ISPaA) DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2014-2016 Disusun

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PENDERITA PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI JUNI 2015 EVALUATION OF ANTIBIOTIC USE AT CHILDRENS

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 100110038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3 INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik Rawat Inap Di RSUD Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014 Mega Kusumanata 1, Susi Endrawati 2 Program Studi D III Farmasi Poltekkes

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016 17 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016 EVALUATION OF DRUGS USE WITH PRESCRIBING INDICATORS AT PUSKESMAS AREA

Lebih terperinci

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR GAMBARAN PERESEPAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika digunakan secara tepat dan rasional. 1 Penggunaan obat secara rasional adalah pasien mendapatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK Penelitian di Instalasi Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi LAPORAN AKHIR HASIL

Lebih terperinci

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was THE EVALUATION OF THE ACCURACY OF THE DOSE OF ANTIBIOTICS IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN INPATIENT INSTALLATION AT SULTAN AGUNG HOSPITAL SEMARANG AND AT NU ISLAMIC HOSPITAL DEMAK IN 2015 Sikni Retno

Lebih terperinci

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik Dra. Magdalena Niken Oktovina,M.Si.Apt. Farmasi klinik Instalasi Farmasi dan Anggota Sub.Komite Program Pengendalian Resistensi Antibiotik Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015

DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015 PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA UNTUK PENGOBATAN ISPA NONPNEUMONIA PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA UNTUK PENGOBATAN ISPA NONPNEUMONIA DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015 PROFILES THE USE OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran pernafasan yang sering dialami oleh masyarakat dan berpotensi menjadi serius yang berhubungan dengan morbiditas

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resistensi bakteri terhadap antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak yang merugikan sehingga dapat menurunkan mutu pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42 KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MUCHSON, YETTI OKTAVIANINGTYAS K, AYU WANDIRA INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang (Riyatno dan Sutrisna, 2011). Perkiraan angka kejadian demam tifoid bervariasi dari 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia.

Lebih terperinci

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARUM NURIL HIDAYAH K 100 090 008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN.

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN. ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN. Evi Endah Wulandari 1 ; Ratih Pratiwi Sari

Lebih terperinci

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013 Pingkan C. Kaparang 1), Heedy Tjitrosantoso

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi paru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA Ruli Yanti ¹; Amaliyah Wahyuni, S.Si, Apt ²; drg. Rika Ratna Puspita³

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup tinggi meskipun terapi pengobatan dan pencegahan terhadap kejadian infeksi semakin berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan penggunaannya, antibiotik dibagi menjadi dua yaitu antibiotik terapi dan antibiotik profilaksis. Antibiotik terapi digunakan pada pasien dengan

Lebih terperinci

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI 1 EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NOVITA DWI PURNAMASARI K.100090058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM KLATEN TAHUN 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM KLATEN TAHUN 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM KLATEN TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh : SELVI ARIA SAFITRI K100120135 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian balita tiap tahunnya. Jumlah ini melebihi angka kematian gabungan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati 1 ; Noor Aisyah 2 ; Hj. Rahmi Annissa 3 Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015 STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA Rizki Khairunnisa*, Hajrah, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang berlebihan banyak terjadi di dunia, baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan yang berlebihan dan tidak sesuai

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KETEPATAN OBAT DAN DOSIS PADA PASIEN DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KETEPATAN OBAT DAN DOSIS PADA PASIEN DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN KETEPATAN OBAT DAN DOSIS PADA PASIEN DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO Sanubari Rela Tobat, M. Husni Mukhtar dan Ida Hot Duma Pakpahan Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA INTISARI HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA Nurul Ainah 1, Aditya Maulana PP, M.Sc., Apt 2, Nadya Sari, S.Farm.,

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: VIMA BUNGA LADIPA K

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi. Oleh: VIMA BUNGA LADIPA K EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT (ISPaA) DI PUSKESMAS KECAMATAN ARJOSARI KABUPATEN PACITAN TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016 23 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016 Rahayu Wijayanti, Okpri Meila, Annisa Septiyani Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD MAS AMSYAR KASONGAN KALIMANTAN TENGAH

EVALUASI PENGGUNAAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD MAS AMSYAR KASONGAN KALIMANTAN TENGAH EVALUASI PENGGUNAAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD MAS AMSYAR KASONGAN KALIMANTAN TENGAH Dita Nururiyanie¹, Lukman Hakim², Agung Endro Nugroho² ¹ Magister Farmasi Klinik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu (Sukandar, 2008). Penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP s) PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ISTIKOMAH

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 1 POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Nur Afifah, Eka Kartika Untari Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN BRONKITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT YANG DIRAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 213-JUNI 214 Eunice M. S. Kundiman

Lebih terperinci

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI Oleh : SRI RETNO HANDAYANI K 100070149 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci