Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Novita Sari

dokumen-dokumen yang mirip
Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari

MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:

MENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh:

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

MENGHITUNG KELIPATAN SAMBIL MENABUNG. (Laporan Observasi Pertama)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN. Sri Rejeki

KONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA. Navel O. Mangelep.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 5 SD XAVERIUS 1 PALEMBANG Sabtu, 8 Oktober 2011

Oleh: Ahmad Wachidul Kohar 1) Fanni Fatoni 2) Wisnu Siwi Satiti 3) I. Pendahuluan

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU

5 th Observation Report of Classroom Observation

RUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT. Ambarsari Kusuma Wardani

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

AYO MENABUNG!! Oleh: Sylvana Novilia S. A. Pendahuluan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Realistik dengan tipe Think Pair Share di kelas VIIIB SMPN 2 Kota Bengkulu

BELAJAR SUDUT LEWAT GERAKAN TANGAN. (Laporan Observasi Ke-2)

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 7 PEMBELAJARAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 6 SD IGM PLUS PALEMBANG Selasa, 25 Oktober 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur

PEDOMAN WAWANCARA DIALOG AWAL IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB TUNANETRA

Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Menghitung Kelipatan Sambil Menabung. (Observasi Pada Kelas IV A SD Negeri 21 Palembang)

Pembelajaran Jarak, Waktu, dan Kecepatan Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI

LAPORAN OBSERVASI KEENAM DAN KETUJUH SD NEGERI 117 PALEMBANG

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Laporan Observasi 4 di SDN 117 Palembang pada Tanggal 7 Oktober 2010

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. Rumusan Masalah Observasi

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

STANDAR KOMPETENSI IPS

MATEMATIKA NALARIA REALISTIK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

X : SILABUS PEMBELAJARAN. Nama Sekolah :... Kelas/Program Semester : 1 (satu)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN OBSERVASI KELIMA SD NEGERI 117 PALEMBANG

MANAKAH YANG LEBIH BERAT? (Laporaan Observasi Ke-5)

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENGURANGAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 < 60 Tidak Tuntas 9 56,25 %

Gambar 1. Siswa Sedang Mendengarkan Konteks Pembelajaran yang Diberikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1 )

PEMBELAJARAN SEGIEMPAT, SEGITIGA DAN LINGKARAN LAPORAN. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Matematika II

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

Transkripsi:

Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang Novita Sari A. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, penguasaan matematika harus diperkuat sejak dini dengan cara pemberian mata pelajaran matematika sejak di sekolah dasar. Hal ini juga dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2006: 416). Secara umum, pendekatan pembelajaran yang digunakan di Indonesia masih konvensional yaitu guru menjelaskan kepada siswa dan memberikan latihan soal kepada siswa. Soal yang diberikan kepada siswa biasanya berupa soal-soal rutin dan kurang menyentuh kehidupan sehari-hari. Akibatnya, siswa kurang memahami konsep-konsep matematika dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari apalagi penilaian yang dilakukan lebih ditekankan pada hasil akhir bukan pada proses sehingga siswa merasa pembelajaran matematika itu kurang bermakna. Pembelajaran seperti ini tidak memunculkan kemampuan-kemampuan yang diharapkan tersebut secara optimal atau bahkan tidak sama sekali karena siswa menjadi tidak aktif dalam mengembangkan pengetahuan informal yang mereka miliki. Sebenarnya, siswa sering menggunakan mata pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari hanya saja mereka tidak menyadarinya, seperti pada saat mereka membandingkan ukuran dua buah benda atau lebih, berbelanja, dll. Pembelajaran akan lebih bermakna jika dimulai dengan konteks yang dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang memulai pembelajaran dari situasi real sebagai karakteristik pertama dari lima karakteristik yang dimiliknya sangat tepat untuk

diterapkan. Dalam pendekatan PMRI, guru membimbing siswa untuk menemukan kembali matematika dimana selama proses tersebut siswa bekerjasama dalam kelompok dan menggunakan strategi untuk mengeksplor masalah yang diberikan. Lingkaran merupakan salah satu bangun datar yang diajarkan di kelas V dan VI Sekolah Dasar. Siswa kelas V hanya dikenalkan dengan sifat-sifat dari bangun datar lingkaran itu sendiri, seperti mengenal jari-jari lingkaran dan diameter lingkaran, sedangkan keliling dan luas lingkaran akan diajarkan di kelas VI pada semester ganjil. Biasanya guru langsung memberikan rumus luas lingkaran, mengerjakan contoh soal, dan diakhiri dengan pemberian soal-soal latihan yang mirip dengan contoh yang diberikan. Ketika siswa diberikan soal cerita, siswa kesulitan untuk menyelesaikannya. Padahal banyak permasalahan yang berkaitan dengan benda-benda berbentuk lingkaran dalam kehidupan sehari-hari, seperti membandingkan ukuran dua buah martabak manis, menaksir luas bundaran air mancur, dsb. Oleh karena itu, observer mencoba mengangkat permasalahan benda-benda tersebut dengan tujuan siswa dapat menemukan rumus dan menghitung luas lingkaran kemudian mengimplementasikannya di kelas VIB SD Negeri 98 Palembang. B. DESIGN RESEARCH 1. Preliminary Design Pada tahap ini dilakukan analisis materi luas lingkaran berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk menentukan dugaan pemikiran siswa pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI. Dugaan (hipotesis) pemikiran siswa bisa berupa ekspresi kata-kata secara lisan maupun tulisan. Lingkaran termasuk ke dalam SK ke-3 menghitung luas segi banyak, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga dan KD 3.2 menghitung luas lingkaran. Pembelajaran luas lingkaran ini akan dikaitkan dengan nilai phi dan keliling lingkaran yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Nilai phi dan keliling lingkaran

merupakan apersepsi pada pembelajaran luas lingkaran sedangkan konteksnya adalah Bundaran Air Mancur Palembang. Konteks tersebut diambil dengan anggapan bahwa tidak ada siswa yang tidak pernah melihat bundaran cantik yang terletak di jantung kota Palembang dan juga untuk mengangkat konteks daerah. Selanjutnya, observer berdiskusi dengan guru Ibu Raihana, S.Pd. selaku guru matematika di kelas VI mengenai materi, jumlah siswa, dan jadwal pelaksanaan yang sesuai. Pembelajaran disepakati pada hari Selasa, 25 Oktober 2011 selama 2 30 menit dan jumlah siswa sebanyak 33 orang. Ibu Raihana mengakui bahwa biasanya pembelajaran materi lingkaran menggunakan media dari kertas karton yang berbentuk lingkaran. Akan tetapi, media tersebut hanya digunakan untuk menunjukkan kepada siswa tentang jenis-jenis bangun datar. Observer mendiskusikan garis besar lintasan pembelajaran yang akan dibuat dan guru menanggapi secara antusias. Kemudian observer mengembangkan rencana pembelajaran, membuat alat yang akan digunakan. Alat yang digunakan berupa dua buah lingkaran yang terbuat dari karton dengan ukuran yang sama.. Lingkaran I dipotong menjadi 9 bagian sedangkan lingkaran II dipotong menjadi 17 bagian. Kedua lingkaran tersebut ditempelkan pada sebuah kardus berbentuk lingkaran berukuran sama sehingga terlihat bahwa kedua lingkaran tersebut memiliki luas yang sama. (a) (b) Gambar 1. Lingkaran I (a) dan Lingkaran II (b) Observer bersama rekan, Bustang, menduga hasil jawaban siswa pada setiap aktivitas dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan siswa. Berikut aktivitas pembelajaran dan dugaan hasil jawaban siswa.

Aktifitas 1 : Menyusun potongan lingkaran I menjadi bangun datar lain. Aktivitas ini bertujuan agar siswa mengkaitkan materi bangun datar yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan karakteristik PMRI yang kelima yaitu intertwining atau keterkaitan antara konsep dalam matematika. Deskripsi aktifitas: Setiap kelompok mendapatkan satu lingkaran yang terdiri dari lingkaran I dan lingkaran II, kemudian siswa diminta untuk bekerja sama melepaskan potongan lingkaran I kemudian menyusunnya kembali di atas meja menjadi bangun datar yang lain. Setelah mereka mendapatkan bentuk bangun datar yang baru, siswa di minta untuk menyebutkan nama bangun datar yang terbentuk, rumus luasnya. Dugaan pemikiran siswa: Setiap kelompok membentuk bangun datar yang berbeda, seperti ada yang berbentuk persegi panjang, persegi, jajar genjang, trapesium, belah ketupat yang pernah mereka pelajari sebelumnya. Seluruh siswa hanya dapat membentuk satu atau dua jenis bangun datar. Siswa membentuk bangun datar segi banyak atau membuat dua jenis bangun datar. Aktifitas 2 : Menyusun potongan lingkaran II menjadi bangun datar yang sama dengan aktifitas I. Aktivitas ini bertujuan agar siswa menarik kesimpulan bahwa semakin banyak potongan juring lingkaran atau semakin kecil juring lingkarannya, bangun datar yang terbentuk semakin mendekati bentuk yang sesungguhnya. Dalam proses penarikan kesimpulan seperti ini, kerja sama antar siswa sangat diperlukan dalam hal berbagi ide dan alasan, mengeluarkan pendapat, dan menolak suatu pendapat. Deskripsi aktifitas: Sama seperti aktifitas I, siswa dalam kelompok melepaskan potongan lingkaran II kemudian menyusunnya kembali menjadi bentuk yang sama yang telah mereka buat pada aktifitas 1. Setelah mereka menyusunnya, sisiwa dimintai pendapat mengenai kedua bidang datar yang telah tersusun tersebut.

Dugaan pemikiran siswa: Siswa berpendapat bahwa semakin banyak potongan juring lingkaran maka semakin kecil celah-celah yang ada pada bangun datar yang disusun atau semakin mirip dengan bangun datar yang sebenarnya. Siswa berpendapat bahwa semakin kecil potongan juring lingkaran maka semakin kecil celah-celah yang ada pada bangun datar yang disusun atau semakin mirip dengan bangun datar yang sebenarnya. Siswa berpendapat bahwa kedua benda tersebut memiliki luas sama karena siswa berpikir kedua bangun tersebut terbentuk dari dua lingkaran yang berukuran sama atau memiliki luas yang sama. Siswa berpendapat bahwa kedua benda tersebut memiliki luas sama karena mereka membandingkan sisi-sisi kedua bangun datar tersebut. Siswa berpendapat bahwa keddua bangun tersebut memiliki luas yang berbeda karena hanya melihat sekilas atau karena terpengaruh dari ukuran juring-juring lingkaran dimana ukuran juring lingkaran I lebih besar dari ukuran juring lingkaran II. Aktifitas 3 : Menemukan rumus luas lingkaran dari rumus bangun datar yang dibentuk. Pada aktifitas ini, siswa dapat menemukan rumus luas lingkaran dari luas bangun datar yang telah disusun. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama di papan tulis dengan bimbingan guru. Siswa diminta menganalisis sisi-sisi, atau tinggi bangun datar yang disusun kemudian menghubungkannya dengan unsur-unsur lingkaran, seperti jari-jari, keliling, dan nilai phi. Hal ini memang tidak mudah bagi siswa, tapi siswa diharapkan bisa menimbulkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kerjasama siswa. Pada saat proses penemuan berlangsung, mungkin ada beberapa siswa yang bisa mengkaitkan sisi-sisi atau tinggi bangun datar yang telah disusun dengan unsur-unsur lingkaran secara tepat, misal bangun datar yang di bentuk siswa adalah persegi panjang, seperti berikut.

Gambar 2. Persegi Panjang dari potongan Lingkaran I Jika siswa bisa menentukan bahwa panjangnya sama dengan dan lebarnya sama dengan r, siswa akan ditanya cara berpikir mereka dan meminta siswa yang lain untuk menanggapinya. Sebaliknya, jika siswa mengalami kesulitan, guru akan menggali potensi pengetahuan siswa mengenai pecahan sehingga dapat menjawab dengan tepat. Siswa mungkin saja hendak mengukur menggunakan alat ukur panjang, akan tetapi hal ini bukan untuk menentukan luas dari lingkaran melainkan menemukan rumusnya. Setelah siswa telah menemukan rumus luas lingkaran, siswa diberikan soal latihan yang akan mereka kerjakan secara berkelompok. L= atau L= Matematika formal Membentuk bangun datar lain dari juring-juring lingkaran I dan II, seperti persegi panjang, jajar genjang, trapezium, persegi, kemudian membandingkannya. Model for Lingkaran I dipotong menjadi 9 juring Model of Lingkaran II dipotong menjadi17 juring Bundaran Air Mancur Palembang sebagai konteks daerah Matematika informal Gambar 3. Iceberg sebelum teaching experiment

2. Teaching Experiment Pada proses pembelajaran di kelas, Ibu Raihana, S.Pd. berperan sebagai guru. Guru membuka pelajaran kemudian menanyakan kepada siswa mengenai materi sebelumnya yaitu nilai phi dan rumus keliling lingkaran. Guru juga meminta siswa untuk menyebutkan benda-benda yang berbentuk lingkaran disekitar mereka sebagai apersepsi. Kemudian sebagian siswa menunjuk bola dunia dan sebagian yang lain menunjuk jam dinding. Menyadari bahwa ada siswa yang menganggap bahwa bola dunia merupakan lingkaran, guru bertanya kepada siswa. Guru: Bola dunia dan jam itu berbeda dak? Siswa: Beda Guru: Jadi, yang mana lingkaran? Siswa: Lingkaran. Guru menanyakan lagi contoh-contoh bangun datar lingkaran kepada siswa dan jawaban siswa yaitu, tutup botol, uang logam, dsb. Setelah apersepsi dirasakan cukup, guru membagi siswa menjadi delapan kelompok diamana setiap kelompok terdiri dari empat orang siswa. Selanjutnya siswa melakukan aktifitas 1 dan bekerja dalam kelompok. Ada salah satu siswa yang mengatakan bahwa bangun datar yang akan dibentuk adalah persegi panjang. Masih dalam kelompok yang sama siswa salah menafsirkan perintah yang diberikan oleh guru. Siswa membagi potongan lingkaran menjadi dua dan membuat dua buah bangun jajar genjang. Pada saat bekerja dalam kelompoknya, salah seorang siswa menyebutkan nnama bangun datar tersebut dengan benar. Kemudian guru meminta siswa untuk menggabungkan kedua jajar genjang tersebut. Salah seorang siswa tetap menyebutkan untuk membuat persegi panjang, tapi teman-temannya sepakat untuk membuat jajar genjang. Berikut hasil pekerjaan siswa.

Gambar 4. Hasil jawaban siswa pada aktifitas 1 Ada salah satu kelompok menyebutkan untuk membuat trapesium, tapi siswa membuat persegi panjang dikarenakan guru memberikan contoh di papan tulis. Sedangkan kelompok di atas tetap menyusun potongan lingkaran I menjadi jajar genjang walaupun di papan tulis telah ada contoh persegi panjang. Mereka berpikir untuk menyatukan dua potong juring kecil sehingga ukurannya sama seperti juring yang besar, sehingga mereka mendapatkan bentuk jajar genjang. Gambar 5. Siswa membentuk persegi panjang seperti contoh di papan tulis Seharusnya guru tidak memberikan contoh salah satu bangun datar di papan tulis dikarenakan akan menghambat kreatifitas siswa untuk membentuk bangun datar yang lain. Siswa di Indonesia yang cenderung selalu mengikuti apa yang dilakukan atau yang diperintahkan guru. Siswa kurang bisa mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran mereka karena mereka takut salah.

Menyadari bahwa waktu tidak mencukupi untuk melaksanakan aktifitas kedua, guru melanjutkan ke aktifitas 3. Guru mengajak keseluruhan siswa untuk berdiskusi untuk menemukan rumus luas lingkaran dari rumus luas persegi panjang. Pada proses ini, terjadi proses tanya jawab guru dan siswa untuk mengeksplor pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki. Selain itu, siswa dan siswa juga saling berinteraksi. Guru memulai dengan menanyakan luas persegi panjang kemudian menanyakan berapa panjang dan lebar dari luas persegi panjang. Siswa banyak yang bingung, ada beberapa yang mencoba mengukur panjang dari persegi panjang menggunakan mistar dan menjawab bahwa panjangnya sama dengan 24. Guru membimbing siswa menentukan panjangnya tanpa mengukur dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengeksplor pengetahuan siswa. Berikut beberapa percakapan antara guru dan siswa pada saat berdiskusi untuk menemukan panjang dari lingkaran. Guru : Kedua sisi panjang dari persegi panjang sama saja dengan keliling lingkaran. Berapa banyak juring yang ada pada bagian bawah? Siswa: Empat buah juring. Guru : Berapa banyak juring di bagian atas? Sebagian besar siswa menjawab lima juring karena mereka menghitung ada 3 juring besar dan 2 juring kecil. Ada juga siswa yang menjawab empat dengan alasan dibagian bawah ada 4 juring. Kemudian guru terus menanyakan apakah pembagian juring di atas sama. Siswa menjawab tidak sama dengan alasan ada yang besar dan ada yang kecil. Guru menanyakan lagi banyak juring pada bagian atas sehingga pembagiannya sama. Siswa pun menjawab ada 4 juring lingkaran. Setelah itu, siswa mengetahui bahwa lingkaran tegbagi menjadi dua bagian dengan meletakkan 4 buah juring di bagian atas dan 4 juring di bagian bawah. Kemudian guru menjelaskan bahwa sisi-sisi panjang dari persegi panjang sama dengan keliling dari lingkaran sehingga siswa menjawab bahwa panjang persegi panjang tersebut sama dengan setengah keliling lingkaran. Berikut beberapa

percakapan guru dan siswa untuk menemukan lebar dari persegi panjang yang dimulai dengan menyakan sepeda kepada siswa. Guru : Sepeda kan punya roda. Di roda itu ada apa? Siswa: Jari-jari. Guru: Kalau di lingkaran ini, jari-jarinya dimana? Siswa: Disana/ ditengah. Guru: Anggap saja lingkaran ini adalah roda sepeda, kemudian kita letakkan juring kecil ke lingkaran ini. Jadi lebar dari persegi panjang sama dengan apa? Siswa: Jari-jari. Dari serangkaian Tanya jawab tersebut, siswa diminta untuk menyelesaikan luas persegi panjang hingga didapatkan rumus luas lingkaran. Gambar 6. Aktifitas mmenurunkan rumus luas lingkaran dari rumus luas persegi panjang Setelah menemukan rumus luas lingkaran, guru meminta siswa untuk menampilkan bangun datar selain bangun datar persegi panjang. Dua orang siswa menampilkan bangun datar yang berbeda, yaitu trapesium dan jajar genjang. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui bahwa tidak hanya melalui luas persegi panjang dapat ditemukan rumus luas lingkaran, melainkan juga dapat menggunakan luas trapesium dan jajar genjang.

Gambar 7. Siswa menampilkan trapesium (a) dan jajar genjang (b) Untuk melihat pemahaman konsep rumus luas lingkaran, siswa mengerjakan soal kontekstual secara berkelompok yang terdiri dari 2 soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Karena jam pelajaran hampir habis, guru meminta siswa mengerjakan soal pertama saja. 3. Restropective Analysis Setelah mengimplementasikan desain pembelajaran yang telah dibuat, observer dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran luas lingkaran menggunakan pendekatan PMRI yang mengangkat konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Tidak semua tahapan pada desain pembelajaran yang terimplementasikan, seperti pemberian konteks Bundaran Air Mancur Palembang dan aktifitas 2. Selain itu, ada beberapa hal yang seharusnya dihindarkan dalam pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI dilaksanakan, seperti pemberian contoh dari bangun persegi panjang pada papan tulis. Di dalam pembelajaran PMRI, guru tidak memberikan jawaban kepada siswa mealinkan siswa dibimbing untuk menemukan kembali matematika yang dalam hal ini adalah proses menemukan rumus luas lingkaran. Secara umum proses pembelajaran berjalan dengan baik, siswa terlihat aktif dan mampu mengeluarkan pendapat mereka. Hal ini diakui oleh Ibu Raihana bahwa ada salah satu siswa yang dalam pembelajaran sehari-hari tidak aktif dan kurang pintar menjadi terlihat sangat aktif dan berani untuk mengeluarkan pendapatnya.

Seharusnya apersepsi cukup hanya mengingatkan siswa pada nilai phi dan keliling lingkaran sehingga waktunya bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan aktifitas 2. Pada aktifitas 3, sebenarnya siswa mengalami kesulitan untuk mengkaitkan hubungan antara panjang dan lebar persegi panjang dengan unsur-unsurr lingkaran. Oleh karena itu, guru mengajak siswa untuk berdiskusi dengan siswa lainnya di papan tulis. Pada proses pengerjaann soal konteks, siswa cenderung mensubstitusikan angka pada soal ke dalam rumus tanpa memperhatikan apakah yang diketahui merupakan jari-jari atau diameter lingkaran. Dari soal konteks yang diberikan, 75% siswa menjawab dengan benar dan 25% salah pada saat penghitungan. Menyadari bahwa iceberg dari yang dirancang tidak berjalan seutuhnya, observer memperbaiki iceberg yang diharapkan terjadi pada proses pembelajaran. Bundaran Air Mancur Palembang sebagai konteks daerah Gambar 8. Iceberg yang diharapkan dalam pembelajarn selanjutnya

C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan 3 tahapan dalam design research, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada proses pelaksanaan, siswa menjadi lebih aktif dan berani mengungkapkan pendapat sehingga dapat menemukan rumus luas lingkaran dari rumus luas persegi panjang walaupun aktifitas 2 tidak terlaksana. Siswa dapat menemukan dan mengaplikasikan rumus luas lingkaran dalam kehidupan melalui soal cerita dengan konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Dilihat dari hasil jawaban siswa, 75% menjawab dengan benar. Siswa pada awalnya kesulitan mengerjakan soal tersebut dikarenakan tidak terbiasa dengan soal cerita. 2. Saran Setelah proses pembelajaran dilaksanakan masih terlihat banyak kekurangan seperti mengurangi untuk memberi tahu kepada siswa secara langsung agar mereka mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, menggali alasan-alasan dari jawaban yang diutarakan oleh siswa, dan memaksimalkan jam pelajaran seperti tidak terlalu lama padda saat apersepsi, dsb. D. REFERENSI Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Matematika untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas.